Anda di halaman 1dari 37

ep

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PUTUSAN

Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

ng

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


MAHKAMAH AGUNG

memeriksa perkara perdata khusus perselisihan hubungan industrial dalam tingkat kasasi

gu

memutuskan sebagai berikut dalam perkara antara:

PRAYITNO, bertempat tinggal di Duta Asri, Blok A, No. 8, RT 014/RW

03, Desa Ciakar, Kecamatan Panongan, Kabuapten Tangerang, dalam hal

ini memberi kuasa kepada Surya Tjandra, SH.,LLM., dan kawan-kawan,

ub
lik

ah

para Advokat/Tim Advokasi Federasi Serikat Buruh Indonesia,

beralamat Jalan Tipar Timur No. 1-F, RT 017/04, Semper Barat,

am

Cilincing, Jakarta Utara, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 18


Februari 2013, sebagai Pemohon Kasasi dahulu Penggugat;
melawan

ah
k

ep

PT HAND SUM TEX, yang diwakili oleh Huang Po Cheng, selaku


Direktur, berkedudukan di Jl. Moh. Toha Km 03, No. 08, Desa Galeong,

In
do
ne
si

Mauk, Margasari, Karawaci Kota Tangerang, dalam hal ini memberi

kuasa kepada Mohammad Anwar, SH., selaku Manager Personalia dan

A
gu
ng

Umum PT Hand Sum Tex, beralamat di Jl. Moh. Toha Km 03, No. 08,

Desa Galeong, Mauk, Margasari, Karawaci Kota Tangerang, berdasarkan


surat kuasa khusus No. 03-HST/III/2013, tanggal 8 Maret 2013, sebagai
Termohon Kasasi dahulu Tergugat;

Mahkamah Agung tersebut ;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

lik

Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah mengajukan gugatan terhadap Termohon Kasasi
dahulu sebagai Tergugat di depan persidangan Pengadilan Hubungan Industrial pada
Dasar- Dasar Gugatan:
1.

Bahwa Undang-Undang No. 2

Tahun 2004

ep

A.

ub

Pengadilan Negeri Serang, pada pokoknya sebagai berikut:

ka

ah

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Pemohon

tentang Penyelesaian

ah

Perselisihan Hubungan Industrial pada Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 1 angka 17

telah mengatur mengenai mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan

on

Hal. 1 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

Pasal 1 angka 1:

es

perburuhan melalui Pengadilan Industrial;

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 1

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang


mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha

ng

dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh karena adanya perselisihan

mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan


kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu

gu

perusahaan;

Pasal 1 angka 17:

Pengadilan Hubungan Industrial adalah Pengadilan Khusus yang dibentuk di

lingkungan Pengadilan Negeri yang berwenang memeriksa, mengadili, dan


2.

ub
lik

ah

memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial;

Hal mana dalam gugatan ini perselisihan yang timbul ialah perselisihan hak

am

yang diikuti oleh perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja;


Pasal 1 angka 2:

ep

Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya

ah
k

hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap


ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan

In
do
ne
si

perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;


Pasal 1 angka 4:

A
gu
ng

Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul

karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan


kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak;

3.

Lebih lanjut berdasarkan Pasal 86 UU No. 2 Tahun 2004, menyatakan

perselisihan Hak yang diikuti dengan Perselisihan Pemutusan Hubungan

Kerja dapat diajukan pada Pengadilan Hubungan Industrial. Dan perselisihan


perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja;
Pasal 86:

lik

ah

hak wajib untuk diperiksa terlebih dahulu sebelum PHI memutus perkara

ub

Dalam hal perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan diikuti dengan

ka

perselisihan pemutusan hubungan kerja, maka Pengadilan Hubungan

ep

Industrial wajib memutus terlebih dahulu perkara perselisihan hak dan/atau


Bahwa gugatan ini adalah gugatan perselisihan hak yang diikuti dengan

4.

perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja, untuk selanjutnya dalam gugatan

on
In
d

gu

ng

ini disingkat PHK, antara Penggugat buruh PT Hand Sum Tex, Sdr Prayitno

es

ah

perselisihan kepentingan;

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 2

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

dengan Tergugat, PT Hand Sum Tex. Hal mana obyek gugatan ini
didasarkan pada tindakan pelanggaran hak kebebasan berserikat dan PHK

ng

tanpa dasar hukum terhadap Para Penggugat melalui Surat PHK yang
dikeluarkan oleh Tergugat dengan keterangan sebagai berikut:
Surat Keputusan PHK terhadap Penggugat:
: 009-HST/II/2012;

Perihal

: Surat Pemutusan Hubungan Kerja;

gu

Nomor

Tertanggal : 09 Februari 2012;

5.

Bahwa sesuai mekanisme yang diatur dalam UU No. 2 Tahun 2004,

ub
lik

ah

perselisihan hak yang diikuti dengan perselisihan PHK ini telah menempuh
penyelesaian melalui mediator pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

am

Kota Tagerang. Perkara ini telah diperiksa hingga keluar Anjuran tertulis
dengan No: 567.2/317/HI/2012 tertanggal 28 Juni 2012 yang pada amarnya
menganjurkan hal-hal sebagai berikut (Bukti P1):

ah
k

ep

Menganjurkan

Hand Sum Tex masih tetap berlanjut;

In
do
ne
si

1. Hubungan kerja antara pekerja Sdr. Prayitno dengan Perusahaan PT.


2. Agar perusahaan PT. Hand Sum Tex setelah menerima anjuran ini

A
gu
ng

memanggil Sdr. Prayitno untuk bekerja kembali;

3. Agar Sdr. Prayitno setelah menerima Anjuran ini segera melapor ke


perusahaan PT. Hand Sum Tex untuk bekerja kembali;

4. Agar kedua belah pihak tetap melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 155 ayat (2)
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

5.

lik

ah

Mediator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotamadya Tangerang


berdasarkan surat Nomor: 01-HST/VII/2012, perihal jawaban atas anjuran
6.

ub

mediator pada tanggal 5 Juli 2012;

Bahwa dengan demikian gugatan ini telah memenuhi kewenangan relatif dan

ep

ka

absolut sebagaimana disyaratkan undang-undang untuk diperiksa oleh

Alasan Gugatan:
1.

ng

Bahwa Penggugat merupakan pekerja tetap dan telah bekerja di PT. Hand

on

Hal. 3 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

Sum Tex sejak bulan juni 1998 dibagian Packing C (Bukti P-2a) dengan

es

B.

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung;

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

ik

ah

Bahwa terhadap anjuran tersebut Tergugat menyatakan menolak Anjuran

Halaman 3

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

mendapatkan Upah sebesar Rp 1.740.040,00/ bulan (satu juta tujuh ratus


empat puluh ribu Rupiah)(Bukti P-2b);

Bahwa selama bekerja, Penggugat melakukan pekerjaan dengan baik sesuai

ng

2.

dengan apa yang menjadi kewajiban dari pekerja/buruh;

3.

Bahwa pada tanggal 29 September 2011 Penggugat terpilih menjadi Ketua

gu

Pengurus Unit Kerja Federasi Serikat Buruh Indonesia (Ketua PUK FSBI

PT. Hand sum Tex);

4.

Bahwa semenjak terpilih menjadi Ketua serikat Buruh, Penggugat gigih


meminta kepada perusahaan agar perusahaan memenuhi hak-hak normatif

ub
lik

ah

anggotanya dan menjalankan peraturan berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003


tentang Ketenagakerjaan dan peraturan perundang-undangan lainnya,

am

diantaranya: (Bukti P-3);

1. Perusahaan tidak memberlakukan pensiun bagi pekerja/buruh PT. Hand


Sum Tex yang sudah memasuki usia pensiun dan tidak memberikan hak

ep

ah
k

pensiunnya sesuai dengan Pasal 167 UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun


2003;

In
do
ne
si

2. Mutasi yang sewenang-wenang;

3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yang tidak sesuai dengan

A
gu
ng

program JPK yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek yang sesuai


dengan UU No. 3 Tahun 1992;

5.

Bahwa upaya pemenuhan hak normatif buruh PT. Hand Sum Tex diduga

kuat membuat gerah Tergugat hingga akhirnya Tergugat berupaya mencari


kesalahan Penggugat, diantaranya;

-- Pada tanggal 28 Desember 2011 Penggugat dituduh mencuri 1 (satu)

Dirigen Chemikal Boiler (air boiler untuk minum). Atas tuduhan

lik

ah

Tergugat tersebut, Penggugat diberikan skorsing pada tanggal 29


Desember 2011 sampai tanggal 2 Januari 2012 dan Penggugat akhirnya

ub

membuat surat Pernyataan permohonan maaf kepada Tergugat dan tidak


mengulangi kembali perbuatan tersebut;

ep

ka

-- Pada tanggal 27 Januari 2012, Penggugat dituduh memakai tanda


pengenal ID Card Palsu. Atas tuduhan tersebut Penggugat dianggap oleh

ah

Tergugat telah melakukan kesalahan berat kedua kalinya dan kemudian

es

Tergugat menjatuhkan Surat Skorsing pada tanggal 31 Januari 2012 yang

on
In
d

gu

ng

berlaku hingga 15 Februari 2012;

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 4

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


Bahwa kemudian upaya solidaritas dari aliansi Serikat Pekerja/ Serikat

6.

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

Buruh Kota Tangerang terhadap pemenuhan hak-hak normatif di PT. Hand

ng

Sum Tex, termasuk mengenai penerapan UMK Kota Tangerang Tahun 2012,

dianggap oleh Tergugat bahwa Penggugat telah memprovokasi aliansi

gu

Serikat Pekerja/Serikat Buruh tersebut dan Pengggugat diberikan surat PHK;

7.

Bahwa diduga kuat bahwa alasan melakukan pelanggaran berat yang

menjadi dasar perusahaan memgeluarkan surat PHK terhadap Penggugat

tanpa dasar yang jelas, cenderung dipaksakan dan bertentangan dengan

ub
lik

ah

peraturan perundang-undangan yang ada ini, sehubungan dengan aktivitas

Penggugat yang merupakan ketua aktif Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

am

Tindakan

ini

jelas

merupakan

keserikatburuhan Penggugat;
8.

pemberangusan

terhadap

hak

Bahwa PHK demikian yang dilakukan oleh Tergugat batal demi hukum oleh

ah
k

ep

karena melanggar/bertentangan dengan Pasal 153 ayat (1) huruf g Undangundang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 yang memberi larangan

In
do
ne
si

kepada Tergugat untuk melakukan PHK dengan alasan Penggugat


merupakan pengurus serikat dan menjalankan fungsinya serta hak sebagai

A
gu
ng

pengurus serikat buruh di perusahaan. Lebih lanjut undang-undang juga


menyatakan PHK yang demikian batal demi hukum dan pengusaha wajib
mempekerjakan kembali buruh/pekerja yang bersangkutan;

Pasal 153 ayat (1) huruf g & (2) Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13
tahun 2003;
(1)

Pengusa dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja dengan


alasan:

lik

ah

g. Pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus


serikat pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan

ub

serikat pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam


kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang
kerja bersama;

ah

(2)

Pemutusan

ep

ka

diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian


Hubungan

Kerja

yang

dilakukan

dengan

alasan

wajib

mempekerjakan

kembali

pekerja/buruh

yang

on

Hal. 5 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

bersangkutan;

es

pengusaha

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) batal demi hukum dan

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 5

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


Bahwa PHK dengan maksud sebagai pemberangusan terhadap hak serikat

9.

