BISNIS
OLEH:
1315351183
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun tugas
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam tugas ini kami membahas
mengenai Kasus-Kasus dalam Pengantar Hukum Bisnis.
Tugas ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan tugas ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
tugas ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan tugas selanjutnya.
Akhir kata semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
(halaman)
SAMPUL
DEPAN
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
i
KATA
PENGANTAR................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
.............................................................................................................
.............................................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang
Masalah
.....................................................................................................
.....................................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah
.....................................................................................................
.....................................................................................................
2
1.3 Tujuan
Makalah
.....................................................................................................
.....................................................................................................
2
BAB
II
ISI
iii
.............................................................................................................
.............................................................................................................
3
2.1 Relativitas
Moral
dalam
Bisnis
.....................................................................................................
.....................................................................................................
3
2.2 Kendala-Kendala
Pelaksanaan
Etika
Bisnis
.....................................................................................................
.....................................................................................................
4
2.3 Antara
Keuntungan
dan
Etika
.....................................................................................................
.....................................................................................................
5
2.4 Pro
dan
Kontra
Etika
dalam
Bisnis
.....................................................................................................
.....................................................................................................
6
2.5 Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis terhadap Etika
.....................................................................................................
.....................................................................................................
8
BAB
III
PENUTUP
.............................................................................................................
.............................................................................................................
9
3.1 Simpulan
.....................................................................................................
.....................................................................................................
9
3.2 Saran-saran
.....................................................................................................
.....................................................................................................
9
iv
DAFTAR
PUSTAKA
.............................................................................................................
.............................................................................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hukum mengandung pengertian sebagai suatu peraturan baik itu tertulis,maupun tidak
tertulis yang bersifat mengikat,mengatur dan memaksa. Apabila peraturan ini dilanggar, maka
akan timbul sanksi bagi pelanggarnya. Hukum mempunyai cakupan yang luas, dalam
berbagai bidang. Setiap aspek dalam kehidupan, diatur oleh hukum. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, hukum umumnya tertuang dalam bentuk perundang-undangan.
Indonesia merupakan negara dengan supremasi hukum. Artinya, hukum memiliki posisi
penting dalam masyarakat dan segenap anggota masyarakat harus tunduk dan patuh terhadap
hukum. Hukum mempunyai cakupan yang luas dan dari sekian banyak aspek dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara,salah satunya adalah aspek ekonomi. Hukum yang
berkaitan dengan berbagai aktivitas ekonomi adalah hukum ekonomi. Tujuan dari adanya
hukum ekonomi dan bisnis itu sendiri erat kaitannya dengan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat.
Namun, dewasa ini masih terdapat hukum yang tidak memadai yang berkibat buruk
pada kesejahteraan masyarakat khususnya dalam bidang perekonomian. Hukum yang tidak
memadai ini akan menjadi hambatan bagi pembangunan ekonomi. Pembangunan Ekonomi
tidak hanya dilaksanakan oleh pihak pemerintah tetapi juga pihak asing dengan cara
melakukan investasi. Investasipun tidak akan berkembang jika hukum di Indonesia kurang
memadai sehingga dapat menghambat perkembangan ekonomi. Karena sebelum berinvestasi,
investor mempertimbangkan banyak hal termasuk masalah hukum.
Sebagai mahasiswa, kita perlu mengetahui tentang hukum ekonomi dan bisnis agar
kedepannya kita dapat menerapkan pengetahuan kita dapatkan dalam pengembangan ekonomi
Indonesia. Sehingga, hukum ekonomi dan bisnis dapat benar-benar diterapkan. Untuk dapat
mewujudkan tujuan tersebut, perlu di ketahui tentang bagaimana hukum ekonomi dan bisnis
itu pada dasarnya, serta hal-hal lain yang mencakup pemahaman dasar mengenai hukum
ekonomi dan bisnis. Hal-hal tersebut akan di bahas di bab-bab selanjutnya dalam makalah ini,
dan diharapkan akan memberikan pemahaman lebih terhadap pihak-pihak terkait.
sah tahun 1960 seluas 3.569,205 hektare yang tersebar di dua kecamatan, yakni Nguling dan
Lekok, serta di 11 desa, yakni Desa Sumberanyar, Sumberagung, Semedusari, Wates, Jatirejo,
Pasinan, Balunganyar, Brang, Gejugjati, Tamping, dan Alas Telogo.
Saat itu tanah tersebut dibeli seharga Rp 77,66 juta dan rencananya digunakan untuk pusat
pendidikan dan latihan TNI AL yang terlengkap dan terbesar. Karena belum memiliki dana, agar
tidak telantar, tanah tersebut dijadikan area perkebunan dengan menempatkan 185 keluarga
prajurit.
Kemudian pada 1984 keluar Surat Keputusan KSAL No Skep/675/1984 tanggal 28 Maret 1984 yang
menunjuk Puskopal dalam hal ini Yasbhum (Yayasan Sosial Bhumyamca) untuk memanfaatkan
lahan tersebut sebagai lahan perkebunan produktif, dengan memanfaatkan penduduk setempat
sebagai pekerja.
Upaya-upaya penyelesaian sertifikasi tanah yang dilaksanakan Lantamal III Surabaya sejak 20
Januari 1986 dapat terealisir BPN pada 1993 dengan terbitnya sertifikat sebanyak 14 bidang
dengan luas 3.676 hektare. Meski demikian masih ada penduduk yang belum melaksanakan pindah
dari tanah yang telah dibebaskan TNI AL. Pada 20 November 1993 Bupati Pasuruan mengirimkan
surat kepada Komandan Lantamal III Surabaya perihal usulan pemukiman kembali nonpemukim
TNI AL di daerah Prokimal Grati. Kemudian Bupati Pasuruan mengajukan surat kepada KSAL pada 3
Januari 1998 untuk mengusulkan bahwa tanah relokasi untuk penduduk nonpemukim TNI AL agar
diberikan seluas 500 meter persegi per KK.
Dari catatan media Surya, dalam setahun terakhir terjadi dua kali pemblokiran jalan pantura oleh
warga, yakni 14 Desember 2006 dan 10 Januari 2007. Selain itu, warga Desa Alas Telogo,
Kecamatan Lekok, memilih menempuh jalur hukum dan menggugat kepemilikan tanah itu ke
Pengadilan Negeri (PN) Bangil, 18 Juli 2006 lalu. Gugatan itu ditempuh 256 warga, namun mereka
dinyatakan kalah oleh PN Bangil dalam sidang 12 Maret lalu. Munculnya keputusan tersebut
membuat warga marah hingga berujung pada bentrokan dengan polisi seusai sidang putusan.
Sebelum
persidangan
itu,
yakni
pada 15
Februari,
Pangarmatim
Laksda Moekhlas
Sidik
meresmikan Prokimal sebagai pusat latihan tempur (Puslatpur) dan warga 11 desa yang berjumlah
sekitar 5.700 keluarga rencananya direlokasi ke bagian yang aman. Sesuai pesan Panglima TNI,
2007 ini lahan akan di-set up ulang sebagai pusat latihan tempur untuk meningkatkan
profesionalitas prajurit TNI AL. Untuk relokasi warga, karena ada niatan baik dari kami, tidak akan
terjadi masalah seperti saya utarakan di hadapan warga, kata Laksda Moekhlas Sidik saat
meresmikan Prokimal sebagai Puslatpur.
Janji untuk merelokasi warga kemudian diwujudkan, dan 360 hektare tanah diberikan kepada
warga di 11 desa yang ditempatkan di luar sabuk batas tempat latihan tempur.
Sesuai Keputusan KSAL, lahan Prokimal dijadikan pusat latihan tempur dan 5.702 rumah
direlokasi di luar garis latihan. Setiap rumah diberi tanah 500 meter persegi sekaligus bentuk
pelepasan dari inventarisasi kekayaan negara (IKN) AL. Untuk biaya relokasi, TNI AL dan Bupati
akan mengusulkan kepada pimpinan masing-masing, tandas Moekhlas Sidik didampingi Bupati
Pasuruan Jusbakir Aldjufri kepada wartawan seusai bertemu dengan 11 kepala desa mewakili
warga di lahan Prokimal Grati, 22 Maret lalu.
Selain itu, TNI AL juga memberikan tambahan lahan sebesar 20 persen untuk pemenuhan fasilitas
umum. Dengan adanya keputusan ini, diharapkan masyarakat tidak resah karena jaminan
keamanan tidak terkena peluru nyasar serta adanya keputusan hukum atas tanah yang dimilikinya.
Upaya relokasi warga 11 desa ini disambut positif Pemkab Pasuruan, bahkan Pemkab mengusulkan
anggaran untuk relokasi itu ke pemerintah pusat ditambah dengan anggaran dari APBD Kabupaten
Pasuruan.
Meski TNI AL memberikan tanah seluas 360 hektare kepada warga 11 desa, namun para kepala
desa saat itu tidak berani menerimanya dan hanya akan menyampaikan lebih dulu kepada warga.
Alasannya, lahan 500 meter persegi dianggap kurang untuk memenuhi kebutuhan warga.
Di tengah upaya penyelesaian sengketa kasus tanah dengan jalan damai itulah, tiba-tiba terjadi
insiden antara Marinir dengan warga Rabu (30/5), yang menyebabkan empat warga tewas dan
enam lainnya luka-luka.
Sengketa masalah tanah antara warga dengan TNI di Kabupaten Pasuruan bukan hanya terjadi di
lahan Prokimal, Grati. Di Raci, Kecamatan Bangil, juga terjadi kasus sengketa tanah serupa antara
warga dengan TNI Angkatan Udara (AU). Namun dalam kasus Raci ini, pihak TNI AU telah
memberikan lampu hijau untuk pengelolaan lahan dengan porsi 60:40 untuk TNI AU dan warga
Desa Raci.
seketika, namun tumbuh dan terbentuk dari benih-benih yang sekian lama memang telah
terendap.
Pihak-pihak yang bersengketa pun sebagian besar kalaupun tidak bisa disebut, hampir seluruhnya
bukan hanya individual, namun melibatkan tataran komunal. Keterlibatan secara komunal inilah
yang memungkinkan sengketa tanah merebak menjadi kerusuhan massal yang menelan banyak
korban. Tatkala kerusuhan meledak, rakyat lah yang kerap menanggung akibat yang paling berat.
