Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap waktu makan mengingatkan bahwa kita serupa dengan hewan
heterotrof yang bergantung pada suplai makanan secara reguler yang diperoleh
dari organisme

lain. Sebagai suatu kelompok,

hewan memperlihatkan

keanekaragaman adaptasi nutrisional yang sangat tinggi. Sebagian besar hewan


tidak dapat membuat makanannya sendiri, sehingga ada yang disebut dengan
hewan pemakan tumbuhan (herbivora), hewan pemakan daging (karnivora), dan
hewan pemakan daging dan tumbuhan (omnivora). Berdasarkan hal tersebut
system pencernaan makanan pada hewan pun berbeda-beda, sesuai dengan
kebutuhan dan tempat hidupnya. Dalam mencari makanannya hewan mempunyai
perilaku-perilaku dalam mempertahankan diri dari pemangsa atau hewan yang
dimangsanya karena semua kebutuhan makan dan dimakan merupakan perilaku
hewan untuk mempertahankan diri dan untuk menghasilkan energi (Kay, 1998).
Bagi semua hewan, makanan yang secara nutrisi memadai sangat
diperlukan

untuk

homeostatis.

Komposisi

yang

seimbang

menyediakan

bahan bakar untuk kerja seluler, dan juga semua bahan-bahan yang diperlukan
oleh tubuh untuk membangun molekulnya sendiri.
Hewan adalah organisme heterotrof yang memerlukan bahan bakar,
kerangka karbon, dan nutrien esensial. Makanan yang secara nutrisi memadai
harus memenuhi tiga kebutuhan: bahan mentah organik yang dipakai hewan
dalam biosintesis (kerangka karbon untuk membuat banyak molekulnya sendiri),
dan nutrien esensial, bahan-bahan yang tidak dapat dibuat oleh hewan itu sendiri
dari bahan mentah apapun dan dengan demikian harus didapatkan dari makanan
dalam bentuk siap pakai. Hewan pada umumnya tidak dapat memproduksi
makanan sendiri (dalam tubuhnya) nutrisi ini, jadi harus ada makanan dari luar. Di
dalam tubuh, bahan yang masuk ini dapat diubah atau dikonversikan menjadi
berbagai senyawa lain yang diperlukan dan langsung digunakan (struktur tubuh,
energi, metabolism, dan lain-lain). Atau disimpan sebagai cadangan. Nutrisi yang

masuk saling membantu dan mempengaruhi, sehingga seringkali tidak dapat


dikatakan bahwa salah satu nutrisi selalu lebih penting daripada lainnya.
Berdasarkan uraian teori singkat pada latar belakang di atas, maka penulis
bermaksud memberikan penjelasan terkait materi Feeding Behavior atau
perilaku makan. Makalah ini akan membahas tentang aspek-aspek yang
berhubungan erat dengan perilaku makan pada hewan dan penggolongan hewan
berdasarkan makanannya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja kebutuhan makanan pada hewan ?
2. Bagaimana cara hewan memperoleh makanan ?
3. Bagaimana mengelompokkan hewan berdasarkan makanannya ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui berbagai kebutuhan makanan yang ada pada hewan
2. Untuk mengetahui cara hewan memperoleh makanan
3. Untuk memahami dan mengetahui pengelompokan hewan berdasarkan
makanannya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perilaku Makan


Perilaku makan adalah penampakan tingkah laku dalam kaitanya dengan
aktivitas makan. Aktivitas makan itu sendiri merupakan bagian dari aktivitas
harian. Pada burung umumnya aktivitas tersebut dilakukan pada pagi hari hingga
sore hari, kecuali pada beberapa jenis burung malam nocturnal bahwa perilaku
makan pada makhluk hidup mencakup semua proses konsumsi bahan makanan
yang bermanfaat dalam bentuk padat atau cair (Kay, 1998).
Perilaku makan binatang bervariasi baik lamanya makan maupun
frekuensi tingkah laku pada saat makan. Perilaku makan dari tiap-tiap spesies
hewan memiliki cara-cara yang spesifik. Faktor yang mempengaruhi berbedanya
cara makan antara lain morfologi hewan yang mencari makan, rangsangan dari
makanan itu sendiri dan faktor dari dalam tubuh hewan yang akan memberikan
urutan gerak tubuh pada hewan tersebut.
Menurut Isnaeni (2006) jenis-jenis burung yang mencari makan di bawah
permukaan air akan memburu mangsa mereka dengan menggunakan ujung
paruhnya yang sensitif, oleh karena itu mereka memiliki ukuran mata yang lebih
kecil karena tidak terlalu membutuhkannya untuk melihat mangsa. Mereka
biasanya

