Anda di halaman 1dari 76

UBAIDILLAH

04171076

PERDARAHAN
DALAM KEHAMILAN
PEMBIMBING :

Dr. H. Marwan I, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
BAGIAN/SMF ILMU
KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSUD Dr. R.M DJOELHAM BINJAI
2010

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan dengan rasa lega,
pada akhirnya referat ini dapat selesai pada waktunya sebagai salah satu syarat
yang harus dipenuhi dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di
SMF Ilmu Kebidanan dan Kandungan di RSUD. Dr. RM. Djoelham Binjai
Referat ini menyajikan perdarahan selama kehamilan yang sering kita
jumpai di klinis. Di sini diuraikan secara singkat gambaran Perdarahan Dalam
Kehamilan.
Pada kesempatan ini juga kami mengucapkan terima kasih kepada dokter
pembimbing yaitu, Dr. H. Marwan I, Sp.OG atas bimbingan dan arahannya
selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Kebidanan dan
Kandungan di RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai serta dalam penyusunan referat
ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa referat ini memiliki banyak
kekurangan baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
mendatang. Harapan kami semoga refarat ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Amin.

Binjai, 20 Desember 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................

1. PERDARAHAN PADA HAMIL MUDA........................................

A. ABORTUS..................................................................................

B. MOLAHIDATIDOSA................................................................

22

C. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU.................................

31

2. PERDARAHAN PADA HAMIL TUA (ANTE PARTUM)............

39

A. PLASENTA PREVIA.................................................................

41

B. SOLUSIO PLASENTA..............................................................

54

C. INSERSIO VELAMENTOSA (VASA PREVIA)......................

64

D. RUPTURA SINUS MARGINALIS...........................................

66

E. PLASENTA SIRKUMVALATA...............................................

67

BAB III KESIMPULAN...............................................................................

69

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

71

ii

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah
masalah perdarahan. Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara
dramatis dengan adanya pemeriksaan-pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan
persalinan di rumah sakit dan adanya fasilitas transfusi darah, namun kematian ibu
akibat perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian maternal.

Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu
maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika
komponennya tidak dapat segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana
dan perawatan sarana yang memungkinkan penggunaan darah dengan segera,
merupakan

kebutuhan

mutlak

untuk

pelayanan

obstetri

yang

layak.

Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan,


persalinan, maupun masa nifas. Oleh karena itu, setiap perdarahan yang terjadi
dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas harus dianggap sebagai suatu
keadaan akut dan serius, karena dapat membahayakan ibu dan janin. Setiap wanita
hamil, dan nifas yang mengalami perdarahan, harus segera dirawat dan ditentukan
penyebabnya, untuk selanjutnya dapat diberi pertolongan dengan tepat.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Terdapat klasifikasi perdarahan berdasarkan umur kehamilan:
1. PERDARAHAN PADA HAMIL MUDA
a) Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup
luar kandungan.
b) Molahidatidosa
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili
korialisnya mengalami perubahan hidrofik.
c) Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

2. PERDARAHAN PADA HAMIL TUA (ANTEPARTUM)


a) Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum (OUI).
b) Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya
terhitung sejak kehamilan 28 minggu.
c) Insersio Velamentosa (vasa previa)
d) Ruptura Sinus Marginalis (Solusio Plasenta Ringan)
e) Plasenta Sirkumvalata

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN

1.

PERDARAHAN PADA HAMIL MUDA


A. ABORTUS

Ada beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya abortus,


misalnya faktor paritas dan ibu, mempunyai pengaruh besar. Risiko abortus
semakin dengan bertambahnya paritas dan semakin bertambahnya usia ibu
dan ayah. Riwayat abortus pada penderita abortus nampaknya juga
merupakan predisposisi terjadinya abortus berulang. Kemungkinan terjadinya
abortus berulang pada seorang wanita yang mengalami abortus tiga kali atau
lebih adalah 83,6 %.
Selain beberapa faktor diatas, penyakit ibu seperti pneumonia, typhus
abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus.
Begitu pula dengan penyakit-penyakit infeksi lain juga memperbesar peluang
terjadinya abortus.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(1) Defenisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup
luar kandungan. Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.
Sedang menurut WHO /FIGO adalah jika kehamilan kurang dari 22
minggu, bila berat janin tidak diketahui.
Di Indonesia umumnya batasan untuk abortus adalah sesuai dengan
definisi Greenhill yaitu jika umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat
janin kurang dari 500 gram. Abortus spontan dibagi menjadi abortus awal dan
abortus yang terlambat. Abortus awal terjadi sebelum usia kehamilan
mencapai 12 minggu. Abortus yang terlambat terjadi pada usia kehamilan 12
sampai 20 minggu.