Pada konteks kasus-kasus sengketa tanah ini, kiranya bukan sekadar desas-desus jika ada cerita,
negara justru kerap bersekongkol dengan para pemilik modal. Rakyat cukup diberi ilusi semua
demi negeri ini, demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang gemah ripah loh jinawi repeh rapih
toto tengtrem kerto raharjo. Mereka yang menolak ilusi tersebut, gampang saja solusinya tinggal
memberinyashock therapy dengan teror, intimidasi, dan tindakan refresi.
Cerita semacam ini kiranya bukan hanya tersimpan sebagai milik Rezim Orde Baru. Di alam
keindonesiaan kita hari ini yang konon tengah menyuarakan reformasi, berbagai bentuk intimidasi
dan kekerasan oleh (aparat) negara terhadap masyarakat masih kerap terjadi dalam konteks
sengketa tanah dan sumber-sumber agraria pada umumnya. Sebut saja, kasus penggusuran
Masyarakat Adat Meler-Kuwus, Manggarai, NTT yang dituduh telah melakukan perampasan tanah
negara pada tahun 2002 atau kasus penangkapan dan intimidasi terhadap delapan anggota
Serikat Petani Pasundan di Garut yang dituduh sebagai perambah dan perusak hutan pada awal
Maret 2006.
Padahal, Tap MPR No. IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
telah mengamatkan bahwa menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia adalah salah
satu prinsip yang wajib ditegakkan oleh (aparat) negara dalam penanganan sengketa agraria.
Dengan merujuk pada Tap MPR ini saja, cara-cara yang ditempuh oleh (aparat) negara itu tentu
saja menjadi tindakan yang tragis-ironis. Sekali lagi hal itu pun bisa menunjukkan, betapa
bobroknya implementasi hukum kita, dan betapa masyarakat yang semestinya dilindungi selalu
berada dalam posisi tidak berdaya, selalu dipersalahkan, dan menjadi korban. Malangnya, hampir
dalam setiap kasus sengketa tanah, posisi masyarakat selalu lemah atau dilemahkan. Masyarakat
sering tidak memiliki dokumen-dokumen legal yang bisa membuktikan kepemilikan tanahnya.
Mereka bisanya hanya bersandar pada kepemilikan historis dimana tanah yang mereka miliki
telah ditempati dan digarap secara turun-temurun.
Didalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria (UUPA) sebenarnya
termaktub satu ketentuan akan adanya jaminan bagi setiap warga negara untuk memiliki tanah
serta mendapat manfaat dari hasilnya (pasal 9 ayat 2). Jika mengacu pada ketentuan itu dan juga
merujuk pada PP No. 24/1997 tentang Pendaftaran Tanah (terutama pasal 2) Badan Pertanahan
Nasional (BPN) semestinya dapat menerbitkan dokumen legal (sertifikat) yang dibutuhkan oleh
setiap warga negara dengan mekanisme yang mudah, terlebih lagi jika warga negara yang
bersangkutan sebelumnya telah memiliki bukti lama atas hak tanah mereka. Namun sangat
disayangkan pembuktian dokumen legal melalui sertifikasi pun ternyata bukan solusi jitu dalam
kasus sengketa tanah. Seringkali sebidang tanah bersertifikat lebih dari satu, pada kasus Meruya
yang belakangan sedang mencuat, misalnya. Bahkan, pada beberapa kasus, sertifikat yang telah
diterbitkan pun kemudian bisa dianggap aspro (asli tapi salah prosedur).
Dari hal tersebut setidaknya ada 3 (tiga) faktor penyebab sering munculnya masalah sengketa
tanah, diantaranya yaitu :
a)
Sistem administrasi pertanahan, terutama dalam hal sertifikasi tanah, yang tidak beres.
Masalah ini muncul boleh jadi karena sistem administrasi yang lemah dan mungkin pula karena
banyaknya oknum yang pandai memainkan celah-celah hukum yang lemah.
b)
kepemilikan tanah ini baik untuk tanah pertanian maupun bukan pertanian telah menimbulkan
ketimpangan baik secara ekonomi, politis maupun sosiologis. Dalam hal ini, masyarakat bawah,
khususnya petani atau penggarap tanah memikul beban paling berat. Ketimpangan distribusi tanah
ini tidak terlepas dari kebijakan ekonomi yang cenderung kapitalistik dan liberalistik.
c)
Legalitas kepemilikan tanah yang semata-mata didasarkan pada bukti formal (sertifikat),
tanpa memperhatikan produktivitas tanah. Akibatnya, secara legal (de jure), boleh jadi banyak
tanah bersertifikat dimiliki oleh perusahaan atau para pemodal besar, karena mereka telah
membelinya dari para petani atau pemilik tanah, tetapi tanah tersebut lama ditelantarkan begitu
saja.Ironisnya ketika masyarakt miskin mencoba memanfaatkan lahan terlantar tersebut dengan
menggarapnya, bahkan ada yang sampai puluhan tahun, dengan gampanya mereka dikalahkan
haknya di pengadilan tatkala muncul sengketa.
Ketetapan MPR No. IX/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam,
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria, Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan Keppres No.34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di
Bidang Pertanahan, pada dasarnya memberi kewenangan yang besar kepada pemerintah daerah
untuk menuntaskan masalah-masalah agraria. Adalah sudah selayaknya terlepas dari berbagai
kekurangan yang tersimpan di dalam instrumen-instrumen hukum itu jika kewenangan tersebut
dimplementasikan, dengan prinsip-prinsip yang tidak melawan hukum itu sendiri tentunya.
Sementara
itu,
gagasan
untuk
membentuk
kelembagaan
dan
mekanisme
khusus
untuk
menyelesaikan sengketa tanah semacam Komisi Nasional Penyelesaian Sengketa Agraria dan juga
pembentukan lembaga sejenis di daerah sebagaimana yang pernah diusulkan oleh berbagai
kalangan, kiranya menjadi relevan pula untuk semakin didesakkan, terlebih jika pemerintah
memang
benar-benar
berkehendak
untuk
menjalankan
reforma
agraria
dan
menangani
permasalahan agraria secara serius. Belajar dari tragedi Pasuruan, jika Badan Pertanahan Nasional
mencatat ada 2.810 kasus sengketa tanah yang berskala nasional, maka boleh dibayangkan
bagaimana hebatnya bom waktu yang akan meledak jika kasus-kasus tersebut tidak segera
mendapatkan penanganan dan penyelesaian yang layak dan yang berpihak pada kepentingan
rakyat.
Negara mengatur pengelolaan sumber daya agraria untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
sampai hari ini barangkali masih hanya sebatas retorika. Yang kerap terjadi justru sebaliknya
dimana rakyat yang kehilangan kemakmuran sebesar-besarnya.
permasalahan
pertanahan
yang
melibatkan
masyarakat
dengan
masyarakat,
masyarakat dengan perusahaan maupun masyarakat dengan pemerintah yang kerap berujung
pada dirugikannya salah satu pihak dirasakan perlu dilakukan penyelesaian sengketa alternatif
(PSA). Saat ini di Indonesia belum ada langkah PSA, selama ini permasalahan sengketa pertanahan
selalu
di
selesaikan
di
pengadilan
dimana
biasanya
dalam
proses
pengadilan
tersebut
membutuhkan waktu yang cukup lama, biaya cukup mahal dan tidak bisa langsung di eksekusi.
Sehingga sebelum berkas perkara masuk ke pengadilan perlu dibuat mekanisme PSA. Diantaranya
membuat lembaga mediasi dan membuat arbitrase pertanahan, dimana lembaga mediasi bertugas
mempertemukan
pihak-pihak
bersengketa,
sedangkan
arbitrase
mempunyai
tugas
untuk
2. TEMPO Interaktif, Jakarta: Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) menjadi
mediator upaya damai antara Bambang Rachmadi dengan pemegang franchise (waralaba)
McDonald's Amerika Serikat.
"Wali ditunjuk Bambang sebagai mediator untuk menyelesaikan masalah di luar pengadilan,"
kata Ketua Dewan Pengarah Wali, Amir Karamoy di sela-sela acara seminar waralaba dan lisensi
dalam perlindungan usaha undang-undang hak atas kekayaan intelektual, di hotel Sahid Jaya,
Jakarta, Selasa (9/6).
Wali sudah mengirimkan surat elektronik kepada pemegang waralaba McDonald's Amerika
Serikat mengenai niat penyelesaian masalah di luar pengadilan ini dan sudah membalasnya.
"Mereka memberi apreasiasi usaha penyelesaian secara mediasi dan kekeluargaan ini, dan akan
menindaklanjuti," kata Amir.
Proses mediasi, dia melanjutkan, berupa mempertemukan Bambang Rachmadi dengan
pemegang waralaba McDonald's Amerika Serikat. Pertemuan tersebut bisa di Amerika Serikat
atau di Indonesia.
Pada Rabu lalu (3/6), produsen minuman Sosro, Rekso Group, melalui anak usahanya, PT
Rekso Nasional Food, mengambil alih 97 gerai McConald's yang semula dimiliki Bina Nusa
Rama. Sosro juga mengantongi izin mengelola restoran lama McDonald's dan berhak membuka
cabang baru di seluruh Indonesia.
Atas penjualan itu, Bambang telah mengajukan gugatan hukum terhadap McDonald's Amerika ke
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. McDonald's Amerika dituduh mengalihkan hak waralaba dan
menjual aset tanpa sepengetahuan Bambang
3. ekspor
Kinerja Perdagangan
Aktivitas total perdagangan Indonesia Taiwan bulan Juni 2014 mencapai USD 1,05 milyar,
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan Mei 2014 yang mencapai USD 0,91 milyar,
naik 15,08 persen. Peningkatan terjadi dipicu meningkatnya transaksi perdagangan non migas
sebesar 25,31 persen (mom). Secara kumulatif, total perdagangan Indonesia-Taiwan periode
semester 1/2014 mencapai USD 5,66 milyar, turun 6,88 persen dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya. Sejumlah pameran dan ekshibisi yang telah dan akan diikuti oleh KDEI dan
sejumlah pengusaha diharapkan akan meningkatkan aktivitas perdagangan kedua pihak.