mencari

mangsa

dalam

kelompok

yang

cukup

besar

yang

memungkinkan memperoleh manfaat karena mangsa yang terganggu akan lebih


mudah ditemukan. Beberapa jenis burung memiliki ukuran kaki yang lebih
panjang yang memungkinkan mereka berjalan diperairan dangkal atau lumpur
halus. Sementara itu yang memiliki kaki yang lebih pendek hanya dapat mencari
makan pada substrat lumpur yang lebih keras.
Secara umum hewan mempunyai tiga cara dalam memperoleh makanan,
yaitu (1) tetap berada ditempat dan makanan datang sendiri, (2) berjalan untuk
mencari makan dan (3) menjadi parasit pada organisme lain. Tingkah laku makan
kuntul seperti halnya tingkah laku lainnya, dipengaruhi oleh faktor genetik, suhu
lingkungan, jenis makanan yang tersedia dan habitat. Faktor genetik seperti telah
diuraikan diatas. Faktor suhu lingkungan dapat mempengaruhi jumlah makanan
yang dikonsumsi.
Menurut Pratiwi (2006), kuntul senang mencari makan berkelompok baik
dengan kelompok sesama kuntul maupun dengan burung cangak dan bluwok
tanpa terlihat adanya persaingan. Kuntul besar diketahui lebih menyukai lokasi
mencari makan yang memiliki ketinggian air tertentu, biasanya di daerah tersebut
3

merupakan pinggiran sungai, tambak, daerah bakau atau rawa dan daerah pantai.
Jenis makanan utamanya adalah ikan serta hewan lain seperti crustacea, amfibi,
dan mamalia kecil. Sama seperti cara mencari makan kebanyakan burung air
lainya burung kuntul memiliki beberapa tahapan dalam mencari makan
diantaranya yaitu berdiri tegak, dan melihat-lihat mangsanya. Pada saat
mangsanya berada dipermukaan tanah, maka mereka akan segera berlari dan
kemudian merunduk untuk mematuk mangsanya. Itu merupakan salah satu contoh
dari pengertian perilaku makan pada hewan.
2.2 Kebutuhan Makan Pada Hewan
Kebutuhan hewan untuk mendapat asupan makan atau nutrisi sangat
diperlukan, karena hewan juga merupakan makhluk hidup yang dapat
menyeimbangkan ekosistem dan dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk
dapat mempertahankan kehidupannya ( tumbuh dan berkembang biak) hewan
memerlukan masukan berupa pakan yang harus mengandung berbagai senyawa
(nutrisi). Hewan pada umumnya tidak dapat memproduksi makanan sendiri
(dalam tubuhnya) nutrisi ini, jadi harus ada makanan dari luar. Di dalam tubuh,
bahan yang masuk ini dapat diubah atau dikonversikan menjadi berbagai senyawa
lain yang diperlukan dan langsung digunakan (struktur tubuh, energi, metabolism,
dan lain-lain) atau disimpan sebagai cadangan. Nutrisi yang masuk saling
membantu dan mempengaruhi, sehingga seringkali tidak dapat dikatakan bahwa
salah satu nutrisi selalu lebih penting daripada lainnya (Sukarsono, 2012).
Makanan adalah sumber energi untuk partumbuhan, pemeliharaan dan
reproduksi pada hewan. Makanan yang tersedia di sekitar lingkungan hidupnya
tidak begitu saja dapat langsung digunakan untuk keperluan hidupnya. Makanan
tersebut harus diolah melalui serangkaian proses fisiologi mulai dari menelan
(ingesti), mencerna (digesti), menyerap sari makanan (absorpsi), dan pengeluaran
sisa-sisa makanan (defekasi). Tingkah laku makan pada hewan merupakan bagian
dari proses ingesti atau proses memasukkan makanan dari lingkungan luar ke
dalam tubuhnya. Tingkah laku makan tersebut selain dipengaruhi oleh keadaan
fisik pada hewan juga dipengaruhi oleh kepadatan populasi dan persaingan untuk
memperoleh makanan (Yasin, 2013).