(2) Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah:
Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosom
X.
Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Pengaruh

teratogen

akibat

radiasi,

virus,

obat-obatan,

tembakau, dan alkohol.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensi menahun.
Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan,
dan toxoplasmosis.
Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk
abortus pada trisemester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan
kelainan bawaan uterus.

(3) Patogenesis
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales
menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan
sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14
minggu keatas umumnya dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin,
disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam
berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak
jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi, atau fetus papiraseus.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(4) Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan:
a. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului
faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh
faktor-faktor alamiah.
b. Abortus Provakatus (induced abortion)
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan
memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita
sendiri,

dengan

alasan

bila

kehamilan

dilanjutkan,

dapat

membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya


perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
Abortus Kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi
medis.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Berdasarkan gambaran klinis, abortus dibedakan menjadi 6 golongan,
yaitu:
a.

Abortus Immimens (keguguran membakat)


Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus

pada kehamilan sebelum 20 minggu, sedang hasil konsepsi masih dalam


uterus tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis abortus imminens diduga bila perdarahan berasal dari
intrauteri muncul selama pertengahan pertama kehamilan, dengan atau
tanpa kolik uterus, tanpa pengeluaran hasil konsepsi dan tanpa dilatasi
serviks. Menurut Taber (1994), umumnya kira-kira 50 % wanita dengan
gejala abortus imminens kehilangan kehamilannya, persentase kecil lahir
prematur dan lainnya berlanjut ke kelahiran cukup bulan.

Gambar: Abortus Iminens

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
b.

Abortus Insipiens (keguguran sedang berlangsung)


Abortus insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan

kurang dari 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat,


tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules
menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin
kuat dan sering, serviks terbuka.

Gambar: Abortus Insipiens

c.

Abortus Inkompletus (keguguran bersisa)


Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi

pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal


dalam uterus. Perdarahan abortus ini dapat banyak sekali, sehingga dapat
menyebabkan perdarahan banyak dan tidak berhenti sebelum hasil
konsepsi dikeluarkan.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi,serviks terbuka,
sebagian jaringan keluar.
KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan

Gambar: Abortus Inkompletus,


dimana pada sebelah kanan gambar terlihat gambaran produk konsepsi yang
keluar pada abortus inkompletus

d.

Abortus Kompletus (keguguran lengkap)


Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah

dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit,ostium uteri


sebagian besar telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks
menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.

Gambar: Abortus Kompletus,


dimana pada sebelah kanan gambar terlihat gambaran hasil konsepsi yang keluar
pada abortus kompletus.
KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
e.

Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin sebelum usia 20 minggu,

tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Setelah retensi yang lama dari hasil konsepsi yang mati, dapat terjadi
kelainan pembekuan darah yang serius, khususnya bila kehamilan telah
mencapai trimester kedua sebelum janin mati.

Gambar: Missed Abortion

f.

Abortus Habitualis (keguguran berulang)


Definisi abortus spontan yang berkali-kali (habitualis) telah dibuat

berdasarkan berbagai kriteria jumlah dan urutannya, tapi definisi yang


paling mungkin diterima saat ini adalah abortus spontan yang terjadi
berturut-turut tiga kali atau lebih.
Menurut Hertig abortus spontan terjadi dalam 10 % dari kehamilan
dan abortus habitualis 3,6 9,8 % dari abortus spontan.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

10

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Etiologi :
Kelainan ovum atau spermatozoa, dimana bila terjadi pembuahan
hasilnya adalah pembuahan yang patologis.
Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, korpus
luteum, kesalahan plasenta yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis, kelainan
anatomis, hipertensi dan keadaan malnutrisi.

(5) Manifestasi Klinis


Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
Pada pemeriksaan fisik ; keadaan umum tampak lemah atau
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, dengyut
nadi normal atau capt dan kecil, suhu badan normal atau menurun.
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
Pada pemeriksaan ginekologi:
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vagina.
Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka
atau sudah tertutup,ada/tidak jaringan keluar dari ostium,
ada/tidak jaringan berbau busuk dari ostium.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

11

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Vaginal toucher : porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai
atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat portio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglasi
tidak menonjol dan tidak nyeri.