Meningkatnya nilai total perdagangan Indonesia-Taiwan diikuti pula oleh meningkatnya surplus
neraca perdagangan Indonesia pada bulan Juni 2014 yang mencapai USD 324,66 juta, atau
meningkat 16,30 persen (mom), dan bahkan meningkat 276,14 persen dibandingkan Juni 2013
(yoy). Peningkatan tersebut utamanya didorong oleh peningkatan neraca perdagangan nonmigas sebesar 74,40 persen (mom). Secara kumulatif, selama periode semester 1/2014, surplus
perdagangan Indonesia mencapai USD 1,56 milyar. Surplus tersebut meningkat sebesar 89,49
persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Nilai ekspor Indonesia ke Taiwan bulan Juni 2014 mencapai USD 685,39 juta, atau tumbuh 15,37
persen dibanding Mei 2014 (mom), dan naik 33,06 persen apabila dibanding Juni 2013 (yoy),
dengan ekspor non migas berkontribusi 70,08 persen. Meningkatnya ekspor Indonesia Juni 2014
didorong oleh peningkatan ekspor non migas yang lebih besar (30,40 persen) dibanding ekspor
migas yang justru turun 9,15 persen (mom). Secara kumulatif, ekspor Indonesia ke Taiwan
selama periode Semester 1/2014 mencapai USD 3,61 milyar. Sedangkan, nilai impor Indonesia
dari Taiwan bulan Juni 2014 mencapai USD 360,73 juta, atau naik 14,55 persen dibanding bulan
Mei 2014, dengan impor komoditi non migas memperkuat peningkatan dengan naik sebesar
18,89 persen.
Jenis produk ekspor utama Indonesia ke Taiwan pada bulan Juni 2014 adalah batu bara dan gas
alam, dengan nilai ekspor masing-masing sebesar USD 200,91 juta dan USD 112,98 juta.
tembaga, logam, dan besi tumbuh masing-masing 3.000%, 180,0%, dan 120% dibanding bulan
Mei 2014 (mom). Sebaliknya, kayu olahan dan timah turun masing-masing 6,65% dan 0,20%.
Sementara, besi (hote-rolled), Acyclic hidrocarbon, dan besi-baja (setengah jadi) menjadi tiga
nilai impor terbesar Juni 2014 dengan nilai USD 22,67 juta, USD 17,46 juta, dan USD 17,40 juta.
Komoditi yang mengalami kenaikan nilai impor (mom), yaitu produk ikan (kemasan), tekstil, dan
besi (lembaran) dengan masing-masing naik 34,42%, 28,76%, dan 22,32%. Komoditi yang
mengalami penurunan nilai impor, a.l. minyak mentah (38,01%) dan kain tekstil rajutan (28,18%).
ribu.
Berdasarkan lokasi, realisasi investasi asal Taiwan pada semester pertama tahun 2014 hampir
seluruhnya berada di Pulau Jawa dengan nilai terbesar pada Provinsi Jawa Barat (US$ 26.675,7
ribu) dan DKI Jakarta (US$ 18.660,3 ribu).
Sedangkan berdasarkan sektor, sebagian besar realisasi investasi Taiwan di Indonesia pada
semester pertama 2014 adalah pada sektor industri tekstil, diikuti oleh industri logam dasar,
barang logam, mesin dan elektronik; industri karet, barang dari karet dan plastik; serta
perdagangan
dan
reparasi.
Terkait pariwisata, pada bulan Juli 2014, jumlah wisatawan Taiwan ke Indonesia mencapai
16.122 orang, turun 3,64 persen dibanding Juni 2014 (mom). Secara kumulatif, total wisatawan
yang telah berkunjung ke Indonesia selama Januari-Juli 2014, mencapai 104.130 orang, atau
naik
3,86
persen
dibanding
periode
yang
sama
tahun
sebelumnya.
Indonesia menempati peringkat 10 destinasi utama Taiwan di Asia, dengan hampir 50%
wisatawan Taiwan (total 6,5 juta wisatawan Taiwan ke Asia) memilih berwisata ke RRT dan
Jepang. Wisatawan Taiwan ke Indonesia selama Januari-Juli 2014 lebih banyak dibandingkan ke
Eropa (75.391) dan Oseania (71.882). Namun, jumlah tersebut masih berada di bawah Vietnam
(209.984), Thailand (222.629), Singapura (174.214), Malaysia (121.505).
Sementara, jumlah wisatawan Indonesia ke Taiwan pada bulan Juli 2014 mencapai 19.901
orang, tumbuh 12,65 persen dibanding bulan Juni 2014. Secara kumulatif, total wisatawan
Indonesia ke Taiwan mencapai 106.459 orang, atau tumbuh 11,46 persen dibanding periode
yang sama tahun sebelumnya.
Selama bulan Juli 2014, telah dilaksanakan pula sejumlah pertemuan bisnis dan forum bilateral,
antara lain kunjungan kerja ke King Sun Group, kunjungan delegasi Indonesia-Sino Economic
and Cultural Association ke Indonesia (diantaranya diterima oleh Wakil Menteri Perdagangan dan
Kepala BKPM), berpartisipasi dalam Business Forum on Trade and Investment Opportunities in
Indonesia di Taichung, peluncuran iklan promosi Trade, Tourism, Investment, and Services (TTI-
10
11
Acara karnaval budaya tersebut selain diisi dengan pertunjukkan kesenian, juga dimeriahkan
dengan kios-kios yang memberikan informasi terkait ketenagakerjaan, pariwisata, pengenalan
makanan, pembagian baju bekas, pemeriksaan kesehatan serta potong rambut gratis.
Entertainment
Park, salah satu lokasi terkemuka di Distrik Neihu Taipei.
Ekshibisi Remarkable Indonesia merupakan ekshibisi budaya dan produk khas Indonesia
pertama dan terbesar yang pernah diselenggarakan di Taiwan, yang menampilkan 27 booth,
antara lain Sariayu, Marbella, importir produk Indonesia seperti Indofood, Kacang Dua Kelinci, BT
Cocoa, dan Helmig, biro perjalanan PT Tjendana Mandrasakti. Ekshibisi dihadiri pula oleh
sejumlah instansi pemerintah di Indonesia seperti Kementerian Perdagangan, BNP2TKI, BKPM
yang membawa UKM dari Nusa Tenggara Barat, dan Jakarta, Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat, Provinsi Banten, Provinsi Sulawesi Selatan, dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di
Taiwan. Selain itu, ekshibisi juga diikuti oleh Badan Nasional Keimigrasian Taiwan (National
Immigration Agency).
Tujuan ekshibisi adalah untuk mempromosikan keragaman budaya, produk dan jasa Indonesia
kepada warga Taiwan secara luas dan intensif, sehingga dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman lebih mengenai Indonesia.
12
Rangkaian kegiatan ekshibisi yang dilaksanakan selama 1 (satu) hari penuh, terbagi atas 3 (tiga)
bagian, yaitu peluncuran iklan promosi TTI-plus-S (service for skilled-labour) Indonesia di 10 bus
umum pada 10 trayek Taipei, batik fashion show, dan permainan angklung interaktif.
Iklan promosi Indonesia pada bus umum bertujuan untuk semakin memperluas penyebaran
informasi mengenai perdagangan, pariwisata, investasi, dan jasa di wilayah Taipei. Sementara,
Batik fashion show diikuti oleh 24 peserta yang seluruhnya berasal dari warga negara lain,
seperti Taiwan, Filipina, Vietnam, dan Perancis. Keseluruhan peserta tersebut menggunakan
batik yang dimiliki masing-masing untuk diperagakan di hadapan juri penilai dan dimenangkan
oleh peserta dari Perancis dan Taiwan.
Permainan angklung interaktif yang dipandu oleh Saung Angklung Udjo dilaksanakan selama 3
(tiga) sesi pertunjukkan siang-sore-malam, dan melibatkan 300 peserta di setiap sesinya.
Permainan angklung interaktif menyajikan 4-5 lagu di setiap sesi pertunjukannya, meliputi lagu
berbahasa Indonesia, mandarin, dan inggris, dan pengunjung diperkenankan untuk membawa
pulang angklung masing-masing sebagai bentuk penghargaan atas partisipasinya dan sekaligus
sebagai pengingat bahwa angklung berasal dari Indonesia
13
TKI
a.n.
Egita
Savana
Martin
TKI mengalami kecelakaan tabrak lari pada tanggal 22 Februari 2014 yang mengakibatkan perlu
dilakukan amputasi pada kaki kirinya. KDEI Taipei telah membantu proses pengurusan asuransi
dan ybs telah mendapatkan ganti rugi atas kecelakaan yang terjadi. Dengan menggunakan kaki
palsu TKI sudah dapat berjalan sendiri dan ybs telah kembali ke Indonesia pada tanggal 25 Juli
2014 dengan didampingi oleh home staff KDEI Taipei.
B.
TKI
a.n.
Tri
Handayani
(Yani)
TKI ybs menjadi salah satu korban ledakan pipa gas di kota Kaohsiung pada tanggal 31 Juli
2014.
Berdasarkan keterangan dari Sdri. Yani, pada tanggal 31 Juli 2014 sekitar pukul 23.30, Sdri. Yani
sedang dalam perjalanan menuju Rumah sakit bersama dengan pasien yang dirawatnya, nenek
beserta majikannya dengan menggunakan mobil. Pada saat terjadi ledakan, mobil yang
dikendarai terlempar setinggi lebih dari 5 meter.
Tanggal 4 Agustus 2014, telah dilakukan operasi penyambungan tulang belakang terhadap TKI
dan memerlukan proses penyembuhan waktu kurang lebih 2 minggu. Pada tanggal 5 Agustus
2014, KDEI Taipei telah melakukan kunjungan untuk melihat kondisi TKI. Selama di rumah sakit,
ybs didampingi oleh pihak suami yang juga seorang TKI yang bekerja di kota Taichung. Saat ini
TKI telah keluar dari rumah sakit dan kembali ke rumah majikan.
C.
TKI
a.n.