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

pekerja di perusahaan selain dinyatakan batal demi hukum juga jelas

ng

melanggar Pasal 28 jo. Pasal 43 Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang


Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan dinyatakan sebagai tindak pidana
kejahatan;

gu

Pasal 28 huruf a UU 21 Tahun 2000:

Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk

membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi

pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan

ub
lik

ah

atau tidak menjalankan kegiatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan cara :

am

a. Melakukan PHK, memberhentikan sementara, menurunkan jabatan, atau


melakukan mutasi;

b. Tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh;

ah
k

ep

c. Melakukan intimidasi dalam bentuk apa pun;

d. Melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja/serikat buruh;

In
do
ne
si

(1)

Pasal 43 UU 21 Tahun 2000:

Barangsiapa yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh

A
gu
ng

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dikenakan sanksi pidana

penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp100.000.000,00; (seratus juta Rupiah)
dan

paling

banyak

Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta Rupiah);

(2)

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan

Keputusan PHK oleh Tergugat jelas pula melanggar Konvensi International

lik

10.

Labour Organisation (ILO) No 98 Pasal 1, tentang dasar-dasar dari pada hak

ub

untuk berorganisasi dan untuk berunding bersama. Dasar dibentuknya UU

ah

tindak pidana kejahatan;

ka

No. 21 Tahun 2000 tentang SP/SB yang telah diratifikasi oleh Pemerintah

ep

Indonesia;

Pasal 1 Konvensi ILO No. 98:

Buruh harus dapat cukup perlindungan terhadap tindakan-tindakan

ah

(1)

es
on

In
d

gu

ng

pembedaan anti serikat buruh berhubungan dengan pekerjaannya;

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 6

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


Perlindungan demikian harus digunakan terutama terhadap tindakan-

(2)

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

tindakan yang bermaksud:

mensyaratkan kepada buruh, bahwa ia tidak akan masuk suatu

ng

(a)

serikat buruh atau harus melepaskan keanggotannya;

(b)

berdasarkan keanggotaan serikat buruh atau karena turut serta

gu
A

11.

Menyebabkan pemberhentian, atau secara lain merugikan buruh


dalam tindakan-tindakan serikat buruh di luar jam-jam bekerja
atau dengan persetujuan majikan dalam waktu jam bekerja;

Pemutusan Hubungan Kerja oleh Tergugat juga telah menimbulkan kerugian

ub
lik

ah

bagi Penggugat, dan Penggugat mempunyai kepentingan untuk mengajukan


gugatan. Kerugian-kerugian tersebut adalah sebagai berikut:
PHK oleh Tergugat telah menimbulkan akibat tidak diakuinya

am

I.

Penggugat sebagai buruh PT Hand Sum Tex, sehingga berakibat pada


terhentinya hak Penggugat untuk bekerja dan tidak jelasnya masa

ep

ah
k

depan Penggugat beserta keluarganya;


II.

PHK oleh Tergugat telah menimbulkan dampak psikologis yang sangat

In
do
ne
si

berat bagi Penggugat dan keluarganya, karena secara tiba-tiba harus


menjadi seorang pengangguran, sementara untuk mencari pekerjaan

A
gu
ng

baru tidak mudah karena faktor usia, dll;

III.

PHK oleh Tergugat telah menimbulkan kerugian secara materiil yaitu


biaya-biaya untuk mengurus kasus ini mulai dari beberapa kali sidang

mediasi di Kantor Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Tangerang,


sampai dengan pengajuan gugatan maupun sidang PHI yang akan

datang di Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri

lik

Duduk Perkara:

Berikut ini adalah fakta-fakta yang mendasari gugatan Perselisihan Hak yang diikuti
1.

ub

oleh Pemutusan Hubungan Kerja dalam perkara ini:

Tergugat yakni PT Hand Sum Tex adalah perusahaan garment yang mengerjakan

ep

produksi pakaian bermerk diantaranya Lulu Lemon, Calvin Clein, dan Alfred
Duner yang didirikan sejak tahun 1989;
2.

Perusahaan ini berdomisili hukum di Jl. Moh. Toha

KM. 03, No. 08 Desa

es

Galeong, Mauk, Margasari Karawaci Kota Tangerang, Banten. Hasil produksi ini

Hal. 7 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

ng
gu
A

on

dikirim ke luar Negeri, diantaranya Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang;

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

ik

ah

ka

ah

Serang, Banten;

Halaman 7

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


Sedangkan Penggugat adalah pekerja PT Hand Sum Tex dengan detail nama,

3.

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

mulai masuk kerja, departemen kerja, dan upah per bulan sebagai berikut:
: Prayitno;

ng

Nama

Mulai Masuk Kerja : Juni 1998;


: Pack C;

Upah Per bulan

: Rp 1. 740.570,00( Rp 58.019,00 X 30 hari);

gu

Departemen

Dugaan Pelanggaran Kebebasan Hak Berserikat (Pemberangusan serikat/


Union Busting) di PT. Hand Sum Tex;
1.

Penggugat merupakan Ketua Pimpinan Unit Kerja Federasi Serikat Buruh

ub
lik

ah

Indonesia PT. Hand Sum Tex, selanjutnya disebut PUK FSBI PT. Hand Sum
Tex . Serikat Buruh ini berdiri pada 7 Juli Tahun 2011 di PT Hand Sum Tex.

am

Serikat Buruh ini dicatatkan pada Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota
Tangerang dengan nomor pencatatan 568.4/3405-Disnaker/2011 pada

ep

tanggal 28 Juli 2011. PUK FSBI PT. Hand Sum Tex mempunyai jumlah

ah
k

anggota sebanyak orang 630 orang. Berdasarkan pencatan tersebut maka


PUK PT. Hand Sum Tex mempunyai hak berorganisasi sebagaimana diatur

In
do
ne
si

pada Pasal 25 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat


Pekerja/ Serikat Buruh yaitu:

A
gu
ng

Pasal 25 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat


Pekerja/Serikat Buruh
(1)

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/


serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berhak:
a. membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;
b. mewakili

pekerja/buruh

dalam

menyelesaikan

lik

ah

industrial;

perselisihan

c. mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan;


d. membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan

ub

dengan usaha peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh;

ka

e. melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak

ah

(2)

ep

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;


Pelaksanaan hak-hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

es
on
In
d

gu

ng

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 8

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


Bahwa selama memimpin serikat, Penggugat proaktif memper-juangkan

2.

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

pemenuhan hak-hak anggotanya

yang selama ini menerima berbagi

ng

Pelanggaran dan dugaan kejahatan Perusahaan PT. Hand Sum Tex;

3.1. JPK (jaminan pemeliharaan kesehatan) tidak tidak sesuai dengan

gu

program JPK yang diselenggarkan oleh PT JAMSOSTEK yang sesuai


dengan UU No. 3 Tahun 1992;

3.2. Perusahaan tidak memberlakukan pensiun bagi pekerja yang sudah


memasuki usia pensiun dan tidak memberikan hak pensiunnya sesuai
dengan Pasal 167 UU 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
Ibu Sukinah (anggota) ;

ub
lik

ah

Kasus yang pernah terjadi:

am

Umur 59 tahun, sakit keras, sudah bekerja hampir 22 tahun di bagian


cutting. Mengajukan permohonan pensiun tanggal 2 Januari 2012 dan
tidak ada tanggapan sama sekali dari Perusahaan. Setelah seminggu
Disnaker

ep

ah
k

PUK menanyakan ke Perusahaan dan mengatakan untuk mengurus ke


aja

(diperselisihkan

saja).

Perusahaan

hanya

mau

In
do
ne
si

memberikan 1 x kompensasi. Dan PUK membuat laporan pelanggaran


(No. 03/Plp/II/PUK.FSBI/2012 tentang pelanggaran UUK 13/2003

A
gu
ng

tentang Ketenagakerjaan);

3.3. Mutasi yang sewenang-wenang, pelanggaran terhadap Pasal 28 huruf


a UU No. 21 Tahun 2000;

3.4. Indikasi penggelapan iuran yang dipotong atas nama Lembaga

Kerjasama Bipartit (LKB) selama Bulan September 2011 s/d Februari


2012 ( 6 bulan x 1.000 x 810 anggota FSBI PT. Hand Sum Tex ).

( Bukti P-4a) Padahal PUK dan perangkat telah meminta untuk tidak

lik

ah

ada pemotongan iuran namun tidak diindahkah.(Bukti P-4b dan P-4c)


Tindakan tersebut merupakan penipuan dan penggelapan sebagaimana

ub

dimaksud dalam Pasal 372 KUHP dan 378 KUHP;

3.5. Perusahaan tidak memberlakukan program pensiun bagi pekerja yang

ep

ka

sudah memasuki usia pensiun dan tidak memberikan hak pensiunnya


sesuai dengan Pasal 167 UU 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

ah

Kasus yang pernah terjadi yakni:

bekerja hampir 22 tahun di bagian cutting. Mengajukan permohonan

on

Hal. 9 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

pensiun tanggal 2 Januari 2012 dan tidak ada tanggapan sama sekali

es

Ibu Sukinah (anggota PUK FSBI) Umur 59 tahun, sakit keras dan telah

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 9

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

dari Perusahaan. Setelah seminggu PUK menanyakan ke Perusahaan

dan mengatakan untuk mengurus ke Disnaker saja (diperselisihkan

ng

saja). Perusahaan hanya mau memberikan 1 x kompensasi, kemudian


PUK membuat laporan pelanggaran (No. 03/Plp/II/PUK.FSBI/ 2012,

gu

tentang pelanggaran UUK 13/2003 tentang Ketenagakerjaan) (Bukti


P-5);

3.6. Mutasi yang sewenang-wenang, pelanggaran terhadap Pasal 28 huruf

3.

a UU No .21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

Bahwa tindakan Penggugat dengan berupaya menjalankan fungsi serikat

ub
lik

ah

terkait dengan jabatannya sebagai ketua, membuat adanya dugaan kuat,


Tergugat ingin mengeluarkan Penggugat dari perusahaan.