Hewan beragam dalam keluasan cita rasanya. Dari yang sangat khusus
hingga ke pemakan umum yang dapat memilih di antara sekumpulan spesies yang
dapat dimakan. Tujuan makanan ialah energi, tetapi energi diperlukan untuk
mencari

makanan.

Jadi

hewan

berperilaku

sedemikian

rupa

untuk

memaksimumkan perbandingan kerugian/keuntungan dari pencarian makanan itu.


Kerugian energi dari mencari makanan diusahakan seminimum mungkin melalui
perkembangan citra mencari untuk macam makanan yang, untuk sementara,
menghasilkan keuntungan yang besar. Untuk beberapa species, citra mencari itu
mungkin bukan perwujudan makannya saja, melainkan tempatnya yang khusus.
Banyak pula hewan yang menggunakan energinya untuk membangun perangkap,
daya tarik dan sejenisnya untuk menarik mangsanya agar berada dalam
jangkauannya. Sebagian besar kehidupan hewan sosial berkisar pada makan
bersama.
Agar bisa sintas dan bereproduksi mereka harus menyeimbangkan
konsumsi, penyimpanan, dan penggunaan makanan. Kelelawar misalnya
menyimpan energi yang sebagian besar dalam bentuk lemak tubuh untuk periode
hibernasi. Makan terlalu sedikit, terlalu banyak, atau campuran makanan yang
salah dapat membahayakan kesehatan hewan (Yammamoto, 2004.).
2.3 Cara Hewan Memperoleh Makan
Sebagian besar hewan memakan organisme lain, mati atau hidup, utuh
atau secara sepotong-sepotong. Yang merupakan pengecualian adalah hewan
parasitik tertentu, seperti cacing pita, yang menyerap molekul organik melalui
permukaan tubuhnya. Secara umum, hewan digolongkan ke dalam salah satu dari
tiga kategori berdasarkan makanannya. Herbivora, termasuk gorila, sapi, kelinci,
dan banyak keong memakan organisme autotrof (tumbuhan, alga atau ganggang).
Karnivora, seperti hiu, burung elang, laba-laba, dan ular memakan hewan lain.
Omnivora secara reguler mengonsumsi hewan dan juga tumbuhan atau alga.
Hewan omnivora meliputi kecoak, burung gagak, rakun, dan manusia yang
berkembang sebagai pemburu, pemakan bangkai dan pengumpul makanan.
Istilah herbivora, karnivora dan omnivora menggambarkan jenis makanan
yang umum dimakan oleh seekor hewan dan adaptasi yang memungkinkan
mereka untuk mendapatkan dan mengolah makanan tersebut. Akan tetapi,
5