Aningsih
TKI mengalami stroke yang menyebabkan terjadinya pembengkakan pembuluh darah pada
bagian otak sebelah kiri. TKI saat ini masih dirawat di ruang ICU rumah sakit Paochien, kota
Pingtung.Tanggal 9 Agustus 2014, pihak rumah sakit telah melakukan operasi otak kepada TKI,
namun tingkat kesembuhan ybs sangatlah kecil dan apabila dikemudian hari TKI pulih, yang
bersangkutan akan tetap mengalami kerusakan otak.
Difasilitasi oleh PPTKIS dan agency, pihak suami telah berada di Taiwan untuk mendampingi
sang istri. Pada tanggal 19 Agustus 2014, KDEI Taipei telah melakukan kunjungan ke rumah sakit
untuk menjenguk TKI dan menemui pihak suami.
Pihak agency akan bertanggung jawab dalam membiayai perawatan TKI selama di rumah sakit,
termasuk kemungkinan membiayai kepulangan TKI ke Indonesia.
14
dilaksanakan
Kunjungan
kerja
bulan
ke
September
Asosiasi
kopi,
2014
di
adalah
Zhongli,
11
sebagai
berikut:
September
Taipei,
14
September
2014
Seminar bersama Tim Penimarka (Tim Peningkatan Martabat Tenaga Kerja), Taipei, 21
September
4.
2014
Peningkatan kapasitas dan kemampuan Satuan Tugas KDEI dan Satuan Sukarela bidang
ketenagakerjaan,
3.
pada
Pelatihan
2014
penterjemah,
Taipei&Taichung,
22-23
September
2014
5.
Kunjungan kerja ke importer tepung dan minyak ikan, Taichung, 23 September 2014
6.
Berpartisipasi pada ekshibisi Taiwan International Chain and Franchise Exhibition, 26-29
September
7.
2014
15
menyaingi perusahaan Z tersebut. Bolehkah yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut? Bagaimana
analisiscontoh kasus hukum tersebut?
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau
pelanggan pada pasar bersangkutan yang tidak sama.
2.
3.
4.
Dari uraian contoh kasus hukum diatas, maka dapat dipahami bahwa
perusahaan X dan perusahaan Y yang bergerak di bidang jasa dan telekomunikasi telah melanggar pasal-pasal
16
diatas. Kedua perusahaan sepakat melakukan penetapan harga dan ini telah melanggar ketentuan pasal 5 UU
Nomor 5 Tahun 1999. Kemudian juga menetapkan perjanjian wilayah pemasaran dan mengatur produksi atau
pemasaran suatu barang yang berarti melanggar pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999.
Perjanjian yang diciptakan oleh kedua perusahaan itu tidak diperbolehkan karena bisa mengakibatkan praktik
monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat. Kedua perusahaan ini bisa dikenakan sanksi. Namun dalam
hal ini, sanksi diberikan setelah adanya laporan dari masyarakat atau pihak-pihak yang merasa dirugikan ke
Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
Contoh kasus hukum diatas merupakan contoh kasus hukum bisnis. Masih banyak lagi contoh kasus hukum
yang dapat dikaji untuk dijadikan sebagai referensi. Demikian artikel mengenai contoh kasus hukum ini dibuat
semoga bermanfaat bagi kita semua.
5.
CONTOH KASUS
Baru-baru ini pada bulan agustus terjadi pelanggaran hak paten antara smartphone A
dan S. Smartphone S dianggap melanggar sebagian dari 2 hak paten smartphone A. Panel
mencegah perusahaan S mengimpor, menjual, dan mendistribusikan perangkatnya yang
melanggar beberapa klaim paten di amerika serikat.
Pelanggaran hak paten yang dilakukan smartphone S yaitu deteksi jack headphone
dan pengoperasian layar sentuh. S dan A adalah perusahaan pembuat ponsel pintar no 1 dan
2 didunia. Perusahaan A telah menyampaikan keluhan sejak pertengahan 2011 bahwa
perusahaan S melanggar paten perusahaan A dalam menciptakan beragam ponsel dan
komputer tablet.
Sebelumnya pada bulan juni perusahaan S melaporkan perusahaan A telah melanggar
hak cipta mereka. Hak cipta ini terkait dengan penerapan teknologi 3G dan kemampuan
untuk mengirimkan berbagai layanan secara tepat pada saat yang sama. Komisi perdagangan
internasional memutuskan bahwa perusahaan A telah melanggar hak cipta perusahaan S.
Para pengamat mengatakan bahwa perusahaan A mencari carauntuk membatasi
pertumbuhan sistem Android milik Google. Sebagai hasilnya, perusahaan telepon selular
yang menggunakan teknologi Android seperti S dan HTC, terlibat dalam berbagai sengketa
hukum.
Dalam sidang perebutan hak cipta lainnya di pengadilan federal di Amerika Serikat pada tahun
lalu, Perusahaan S diharuskan membayar lebih dari US$ 1 miliar (Rp 9,8 triliun) untuk pelanggaran
hak cipta yang kemudian dikurangi menjadi US$ 598,9 juta (Rp 5,8 triliun). Perusahaan S adalah
perusahaan pembuat telepon selular pintar terbesar sedunia, tapi keuntungan perusahaan A di bisnis
ini lebih besar.
17
ANALISIS
Dari contoh kasus diatas dapat dilihat bahwa dua perusahaan smartphone tersebut sama-sama
saling bersaing untuk menarik konsumen tapi dalam dunia bisnis perlu diterapkan juga bisnis yang
memandang etika, yang semata-mata tidak hanya ingin memperoleh keuntungan saja. Tetapi perlu
diterapkan juga etika bisnis tersebut. Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis,
yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat.
Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan
serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja,
pemegang saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang
beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Menurut Bertens (2000), bisnis yang tidak melanggar hukum, belum tentu tidak
melanggar moralitas. Etika diperlukan untuk melengkapi hukum karena lima alasan: (a)
hukum tidak mengatur segala sesuatu, (b) hukum sering kalah cepat dari perkembangan
bisnis; (c) hukum selalu memiliki celah yang bisa disalahgunakan; (d) hukum sering tidak
ditegakkan; dan (e) ketentuan hukum seringkali memiliki multi-tafsir. Buku Pedoman
Prinsip dan Penilaian Bisnis Beretika Berkelanjutan LOS DIY (2007) menyebutkan bahwa
ketaatan pada hukum atau peraturan hanyalah salah satu dari 8 indikator etika. Bisnis yang
beretika adalah bisnis yang taat pada peraturan atau hukum, transparan, akuntabel,
bertanggungjawab, wajar, jujur, berempati, dan independen. Indikator ketaatan pada
hukum dan aturan lebih mudah diukur daripada ketujuh indikator lain
18
ITC memerintahkan untuk menghentikan semua impor dan penjualan model AT&T
pada iPhone 4, iPhone 3, iPhone 3GS juga pada iPad 3G dan iPad 2 3G. Beberapa
dari perangkat itu tidak lagi dijual di AS.
Keputusan ini juga bisa diubah oleh perintah Presiden AS Barrack Obama dalam
waktu 60 hari, meski hal ini jarang terjadi.
Apple juga dapat terus menjual produknya selama 60 hari periode itu.
"Keputusan hari ini tidak akan berpengaruh terhadap ketersediaan produk-produk
Apple di Amerika Serikat," kata jurubicara Apple, Kristin Huguet, dalam sebuah
pernyataan. Meski demikian, Apple mengatakan berencana mengajukan banding.
Perang Android
Kasus ini adalah perkembangan terbaru di tengah saling tuntut antara dua raksasa
elektronik ini. Mereka terlibat dalam persengketaan hukum tidak kurang di 10 negara.
Para pengamat mengatakan bahwa Apple mencari cara untuk membatasi
pertumbuhan sistem Android milik Google.
Sebagai hasilnya, perusahaan telepon selular yang menggunakan teknologi Android
seperti Samsung dan HTC, terlibat dalam berbagai sengketa hukum.
Dalam sidang perebutan hak cipta lainnya di pengadilan federal di Amerika Serikat
pada tahun lalu, Samsung diharuskan membayar lebih dari US$ 1 miliar (Rp 9,8
triliun) untuk pelanggaran hak cipta yang kemudian dikurangi menjadi US$ 598,9 juta
(Rp 5,8 triliun).
Samsung adalah perusahaan pembuat telepon selular pintar terbesar sedunia, tapi
keuntungan Apple di bisnis ini lebih besar.
7. PENYELESAIAN
SENGKETA PEMBATALAN
PENDAFTARAN MEREK (STUDI KASUS DUA
KELINCI DAN GARUDA FOOD)
A. 1 PENDAHULUAN
A. 1 LATAR BELAKANG
Perkembangan industri dan perdagangan tersebut secara tidak langsung menyebabkan dunia usaha
19
menjadi arena persaingan bisnis yang ketat dan selektif. Keberadaan teknologi modern yang mampu
mempersingkat jarak waktu, membuat negara-negara di dunia seakan menjadi satu, dan dibidang
perdagangan menyebabkan saling ketergantungan serta saling mempengaruhi.
Dunia industri dan perdagangan nasional menunjukan berbagai gejala persaingan perebutan pasar
yang tidak sehat, tidak simpatik, serta tidak mengindahkan nilai-nilai etis dalam perdagangan.
Keadaan ini sering kali bukan hanya merugikan produsen, tetapi juga merugikan masyarakat luas
khususnya konsumen. Disinilah merek sebagai salah satu wujud karya intelektual memegang peranan
yang amat penting di dalam mencegah terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Merek merupakan salah satu komponen hak kekayaan intelektual yang perlu mendapat perhatian
khusus. Pelanggaran atau perilaku menyimpang dibidang merek akan selalu terjadi. Hal ini berkaitan
dengan perilaku bisnis yang curang yang menghendaki persaingan (competitive) dan berorientasi
keuntungan (profit oriented), sehingga membuka potensi aktivitas bisnis yang curang atau melanggar
hukum, dan motivasi seseorang melakukan pelanggaran merek terutama adanya keinginan untuk
memperoleh keuntungan di dalam praktek bisnisnya
Merek sebagai identitas dari suatu merek akan merujuk pada kualitas (mutu) dan harga terhadap
suatu produk barang dan atau jasa yang telah dibentuk oleh pemiliknya. Sedangkan pengertian merek
dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek, memberikan suatu
definisi tentang merek yaitu Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Melalui merek, masyarakat sebagai
konsumen akan dengan mudah mengenali suatu produk perusahaan tertentu. Merek biasanya
dicantumkan pada barang atau pada kemasan atau bungkus barang yang dijual atau dicantumkan
secara tertentu pada hal-hal yang terkait pada jasa yang dijual.
