Anda di halaman 1dari 2

Analisis Novel

CINTA DI DALAM GELAS


Karya: Andrea Hirata

Resensi Novel
Novel Cinta di Dalam Gelas ini menceritakan tentang kehidupan sosial masyarakat melayu.
Novel ini menceritakan Ikal yang bekerja di warung kopi pamannya. Lewat warung kopi
itulah ia menemukan banyak pelajaran hidup yang sangat penting.
Kebiasaan-kebiasaan orang melayu di Belitong diceritakan di novel ini. Mulai dari cerita
tentang warung kopi, tempat berkumpulnya orang-orang Belitong sampai apa saja yang
mereka lakukan dan bicarakan di warung kopi itu. Yang menarik dari novel ini adalah Ikal
yang mampu menemukan filosofi tentang kopi dan para penikmatnya.
Cinta di dalam gelas bertutur tentang perjuangannya untuk dihargai sebagai perempuan.
Enong alias Maryamah berasal dari keluarga yang sederhana. Dia adalah seorang
perempuan yang pekerja keras. Ia bekerja sebagai pendulang timah, Ia berusaha sedapatdapatnya memenuhi apa yang diperlukan ketiga adiknya yakni, Ania, Luna dan Ulma.
Setelah ketiga adiknya menikah mendahuluinya mereka masing-masing pergi meninggalkan
rumah, mengikuti suami masing-masing, maka tinggalah Maryamah bersama Ibunya.
Beberapa waktu kemudian, Syalimah jatuh sakit. Selama ibunya sakit, Enong sering
mendapati ibunya memandanginya dengan sedih. Enong tahu apa yang ingin ia katakan.
Karena Itu, ia menerima pinangan seorang lelaki yang bernama Matarom. Tak seperti
perkawinan ibu dan ketiga adiknya. Kelakuan buruk suaminya telah tampak sejak awal
pernikahan, namun ia bertahan. Seburuk apapun ia diperlakukan ia menganggap dirinya
telah mengambil keputusan dan dia selalu berusaha menjaga perasaan ibnya. Namun,
pertahanan Enong berakhir ketika suatu hari datang seorang perempuan yang mengaku
sebagai istri Matarom. Di kios Giok Nio, selamot dan Maryamah berjumpa. Mendengar
Maryamah berkisah tentang nasibnya. disitu Maryamah ingin sekali belajar main catur,
karena ingin bertanding dengan Matarom yang sekarang menjdai mantan suaminya.
Matarom adalah seorang pecatur tangguh. Sudah dua kali berturut-turut meraup piala catur
kejuaraan 17 agustus. Sekarang ia bersiap menggondol piala untuk ketiga kalinya.
orang yang pertama mereka temui setelah pembicaraan dengan Maryamah di kios ayam
Giok Nio adalah detektif M. Nur, ia menyatakan bahwa ini menyangkut martabat maryamah
di depan Matarom. Usai menemui detektif M. Nur, ia langsung berbicara dengan ibunya
bahwa ia harus membantu Maryamah agar bisa bertanding catur 17 agustus nanti. Ibunya
pun menyetujuinya. Pertarungan pertama Maryamah melawan aziz, penonton berbondongbondong datang ke warung kopi. Penonton menjadi banyak karena ada penonton

perempuan yang ingin menjadi supporter Maryamah. Penonton bertepuk tangan gagap
gempita dan berusaha mendekati Maryamah untuk menyalaminya. Lawan berikutnya adalah
Maksum, meskipun telah menang tiga kali, Maryaah belum mendapat cukup respek diantara
pecatur pria alasannya karena Maryamah mendapat lawan-lawan yang lemah. Lawan
berikutnya lagi adalah Muntaha karena mendadak dinas ke pangkal pinang, akhirnya
digantikan dengan maulidi, Maryamah menang dalam pertandingan itu.
Selang beberapa hari lawan Marymah berikutnya adalah seorang lelaki tua hokian bernama
Go Kim Pho. Ia adalah pemilik toko dupa di tanjung pandan itu. Lelaki ini pernah menolong
Maryamah yang terlunta-lunta mencari kerja di tanjunng Pandan. Dialah yang memberinya
uang untuk pulang kampung. Disaat pertandingan berlangsung Maryamah menampilkan
permainannya yang elegan.Dan member Go Kim Pho sebuah kekalahan yang agung.
Setelah pertandingan Marymah dan pecatur lainnya telah usai, maka tibalah di arena catur
tahun ini perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus benar-benar tersa. Kaum perempuan
pedagang kecil yang berunjuk rasa, untuk mendukung pendaftaran Maryamah tempo hari
tiba dalam satu rombongan besar yang meriah. Semuanya ingin menyaksikan seorang
perempuan yang digembor-gemborkan sangat lihai bermain catur. Mereka hadir dari
pelosok-pelosok pulau dalam pakain serba hitam. Mereka tak paham catur tapi ingin melihat
papan catur perak yang magis itu. Mitoha secara resmi meminta pada Modin untuk
memakai papan catur perak, Matarom pada final. Modin menyarankan agar kami menerima
permintaan Mitoha.
Akhirnya disitu, Maryamah dan Matarom berhadap-hadapan. Maryamah maupun Matarom
seperti tak sabar ingin segera bunuh-bunuhan, ppenonton semakin tegang. Meledaklah
sorakan pendukung catur perempuan yang gagah berani itu. Maryamah berdiri dan menatap
ke atas, jiwanya seakan terangkat kelangit. para pendukung Matarom kini berbalik
mendukungnya. Matarom bersandar lemas di kursinya dengan mata nanar, sabuk emas
yang melilit pinggangnya selama dua tahun terlepas sudah. Maryamah pantas manjadi
juara.

Analisis Novel
Analisi novel yang dimaksud dalam hal ini adalah analisis kaitannya dengan isu-isu
ketimpangan gender.

Anda mungkin juga menyukai