sebagian besar hewan adalah oportunistik, yang memakan makanan yang berada
di luar kategori makanan utamanya ketika makanan ini tersedia. Sebagai contoh,
sapi dan rusa yang termasuk ke dalam kelompok herbivora kadang-kadang bisa
memakan hewan kecil atau telur burung bersama-sama dengan rumput dan
tumbuhan lain. Sebagian besar karnivora mendapatkan beberapa nutrien dari
bahan tumbuhan yang masih berada dalam saluran pencernaan mangsa yang
mereka makan. Semua hewan juga mengkonsumsi beberapa bakteri bersama-sama
dengan jenis makanan lain (Campbell dkk, 2004).
Hewan memerlukan senyawa organik seperti karbohidrat, lipid, dan
protein sebagai sumber energi untuk menyelenggarakan berbagai aktivitasnnya.
Namun, kemampuannya untuk menyintesis senyawa organik sangat terbatas. Oleh
karena itu, hewan berusaha memenuhi semua kebutuhannya dari tumbuhan dan
hewan lain. Organisme yang demikian dinamakan organisme heterotrof. Ada juga
hewan yang dapat menyintesis sendiri berbagai senyawa organik esensial,
contohnya Euglena. Meskipun demikian, Euglena juga memerlukan vitamin
(Faktor Pertumbuhan) yang tidak dapat disintesis sendiri sehingga organisme
tersebut tetap memerlukan senyawa organik dari sumber lain. Berdasarkan alasan
tersebut, Euglena disebut organisme mesotrof (Karyati, 2012).
Cara makan dan jenis makanan hewan sangat bervariasi, tergantung pada
susunan alat yang dimiliki serta kemampuannya untuk mempersiapkan makanan
agar dapat diserap. Hewan primitif yang belum memiliki alat pencernaan makanan
khusus seperti protozoa, parasit (endoparasit), dan cacing pita memerlukan
makanan berupa zat organik terlarut. Hewan-hewan tersebut mengambil makanan
melalui penyerapan atau pinositosis. alat pencernaan makanan yang dimiliki
biasanya berupa vakuola makanan. Hewan yang hidup menetap seperti hidra dan
Coelenterata mendapatkan makanan dengan menjerat (trapping method ) (Hladik,
1980.).
Alat yang penting untuk mendukung metode tersebut adalah knidoblas
atau nematosit yang biasanya dilengkapi dengan racun untuk menjerat
mangsanya. Beberapa hewan yang aktif seperti burung petrel, burung flamingo,
ikan hering, kepopoda, dan ikan hiu balen mencari makanan dengan cara
menyaring (filter feeding ). Menyaring untuk memperoleh makanan juga
dilakukan oleh hewan yang menetap seperti Bivalvia, bivalvia merupakan hewan

yang masuk ke dalam kelompok Mollusca yang mencakup semua kerangkerangan. Filter feeding merupakan variasi dari cara menyaring dan menjerat
(trapping). Filter feeding tidak memilih makanannya sehingga disebut non
selective feeder . Hewan seperti ini tanggap terhadap senyawa kimia atau
rangsang tertentu. Mekanisme menyaring dapat diaktifkan atau dihentikan,
tergantung pada kondisi yang ada, mereka anggap berbahaya atau tidak. Hewan
yang lain mungkin mampu memilih makanan yang diperlukan sehingga mereka
disebut selective feeder .
Pada umumnya, hewan semacam ini mendapatkan makanan dengan cara
menangkap atau memangsa. Hewan-hewan yang demikian memiliki berbagai cara
untuk menangkap mangsa dan dapat menggunakan bahan makanan secara efektif
atau mengambil sari makanan dari hewan/tumbuhan. Annelida, echinodermata,
dan hemikordata akan menyerap bahan yang diperlukannya dan membuang bahan
yang tidak diperlukannya. Selanjutnya, bahan makanan yang terkumpul akan
dihancurkan secara mekanik, apabila hewan memiliki organ pencernanya. Apabila
organ pencerna tidak dimiliki, bahan makanan tersebut langsung dicerna secara
kimia (Karyati, 2012).
Menurut Champbell (2004) mekanisme hewan menelan makanan sangat
beragam, tetapi semuanya digolongkan ke dalam empat kelompok utama, yaitu:
a. Pemakan suspensi ( suspension feeder )
Kebanyakan hewan pemakan suspensi seperti hewan akuatik ini menyaring
partikel makanan kecil dari air. Misalnya remis dan tiram menggunakan insangnya
untuk menjerat potongan-potongan kecil yang disapu bersama-sama dengan suatu
lapisan tipis mukus ke mulut oleh silia yang berdenyut atau bergerak. Contoh lain
yaitu paus baleen, hewan terbesar diantara semua hewan yang pernah hidup,
adalah juga pemakan suspensi. Mereka berenang dengan mulut ternganga, yang
menapis jutaan hewan kecil dari volume air yang begitu besar yang dipaksa
masuk melalui lempengan serupa saringan yang bertaut dengan rahangnya.
b. Pemakan substrat ( substrat feeder )
Hewan jenis ini makan sambil menggali saluran membuat jalan di dalam
makanannya. Contohnya adalah cacing tanah yang memakan sambil membuat
jalannya melalui kotoran, cacing tanah menyelamatkan bahan organik yang telah
membusuk sebagian yang dikonsumsinya bersama-sama dengan tanah.
c. Pemakan cairan ( fluid feeder )