(6) Pemeriksaan Penunjang Diagnostik


a. Laboratorium
Darah Lengkap
Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.
LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
Tes Kehamilan
Penurunan atau level plasma yang rendah dari -hCG adalah
prediktif. terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum,
abortus spontan atau kehamilan ektopik).
b. Ultrasonografi
USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 5
minggu.
Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm
(usia kehamilan 5 6 minggu).
Dengan

melakukan

dan

menginterpretasi

secara

cermat,

pemeriksaan USG dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan


viabel atau non-viabel.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

12

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Pada abortus imimnen, mungkin terlihat adanya kantung kehamilan
(gestational sac GS) dan embrio yang normal.
Prognosis buruk bila dijumpai adanya :
Kantung kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan
dan tidak adanya kutub janin.
Perdarahan retrochorionic yang luas ( > 25% ukuran kantung
kehamilan).
Frekuensi DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ).
Pada abortus inkompletus, kantung kehamilan umumnya pipih dan
iregular serta terlihat adanya jaringan plasenta sebagai masa yang
echogenik dalam cavum uteri.
Pada abortus kompletus, endometrium nampak saling mendekat
tanpa visualisasi adanya hasil konsepsi.
Pada missed abortion, terlihat adanya embrio atau janin tanpa ada
detik jantung janin.
Pada blighted ovum, terlihat adanya kantung kehamilan abnormal
tanpa yolk sac atau embrio.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

13

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan

Kehamilan intrauterine 8 minggu. Terlihat gambaran embrio (E) dan yolk sac
(YS)

Blighted ovum
Kantung gestasi (Gestational Sac ) yang kosong

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

14

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan

Kematian embrio pada kehamilan 8 minggu


Terlihat dinding kantung kehamilan (GS) yang iregular dan Yolk sac yang
mengempis

Uterus yang kosong ( U ) dengan masa adneksa (A) yang diduga adalah
kehamilan ektopik. hCG saat ini > 100 mIU

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

15

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(7) Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,
infeksi, dan syok.
a.

Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa

hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
b.

Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus

dalam posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu


diamat-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi, dan tergantung dari luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan
oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih atau
usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera,
untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi.
c.

Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus,

tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering


pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

16

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis
umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
d.

Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)

dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

(8) Diagnosa Banding


95% perdarahan uterus pada kehamilan muda disebabkan oleh abortus,
namun perlu diingat diagnosa banding dari perdarahan pervaginam pada
kehamilan muda yaitu :
a.

Kehamilan ektopik

b.

Perdarahan servik akibat epitel servik yang mengalami eversi atau


erosi

c.

Polip endoservik

d.

Mola hidatidosa

e.

(jarang) Karsinoma servik uteri

f.

Pedunculated submucous myoma

(9) Penatalaksanaan
a.

Abortus Iminens
Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
rangsang mekanik berkurang.
Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

17

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Tes kehamilan dan pemeriksaan USG untuk menentukan keadaan
janin.
Berikan obat-obat hormonal dan antispasmodika.
Berikan obat penenang dan preparat hematinik.
Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.

b.

Abortus Insipiens
Bila perdarahan tidak banyak tunggu terjadinya abortus spontan
tanpa pertolongan selama 36 jam.
Pada kehamilan < 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU
dalam RL 500 ml dimulai 8 tetes/menit dan naikkan sesuai
kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplet.
Bila janin sudah keluar tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.

c.

Abortus Inkomplit
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl
fisiologis atau RL dan selekas mungkin ditransfusi darah.
Setelah syok teratasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu
suntikkan ergometrin 0,2 mg IM.
Bila janin sudah keluar tetapi plasenta masih tertinggal,lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

18

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
d.

Abortus Komplit
Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama
3-5 hari.
Bila pasien anemia berikan hematinik.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
Anjurkan pasien untuk diet tinggi protein,vitamin dan mineral.

e.

Missed Abortion
Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan hasil konsepsi
dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar
sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan hasil konsepsi.
Pada kehamilan < 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu
infus oksitosin 10 IU dalam RL 500 ml mulai 20 tetes/menit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus.

f.

Abortus Habitualis
Pengobatan pada kelainan endomentrium pada abortus habitualis
lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya.
Merokok

dan

minum

alkohol

sebaiknya

dikurangi

atau

dihentikan.
Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: SHIRODKAR
atau MC DONALD (cervical cerclage).

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

19

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(10) Kuretase
Cara kuretase:
a. Pasien dalam posisi litotomi.
b. Suntikkan valium 10 mg dan atropin sulfat 0,25 mg IV.
c. Tindakan asepsis dan anti sepsis genitalia externa, vagina dan serviks.
d. Kosongkan kandung kemih.
e. Pasangkan spekulum vagina, selanjutnya serviks dipresentasikan
dengan tenakulum menjepit dinding depan porsio pada jam 12.
Angkat spekulum depan dan spekulum belakang dipegang oleh
seorang asisten.
f. Masukkan sonde uterus dengan hati-hati untuk menentukan besar dan
arah uterus.
g. Keluarkan jaringan dengan cunam abortus, dilanjutkan dengan kuret
tumpul secara sistematis menurut putaran jarum jam. Usahakan
seluruh kavum uteri dikerok.
h. Setelah diyakini tak ada perdarahan, tindakan dihentikan. Awasi
tanda vital 15-30 menit pasca tindakan.