Pemasaran dari suatu produk barang dan jasa tidak terbatas pada suatu Negara, akibatnya suatu
merek produk barang dan jasa yang berkualitas akan menjadi trend dan digemari secara umum. Hal
tersebut memberikan dampak yang negatif berupa makin banyaknya peniruaan dan penjiplakan yang
secara jelas tidak mencerminkan perdagangan moderen yang menekankan adanya suatu persaingan,
tetapi persaingan yang sehat, persaingan yang kompetitif.
Indonesia saat ini telah mempunyai Undang-undang Merek terbaru yaitu Undang-undang Nomor 15
Tahun 2001 yang diundangkan pada tanggal 1 Agustus 2001 Undang-Undang merek baru ini
merupakan penyempurnaan dari undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang No. 19 Tahun
1992 dan Undang-Undang No. 14 Tahun 1997. Dengan undang-undang merek baru ini terciptalah
pengaturan merek dalam satu naskah (single text) sehingga lebih memudahkan masyarakat untuk
memahami dan selanjutnya untuk dilaksanakan. Dalam hal ini ketentuan--ketentuan dalam undangundang merek lama, yang substansinya tidak diubah, dituangkan kembali dalam undang-undang
Nomor.15 tahun 2001.
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang merupakan penyempurnaan dari UndangUndang Merek yang telah ada sebelumnya memberikan penegasan bahwa apabila terjadi suatu
sengketa terhadap suatu merek terdaftar maka gugatan pembatalan pendaftaran merek tersebut
dapat diajukan pada Pengadilan Niaga.
Pada kasus sengketa merek antara Dua Kelinci dan Garuda Food yang terjadi pada bulan juni 2007.
Kedua perusahaan makanan itu memperebutkan nama Katom sebagai merek produk kacang atom
yang diproduksi kedua perusahaan itu. Garudafood yang merasa didahului Dua Kelinci untuk
mendaftarkan merek itu ke Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (Ditjen HaKI),
menggugat Dua Kelinci di Pengadilan Niaga Semarang .
Garudafood baru mendaftarkan merek Katom ke Ditjen HaKI pada 30 Maret 2004. Pada proses
pemeriksaan ternyata ditemukan merek yang sama yang telah didaftarkan terlebih dahulu oleh Dua
Kelinci pada tanggal 16 Maret 2004. Sertifikat pendaftaran merek KATOM yang dilakukan Dua Kelinci
itu, dikeluarkan Dirjen HaKI pada 19 September 2005. Sebagai pemilik sekaligus pemakai pertama
dari merek KATOM itu, maka keluarnya sertifikat pendaftaran merek atas nama Hadi Sutiono, jelas
20
sangat merugikan bisnis Garudafood. Karena itulah Garudafood kemudian menggugat Hadi di
Pengadilan Niaga Semarang. Dalam gugatannya disebutkan, bahwa Hadi telah mendaftarkan merek
KATOM dengan iktikad tidak baik. Alasan dari gugatan itu karena Garudafood adalah pemilik dan
pemakai pertama.
Pada sengketa kasus di atas maka penulis ingin mengetahui implementasi Undang-Undang No.15
Tahun 2001 atas penyelesaian hukum terhadap sengketa pembatalan pendaftaran merek antara dua
kelinci dan garudafood,
A. 2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah terjadinya sengketa pembatalan pendaftaran merek antara garuda food dan dua
kelinci ?
2. Bagaimanakah bentuk penyelesaian sengketa pembatalan pendaftaran merek antara garuda food
dan dua kelinci ?
3. Apakah yang menjadi pertimbangan hakim pada Pengadilan Niaga Semarang pada Putusan
No.05/HAKI/M/2007/PN.NIAGA SMG menggunakan sistem deklaratif sehingga bertentangan dengan
UU No.15 tahun 2001 yang menggunakan sistem Konstitutif ?
A. 3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui terjadinya sengketa pembatalan pendaftaran merek antara garuda food dan dua
kelinci
2. Mengetahui penyelesaian sengketa pembatalan pendaftaran merek antara garuda food dan dua
kelinci
3. Mengetahui pertimbangan hakim pada Pengadilan Niaga Semarang pada Putusan
No.05/HAKI/M/2007/PN.NIAGA SMG menggunakan sistem deklaratif sehingga bertentangan dengan
UU No.15 tahun 2001 yang menggunakan sistem Konstitutif
A. 4 Tinjauan Pustaka
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek, memberikan suatu definisi
tentang merek yaitu Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Bila dilihat dari batas yuridis yang telah
diberikan oleh Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek tersebut, dapat
diambil unsur-unsur merek sebagai berikut :
a. adanya tanda berupa gambar atau nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau
kombinasi dari semuannya;
b. adanya daya pembeda atau ciri khas tertentu;
c. digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
Pemberian merek suatu merek bagi suatu barang dan jasa bila di perhatikan lebih lanjut ridak hanya
bermanfaat dan berguna bagi pemilik merek atau produsen, tetapi juga bagi konsumen sebagai
pemakai dari barang atau jasa tersebut. Pemberian dari suatu merek bertujuan yaitu untuk:
a. menjamin kepada konsumen bahwa barang yang dibelinya itu dari perusahaan;
b. untuk menjamin mutu barang;
c. untuk memberi nama
d. memberi perlindungan kepada pemilik merek yang sah yang ditiru orang lain untuk barang yang
bermutu rendah.
Merek yang telah terdaftar juga dapat berakhir yang disebabkan oleh berakhirnya jangka waktu dari
21
merek tersebut dan tidak diperpanjang lagi, penghapusan pendaftaran merek, serta pembatalan
merek.
Mengenai penghapusan merek yang telah terdaftar pada Direktorat Jendaral HKI dari Daftar Umum
Merek dapat dilakuakan dengan dua cara :
1. Atas prakarsa Direktorat Jendaral HKI
2. Atas prakarsa sendiri yaitu berdasarkan permintaan pemilik merek yang bersangkutan.
Hal ini seperti yang tercantum pada Pasal 61 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Merek yang menegaskan bahwa : Penghapusan pendaftaran merek dari Daftar Umum Merek dapat
dilakukan atas prakarsa Direktorat Jendaral atau berdasarkan permohonan pemilik merek yang
bersangkutan
Pembatalan merek terdaftar yang juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 ini dapat
diajukan oleh pihak yang berkepentingan atau pemilik merek terdaftar, baik dalam bentuk permohonan
kepada Direktorat Jendral HKI maupun gugatan kepada Pengadilan Niaga. Pengaturan mengenai hal
ini dapat dilihat dalam Pasal 68 sampai dengan 72 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Merek. Dimungkinkan bagi pemilik merek terdaftar mempunyai hak untuk mengajukan gugatan
perdata di dalam penyelesaian suatu sengketa merek pada Pengadilan Niaga, merupakan suatu
konsekuensi dari perlindungan hukum hak ats merek yang diberikan oleh Undang-undang 15 Tahun
2001 tentang merek. Pemilik merek terdafar mempunyai hak untuk mengajukan gugatan perdata baik
berupa ganti rugi jika mereknya dipergunakan pihak lain tanpa seizing darinya, juga penghentian
semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut. Hal ini terdapat pada Pasal 76
undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 yang berbunyi :
1) Pemilik Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak
menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang
atau jasa yang sejenis berupa:
a. gugatan ganti rugi, dan/atau
b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut.
2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Niaga.
Penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi pada Pengadilan, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
juga mengatur penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau non litigasi. Yang terdapat pada Pasal
84 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek bahwa: Selain penyelesaian gugatan
sebagaimana dimaksud dalam Bagian Pertama Bab ini, para pihak dapat menyelesaikan sengketa
melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) di Indonesia tidakmmudah dilaksanakan meskipun masyrakat
tradisional kita memiliki akar budaya (cultural roots) penyelsaian secara musyawarah untuk mencapai
mufakat (peaceful deliberations) dan pola penyelesaian sengketa menang-menang ( win win solution
).
A. 5 Metode Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif. Istilah pendekatan adalah
sesuatu hal (perbuatan, usaha) mendekati atau mendekatkan. pendekatan normatif dimaksudkan
sebagai usaha mendekatkan masalah yang diteliti dengan sifat hukum normatif. Pendekatan normatif
meliputi asas-asas hukum, sistematika hukum, sinkronisasi (penyesuaian) hukum, perbandingan
hukum, yang berhubungan dengan penyelesaian hukum terhadap sengketa pembatalan pendaftaran
merek antara dua kelinci dan garuda food.
Penelitian hukum normatif merupakan penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data
sekunder. Jadi metode pendekatan normatif, yaitu suatu cara yang digunakan untuk memecahkan
masalah penelitian dengan meneliti bahan pustaka atau bahan data sekunder.
B. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
B. 1. Terjadinya sengketa pembatalan pendaftaran merek antara garuda food dan dua kelinci
22
23
sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal
milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi- geografis yang
sudah dikenal
4) Tergugat telah mendaftarkan mereknya berdasarkan itikad tidak baik (Pasal 4 UUM 2001)
Tergugat meniru buah pikir, kreasi serta hasil kerja keras penggugat yang tealh dibina selama
bertahun-tahun dengan biaya yang tidak murah, tidak tanggung jawab, tergugat meniru merek
KATOM milik penggugat secara keseluruhan sehingga hal ini merupakan suatu siavish
imitation/slaafse nabostising (penjiplakan bulat-bulat. Berdasarkan adagium pirate Non Mutat
Dominum yang berarti pembajakan tidak mempunyai title yang sah/hak atas barang yang dikuasai.
Maka merek KATOM milik Tergugat sampai kapanpun tidak dapat diakui secara hukum sebagai
miliknya oleh karena telah didaftarkan dengan itikad tidak baik dengan maksud membonceng merek
pihak lain yang sudah dikenal masyarakat.