Hewan jenis ini memperoleh makanannya dengan cara menghisap cairan


yang kaya nutrien dari inang hidup. Misalnya nyamuk dan lintah yang menghisap
darah dari hewan lain. Kebanyakan hewan pemakan cairan ini membahayakan
inangnya maka mereka dianggap sebagai parasit. Sebaliknya, burung kolibri dan
lebah menguntungkan tumbuhan inangnya dengan memindahkan serbuk sari
ketika mereka berpindah dari satu bunga ke bunga lain untuk mencari nektar.
d. Pemakan potongan besar ( bulk feeder )
Sebagian besar hewan adalah pemakan potongan besar yang memakan
potongan makanan dalam ukuran yang relatif besar. Adaptasinya berupa anggota
tubuh seperti tentakel, kuku, gigi taring beracun, dan rahang yang membunuh
mangsanya atau memotong-motong daging atau vegetasi. Misalnya yaitu harimau
dan beruang.
2.4 Penggolongan Hewan Berdasarkan Makanan
Di alam bebas, hewan mempunyai jenis makanan tersendiri. Jenis
makanan hewan yang dipelajari adalah makanan yang tersedia di alam. Sumber
makanan hewan dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu tumbuhan dan
hewan. Makanan yang berasal dari tumbuhan di antaranya dapat berupa daun,
batang, buah, biji-bijian, dan akar atau umbi-umbian. Sedangkan makanan yang
berasal dari hewan dapat berupa daging, ikan, tulang, dan serangga. Berikut
adalah penggolongan hewan berdasarkan jenis makannya antara lain :
a. Herbivora
Herbivore biasanya disebut dengan hewan pemakan tumbuh-tumbuhan.
Herbivora dapat memakan bagian tumbuhan berupa daun, batang, biji dan juga
umbi-umbian. Contoh herbivora pemakan rumput dan dedaunan misalnya sapi,
kuda dan kambing. Kelinci sangat menyukai jenis umbi-umbian seperti wortel.
Jenis burung ada yang tergolong ke dalam herbivora. Burung pemakan biji-bijian
seperti merpati, tekukur dan burung gereja. Ada pula burung pemakan buahbuahan seperti burung beo dan jalak. Biasanya burung tersebut memiliki bentuk
paruh yang khas sesuai dengan jenis makanannya.

Gambar 1. Jenis hewan pemakan tumbuhan


Hewan-hewan yang termasuk herbivora umumnya mempunyai gigi seri
dan gigi geraham. Gigi seri berguna untuk memotong-motong makanan sebelum
dikunyah. Gigi geraham dengan permukaan yang luas digunakan untuk
mengunyah makanan hingga lumat.

Gambar 2. Struktur gigi hewan pemakan tumbuhan


b. Carnivora
Hewan yang memakan hewan lain disebut karnivora. Hewan karnivora
yang sering dijumpai dalam kehidupan kita yaitu anjing dan kucing. Anjing
memakan daging dan tulang. Di rumah kucing memangsa tikus, memakan daging
ayam dan ikan. Harimau dan serigala merupakan hewan karnivora yang hidup di
hutan belantara. Mereka berburu untuk mendapatkan makanannya. Hewan ini
memiliki taring yang berguna untuk merobek daging hewan yang dimangsanya.
Kakinya memiliki cakar yang berguna untuk mencengkram mangsanya. Ciri
hewan yang termasuk karnivora mempunyai indra penglihat, pencium, dan
pendengar yang baik. Hewan karnivora dapat memiliki racun (bisa) dan gigi
taring yang kuat seperti ular.