Dugaan kuat

am

bahwa Tergugat sengaja berupaya mencari kesalahan dari Penggugat dimulai


pada tanggal 28 Desember 2011 Penggugat tertangkap Security ( satpam)
membawa barang milik Tergugat yaitu 1 Drigen Air Chemikal boiler (air

ep

ah
k

boiler untuk minum). Padahal barang yang dibawa tersebut hanyalah air
tanah dan hal tersebut lumrah dilakukan oleh pekerja lainnya;
Bahwa selanjutnya pada tanggal 29 Desember 2011 Tergugat menjatuhkan

In
do
ne
si

4.

skorsing pertama terhadap Penggugat sejak tanggal 29 Desember 2011

A
gu
ng

sampai tanggal 2 Januari 2012 serta Penggugat membuat surat pernyataan


permohonan maaf kepada Tergugat dan tidak mengulangi kembali;

5.

Bahwa Pada tanggal 27 Januari 2012 Penggugat tertangkap oleh bagian

Satpam memakai tanda pengenal ID Card yang berbeda dari ID Card yang
diberikan perusahaan. Padahal saat itu Penggugat tidak menggunakan ID

Card yang dimaksud, sedangkan ID Card yang asli selalu dikenakan oleh

lik

Bahwa Selanjutnya Tergugat Pada tanggal 31 Januari 2012 mengeluarkan


surat Skorsing kedua

dengan No. 031 dengan alasan Penggugat telah

ub

6.

ah

Penggugat bersamaan dengan ID Card yang dipermasalahkan oleh Tergugat;

melanggar tata tertib Perusahaan yaitu memalsukan kartu identitas/Kartu

ep

ka

karyawan (ID Card) Penggugat kemudian dibebas tugaskan dari kewajiban


yang berlaku dengan memberikan sangsi skorsing sejak tanggal 31 Januari
Selanjutnya pada tanggal 9 Februari 2012 Tergugat mengeluarkan Surat

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan surat No. 009-HST/II/2012

on
In
d

gu

ng

(Bukti-P7) dengan alasan Penggugat telah melakukan pelanggaran berat,

es

7.

ah

2012 sampai dengan 15 Februari 2012 (Bukti. P-6);

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 10

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

Mahkamah Konstitusi

tindakan tersebut bertentangan dengan Putusan

Nomor 012/PUU-I/2003 tanggal 28 Oktober 2004 tentang hak uji materil

ng

undang-undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan Surat Edaran

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. SE.13/MEN/SJ-HK/I/2005


tertanggal 7 Januari 2005 jo:

gu

-- Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khusus Pasal 158, Pasal 159, Pasal

160 Ayat (1) sepanjang anak kalimat ....bukan atas Pengaduan


Pengusaha, Pasal 170 sepanjang mengenai anak kalimat ...Pasal 158

ub
lik

ah

ayat (1).., Pasal 171 sepanjang menyangkut anak kalimat ..Pasal 158

ayat (1).. Pasal 186 sepanjang anak kalimat..........Pasal 137 dan Pasal

am

138 ayat (1).. tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;


-- Sehubungan dengan hal tersebut butir 1 maka pasal-pasal UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang dinyatakan

ah
k

ep

tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, tidak digunakan lagi

In
do
ne
si

sebagai dasar/acuan dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial;


-- Sehubungan dengan hal tersebut butir 1 dan 2 di atas, maka penyelesaian

A
gu
ng

kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) karena pekerja/buruh melakukan


kesalahan berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengusaha yang melakukan PHK dengan alasan pekerja/buruh

melakukan kesalahan berat (eks.Pasal 158 ayat (1), maka PHK dapat
dilakukan setelah ada putusan hakim pidana yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap;

b. Apabila pekerja ditahan oleh Pihak berwajib dan pekerja/buruh tidak

lik

ah

dapat melaksanakan pekerjaan sebagaimana mestinya maka berlaku


ketentuan Pasal 160 Undang-Undang No.13 Tahun 2003;

ub

-- Dalam hal terdapat Alasan Mendesak yang mengakibatkan tidak


memungkinkan hubungan kerja tidak dapat dilanjutkan, maka pengusaha

ep

ka

dapat menempuh upaya penyelesaian melalui lembaga penyelesaian


perselisihan hubungan industrial;

ah

8.

Bahwa selain bertentangan dengan putusan Mahkamah Konstitusi, sebelum

on

Hal. 11 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

tidak pernah mengajak Penggugat merundingkan maksud PHK tersebut

es

Tergugat menerbitkan surat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Tergugat

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 11

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

sehingga bertentangan dengan Pasal 151 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang


No.13 Tahun 2003 ketenagakerjaan;
Pengusaha,

Pekerja/Buruh,Serikat

Pekerja/serikat

ng

1)

buruh

dan

pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan


terjadi pemutusan hubungan kerja;

gu

2)

Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan

kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja


wajib dirundingkan oleh pengusahadan serikat pekerja/serikat buruh

atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan


9.

ub
lik

ah

tidak menjadi anggota Serikat pekerja/serikat buruh;

Bahwa sesuai Pasal 151 ayat (3) Undang-Undang No.13 Tahun 2003 PHK

am

yang sah adalah PHK yang dilakukan setelah mendapatkan penetapan dari
lembaga penyelesaian Perselisihan hubungan Industrial. Dalam Pasal 155
ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dikatakan bahwa selama

ah
k

ep

Lembaga Penyeslesaian perselisihan hubungan industrial belum menyatakan


putus hubungan kerja (PHK) Tergugat wajib mempekerjakan Penggugat

In
do
ne
si

seperti biasa dengan tetap membayar upah. Ketentuan itu memberi arti
bahwa tiada PHK tanpa Penetapan lembaga penyelesaian perselisihan

A
gu
ng

hubungan industrial;

10.

Bahwa karena oleh dalam melakukan PHK terhadap Penggugat-Tergugat


tidak memenuhi ketentuan diatas maka berdasarkan Pasal 155 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 PHK tersebut adalah batal demi
hukum. Artinya PHK tersebut dianggap tidak pernah ada;

11.

Bahwa oleh karena tindakan PHK yang dilakukan oleh Tergugat dapat

dikualifikasikan sebagai PHK yang batal demi hukum maka mohon

lik

ah

berkenan Majelis Hakim memutus dan menyatakan bahwa surat PHK No.
009-HST/II/2012 tertanggal 9 Februari 2012 batal demi hukum dan

ub

selanjutnya berdasarkan Pasal 170 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003


menghukum Tergugat untuk memanggil dan mempekerjakan Penggugat
12.

ep

ka

pada jabatan dan kedudukan semula atau setara dengan itu;


Bahwa karena selama dalam proses PHK ini Tergugat tidak membayar upah

ah

Penggugat sebagaimana diatur dalam Pasal 155 ayat (2) jo Pasal 93 ayat (2)

bertentangan dengan hukum maka beralasan apabila Majelis Hakim

on
In
d

gu

ng

menghukum Tergugat membayar Upah Penggugat sejak bulan Februari

es

huruf (f) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan PHK tersebur terbukti

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 12

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

(tepatnya sejak PHK sepihak perusahaan pada tanggal 9 Februari 2012)

sampai putusan berkekuatan hukum tetap (inkracht). Hal ini sesuai dengan

ng

putusan Mahkamah Konstitusi No. 37/PUU-IX/2011 tentang uji materiil


Pasal 155 ayat (2) UU No 13 Tahun 2003 mengenai upah proses;

gu

Frase belum ditetapkan dalam Pasal 155 ayat (2) UU No. 13 Tahun

mengikat (karena bertentangan dengan UUD 1945) sepanjang tidak


dimaknai belum berkekuatan hukum tetap.(Putusan MK, bagian
mengadili);

Bahwa oleh karena gugatan Penggugat tidak menuntut kompensasi pesangon

ub
lik

13.

ah

2003 tentang Ketenagakerjaan tidak mempunyai kekuatan hukum

dan jika kenyataan putusan dalam perkara a quo menghukum Tergugat

am

melakukan suatu perbuatan tertentu yakni memanggil dan mempekerjakan


kembali Penggugat pada jabatan dan kedudukan semula maka berdasarkan
Pasal 606 a RV menghukum tergugat untuk membayar uang paksa

ep

ah
k

(dwangsom) sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta Rupiah) perhari terhitung


sejak perkara ini berkekuatan hukum tetap sampai putusan ini dilaksanakan

In
do
ne
si

oleh Tergugat;

PHK oleh Tergugat bagian dari upaya Pemberangusan Serikat:

Bahwa tindakan Skorsing dan PHK yang dilakukan oleh Tergugat kepada

A
gu
ng

1.

Penggugat tanpa adanya alasan yang jelas terlebih dahulu telah merampas
rasa keadilan Penggugat dan telah menimbulkan rasa tidak aman bagi
Penggugat. Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip kepastian hukum dan

bertentangan pula dengan ketentuan dalam konstitusi negara, perundangundangan nasional maupun sumber hukum internasional lainnya, yakni:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28D ;
Setiap

orang

berhak atas

pengakuan,

jaminan,

lik

ah

(1)

perlindungan

dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapah

ub

hukum;

Konvenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik Pasal 15 ayat (1),

ep

ka

yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang


Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Konvenan Internasional Tentang
Tidak seorang pun dapat dinyatakan bersalah atas suatu tindak pidana

on

Hal. 13 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

karena melakukan atau tidak melakukan tindakan yang bukan

es

(1)

ah

Hak-Hak Sipil Dan Politik;

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 13

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

merupakan tindak pidana pada saat dilakukannya, baik berdasarkan


hukum nasional maupun internasional;

ng

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal


30;

Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap

gu

ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu ;

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal

33 ayat (1)
(1)

Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau

ub
lik

ah

perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan


martabat kemanusiaannya;

am

2.