Itikad tidak baik juga akan timbul jika seseorang telah memakai suatu merek dalam periode
sebelumnya, tetapi memilih tidak mendaftarkan merek tersebut, jika sesorang tersebut dapat
menimbulkan bahwa dia sudah menggunakan merek, usaha mendaftarkan merek tersebut oleh
oranglain dapat dicegah dengan menyebut usaha tadi sebagai itikad tidak baik
5) Beberapa Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan Makhamah Agung R.I yang mengabulkan
gugatan pembatalan merek yang diajukan oleh pemilik sekaligus pemakai pertama dari suatu merek
walaupun belum terdaftar sama sekali
Dalam hal cara penyelesaian sengketa pembatalan pendaftaran merek antara Penggugat (PT.Garuda
Food Putra Putri Jaya) dan Tergugat (PT. Dua Kelinci) mengikuti beberapa Putusan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat dan Makhamah Agung R.I yang mengabulkan gugatan pembatalan pendaftaran merek
yang diajukan oleh pemilik sekaligus pemakaian pertama (first user) dari suatu merek walaupun
merek belum terdaftar sama sekali, dengan alasan adanya itikad baik, sebagai contoh kasus :
- Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat N0. 10/ MEREK / 2002/ PN. NIAGA. JKT.PST tanggal 4
juni 2002 dalm perkara antara PT. Merdeka Jaya Sentosa melawan PT Gumas Agung dan Direktorat
Merek mengenai sengketa merek KRESNATEL
- Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No. 69/ MEREK/2004 . PN. NIAGA. JKT. PST tanggal 15
Februari 2005 dalam perkara antara Bambang Susanto melawan Jaealani dan direktorat merek
mengenai sengketa merek 22 D DAMAI
- Putusan Mahkamah Agung RI No. 027 K/ N/ HaKI/ 2005 tanggal 25 Oktober 2005 dalam perkara
Azwari Rivai dan H. Anwar sutab Rajo Nan Sati dan Direktorat Merek mengenai Sengketa Merek
SARI BUNDO
Adanya beberapa putusan-putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan Makhamah Agung R.I yang
memenangkan perkara pemilik merek pertama (first user) tersebut di atas menjadi pertimbangan
majelis hakim pada Pengadilan Niaga Semarang untuk menyelesaikan sengketa merek antara
PT.GARUDA FOOD PUTRA PUTRI JAYA dengan PT.DUA KELINCI (HADI SUTIONO)
b. Jawaban Tergugat (PT. Dua Kelinci)
1) Kurang Pihak
Penggugat dalam gugatannya mendalilkan sebagai pemilik merek yang tidak terdaftar yang dapat
mengajukan gugatan sebagaimana yang dimaksud ayat (2) Pasal 68, itikad tidak baik Tergugat dalam
mendaftarkan mereknya yang sama secara keseluruhan dengan merek KATOM milik Pengggugat dan
memasalahkan mengenai Sertifikat Merek yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jendaral Hak
Kekayaan Intelektual sebagaimana sertifikat Merek No. IDM000051456 atas nama Tergugat. Namun
dalam gugatan Penggugat, pihak Direktorat Jendaral Kekekayanan intelektual sebagai pihak yang
mengeluarkan sertifikat Merek tersebut tidak ikut digugat. Padahal secara yuridis berdasarkan
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 diterima tidaknya suatu permohonan Merek serta terbitnya
24
sertifikat Merek tersebut tidak lepas dari peran direktorat Jendaral Hak Kekayaan Intelektual.
Dalam uraian di atas, bila dilihat secara garis besar telah memenuhi dan sesuai dengan apa yang
telah ditentukan dalam UUM 2001, namun terdapat beberapa hal yang menurut penulis tidak sesuai
atau tidak diterapkan, diantaranya tidak diwajibkannya Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI) diikut
sertakan sebagai pihak yang tergugat, karena Direktorat Jendaral Hak Kekayaan Intelektual
melaksanakan isi putusan badan peradilan sebagaimna diatur dalam Pasal 70 ayat (3) ayat (2) dan 71
Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang merek , ini menyebabkan tidaklah menyebabkan gugatan
Penggugat kurang pihak, dan karena keberatan-keberatan mengenai hal tersebut dikesampingkan.
25
memperoleh Hak Eksekutif dan perlindungan hukum atas merek KATOM (sejak tanggal 16 Maret
2004),
3. Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga semarang dalam pertimbangan hukum judex Facti pada
halaman 55 alenia 2, yang menyatakan bahwa promosi yang genjar dilaksanaka dan diproduksi yang
telah dipasarkan oleh Penggugat adalah dengan memakai merek KATOM yang diproduksi garuda
food, pertimbangan ini sekaligus mempertimbangkan eksepsi Tergugat yang menyatakan kalau merek
yang dipakai oleh Penggugat bukan merek KATOM tapi merek GARUDA, namun dari keterangan
saksi-saksi yang menjual secara grosir dimana konsumen mengenai produksi Penggugat tersebut
dengan merek KATOM.
4. Majelis hakim Pengadilan Niaga Semarang nyata-nyata telah salah dalam penerapan hukum,
dimana majelis Hakim Pengadilan Niaga Semarang menerapkan Sistem Deklaratif dengan
memberikan perlindungan terhadap pemakai pertama sedangakan, Sebagaimana yang diatur dalam
Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001, dimana merek menganut azas tunggal yaitu azas
Konstitutif, dimana azas ini membawa era bam perlindungan merek berdasrkan doktrin filling system
di atas itu, ditegakkan prinsip prior in filling yang mengandung prinsip hukum prior in tempore,mettor
injure artinya Pendaftar pertama (the first to file) adalah apling unggul dan paling baerhak atas merek
yang berrsangkutan, dengan demikian Pemohon Kasasi (Tergugat) adalah pemilik merek yang paling
berhak atas merek KATOM untuk kelas barang dan jasa 29.
B. 2. Cara penyelesaian sengketa pembatalan pendaftaran merek antara garuda food dan dua kelinci
Penyelesaian sengketa merek adalah suatu proses yang di tempuh di dalam menyelesaian pertikaian,
perselisihan atau konflik kepemilikan hak merek baik melalui jalur pengadilan (litigasi) dengan
mengajukan gugatan perdata berupa ganti rugi kepada pengadilan jika mereknya digunakan pihak lain
tanpa hak maupun melalui Alternatif Penyelesain Sengketa (APS) atau non litigasi, seperti yang
digunakan oleh PT DUA KELINCI (HADI SUTIONO) dan PT.GARUDA FOOD PUTRA PUTRI JAYA
dalam penyelesain sengketa merek dagang KATOM.
Pengadilan dipilih sebagai satu cara dalam proses penyelesaian sengketa di bidang merek yang
sesuai dengan Undang-Undang No. 15 tahun 2001 tentang Merek khususnya di dalam penyelesaian
sengketa gugatan pembatalan pendaftaran merek antara PT DUA KELINCI (HADI SUTIONO) dan
PT.GARUDA FOOD PUTRA PUTRI JAYA yang diperiksa pada Pengadilan Niaga Semarang pada 22
April 2007 dalam surat gugatan tanggal 12 April 2007 dengan nomer register No.05/HAKI/M/2007/
PN.NIAGA.SMG dan Putusan Kasasi No. 032 K/PDT. SUS/2007 karena ada keberatan dari pihak
Tergugat.
Alternatif penyelesaian sengketa juga dipilih oleh PT DUA KELINCI (HADI SUTIONO) dan
PT.GARUDA FOOD PUTRA PUTRI JAYA Pada 3 Juli 2008 karena adanya hubungan bisnis antara
kedua perusahan makanan ringan maka kedua belah pihak atas prakarsa pihak ketiga.
26
siapa yang untuk pertama kali memakai untuk keperluan tersebut di Indonesia.
Sifat dari pada pendaftaran hanya adalah diberikan sesuatu dugaan hukum (rechtsvermoeden) bahwa
orang atas nama siapa sesuatu merek itu didaftarkan dianggap menurut hukum seolah-olah memang
diakui sebagai pemakai pertama di Indonesia dan karenanya pemilik dari merek bersangkutan. Akan
tetapi jika seseorang lain dapat membuktikan hak yang lebih kuat, maka dari pada sipendaftar ini
menjadi kalah dan hak dari pihak ketiga itulah yang diakuli oleh hukum sebagai yang berhak atas
suatu merek.
Pertimbangan Majelis Hakim pada Pengadilan Niaga Semarang pada putusannya menggunakan
sistem deklaratif pada putusannya karena pengguat untuk menentukan adanya itikad buruk serta
adanya persamaan pada keseluruhannya antara merek KATOM milik Tergugat dan merek KATOM
Pengguat telah mengajukan bukti tertulis serta 7 orang saksi dan satu orang saksi ahli dan berdasar
Pasal 68 UUM 2001 gugatan pembatalan merek dapat didasarkan atas dasar sebagaimana dimaksud
Pasal 4 , Pasal 5, Pasal 6 yang artinya dapat menggunakan alasan secara alternative maupun
komulasi.
Adanya bukti-bukti dimana Penggugat telah gencar mempromosikan produk kacang dengan merek
Kacang Atom yang disingkat KATOM sejak tahun 2003, dan keterangan saksi-saksi yang diajukan
oleh Penggugat berupa penjual grosir dan bagian periklanan dimana produk kacang dengan merek
KATOM telah dipasarkan sejak tahun 2003 seperti pertimbangan hakim Pengadilan Niaga Semarang
halaman 54 alenia 1, maka telah terbukti kalau Penggugat adalah pemakai pertama dari merek
KATOM tersebut sebelum terguggat mendaftarkan merek KATOM.
C.PENUTUP
C.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasaan tentang penyelesaian sengketa pembatalan
pendaftaran merek antara Dua kelinci dan garuda food, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Terjadinya sengketa para pihak Garuda Food dan Dua Kelinci yang disebabkan PT. GARUDA
FOOD PUTRI JAYA, melakukan gugatan kepada HADI SUTIONO (DUA KELINCI) karena :
- Melanggar Undang-Undang No.15 Tahun 2001 yaitu Pasal 4 jo Pasal 6 ayat (1) UUM 2001 dan
Penggugat adalah pemilik sah merek KATOM yang dikenal khalayak ramai (pemilik merek pertama)
- Penjelasan Pasal 4 jo Penjelasan Pasal 6 UUM 2001 pada Merek Tergugat mempunyai persamaan
pada keseluruhan dengan merek KATOM milik Penggugat untuk barang yang sejenis
- Terguggat telah mendaftarkan mereknya berdasarkan itikad tidak baik, yang merupakan keterangan
atas barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya yaitu keterangan makanan ringan Kelas 29
untuk dijadikan merek.