Gambar 3. Jenis hewan pemakan daging


Hewan karnivora mempunyai gigi taring dan gigi geraham yang tajam.
Gigi taring yang besar. Gigi gerahamnya pun tajam yang berguna untuk

mengunyah daging dan tulang. Jenis burung yang termasuk karnivora seperti
burung elang dan burung hantu mempunyai cakar juga kuku yang tajam dan kuat.

Gambar 4. Struktur gigi hewan pemakan daging


c.

Omnivora
Omnivora adalah jenis hewan yang memakan makanan keduanya baik

tumbuhan maupun hewan. Binatang ini makan silih berganti antara keduanya.
Contoh binatang omnivor adalah yakni tikus, ikan mas, ikan mujair, ayam, dan
lain-lain.

Gambar 5. Jenis hewan pemakan tumbuhan maupun hewan


Hewan omnivora atau pemakan segala yang sering kita jumpai seharihari seperti: ayam, tikus, bebek, ikan, dan lain-lain. Contoh: ayam memakan bijibijian seperti beras dan jagung dapat pula makan cacing. Ikan memakan tumbuhan
air dan cacing yang ada di kolam atau akuarium (Tortora, 1987).
2.5 Perilaku Hewan Dalam Mempertahakan Diri
Para pemangsa teratas yang makan sendirian, mereka adalah hewanhewan yang pakar dalam pertempuran dalam mencari mangsa. Mereka saling
membunuh hewan satu dengan hewan lainnya yang digunakan untuk memangsa
calon mangsanya. Kehidupan pemangsa sendirian memang rapuh yang selalu
lebih pintar agar dapat hidup dan mengalahkan mangsanya. Semua proses yang
terdapat pada hewan yang digunakan untuk memahami lingkungan luar dan

10

kondisi alam dalam tubuhnya serta responnya terhadap perubahan lingkungan


yang dirasakannya.
Adapun perilaku-perilaku hewan dalam memperthankan dirinya dari
pemangsa adalah sebagai berikut :
a. Perilaku ingestif
Perilaku ingestif adalah perilaku makan yang meliputi perilaku makanmakanan padat, makanan cair, dan minum. Contoh bangau kelabu yang
mempunyai paruh yang tajam seperti pedang untuk menangkap ikan belut yang
mempunyai kulit tubuh yang licin di dalam air. Komodo mempunyai campuran
bakteri dalam air liurnya, sehingga apapun yang mereka gigit darahnya kena
racun, dan komodo hanya butuh mengikutinya dan menunggunya hingga
mangsanya mati, dan pada komodo ini mereka memakan mangsanya secara
bersama-sama dengan komodo yang lainnya.
b. Perilaku mencari tempat berlindung ( shelter seeking behavior )
Perilaku ini muncul sebagai usaha menghindari bahaya atau untuk memperoleh
rasa aman dari perubahan lingkungan. Contoh katak yang bersembunyi di bawah
dedaunan kering untuk menghindari pemangsaan dari kelelawar. Anak cheetah
yang memanjat pohon untuk menghindari singa yang akan memangsanya.
c. Perilaku investigative
Yaitu perilaku yang mengintai mangsanya. Contoh burung elang yang
mengawasi calon mangsanya dari udara. Beruang kutub mengamati calon
mangsanya dari dasar air.
d. Kamuflase
Kamuflase yaitu suatu kemampuan agar terlihat menyerupai lingkungan sekitar
atau membuat diri mereka menyerupai sesuatu yang berbahaya dan tidak menarik
untuk memperdayai pemangsa. Beberapa hewan yang melakukan yang melakukan
kamuflase yaitu : Phyton pohon hijau yang mempunyai warna kulit seperti
dedaunan yang dapat berfungsi untuk mengelabui mangsanya dan mengintai
burung yang sedang bertengger di atas pohon lalu pada saat akan terbang pyton
pohon hijau pun memangsanya.
2.6 Ketersediaan Sumber Makanan Hewan
Ketersediaan sumber makanan hewan di alam berbeda-beda, tergantung
dari tempat tinggalnya. Misalnya hewan primata harus memilih makanan sesuai
dengan bahan makanan yang tersedia. Pemilihan makanan ini bertujuan untuk
11