Bahwa PHK terhadap Penggugat jelas merupakan pemberangusan terhadap


hak berserikat Penggugat yang menjabat sebagai ketua PUK FSBI PT. Hand
Sum Tex. Akibat dari tindakan skorsing dan PHK sepihak tanpa alasan yang

ep

ah
k

jelas dan menjauhkan Penggugat dari lingkungan perusahaan ini telah


membuat kegiatan Serikat buruh menjadi terhambat. Hal ini bertentangan
ketentuan

Nasional

maupun

sumber

hukum

In
do
ne
si

serangkaian

dengan

internasional yang memberi perlindungan hukum terhadap hak berserikat

A
gu
ng

buruh:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28E;


(3)

Setiap

orang

berhak

atas

kebebasan

berserikat, berkumpul,

dan mengeluarkan pendapat;

Konvenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik Pasal 22 ayat


(1), (Telah Diratifikasi Oleh Indonesia Melalui Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2005 Tentang Pengesahan Konvenan Internasional Tentang Hak-Hak


(1)

lik

ah

Sipil Dan Politik) ;

Setiap orang berhak atas kebebebasan untuk berserikat dengan orang

ub

lain, termasuk hak untuk membentuk dan bergabung dalam serikat


pekerja untuk melindungi kepentingannya;

ep

ka

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal


24;

ah

(1)

Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk

es
on
In
d

gu

ng

maksud-maksud damai;

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 14

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

(2) Setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan partai

politik, lembaga swadaya masyarakat atau organisasi lainnya untuk


3.

ng

berperan serta dalam jalannya;

Bahwa PHK Bahwa PHK demikian yang dilakukan oleh Tergugat batal
demi hukum oleh karena melanggar/bertentangan dengan Pasal 153 ayat (1)

gu

huruf g Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003

yang

memberi larangan kepada Tergugat untuk melakukan PHK dengan alasan

Para Penggugat menjadi anggota dan menjalankan fungsinya serta hak

sebagai anggota atau pengurus serikat pekerja di perusahaan. Lebih lanjut

ub
lik

ah

Undang-undang juga menyatakan PHK yang demikian batal demi hukum


dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali buruh/pekerja yang

am

bersangkutan;

Pasal 153 ayat (1) huruf g & (2) Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor
13 Tahun 2003;

Pengusa dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja dengan

ep

ah
k

(1)

alasan:

In
do
ne
si

g. Pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus


serikat pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan

A
gu
ng

serikat pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam


kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang

diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian


kerja bersama;

(2)

Pemutusan

Hubungan

Kerja

yang

dilakukan

dengan

alasan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) batal demi hukum dan


wajib

mempekerjakan

4.

kembali

pekerja/buruh

yang

lik

bersangkutan;

Bahwa PHK dengan maksud sebagai pemberangusan terhadap hak serikat


pekerja di perusahaan selain dinyatakan batal demi hukum juga jelas

ub

ah

pengusaha

melanggar Pasal 28 jo. Pasal 43 Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang

ep

ka

Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan dinyatakan sebagai tindak pidana


kejahatan;

ah

Pasal 28 huruf a UU 21 Tahun 2000:

ng

membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi

on

Hal. 15 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan

es

Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 15

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

atau tidak menjalankan kegiatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan cara :

ng

a. Melakukan PHK, memberhentikan sementara, menurunkan jabatan, atau


melakukan mutasi;

b. Tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh;

gu

c. Melakukan intimidasi dalam bentuk apa pun;

d. Melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja/serikat buruh;

Pasal 43 UU 21 Tahun 2000:


(1)

Barangsiapa yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh

ub
lik

ah

sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, dikenakan sanksi pidana


penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun

am

dan/atau

denda

paling

sedikit

Rp 100.000.000,00 (seratus juta Rupiah) dan paling banyak


Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta Rupiah);

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan

ep

ah
k

(2)

tindak pidana kejahatan;

Keputusan PHK oleh Tergugat jelas pula melanggar Konvensi International

In
do
ne
si

5.

Labour Organisation (ILO) No. 98 Pasal 1, tentang dasar-dasar dari pada

A
gu
ng

hak untuk berorganisasi dan untuk berunding bersama. Dasar dibentuknya

UU No 21 Tahun 2000 tentang SP/SB yang telah diratifikasi oleh


Pemerintah Indonesia;
Pasal 1 Konvensi ILO No. 98:
(1)

Buruh harus dapat cukup perlindungan terhadap tindakan-tindakan


pembedaan anti serikat buruh berhubungan dengan pekerjaannya;

Perlindungan demikian harus digunakan terutama terhadap tindakan-

ah

(2)

(a)

lik

tindakan yang bermaksud:

mensyaratkan kepada buruh, bahwa ia tidak akan masuk suatu

ka

(b)

ub

serikat buruh atau harus melepaskan keanggotannya;


Menyebabkan pemberhentian, atau secara lain merugikan buruh

ep

berdasarkan keanggotaan serikat buruh atau karena turut serta


dalam tindakan-tindakan serikat buruh di luar jam-jam bekerja
PHK terhadap Penggugat bertentangan dengan peraturan perundang-

on
In
d

gu

ng

undangan;

es

ah

atau dengan persetujuan majikan dalam waktu jam bekerja;

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 16

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


Bahwa PHK oleh Tergugat juga batal demi hukum oleh karena melanggar/

1.

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

bertentangan dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun

ng

2003 Pasal 151 ayat (3) jo Pasal 155 ayat (1) yang selengkapnya berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 151 ayat (3) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan;

gu

Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar-benar

tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan

hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari


lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial ;

ub
lik

ah

Pasal 155 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan;


Pemutusan Hubungan Kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud dalam

am

Pasal 151 ayat (3) batal demi hukum;


2.

Bahwa PHK yang dikeluarkan sepihak oleh Tergugat terhadap Penggugat

ep

dengan alasan telah melakukan pelanggaran berat jelas bertentangan

ah
k

peraturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku di Indonesia. Hal


ini dikarenakan alasan pelanggaran kesalahan berat yang diberikan Tergugat

In
do
ne
si

sebagai dasar PHK kepada Penggugat tidak sah secara hukum jika belum ada
kekuatan hukum tetap yang menyatakan benar adanya telah terjadi

A
gu
ng

pelanggaran berat yang dilakukan oleh Penggugat. Hal ini didasarkan dari

putusan MK Nomor 012/PUU-I/2003, tanggal 28 Oktober 2004 tentang hak

uji materil Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

yang memberikan tafsir konstitusional perihal pemaknaan kesalahan berat,


sebagaimana diatur dalam Pasal 158 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
yang dijadikan dasar Tergugat untuk mem-PHK sepihak Penggugat;

ah

3.

Bahwa sejak tindakan skorsing sepihak dijatuhkan, Penggugat tidak

lik

diperbolehkan lagi masuk ke dalam lingkungan perusahaan dan dihentikan


pembayaran upah dan hak-hak lainnya yang biasa diterima. Terhadap

ub

tindakan yang demikian, jelas telah melanggar ketentuan Pasal 155 ayat (2)
berikut:

ep

ka

dan (3) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, yang menyatakan sebagai


Pasal 155 ayat (2) dan (3) UU 13/2003:
putusan

lembaga

penyelesaian

perselisihan

hubungan

industrial belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja/buruh

on

Hal. 17 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

harus tetap melaksanakan segala kewajibannya;

es

Selama

ah

(2)

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 17

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

(3) Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa tindakan skorsing

ng

kepada pekerja/buruh yang sedang dalam proses pemutusan hubungan


kerja dengan tetap wajib membayar upah beserta hak-hak lainnya yang
biasa diterima pekerja/buruh;

Bahwa untuk itu, Penggugat berhak meminta Putusan Sela agar Tergugat

gu

4.

membayar upah dan hak-hak lainnya yang biasa diterima setiap bulan pada

Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial. Hal mana jelas diatur dalam

Pasal 96 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang

ub
lik

ah

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang menyatakan sebagai


berikut:

am

Pasal 96 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 2 Tahun 2004:


(1)

Apabila dalam persidangan pertama, secara nyata-nyata pihak


pengusaha terbukti tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana

ah
k

ep

dimaksud dalam Pasal 155 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun


2003 tentang Ketenagakerjaan, Hakim Ketua Sidang

harus segera

In
do
ne
si

menjatuhkan Putusan Sela berupa perintah kepada pengusaha untuk


membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima pekerja/

A
gu
ng

buruh yang bersangkutan;

(2)

Putusan Sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dijatuhkan


pada hari persidangan itu juga atau pada hari persidangan kedua;

5.

Bahwa terhadap upah proses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 ayat

(2) UU No 13 Tahun 2003 jo Putusan MK No. 37/PUU-IX/2011, Tergugat


wajib melaksanakan kewajibannya dengan membayar upah proses sampai

lik

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat mohon kepada Pengadilan


Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang agar memberikan putusan sebagai

ub

berikut:
Dalam Provisi :

Memerintahkan Tergugat berdasarkan ketentuan Pasal 96 UU No. 2 Tahun 2004

ep

1.

jo Pasal 155 UU No. 13 Tahun 2003 jo Putusan MK No. 37/PUU-IX/2011 untuk


membayar seluruh upah dan hak-hak yang biasa diterima Penggugat, yang

ah

ka

ah

berkekuatan hukum tetap;

es

pembayarannya dihentikan sejak 9 Februari 2012 sampai dengan perkara ini

on
In
d

gu

ng

berkekuatan hukum tetap (inkracht);

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 18

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada upaya

2.

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

hukum kasasi (uit vorbaar bij vorraad) ;

ng

Dalam Pokok Perkara:


1.

Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;

2.

Menyatakan surat PHK No.009-HST/II/2012, tertanggal 9 Februari 2012 batal

gu

demi hukum;

3.
4.

Menyatakan hubungan kerja antara Penggugat dan Tergugat tidak pernah terputus;

Mempekerjakan kembali dan menempatkan Penggugat pada jabatan, posisi, masa

5.

ub
lik

ah

kerja, dan hak-haknya semula di PT Hand Sum Tex;

Memerintahkan Tergugat untuk menghormati hak kebebasan berserikat bagi buruh

am

di perusahaan dan menghormati keberadaan PUK FSBI PT. Hand Sum TEX;
6.

Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa sebesar sebesar


Rp 1.000.000,00 (satu juta Rupiah) per hari sejak putusan tersebut mempunyai

ep

7.

Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara;

--

Dan apabila Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan

In
do
ne
si

ah
k

kekuatan hukum tetap;

Negeri Serang berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et

A
gu
ng

bono);

Bahwa, terhadap gugatan tersebut di atas, Tergugat mengajukan eksepsi yang

pada pokoknya sebagai berikut:


Gugatan Penggugat kabur dan tidak jelas (obscuur libel) ;
1).

Bahwa Tergugat menolak gugatan Penggugat karena gugatan kabur dan tidak jelas
(obscuur libel) karena tidak disebutkan secara jelas objek gugatannya, bahwa

lik

Diikuti Dengan Perselisihan Hubungan Industrial Pemutusan Hubungan Kerja;


bahwa dalam persoalan perdata maupun perselisihan hubungan industrial macam
dan jenisnya banyak, apabila penggugat menyebutkan seperti dalam perihal surat

ub

ah

gugatan penggugat dalam perihal disebutkan Gugatan Perselisihan Hak Yang

tersebut maka gugatan tersebut menjadi gugatan yang tidak sempurna.

ep

ka

Sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 83 ayat 2 Undang-Undang No. 2 Tahun


2004 maka seharusnya disempurnakan dahulu;

ah

Gugatan yang tidak sempurna, karena tidak menyebutkan dengan jelas apa yang

on

Hal. 19 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

Mahkamah Agung tanggal 21 November 1970 No. 492 K/Sip/1970 dalam perkara:

es

dituntut, harus dinyatakan tidak dapat diterima (Yurisprudensi Putusan

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 19

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

Lumakso, Presiden Direktur PT. Garuda Mas Veem lawan Budihardjo


Sastrohadiwirjo , Presiden Direktur PT. Trikora Lloyd);

ng

Bahwa oleh karena gugatan Penggugat tidak sempurna, mohon yang terhormat

majelis hakim pemeriksa perkara ini untuk menyatakan gugatan Penggugat


dinyatakan tidak dapat di terima (niet ontvankelijk verklaard);

Bahwa seluruh dalil gugatan Penggugat tidak sistematis, tumpang tindih sehingga

gu

2).