2. Penyelesaian perselisihan dan pelanggaran hak atas merek di Indonesia dapat melalui
- Penyelesaian sengketa di pengadilan (litigasi)
- Di luar pengadilan (non litigasai) yakni menggunakan sarana lembaga ADR (Alternatif Dispute
Resolution), yaitu melalui tuntutan pidana ataupun tuntutan perdata
- Pada kasus cara penyelesaian sengketa pembatalan pendaftaran merek antara PT. GARUDA FOOD
PUTRA PUTRI JAYA dengan PT. DUA KELINCI (HADI SUTIONO) di Pengadilan Niaga Semarang
- Lembaga non litigasi yakni mediasi atas prakarasa pihak ke tiga setelah adanya putusan kasasi
Makhamah Agung Republik Indonesia.
3. Pertimbangan hukum majelis Hakim Pengadilan Niaga di dalam penyelesain sengketa gugatan
27
pembatalan pendaftaran merek, bila dilihat dari kasus antara PT. GARUDA FOOD PUTRA PUTRI
JAYA dengan PT. DUA KELINCI :
- Secara garis besar telah memenuhi dan sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh Undang-Undang
No. 15 Tahun 2001 tentang merek.
- Terdapat kesalahan dalam penerapan hukumnya yang masih menggunakan sistem yang telah lama
ditinggalkan yaitu sistem deklaratif bukan menggunakan sistem konstitutif sesuai dengan UUM 2001
dimana pendaftar pertama yang memperoleh hak atas merek bukan pemakai pertama yang
memperoleh hak atas merek.
C.2 Saran
1. Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dimungkinkan adanya penyelesaian
sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa sehingga perlu disosialisasikan
terus menerus supaya para pihak yang bersengketa tidak perlu menyelesaikan sengketanya melalui
gugatan di Pengadilan yang memerlukan waktu yang lama, jadi dengan dipergunakannya Arbitrase
atau Alternatif Penyelesaian Sengketa bisa mengurangi tumpukan perkara di Pengadilan Niaga.
2. Perlu melakukan pembenahan institusi Pengadilan Niaga, khususnya kepada aparatur penegak
hukum dalam hal ini Hakim pada Pengadilan Niaga sebagai Pengadilan yang mempunyai
kompentensi penyelesaian sengketa hak kekayaan intelektual untuk lebih dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dari para hakim itu sendiri, sehingga diharapkan pembenahan sistem
Pengadilan Niaga ini nantinya akan meningkatkan mutu atau kualitas putusan pengadilan terhadap
sengketa hukum merek yang mampu menjawab rasa keadilan dan memunculkan hakim-hakim yang
profesional dan tentunya memberikan hasil yang maksimal pada putusannya.
D. DAFTAR PUSTAKA
8.
8 contoh kasus Cyber Crime yang pernah terjadi beserta modus dan analisa
penyelesaiannya
28
KASUS 1 :
Pada tahun 1982 telah terjadi penggelapan uang di bank melalui komputer sebagaimana
diberitakan Suara Pembaharuan edisi 10 Januari 1991 tentang dua orang mahasiswa yang
membobol uang dari sebuah bank swasta di Jakarta sebanyak Rp. 372.100.000,00 dengan
menggunakan sarana komputer. Perkembangan lebih lanjut dari teknologi komputer adalah
berupa computer networkyang kemudian melahirkan suatu ruang komunikasi dan informasi
global yang dikenal dengan internet.
29
Pada kasus tersebut, kasus ini modusnya adalah murni criminal, kejahatan jenis ini biasanya
menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan.
Penyelesaiannya, karena kejahatan ini termasuk penggelapan uang pada bank dengan
menggunaka komputer sebagai alat melakukan kejahatan. Sesuai dengan undang-undang yang
ada di Indonesia maka, orang tersebut diancam dengan pasal 362 KUHP atau Pasal 378 KUHP,
tergantung dari modus perbuatan yang dilakukannya.
KASUS 2 :
Kasus ini terjadi saat ini dan sedang dibicarakan banyak orang, kasus video porno Ariel
PeterPan dengan Luna Maya dan Cut Tari, video tersebut di unggah di internet oleh seorang
yang berinisial RJ dan sekarang kasus ini sedang dalam proses.
Pada kasus tersebut, modus sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu
yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut.
Penyelesaian kasus ini pun dengan jalur hukum, penunggah dan orang yang terkait dalam video
tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut, Pasal 29 UURI No. 44 th 2008 tentang
Pornografi Pasal 56, dengan hukuman minimal 6 bulan sampai 12 tahun. Atau dengan denda
minimal Rp 250 juta hingga Rp 6 milyar. Dan atau Pasal 282 ayat 1 KUHP.
KASUS 3 :
Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk mempelajari
sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Adapun mereka
yang sering melakukan aksi-aksi perusakan di internet lazimnya disebutcracker. Boleh dibilang
cracker ini sebenarnya adalah hacker yang yang memanfaatkan kemampuannya untuk hal-hal
yang negatif. Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari
pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs web, probing, menyebarkan virus,
30
hingga pelumpuhan target sasaran. Tindakan yang terakhir disebut sebagai DoS (Denial Of
Service). Dos attack merupakan serangan yang bertujuan melumpuhkan target (hang, crash)
sehingga tidak dapat memberikan layanan.
Pada kasus Hacking ini biasanya modus seorang hacker adalah untuk menipu atau mengacakacak data sehingga pemilik tersebut tidak dapat mengakses web miliknya. Untuk kasus ini Pasal
406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking yang membuat sistem milik orang
lain, seperti website atau program menjadi tidak berfungsi atau dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
KASUS 4 :
Carding, salah satu jenis cyber crime yang terjadi di Bandung sekitar Tahun 2003. Carding
merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dan
digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. Para pelaku yang kebanyakan remaja
tanggung dan mahasiswa ini, digerebek aparat kepolisian setelah beberapa kali berhasil
melakukan transaksi di internet menggunakan kartu kredit orang lain. Para pelaku, rata-rata
beroperasi dari warnet-warnet yang tersebar di kota Bandung. Mereka biasa bertransaksi
dengan menggunakan nomor kartu kredit yang mereka peroleh dari beberapa situs. Namun lagilagi, para petugas kepolisian ini menolak menyebutkan situs yang dipergunakan dengan alasan
masih dalam penyelidikan lebih lanjut.
Modus kejahatan ini adalah pencurian, karena pelaku memakai kartu kredit orang lain untuk
mencari barang yang mereka inginkan di situs lelang barang. Karena kejahatan yang mereka
lakukan, mereka akan dibidik dengan pelanggaran Pasal 378 KUHP tentang penipuan, Pasal 363
tentang Pencurian dan Pasal 263 tentang Pemalsuan Identitas.
KASUS 5 :
31
Penyebaran virus dengan sengaja, ini adalah salah satu jenis kasus cyber crime yang terjadi
pada bulan Juli 2009, Twitter (salah satu jejaring social yang sedang naik pamor di masyakarat
belakangan ini) kembali menjadi media infeksi modifikasi New Koobface, worm yang mampu
membajak akun Twitter dan menular melalui postingannya, dan menjangkiti semua follower.
Semua kasus ini hanya sebagian dari sekian banyak kasus penyebaran
malware
di seantero jejaring social. Twitter tak kalah jadi target, pada Agustus 2009 diserang oleh
penjahat cyber yang mengiklankan video erotis. Ketika pengguna mengkliknya, maka otomatis
mendownload Trojan-Downloader.Win32.Banload.sco.
Modus serangannya adalah selain menginfeksi virus, akun yang bersangkutan bahkan si
pemiliknya terkena imbas. Karena si pelaku mampu mencuri nama dan password pengguna, lalu
menyebarkan pesan palsu yang mampu merugikan orang lain, seperti permintaan transfer
uang . Untuk penyelesaian kasus ini, Tim keamanan dari Twitter sudah membuang infeksi
tersebut. Tapi perihal hukuman yang diberikan kepada penyebar virusnya belum ada kepastian
hukum.
KASUS 6 :
Cybersquatting adalah mendaftar, menjual atau menggunakan nama domain dengan maksud
mengambil keuntungan dari merek dagang atau nama orang lain. Umumnya mengacu pada
praktek membeli nama domain yang menggunakan nama-nama bisnis yang sudah ada atau
nama orang orang terkenal dengan maksud untuk menjual nama untuk keuntungan bagi bisnis
mereka . Contoh kasus cybersquatting, Carlos Slim, orang terkaya di dunia itu pun kurang sigap
dalam mengelola brandingnya di internet, sampai domainnya diserobot orang lain. Beruntung
kasusnya bisa digolongkan cybersquat sehingga domain carlosslim.com bisa diambil alih.
Modusnya memperdagangkan popularitas perusahaan dan keyword Carlos Slim dengan cara
menjual iklan Google kepada para pesaingnya. Penyelesaian kasus ini adalah dengan
menggunakan prosedur Anticybersquatting Consumer Protection Act (ACPA), memberi hak untuk
pemilik merek dagang untuk menuntut sebuah cybersquatter di pengadilan federal dan
32
mentransfer nama domain kembali ke pemilik merek dagang. Dalam beberapa kasus,
cybersquatter harus membayar ganti rugi uang.