memperoleh makanan yang diperlukan oleh tubuhnya, yaitu makanan yang


mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan asam amino. Pada
dasarnya primata itu pemakan buah (frugivora), tetapi dalam memilih makanan
dia harus kompromi karena buah-buahan tersedia dalam jumlah terbatas dan tidak
selalu ada sepanjang tahun. Pada musim berbuah, buah tersedia melimpah, tetapi
pada musim tak berbuah hanya terdapat sedikit buah, bahkan ada yang hanya
berbuah pada musim berbuah saja. Pada musim tak berbuah hewan primata mau
tak mau harus makan daun, pucuk daun, bunga, dan lain-lain (Alexander, 1993:
391-401).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makhluk hidup termasuk hewan sangat membutuhkan ketersediaan
makanan terutama nutrisi yang akan digunakan untuk energi. Kebanyakan hewan
mendapatkan makanan dari persaingan antar populasi, saling makan memakan
untuk dapat mempertahankan hidupnya dan melangsungkan keturunannya. Hewan
pun sama seperti manusia yaitu kebutuhan untuk mencari makan. Cara makan dan
jenis makanan hewan sangat bervariasi, tergantung pada susunan alat yang
dimiliki serta kemampuannya untuk mempersiapkan makanan agar dapat diserap.
Dari uraian materi di atas dapat disimpulkan bahwa hewan dapat
digolongkan berdasarkan jenis makanannya yaitu herbivora (hewan pemakan
tumbuhan), carnivora (hewan pemakan daging), dan omnivora (hewan pemakan
tumbuhan maupun hewan). Selain itu perilaku hewan dalam kebutuhan makan
agar tidak dimangsa oleh predator lain hewan itu mempunyai cara untuk
mempertahankan dirinya seperti berkamuflase, dan lain-lain.
3.2 Saran
Sebagai sesama makhluk hidup sebaiknya kita (manusia) mampu
melindungi dan memberikan kenyamanan bagi hewan. Karena mereka juga
makhluk hidup yang membutuhkan perlindungan, jangan sampai ada exploitasi
besar-besaran. Selain membuat kepunahan pada berbagai jenis hewan, kita akan

12

mengalami kerugian juga karena kita, tumbuhan dan organisme lainnya


membutuhkan adanya interaksi antar makhluk hidup yang kesemuanya akan
membentuk keseimbangan alam. Maka dari itu jagalah hewan dengan baik
biarkan mereka mencari makan karena itu merupakan kebutuhannya untuk
mempertahankan hidup.

DAFTAR PUSTAKA
Alexander, R.M. 1993. The Relative Merits of Foregut and Handgut Fermentation
Journal Zoology London 231: 391-401.
Campbell, N.A. 2004. Biologi. Edisi 5: Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Hladik, C.M. 1980. Feeding Strategies of Five Nocturnal Prosimians in The Dry
Forest of The West Coast of Madagascar, pp. 41-74. New York:
Academic Press.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Karyati, Amor. 2012. Tinjauan Umum Tingkah Laku Makan Pada Hewan Primata
Jurnal Penelitian Sains. Volume 15 No. 1 (D) 15110.
Kay, Ian. 1998. Introduction to Animal Physiology. Singapore: Bios-Science
Publisher.
Pratiwi, D.A. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Sukarsono. 2012. Ekologi Hewan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

13

Press.
Tortora, G.J. 1987. Principles of Physiology. Cambridge: Haper and Row
Publisher.
Yammamoto, M.E and F. Lopez. 2004. Effect of Removal From The Family
Group on Feeding Behaviour by Captive Callithrix Jacchus.
International Journal of Primatology, 25 (2).
Yasin, Suhubdi. 2013. Perilaku Makan Ruminansia Sebagai Bioindikator
Fenologi dan Dinamika Padang Penggembalaan. Pasutra Volume
3 No. 1 Tahun 2013: ISSN 2088-818X.

14

Anda mungkin juga menyukai