menimbulkan ketidakjelasan maksud dan tujuan Penggugat mengajukan gugatan

3).

a quo melalui Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang;

Bahwa antara Posita dengan Petitum gugatan Penggugat tidak jelas, tidak sinkron,

ub
lik

ah

tidak sistematis serta tidak mempunyai hubungan kwalitas satu sama lain;

Gugatan Penggugat tidak memenuhi syarat formal gugatan alias Cacat Formal ;

am

4)

Bahwa Tergugat menolak gugatan Penggugat karena tidak dilampiri dengan


risalah mediasi karena sesuai dengan Pasal 83 ayat 1 Undang-undang No. 02
Tahun 2004 Pengajuan gugatan yang tidak dilampiri risalah penyelesaian melalui

ah
k

ep

mediasi atau konsiliasi, maka Hakim Pengadilan Hubungan Industrial wajib


mengembalikan gugatan kepada Penggugat;

In
do
ne
si

Bahwa meskipun telah dikeluarkan anjurkan dari Disnaker Kota Tangerang


Nomor : 567.2/3171/HI/2012 tertanggal 28 Juni 2012 yang diterima oleh

A
gu
ng

Penggugat pada tanggal 02 Juli 2012 yang kemudian dijawab oleh Tergugat pada
tanggal 05 Juli 2012 yang menyatakan menolak anjuran mediator disnaker Kota
Tangerang;

Bahwa seharusnya hak Tergugat untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan


Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang atas dikeluarkannya anjuran
dari disnaker kota tangerang Nomor: 567.2/3171/HI/2012 tertanggal 28 Juni 2012

lik

Bahwa oleh karena gugatan Penggugat tidak dilampiri dengan risalah untuk itu
mohon kepada yang terhormat Majelis Hakim dalam perkara ini untuk

ub

ah

yang tergugat terima pada tanggal 02 Juli 2012 tanpa dilampiri risalah mediasi;

menyatakan gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk

ep

ka

verklaard);

Mohon perkenan Majelis Hakim mempertimbangkan pula Yurisprudensi (putusan

ah

Mahkamah Agung tanggal 15 Mei 1979 No.1343K/Sip/1975 dalam perkara:

ng

sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan dalam perkara ini karena gugatan

on
In
d

gu

dinyatakan tidak dapat diterima oleh karena tidak memenuhi persyaratan formil;

es

Sayid Suyud, SH. melawan S.L. Poenwhono dan Pertamina Unit IV Balikpapan)

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 20

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

5)

Tim Advokasi tidak mempunyai kedudukan sebagai Penggugat (disqualificatoir);

Bahawa surat kuasa Penggugat yang diberikan kepada Tim Advokasi bukan

ng

merupakan surat kuasa khusus meskipun terdapat tulisan Surat Kuasa Khusus

dan Khusus tetapi dalam surat kuasa tersebut mempunyai arti dan makna umum
karena tidak menjelaskan pokok perselisihan yang akan diajukan gugatan ke

gu

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang, Banten. Serta

hak penerima kuasa yang terlalu luas dan tidak jelas peruntukannya. Surat kuasa

yang bersifat umum tidaklah mencukupi, sehingga secara khusus harus


dicantumkan pihak yang bersengketa serta disebut secara konkrit pokok

ub
lik

ah

perselisihan. (Prof. Dr . Sudikno Metrokusumo, SH. dalam (Hukum Acara Perdata


Indonesia; 1998 halaman 95 dan diperkuat Yurisprudensi MA tanggal 9 Desember

am

1970 No. 296 K/Sip /1970);


Bahwa

masalah

ketenagakerjaan

atau

perselisihan

hubungan

industrial

sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

ah
k

ep

Ketenagakerjaan jo Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian


Perselisihan Hubungan Industrial terdapat perselisihan hak, perselisihan

In
do
ne
si

kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat

pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan; Karena jenis/macamnya Perselisihan

A
gu
ng

Hubungan Industrial tidak hanya satu maka pada Surat Kuasa Khusus Penggugat

terdapat ketidak jelasan mengenai jenis masalah ketenagakerjaan atau perselisihan


hubungan industrial;

Karena tidak disebutkan sama sekali mengenai jenis/macam perselisihan

hubungan industrial dalam surat kuasa tersebut, untuk itu mohon kepada yang
terhormat Majelis Hakim dalam perkara ini untuk menyatakan gugatan Penggugat

lik

menyebutkan objek gugatan sama sekali;

Bahwa menurut Pasal 123 HIR jo. Surat Edaran Mahkamah Agung tanggal 23
Januari 1971 yang menentukan syarat-syarat sahnya surat kuasa khusus yakni:

ub

ah

dinyatakan tidak dapat di terima (niet ontvankelijk verklaard) karena tidak

a. Harus berbentuk tertulis;

ep

ka

b. Harus menyebut identitas para pihak yang berperkara;

c. Menegaskan objek dan kasus yang diperkarakan , dalam arti:

ah

- Menyebut tegas apa yang diperkarakan;

ng

Syarat-syarat di atas bersifat komulatif yang artinya jika salah satu syarat tidak

on

Hal. 21 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

terpenuhi mengakibatkan cacatnya surat kuasa yang dengan sendirinya kedudukan

es

- Sedikitnya menyebut jenis dan macam perkaranya;

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 21

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

kuasa sebagai pihak formil mewakili pemberi kuasa tidak sah. Dengan tidak
sahnya kedudukan penerima kuasa maka gugatan Penggugat tidak dapat diterima

ng

atau semua tindakan hukum yang dilakukan oleh Tim Advokasi menjadi tidak sah
dan tidak mengikat;

Untuk itu mohon kepada yang terhormat Majelis Hakim dalam perkara ini untuk

gu

menyatakan gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk

verklaard) karena syarat sahnya surat kuasa khusus tidak terpenuhi seluruhnya

(tidak menyebutkan objek gugatan sama sekali dan tidak menyebutkan identitas
Tergugat). Dengan kata lain bahwa Tim advokasi tidak mempunyai kedudukan

ub
lik

ah

sebagai Penggugat (eksepsi disqualificatoir);

Mohon perkenan Majelis Hakim mempertimbangkan pula yurisprudensi (putusan

am

Mahkamah Agung tanggal 16 September 1975 No.116 K/Sip/1973 dalam perkara:


Marijam B Durakin lawan Siti) sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan
dalam perkara ini ;

ep

Bahwa pengadilan hubungan industrial pada Pengadilan Negeri Serang tidak

In
do
ne
si

6)

ah
k

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang tidak berwenang;

berwenang memeriksa dan mengadili perkara a quo karena di dalam dasar gugatan

A
gu
ng

Penggugat pada angka 7 Bahwa dengan demikian gugatan ini telah memenuhi

kewenangan relatif dan absolut sebagaimana disyaratkan undang-undang untuk


diperiksa oleh Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung,

bahwa oleh karena penggugat menunjuk yang berwenang Pengadilan Hubungan


Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung, maka mohon kepada yang terhormat

Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang

Bahwa, terhadap gugatan tersebut, Tergugat mengajukan Rekonvensi pada


1)

ub

pokoknya sebagai berikut:

Bahwa Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi adalah PT. Hand Sum Tex,

ep

yang memproduksi pakaian jadi dengan mempekerjakan 1800 pekerja


berkedudukan di Jalan M.Toha KM. 3 No. 08 Desa Galeong, Margasari Karawaci
Bahwa Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konvensi adalah pekerja yang pernah
tercatat sebagai pekerja pada perusahaan Penggugat Rekonvensi/Tergugat

In
d

on

ng
gu
A

es

2)

Kota Tangerang;

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

ik

ah

lik

tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);

ka

ah

yang memeriksa perkara ini untuk menyatakan gugatan Penggugat dinyatakan

Halaman 22

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

Konvensi, yang mulai bekerja pada tanggal 1 Juni 1998 sampai dengan tanggal09
Februari 2012, dengan upah terakhir sebesar Rp 1.587.660,00;

Bahwa Pada hari Rabu tanggal 28 Desember 2011, telah tertangkap oleh security

ng

3)

PT. Hand Sum Tex (Penggugat Rekonvensi), Sdr. Prayitno (Tergugat Rekonvensi)

membawa barang milik perusahaan berupa 1 (satu) derigen chemical boiler, pada

gu

saat karyawan pulang kerja sekitar pukul 17.05 WIB. Atas Pencurian tersebut
dibuat berita acara;

4)

Bahwa Pada hari kamis tanggal 29 Desember 2011, perusahaan (Penggugat


Rekonvensi) menjatuhkan sanksi skorsing kepada Sdr. Prayitno (Tergugat

ub
lik

ah

Rekonvensi), dari tanggal 29 Desember 2011 sampai dengan 2 Januari 2012, surat

skorsing ditandatangani. Dan Sdr. Prayitno (Tergugat Rekonvensi) membuat surat

am

pernyataan yang pada pokoknya, permohonan maaf dan tidak mengulangi


perbuatan dan kesalahan serta bersedia menjaga hubungan kerja yang harmonis;
5)

Bahwa Pada hari Jumat tanggal 27 Januari 2012, telah tertangkap oleh security

ah
k

ep

PT. Hand Sum Tex (Penggugat Rekonpensi), Sdr. Prayitno (Tergugat


Rekonvensi), yang memakai tanda pengenal/ID Card yang bukan dibuat oleh

In
do
ne
si

perusahaan, setelah dilakukan pemeriksaan berdasarkan bukti ID Card tersebut


palsu. Atas dugaan pemalsuan tersebut dibuat berita acara oleh security

A
gu
ng

perusahaan;

6)

Bahwa Terhadap kejadian pelanggaran berat untuk yang kedua kalinya perusahaan

(Penggugat Rekonvensi) akan menjatuhkan skorsing namun Sdr. Prayitno


(Tergugat Rekonvensi) menolak menandatangani surat skorsing tersebut. Atas

penolakan skorsing maka. Pada hari senin tanggal 6 Februari 2012, perusahaan

membuat surat Permohonan pencatatan perselisihan hubungan industrial dan


Bahwa setelah perusahaan (Penggugat Rekonvensi) memperselisihkan ke disnaker

lik

7)

kota tangerang, Sdr. Prayitno (Tergugat Rekonvensi) yang kebetulan juga sebagai
ketua serikat pekerja melakukan provokasi kepada pekerja lain dengan

ub

ah

permohonan mediasi;

menyebarkan issu bahwa perusahaan telah memPHK dirinya secara sepihak dan

ep

ka

semena-mena, sehingga pekerja yang tidak mengerti permasalahan tersebut


terpengaruh, dan Pada hari kamis tanggal 9 Februari 2012, ada kegiatan sosialisasi

ah

tentang pemberlakuan Upah Minimum Sektoral (UMS) Kota Tangerang, yang

bersifat sosialisasi kepada perusahaan perusahaan yang ada di kota Tangerang

on

Hal. 23 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

dengan cara pawai dan orasi ke seluruh wilayah kota Tangerang. Namun kegiatan

es

dilakukan Aliansi Serikat Pekerja Kota Tangerang. Dalam kegiatan tersebut

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 23

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

tersebut telah disusupi oleh kepentingan Sdr. Prayitno (Tergugat Rekonvensi)

dengan memberikan informasi yang menyesatkan kepada Aliansi Serikat Pekerja

ng

bahwa perusahaan telah memPHK secara semena-mena dan tanpa alasan, sehingga
Aliansi Serikat Pekerja datang ke PT. Hand Sum Tex (Penggugat Rekonvensi)

dengan memblokir dan menutup pabrik dengan mobil komando dan berorasi,

gu

sehingga mengganggu aktifitas dan kegiatan perusahaan Penggugat Rekonvensi

serta menimbulkan kerugian materil dan immateril atas aksi demontrasi illegal

8)

tersebut;