KASUS 7 :
Salah satu contoh kasus yang terjadi adalah pencurian dokumen terjadi saat utusan khusus
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa
berkunjung di Korea Selatan. Kunjungan tersebut antara lain, guna melakukan pembicaraan
kerja sama jangka pendek dan jangka panjang di bidang pertahanan. Delegasi Indonesia
beranggota 50 orang berkunjung ke Seoul untuk membicarakan kerja sama ekonomi, termasuk
kemungkinan pembelian jet tempur latih supersonik T-50 Golden Eagle buatan Korsel dan
sistem persenjataan lain seperti pesawat latih jet supersonik, tank tempur utama K2 Black
Panther dan rudal portabel permukaan ke udara. Ini disebabkan karena Korea dalam persaingan
sengit dengan Yak-130, jet latih Rusia. Sedangkan anggota DPR yang membidangi Pertahanan
(Komisi I) menyatakan, berdasar informasi dari Kemhan, data yang diduga dicuri merupakan
rencana kerja sama pembuatan 50 unit pesawat tempur di PT Dirgantara Indonesia (DI). Pihak
PT DI membenarkan sedang ada kerja sama dengan Korsel dalam pembuatan pesawat tempur
KFX (Korea Fighter Experiment). Pesawat KFX lebih canggih daripada F16. Modus dari kejahatan
tersebut adalah mencuri data atau data theft, yaitu kegiatan memperoleh data komputer
secara tidak sah, baik digunakan sendiri ataupun untuk diberikan kepada orang lain. Indentity
Theftmerupakan salah satu jenis kejahatan ini yang sering diikuti dengan kejahatan penipuan.
Kejahatan ini juga sering diikuti dengan kejahatan data leakage. Perbuatan melakukan
pencurian dara sampai saat ini tidak ada diatur secara khusus.
KASUS 8 :
Perjudian online, pelaku menggunakan sarana internet untuk melakukan perjudian. Seperti
yang terjadi di Semarang, Desember 2006 silam. Para pelaku melakukan praktiknya dengan
menggunakan system member yang semua anggotanya mendaftar ke admin situs itu, atau
33
0
Older posts
8 contoh kasus Cyber Crime yang pernah terjadi beserta modus dan analisa
penyelesaiannya
34
KASUS 1 :
Pada tahun 1982 telah terjadi penggelapan uang di bank melalui komputer sebagaimana
diberitakan Suara Pembaharuan edisi 10 Januari 1991 tentang dua orang mahasiswa yang
membobol uang dari sebuah bank swasta di Jakarta sebanyak Rp. 372.100.000,00 dengan
menggunakan sarana komputer. Perkembangan lebih lanjut dari teknologi komputer adalah
berupa computer networkyang kemudian melahirkan suatu ruang komunikasi dan informasi
global yang dikenal dengan internet.
35
Pada kasus tersebut, kasus ini modusnya adalah murni criminal, kejahatan jenis ini biasanya
menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan.
Penyelesaiannya, karena kejahatan ini termasuk penggelapan uang pada bank dengan
menggunaka komputer sebagai alat melakukan kejahatan. Sesuai dengan undang-undang yang
ada di Indonesia maka, orang tersebut diancam dengan pasal 362 KUHP atau Pasal 378 KUHP,
tergantung dari modus perbuatan yang dilakukannya.
KASUS 2 :
Kasus ini terjadi saat ini dan sedang dibicarakan banyak orang, kasus video porno Ariel
PeterPan dengan Luna Maya dan Cut Tari, video tersebut di unggah di internet oleh seorang
yang berinisial RJ dan sekarang kasus ini sedang dalam proses.
Pada kasus tersebut, modus sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu
yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut.
Penyelesaian kasus ini pun dengan jalur hukum, penunggah dan orang yang terkait dalam video
tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut, Pasal 29 UURI No. 44 th 2008 tentang
Pornografi Pasal 56, dengan hukuman minimal 6 bulan sampai 12 tahun. Atau dengan denda
minimal Rp 250 juta hingga Rp 6 milyar. Dan atau Pasal 282 ayat 1 KUHP.
KASUS 3 :
Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk mempelajari
sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Adapun mereka
yang sering melakukan aksi-aksi perusakan di internet lazimnya disebutcracker. Boleh dibilang
cracker ini sebenarnya adalah hacker yang yang memanfaatkan kemampuannya untuk hal-hal
yang negatif. Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari
pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs web, probing, menyebarkan virus,
36
hingga pelumpuhan target sasaran. Tindakan yang terakhir disebut sebagai DoS (Denial Of
Service). Dos attack merupakan serangan yang bertujuan melumpuhkan target (hang, crash)
sehingga tidak dapat memberikan layanan.
Pada kasus Hacking ini biasanya modus seorang hacker adalah untuk menipu atau mengacakacak data sehingga pemilik tersebut tidak dapat mengakses web miliknya. Untuk kasus ini Pasal
406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking yang membuat sistem milik orang
lain, seperti website atau program menjadi tidak berfungsi atau dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
KASUS 4 :
Carding, salah satu jenis cyber crime yang terjadi di Bandung sekitar Tahun 2003. Carding
merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dan
digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. Para pelaku yang kebanyakan remaja
tanggung dan mahasiswa ini, digerebek aparat kepolisian setelah beberapa kali berhasil
melakukan transaksi di internet menggunakan kartu kredit orang lain. Para pelaku, rata-rata
beroperasi dari warnet-warnet yang tersebar di kota Bandung. Mereka biasa bertransaksi
dengan menggunakan nomor kartu kredit yang mereka peroleh dari beberapa situs. Namun lagilagi, para petugas kepolisian ini menolak menyebutkan situs yang dipergunakan dengan alasan
masih dalam penyelidikan lebih lanjut.
Modus kejahatan ini adalah pencurian, karena pelaku memakai kartu kredit orang lain untuk
mencari barang yang mereka inginkan di situs lelang barang. Karena kejahatan yang mereka
lakukan, mereka akan dibidik dengan pelanggaran Pasal 378 KUHP tentang penipuan, Pasal 363
tentang Pencurian dan Pasal 263 tentang Pemalsuan Identitas.
KASUS 5 :
37
Penyebaran virus dengan sengaja, ini adalah salah satu jenis kasus cyber crime yang terjadi
pada bulan Juli 2009, Twitter (salah satu jejaring social yang sedang naik pamor di masyakarat
belakangan ini) kembali menjadi media infeksi modifikasi New Koobface, worm yang mampu
membajak akun Twitter dan menular melalui postingannya, dan menjangkiti semua follower.
Semua kasus ini hanya sebagian dari sekian banyak kasus penyebaran
malware
di seantero jejaring social. Twitter tak kalah jadi target, pada Agustus 2009 diserang oleh
penjahat cyber yang mengiklankan video erotis. Ketika pengguna mengkliknya, maka otomatis
mendownload Trojan-Downloader.Win32.Banload.sco.
Modus serangannya adalah selain menginfeksi virus, akun yang bersangkutan bahkan si
pemiliknya terkena imbas. Karena si pelaku mampu mencuri nama dan password pengguna, lalu
menyebarkan pesan palsu yang mampu merugikan orang lain, seperti permintaan transfer
uang . Untuk penyelesaian kasus ini, Tim keamanan dari Twitter sudah membuang infeksi
tersebut. Tapi perihal hukuman yang diberikan kepada penyebar virusnya belum ada kepastian
hukum.
KASUS 6 :
Cybersquatting adalah mendaftar, menjual atau menggunakan nama domain dengan maksud
mengambil keuntungan dari merek dagang atau nama orang lain. Umumnya mengacu pada
praktek membeli nama domain yang menggunakan nama-nama bisnis yang sudah ada atau
nama orang orang terkenal dengan maksud untuk menjual nama untuk keuntungan bagi bisnis
mereka . Contoh kasus cybersquatting, Carlos Slim, orang terkaya di dunia itu pun kurang sigap
dalam mengelola brandingnya di internet, sampai domainnya diserobot orang lain. Beruntung
kasusnya bisa digolongkan cybersquat sehingga domain carlosslim.com bisa diambil alih.
Modusnya memperdagangkan popularitas perusahaan dan keyword Carlos Slim dengan cara
menjual iklan Google kepada para pesaingnya. Penyelesaian kasus ini adalah dengan
menggunakan prosedur Anticybersquatting Consumer Protection Act (ACPA), memberi hak untuk
pemilik merek dagang untuk menuntut sebuah cybersquatter di pengadilan federal dan
38
mentransfer nama domain kembali ke pemilik merek dagang. Dalam beberapa kasus,
cybersquatter harus membayar ganti rugi uang.
KASUS 7 :
Salah satu contoh kasus yang terjadi adalah pencurian dokumen terjadi saat utusan khusus
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa
berkunjung di Korea Selatan. Kunjungan tersebut antara lain, guna melakukan pembicaraan
kerja sama jangka pendek dan jangka panjang di bidang pertahanan. Delegasi Indonesia
beranggota 50 orang berkunjung ke Seoul untuk membicarakan kerja sama ekonomi, termasuk
kemungkinan pembelian jet tempur latih supersonik T-50 Golden Eagle buatan Korsel dan
sistem persenjataan lain seperti pesawat latih jet supersonik, tank tempur utama K2 Black
Panther dan rudal portabel permukaan ke udara. Ini disebabkan karena Korea dalam persaingan
sengit dengan Yak-130, jet latih Rusia. Sedangkan anggota DPR yang membidangi Pertahanan
(Komisi I) menyatakan, berdasar informasi dari Kemhan, data yang diduga dicuri merupakan
rencana kerja sama pembuatan 50 unit pesawat tempur di PT Dirgantara Indonesia (DI). Pihak
PT DI membenarkan sedang ada kerja sama dengan Korsel dalam pembuatan pesawat tempur
KFX (Korea Fighter Experiment). Pesawat KFX lebih canggih daripada F16. Modus dari kejahatan
tersebut adalah mencuri data atau data theft, yaitu kegiatan memperoleh data komputer
secara tidak sah, baik digunakan sendiri ataupun untuk diberikan kepada orang lain. Indentity
Theftmerupakan salah satu jenis kejahatan ini yang sering diikuti dengan kejahatan penipuan.
Kejahatan ini juga sering diikuti dengan kejahatan data leakage. Perbuatan melakukan
pencurian dara sampai saat ini tidak ada diatur secara khusus.
KASUS 8 :
Perjudian online, pelaku menggunakan sarana internet untuk melakukan perjudian. Seperti
yang terjadi di Semarang, Desember 2006 silam. Para pelaku melakukan praktiknya dengan
menggunakan system member yang semua anggotanya mendaftar ke admin situs itu, atau
39
40