Bahwa setelah diadakan pertemuan antara aliansi berserta Sdr Prayitno (Tergugat

ub
lik

ah

Rekonvensi) dengan perusahaan PT. Hand Sum Tex (Penggugat Rekonvensi),

yang pada pokoknya Penggugat Rekonvensi menjelaskan duduk persoalan

am

terjadinya skorsing terhadap Tergugat Rekonvensi (Sdr. Prayitno), atas penjelasan


yang disampaikan Penggugat Rekonvensi (Perusahaan) tersebut maka Aliansi
Serikat Pekerja dapat mengerti dan menyampaikan permohonan maaf karena telah

ep

pihak perusahaan;

Bahwa Terhadap kejadian tersebut Penggugat Rekonvensi (perusahaan) merasa


cukup

alasan

9)

bahwa

Tergugat

Rekonvensi

(Sdr.

In
do
ne
si

ah
k

salah menerima informasi dan tidak melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada

Prayitno)

telah

juga

A
gu
ng

memprovokasi pihak luar untuk mengganggu stabilitas dan ketenangan bekerja,


maka pada saat itu juga Penggugat Rekonvensi

(perusahaan) membuat surat

Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Tergugat Rekonvensi (Sdr. Prayitno),

Karena telah melakukan pelanggaran berat yang dapat diPHK berdasarkan Pasal
46 Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara PT. Hand Sum Tex dengan SPTP PT.

Hand Sum Tex, karena alasan kemanusiaan Penggugat Rekonvensi belum

10)

lik

Rekonpensi kepada pihak kepolisian;

Bahwa tidak terima dengan keputusan PHK perusahaan (Penggugat Rekonvensi/


Tergugat Konvensi) tersebut maka Sdr. Prayitno (Tergugat Rekonvensi/Penggugat

ub

ah

melaporkan tindak pidana pencurian dan pemalsuan yang dilakukan Tergugat

Konvensi) terus melakukan provokasinya dengan anggota FSBI agar dapat

ep

ka

melakukan penekanan terhadap perusahaan (Penggugat Rekonvensi/Tergugat


Konvensi) ;

ah

Maka pada tanggal 13 Februari 2012, FSBI PT.Hand Sum Tex mengajukan surat

dilaksanakan pada tanggal 23, 24, 25, 27, 28, dan 29 Februari 2012 selama 6

on
In
d

gu

ng

(enam) hari. Dan mogok kerja tersebut terjadi menuntut agar Sdr. Prayitno

es

pemberitahuan Mogok Kerja No.04/PMB/PUK.FSBI/ II/2012, yang akan

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 24

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

(Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konvensi) dipekerjakan kembali. Terhadap


pelaksanaan mogok kerja yang tidak sesuai dengan Pasal 142 ayat (2) Undang-

ng

Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jo. Kepmennakertrans No.


KEP.232/MEN/2003 tentang akibat hukum mogok kerja yang tidak sah. Dengan

tidak melaksanakan sesuai ketentuan dan tatacara mogok kerja sehingga mogok

gu

kerja tersebut illegal/tidak sah, serta telah menimbulkan kerugian baik secara

materil maupun immateril yang akan Penggugat Rekonvensi ajukan perkara

tersendiri kepada Pengadilan Negeri Tangerang atas Perbuatan Melawan Hukum


yang dilakukan oleh Tergugat Rekonvensi/ Penggugat Konvensi;

ub
lik

ah

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat Rekonvensi mohon kepada


Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang agar memberikan

am

putusan sebagai berikut:


Dalam Rekonvensi:

ah
k

--

ep

Dalam Provisi (Putusan Sela):

Menerima dan mengabulkan sita jaminan yang dimohonkan Penggugat


Rekonvensi/Tergugat Konvensi;

In
do
ne
si

--

Atau:

apabila Majelis hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri

A
gu
ng

Serang berpendapat lain, maka Tergugat/Penggugat Rekonvensi, mohon putusan


yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Bahwa, terhadap gugatan tersebut Pengadilan Hubungan Industrial pada

Pengadilan Negeri Serang telah memberikan putusan Nomor 46/PHI.G/2012/ PN.Srg.,


tanggal 6 Februari 2013 yang amarnya sebagai berikut:
A. Dalam Konvensi:

-- Menolak Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;

ub

II. Dalam Provisi:

-- Menolak permohonan Provisi Penggugat untuk seluruhnya;


III. Dalam Pokok Perkara:

I.

Dalam Provisi;

B. Dalam Rekonvensi;

-- Menolak permohonan Provisi Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi

on

Hal. 25 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

untuk seluruhnya;

es

ep

-- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

ah

ka

Dalam Eksepsi:

lik

ah

I.

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 25

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

II. Dalam Pokok Perkara;

-- Menyatakan gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi tidak dapat

ng

diterima;

C. Dalam Konvensi dan Rekonvensi:

gu

-- Membebankan biaya perkara kepada negara sebesar Rp 317.000,00 (tiga ratus


tujuh belas ribu Rupiah);

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan

Negeri Serang tersebut telah diucapkan dengan hadirnya Penggugat pada tanggal 6

Februari 2013, terhadap putusan tersebut Penggugat melalui kuasanya berdasarkan Surat

ub
lik

ah

Kuasa Khusus tanggal 18 Februari 2013 mengajukan permohonan kasasi pada tanggal
19 Februari 2013, sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 01/Kas/

am

PHI.G/2013/PN.Srg., yang dibuat oleh Panitera Muda Pengadilan Hubungan Industrial


pada Pengadilan Negeri Serang, permohonan tersebut disertai dengan memori kasasi

ep

yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri

ah
k

Serang pada tanggal 4 Maret 2013;

Bahwa memori kasasi telah disampaikan kepada Tergugat pada tanggal 8 Maret

In
do
ne
si

2013, kemudian oleh Tergugat mengajukan kontra memori kasasi yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang pada

A
gu
ng

tanggal 18 Maret 2013;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah

diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan
dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, sehingga permohonan kasasi
tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh Pemohon

A. Judex Facti salah menerapkan hukum terkait Surat Skorsing Nomor 031,
Tertanggal31 Januari 2012
1.

ka

lik

Dalam Provisi

ub

I.

ah

Kasasi dalam memori kasasinya pada pokoknya adalah:

Bahwa dalam putusannya Hakim menyatakan "Menolak Permohonan


Bahwa dalam Putusan a quo halaman 43, dalam pertimbangannya hakim

ah

menjelaskan

"----Menimbang bahwa bukti P-6 berupa surat skorsing atas nama Prayitno

on
In
d

gu

ng

No. 031, Tangerang, 31 Januari 2012 dari bukti ini diperoleh fakta bahwa

es

2.

ep

Provisi Penggugat untuk seluruhnya";

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 26

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

perusahaan telah membuat skorsing kepada Penggugat (Prayitno) atas


pelanggaran Tata Tertib Perusahaan berdasarkan laporan dari security pada

ng

hari Jumat tanggal 27 Januari 2012 dimana Prayitno (Penggugat)


menggunakan tanda pengenal/ID Card yang tidak standart (ID Carel palsu)

yang bukan dibuat oleh Perusahaan sebagaimana (Bukti T-5) akan tetapi

gu

surat

skorsing tersebut tidak ditandatangani sehingga diragukan keabsahannya

dengan demikian bukti P-6 tersebut harus dikesampingkan hal ini


bersesuaian dengan keterangan saksi Tergugat yang bernama Laela Syamsi

ub
lik

ah

yang menyatakan "pernah mendengar, HRD memberikan sanksi skorsing

kepada saudara Prayitno (Penggugat) dan Penggugat tidak mau tanda

am

tangan dan, kemudian HRD mencatatkan perselisihan itu ke Dinas Tenaga


Kerja";
3.

Bahwa

selanjutnya

dalam

Putusan

quo

halaman

41,

dalam

ah
k

ep

pertimbangannya Hakim menjelaskan:

"----Menimbang bahwa berdasarkan kedua ketentuan di atas, oleh karena

In
do
ne
si

tidak ternyata tidak dibayarkannya hak-hak Penggugat oleh Tergugat


sebagaimana tuntutan dalam Provisi karena Tergugat telah melakukan

A
gu
ng

tindakan skorsing terhadap Penggugat oleh karenanya permohonan putusan


provisi yang dimohonkan Penggugat tidak beralasan menurut hukum dan
haruslah ditolak";

4.

Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hakim tersebut di atas,


Judex Facti telah menyangkal adanya surat skorsing Nomor 031, tertanggal

31 Januari 2012 (Bukti P-6), padahal Termohon Kasasi mengakui adanya


Hubungan

Industrial

menyangkal surat skorsing a quo;


5.

Termohon

Kasasi

lik

Pengadilan

tidak

pemah

Bahwa walaupun Pemohon Kasasi menolak menandatangani surat skorsing

ub

ah

surat skorsing a quo, hal ini dibuktikan selama proses persidangan

a quo, faktanya Pemohon Kasasi sudah dilarang untuk masuk dan bekerja

ep

ka

oleh Termohon Kasasi per tanggal dikeluarkannya surat skorsing a quo


hingga saat ini;

ah

6.

Bahwa terlebih lagi dalam pemeriksaan saksi Laela Syamsiah yang

es
on

Hal. 27 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

diajukan oleh Termohon Kasasi menerangkan:

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 27

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

"Bahwa saksi mengatakan tanggal 9 Februari 2012, demo itu bukan dalam
rangka ada PHK, (belum ada PHK), saat itu posisi saudara Prayitno dalam

ng

keadaan diskorsing" (Putusan a quo halaman 35);


7.

Bahwa dengan dibayarkannya upah Pemohon Kasasi (Bukti P-2b)


tertanggal 1 - 8 Februari 2012 yang notabene berada dalam masa skorsing

gu

dalam surat skorsing a quo, maka Termohon Kasasi secara langsung

mengakui dan menjalankan surat skorsing a quo;

8.

Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut surat skorsing a quo seharusnya


dinyatakan sah menurut hukum dan sesuai dengan Pasal 155 ayat (3)

ub
lik

ah

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


(selanjutnya disebut "UU Ketenagakerjaan");

am

B. Judex Facti salah dalam menerapkan hukum terkait dengan Upah Proses
1.

Bahwa Judex Facti tidak mempertimbangkan ketentuan hukum mengenai


kewajiban Termohon Kasasi dalam membayarkan upah Pemohon Kasasi

ep

ah
k

selama proses perkara a quo belum berkekuatan hukum tetap (Upah


Proses) seperti yang diatur dalam Pasal 155 ayat (2) UU Ketenagakerjaan

In
do
ne
si

yang menyatakan:

"Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial

A
gu
ng

belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap


melaksanakan segala kewajibannya";

2.

Bahwa terkait dengan pemaknaan Upah Proses Mahkamah Konstitusi

dalam Putusan No. 37/PUU-IX/2011, yang dibacakan dalam sidang Pleno


Putusan MK tertanggal 19 September 2011 telah menjelaskan secara

konstitusional perihal kewajiban Pengusaha untuk membayar upah Pekerja/


Buruh selama proses perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja sampai

lik

ah

berkekuatan hukum tetap;

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 37IPUU-IXl2011 halaman 37:

ub

"Menurut Mahkamah, frasa "belum ditetapkan" dalam Pasal 155 ayat (2)
UU 13/2003 harus dimaknai putusan pengadilan yang memperoleh

ep

ka

kekuatan hukum tetap karena putusan Pengadilan Hubungan Industrial ada


yang dapat langsung memperoleh kekuatan hukum tetap pada tingkat

ah

pertama oleh Pengadilan Hubungan Industrial, yaitu putusan mengenai

pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan, serta putusan mengenai

on
In
d

gu

ng

perselisihan hak dan PHK yang tidak dimohonkan kasasi. Adapun putusan

es

perselisihan kepentingan, putusan mengenai perselisihan antar serikat

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 28

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

mengenai perselisihan hak dan PHK yang dimohonkan kasasi harus


menunggu putusan kasasi dari Mahkamah Agung terlebih dahulu baru

ng

memperoleh kekuatan hukum tetap";


3.

Bahwa berdasarkan Pasal 155 ayat (2) UU Ketenagakerjaan jo Putusan MK

No. 37/PUU-IX/2011 dan fakta bahwa Pemohon Kasasi dilarang untuk

gu

masuk dan bekerja oleh Termohon Kasasi per tanggal dikeluarkannya surat

skorsing a quo hingga saat ini, maka demi hukum Termohon Kasasi wajib

melaksanakan kewajibannya dengan membayar upah proses sampai

Dalam Pokok Perkara

ub
lik

ah

II.

berkekuatan hukum tetap;

A. Judex Facti salah menerapkan hukum terkait keabsahan Surat Pemutusan

am

Hubungan Kerja (PHK) No.009-HST/II/2012 tertanggal 9 Februari 2012


1.

Bahwa dalam putusannya Hakim menyatakan "Menolak gugatan


Penggugat untuk seluruhnya";

Bahwa dalam Putusan a quo halaman 46, dalam pertimbangannya Hakim

ep

ah
k

2.

menjelaskan:

In
do
ne
si

"------Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 46 ayat (3) PKB PT. Hand

Sum Tex Garment Indonesia periode Tahun 2011-2013 sebagaimana Bukti

A
gu
ng

T-8 "Pelanggaran yang mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja"


sehingga pengertian pelanggaran yang dapat mengakibatkan pemutusan
hubungan

dalam

perkara

a quo berbeda dengan pengertian Pemutusan Hubungan Kerja

akibat kesalahan berat uang merupakan perbuatan pidana sebagaimana

ketentuan dalam Pasal 158 ayat (1) huruf a dan b UU Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan:

lik

ah

a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/ atau


milik perusahaan;
merugikan perusahan;

ub

b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga

ep

ka

Dengan demikian Surat Keputusan No.009-HST/II/2012 tertanggal 9


Februari 2012 tentang PHK terhadap Prayitno sah menurut hukum;

ah

3.

Bahwa berdasarkan pertimbangan hakim tersebut di atas, Judex Facti telah

ng

No.009-HSTIII/2012, tertanggal 9 Februari 2012 (Bukti P-7) berdasarkan

on

Hal. 29 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

Pasal 46 ayat (3) PKB a quo jo. Pasal161 UU Ketenagakerjaan;

es

menyatakan sah menurut hukum Surat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 29

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


Bahwa Judex Facti salah menggunakan Tata Tertib PKB a quo, Pasal 46

4.

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

ayat (3) PKB a quo jo. Pasal 161 UU Ketenagakerjaan sebagai dasar

ng

hukum PHK;

a. Bahwa dalam Putusan a quo halaman 46, dalam pertimbangannya

gu

Hakim

menjelaskan

Pasal

46

ayat

(3)

PKB

a quo menjadi dasar berlaku dan sahnya PHK a quo;

b. Bahwa dalam Putusan a quo halaman 45, dalam pertimbangannya


Hakim menjelaskan

"...... Penggugat terbukti telah melakukan pelanggaran yang termasuk


pemutusan

hubungan

am

Ketenagakerjaan......";

ub
lik

ah

pelanggaran terhadap tata tertib perusahaan yang dapat mengakibatkan


kerja,

sebagaimana

Pasal

161

UU

c. Bahwa berdasarkan dua hal tersebut di atas Judex Facti mendasarkan


Tata Tertib PKB a quo, Pasal 46 ayat (3) PKB a quo jo. Pasal 161 UU

ah
k

ep

Ketenagakerjaan sebagai dasar sahnya surat PHK a quo;


d. Bahwa Pasal 46 ayat (3) PKB a quo memiliki substansi yang sama

In
do
ne
si

dengan Pasal 158 UU Ketenagakerjaan, dimana Putusan Mahkamah


Konstitusi Nomor 012/PUU-I/2003, tanggal 28 Oktober 2004 tentang
uji

materil

A
gu
ng

hak

Ketenagakerjaan

Undang-Undang
telah

memberikan

No.13

Tahun

tafsir

pemaknaan "Kesalahan Berat";

2003

tentang

konstitusional

perihal

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 012/PUU-I/2003

"Menimbang bahwa Mahkamah dapat menyetujui dalil para Pemohon

bahwa Pasal158 undang-undang a quo bertentangan dengan UUD 1945

khususnya Pasal 27 ayat (1) yang menyatakan bahwa segala


bersamaan

kedudukannya

di

dalam

lik

ah

warganegara

hukum

dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

ub

dengan tidak ada kecualinya, karena Pasal 158 memberi kewenangan


pada pengusaha untuk melakukan PHK dengan alasan buruh/pekerja

ep

ka

telah melakukan kesalahan berat tanpa due process of law melalui


putusan pengadilan yang independen dan imparsial, melainkan cukup

ah

hanya dengan keputusan pengusaha yang didukung oleh bukti-bukti

es
on
In
d

gu

ng

berlaku";

yang tidak perlu diuji keabsahannya menurut hukum acara yang

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 30

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

e. Bahwa dalam proses persidangan Termohon Kasasi tidak dapat


membuktikan adanya Putusan Pidana yang telah berkekuatan hukum

ng

tetap sebagai dasar Surat PHK a quo;

f. Bahwa dengan demikian Pelanggaran Berat yang merupakan dasar PHK

gu

dalam Surat PHK a quo tidak bisa secara langsung digunakan sebagai
dasar PHK;

g. Bahwa dengan demikian dasar penggunaan Pasal 46 ayat (3) PKB a quo
sebagai dasar PHK seharusnya tidak sah menurut hukum;

h. Bahwa Pasal 161 UU Ketenagakerjaan menyatakan bahwa:

ub
lik

ah

"(1) Dalam hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang

diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian

am

kerja bersama, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan


kerja, setelah kepada pekerja/buruh yang bersangkutan diberikan
surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut;
Surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-

ep

ah
k

(2)

masing berlaku untuk paling lama 6 (enam) bulan, kecuali


perjanjian kerja bersama;

Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan

A
gu
ng

(3)

In
do
ne
si

ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau

alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memperoleh uang


pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan

masa

kerja

sebesar

1 (satu) kali ketentuan Pasal156 ayat (3) dan uang penggantian


hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4);

i. Bahwa dengan tidak dapat digunakannya Pasal 46 ayat (3) PKB a quo

lik

ah

seharusnya juga berlaku mutatis mutandis kepada Pasal 161 UU


Ketenagakerjaan tidak dapat digunakan sebagai dasar PHK;

ub

j. Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas


seharusnya Surat PHK a quo tidak sah demi hukum dan memerintahkan

ep

ka

kepada Termohon Kasasi untuk mempekerjakan kembali Pemohon


Kasasi pada jabatan, posisi, masa kerja, dan hak-haknya seperti semula;

Bahwa dalam putusannya Hakim menyatakan "Menolak gugatan

es

1.

ah

B. Judex Facti salah menerapkan hukum terkait dwangsom

on

Hal. 31 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

Penggugat untuk seluruhnya";

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 31

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


Bahwa dalam Putusan a quo halaman 48, dalam pertimbangannya Hakim

2.

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

menjelaskan

ng

"----Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas pada

kenyataannya Petitum ke 2, ke 3, ke 4, dan ke 5 dinyatakan ditolak,

gu

maka Petitum ke 6 (enam) ini tidak perlu dipertimbangkan dan haruslah

3.

ditolak";

Bahwa pengertian uang paksa dwangsom menurut para ahli hukum

(sebagaimana dikutip dari Buku Tuntutan Uang Paksa Dalam Teori Dan
Praktek Karangan Lilik Muliyadi, SH. MH. 2001);

ub
lik

ah

a) Prof. Mr. P.A. Stein, mengemukakan batasan bahwa uang paksa

(dwangsom/astreinte) sebagai: "sejumlah uang yang ditetapkan dalam

am

putusan, hukuman tersebut diserahkan kepada Penggugat, di dalam hal


sepanjang atau sewaktu-waktu si terhukum tidak melaksanakan
hukuman. Uang paksa ditetapkan di dalam suatu jumlah uang, baik

ah
k

ep

berupa sejumlah uang paksa sekaligus, maupun setiap jangka waktu atau
setiap pelanggaran";

In
do
ne
si

b) Marcel Some, sesorang guru besar Rijksuniversiteit Gent, AntwerpenBelgia memberi batasan tentang uang paksa, merupakan: "suatu

A
gu
ng

hukuman tambahan pada si berhutang tersebut tidak memenuhi

hukuman pokok, hukuman tambahan mana dimaksudkan untuk


menekan si berhutang agar supaya dia memenuhi putusan hukuman
pokok";

c) Mr. H. Oudelar dengan tegas menyebutkan bahwa uang paksa adalah:


"suatu jumlah uang yang ditetapkan Hakim yang dibebankan kepada

4.

lik

memenuhi suatu hukuman pokok";

Bahwa karena Pemohon Kasasi tidak menuntut kompensasi pesangon,


Surat PHK a quo tidak sah demi hukum dan memerintahkan kepada

ub

ah

terhukum berdasarkan atas putusan Hakim dalam keadaaan ia tidak

Termohon Kasasi untuk mempekerjakan kembali Pemohon Kasasi pada

ep

ka

jabatan, posisi, masa kerja, dan hak-haknya seperti semula, maka untuk
menjamin agar Termohon Kasasi menjalankan Putusan Pengadilan yang

ah

berkekuatan hukum tetap dalam perkara a quo maka Termohon Kasasi

on
In
d

gu

ng

(dwangsong) kepada Pemohon Kasasi sebesar Rp 1.000.000,00 (satu

es

berdasarkan Pasal 606 a RV diwajibkan membayar uang paksa

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 32

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

juta Rupiah) perhari hingga dijalankannya putusan yang telah memperoleh


kekuatan hukum tetap;

ng

Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut, Mahkamah Agung


berpendapat:

mengenai keberatan ad. A dan ad. B:

gu

Bahwa keberatan tersebut dapat dibenarkan, oleh karena setelah meneliti secara

saksama memori kasasi tanggal 1 Maret 2013 dan kontra memori kasasi tanggal 18

Maret 2013, dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti, dalam hal ini Pengadilan

ah

dengan pertimbangan sebagai berikut:


1.

ub
lik

Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang telah salah menerapkan hukum

Bahwa Judex Facti tidak seksama dalam mempertimbangkan bukti T-1 dan T-2

am

berupa Berita Acara Kejadian tanggal 28 Desember 2011 dan Surat Skorsing
tanggal 29 Desember 2011 yang menyebut Penggugat telah melakukan
pelanggaran tanpa menyebut mendapat Surat Peringatan ke berapa sesuai Pasal 46
2.

ep

ah
k

Perjanjian Kerja Bersama (PKB);

Bahwa Judex Facti juga tidak mempertimbangkan keterangan saksi Abdul

In
do
ne
si

Rohman sebagai security yang menerangkan bahwa dalam botol derigen isinya
hanya air sehingga tidak patut apabila dikualifikasikan melakukan pelanggaran

A
gu
ng

berat, namun patut dan adil apabila perbuatan Penggugat tersebut mendapat surat
peringatan lisan sebagaimana diatur dalam Pasal 46 Teguran Lisan angka 6
Perjanjian Kerja Bersama (PKB);

3.

Bahwa kemudian sesuai bukti T-5 Penggugat melakukan pelangaran kembali


berupa menggunakan tanda pengenal yang tidak sebagaimana mestinya adalah
merupakan perbuatan yang dapat diberi peringatan saksi Surat Peringatan

lik

Perjanjian Kerja Bersama (PKB);


4.

Bahwa sesuai bukti P-4.b, P-4.c dan P-5, Penggugat adalah Ketua Serikat Pekerja
di Unit Perusahaan Tergugat dan pada saat sebelum Penggugat di PHK Penggugat

ub

ah

Pertama sebagaimana diatur dalam Pasal 46 Surat Peringatan Pertama angka 1

ka

telah melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan fungsinya sebagai Pengurus

ep

Pekerja sehingga Pemutusan Hubungan Kerja tersebut terkait dengan kegiatan

ah

sebagai Pengurus Serikat Pekerja, karenanya Penggugat harus mendapat


dalam ketentuan Pasal 153 ayat 1 huruf g Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 jo

on

Hal. 33 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

Pasal 1 Konvensi ILO No. 98 tentang Hak-Hak Dasar daripada Hak Untuk

es

perlindungan dari tindakan Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana dimaksud

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 33

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

Berorganisasi dan Berunding Bersama jo Rekomendasi ILO No. 143 Tahun 1971

tentang Perwakilan Pekerja, namun terhadap pelanggaran yang dilakukan

ng

Penggugat tetap mendapat sanksi yaitu Surat Peringatan Pertama;


5.

Bahwa oleh karena pemutusan hubungan kerja oleh Tergugat kepada Penggugat
tidak sah, namun di sisi lain Penggugat juga melakukan pelanggaran, maka patut

gu

dan adil tuntutan dalam provisi dikabulkan sebagian, yaitu menghukum Tergugat

membayar upah dan hak-hak lainnya yang biasa diterima terhitung sejak putusan

kasasi diterima sampai dengan Penggugat dipekerjakan kembali;

6.

Bahwa oleh karena tuntutan Penggugat tidak berkenaan untuk membayar sejumlah
dan

nilainya

dianggap

ub
lik

ah

uang, maka tuntutan atas uang paksa (dwangsoom) beralasan untuk dikabulkan
cukup

adil

sebesar

am

Rp 100.000,00 (seratus ribu Rupiah) / hari jika terlambat melaksanakan keputusan;


7.

Bahwa dengan demikian gugatan Penggugat patut untuk dikabulkan sebagian;


Menimbang, bahwa namun demikian Anggota Majelis Dr. Horadin Saragih,

ep

ah
k

SH.,MH. mengajukan pendapat yang berbeda (dissenting opinion) dengan alasan-alasan


sebagai berikut:

In
do
ne
si

Bahwa Judex Facti/Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri


Serang telah benar menerapkan Pasal 161 ayat (3) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

A
gu
ng

terhadap peristiwa hukumnya, karena Pekerja/Pemohon Kasasi melakukan pelanggaran


yaitu:
1)

Tanggal 28 Desember 2011, Jam 17.05 WIB tanpa izin dan surat pengantar, keluar
barang dari perusahaan membawa barang milik perusahaan berupa 1 (satu) derigen
chemical boiler pada saat karyawan pulang kerja (vide bukti T-1);

2)

Tanggal 27 Januari 2012 menggunakan Kartu Pengenal/ID Card yang tidak standard

Bahwa pelanggaran-pelanggaran a quo telah memenuhi pelanggaran sebagaimana

lik

3)

diatur dalam Pasal 46 Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Perusahaan yang berlaku
4)

ub

dari tahun 2011-2013, dan bukan kesalahan berat;

Bahwa lagi pula pada hakikatnya keberatan tersebut mengenai penilaian hasil
pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak

ep

ka

ah

yang bukan dibuat di Perusahaan (vide bukti T-5);

dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena pemeriksaan

ah

dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan penerapan hukum,

ng

syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam

on
In
d

gu

kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau bila Pengadilan tidak

es

adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 34

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

berwenang atau melampaui batas wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam


Pasal 30 Undang-Undang No. 14 Tahun 1985, jo Undang-Undang No. 5 Tahun

ng

2004 dan perubahan kedua Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah

Agung berpendapat, terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari

gu

Pemohon Kasasi: PRAYITNO tersebut dan membatalkan putusan Pengadilan

Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang Nomor 46/PHI.G/2012/PN.Srg.,

tanggal 6 Februari 2013, selanjutnya Mahkamah Agung akan mengadili sendiri dengan
amar sebagaimana yang akan disebutkan di bawah ini;

ub
lik

ah

Menimbang, bahwa oleh karena nilai gugatan dalam perkara ini

di bawah Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta Rupiah), sebagaimana ditentukan

am

dalam Pasal 58 Undang-Undang No. 2 Tahun 2004, maka biaya perkara dalam semua
tingkat peradilan dibebankan kepada Negara;
Memperhatikan,

Undang-Undang

Nomor

13

Tahun

2003

tentang

ah
k

ep

Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian


Perselisihan Hubungan Industrial, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

In
do
ne
si

Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah


Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004

A
gu
ng

dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan
perundang-undangan lain yang bersangkutan;
M E N G A D I L I :

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: PRAYITNO tersebut;

Membatalkan putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri

lik

MENGADILI SENDIRI :

Dalam Konvensi:
Dalam Eksepsi:
--

ub

I.

Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;

II. Dalam Provisi:

Menghukum Tergugat membayar upah dan hak-hak yang biasa diterima kepada

ep

--

Penggugat terhitung sejak putusan kasasi diterima sampai dengan Penggugat

on

Hal. 35 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

ng

Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

gu

1.

es

III. Dalam Pokok Perkara:

dipekerjakan kembali oleh Tergugat;

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

ik

ah

ka

ah

Serang Nomor 46/PHI.G/2012/PN.Srg., tanggal 6 Februari 2013;

Halaman 35

Menyatakan tindakan Tergugat memutus hubungan kerja kepada Penggugat

2.

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

batal demi hukum;

Menyatakan hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat tidak pernah

ng

3.

putus;

Menghukum Tergugat mempekerjakan kembali Penggugat pada posisi semula;

5.

Menghukum Penggugat menerima Surat Peringatan Pertama dari Tergugat;

6.

Memerintahkan Tergugat untuk menghormati hak kebebasan berserikat bagi

gu

4.

buruh di Perusahaan dan menghormati keberadaan PUK FSBI PT Hand Sum


Tex;

Menghukum Tergugat membayar uang paksa (dwangsom) kepada Penggugat

ub
lik

ah

7.

sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu Rupiah) / hari jika lalai melaksanakan isi
8.

Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya;

Dalam Rekonvensi:

--

ep

Dalam Provisi:

Menolak permohonan provisi Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi untuk


seluruhnya;

ah
k

I.

In
do
ne
si

am

putusan ini;

II. Dalam Pokok Perkara:

Menyatakan gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi tidak dapat

A
gu
ng

--

diterima;

Dalam Konvensi dan Rekonvensi:


--

Membebankan biaya perkara kepada Negara;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada


Agung

pada

hari

Rabu

tanggal

22

Mei

2013

oleh

lik

Dr.H. Supandi, SH.,MHum. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah

Agung sebagai Ketua Majelis, Fauzan, SH.,MH. dan Dr. Horadin Saragih, SH.,MH.

ub

Hakim-Hakim Ad Hoc PHI, masing-masing sebagai Anggota, putusan tersebut


diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan
dihadiri oleh Anggota-anggota tersebut dan oleh Endang Wahyu Utami, SH.,MH.

ep

Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh para pihak;

gu

es

Panitera Pengganti

ttd/Dr.H. Supandi, SH.,MHum.

Untuk Salinan

on

ng

ttd/ Fauzan, SH.,MH.


ttd/ Dr. Horadin, SH.,MH.

Ketua

In
d

Anggota-Anggota

ka

ah

Mahkamah

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

ah

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 36

ep
u

hk
am

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


Mahkamah Agung RI
an Panitera
Panitera Muda Perdata Khusus

gu

ng

ttd/Endang Wahyu Utami, SH.,MH.

In
do
ne
si
a

putusan.mahkamahagung.go.id

es
on

Hal. 37 dari 37 hal.Put.Nomor 208 K/Pdt.Sus-PHI/2013

In
d

gu

ng

ah

ep

ka

ub

lik

ah

A
gu
ng

In
do
ne
si

ah
k

ep

am

ub
lik

ah

Rahmi Mulyati, SH.MH.


NIP 19591207.1985.12.2.002

ik

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 37

Anda mungkin juga menyukai