Gambar : kuretase

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

20

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
GAMBARAN KLINIS KEGUGURAN

Keguguran
Mengancam:
Perdarahan
sedikit
Nyeri perut
Tak ada
pembukaan
serviks

Konservatif:

Keguguran
Membakat:

Keguguran Tak
Lengkap:

Perdarahan
banyak
Nyeri perut
Ada
pembukaan
serviks

Perdarahan
Nyeri perut
Ada
pembukaan
serviks
Darah cair
berbau dan
kotor

Tindakan Defenitif:

Istirahat
Obat: vit B
kompleks &
sedative
Pemulangan:
bebas
perdarahan,
rasa nyeri
hilang, PP tes +
Periksa ulang 1
minggu lagi.

Persiapan infuse
Tranfuse darah
Antibiotika
Persiapan kuretage; narkosa
Observasi: kesadaran,
perdarahan, infeksi,
perforasi uterus, degenerasi
genas
Kontrol ulang 1 minggu lagi

Bagan: pelaksanaan abortus

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

21

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
B. MOLA HIDATIDOSA

Penyakit trofoblastik gestasional (gestational trophoblastic disease)


meliputi beberapa penyakit yang prosesnya muncul atau berkembang di
plasenta, diantaranya: mola parsial dan komplet/lengkap, placental site
trophoblastic tumors, koriokarsinoma, dan mola invasif.
Hampir semua wanita dengan penyakit trofoblastik gestasional yang
ganas (malignant gestational trophoblastic disease) dapat dicegah dengan
pemeliharaan (preservation) fungsi reproduksi. Pada referat ini hanya dibahas
tentang hydatidiform moles (complete and partial).

(1) Defenisi
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili
korialisnya mengalami perubahan hidrofik. Uterus dan berkembang lebih
cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri
hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

22

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(2) Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat
menyebabkan antara lain:
a. Faktor ovum: ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
b. Imunoselektif dari trofoblast.
c. Keadaan sosio ekonomi yang rendah.
d. Paritas tinggi.
e. Kekurangan protein
f. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

(3) Patogenesis
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
a. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
b. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian
janin.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

23

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan

Gambar: kanan, molahidatidosa komplit dan kiri molahidatidosa parsial

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari


penyakit trofoblast :
Teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu
karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan
cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan
memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang
berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa sematamata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak
adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi
maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast
berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

24

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(4) Manifestasi Klinis
Aminore dan tanda tanda kehamilan.
Perdarahan kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak, karena
perdarahan ini pasien biasanya anemis.
Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Tidak teraba adanya janin, tidak adanya balloment, tidak ada bunyi
jantung anak dan tidak nampak rangka janin pada rotgen foto.
Pada mola partialis, keadaan yang jarang terjadi, dapat di ketemukan
janin
Hiperemisis lebih sering terjadi, lebih keras dan dan lebih lama.
Pre eklampsi atau eklamsi yang terjadi sebelum kehamilan 24
minggu
Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus imminens,
tetapi gejala mual dan muntah berat.

(5) Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
Quantitative beta-HCG
Kadar HCG lebih dari 100,000 mIU/mL mengindikasikan
pertumbuhan trofoblas yang berlebihan (exuberant trophoblastic
growth)

dan

dugaan

adanya

kehamilan

mola

haruslah

disingkirkan. Kadar HCG pada kehamilan mola biasanya normal.


Hitung darah lengkap dengan trombosit (complete blood cell
count with platelets)

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

25

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Anemia merupakan komplikasi medis yang umum terjadi, sebagai
perkembangan (development) dari proses koagulopati.
Fungsi pembekuan (clotting function)
Tes

ini

dilakukan

untuk

menyingkirkan

dugaan

adanya

komplikasi akibat proses perkembangan koagulopati.


Tes fungsi hati (Liver function test)
Blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin
Thyroxin
Meskipun wanita dengan kehamilan mola secara klinis biasanya
euthyroid, namun kadar plasma thyroxin biasanya naik di atas
nilai normal wanita dengan kehamilan normal. Di samping itu,
gejala hyperthyroidism dapat terjadi.
Serum inhibin A dan activin A
b. Pencitraan (Imaging Studies)
Ultrasonography (USG) merupakan baku emas (criterion standard)
untuk mengidentifikasi kehamilan mola, baik lengkap maupun
parsial.
Gambaran klasik mola adalah adanya pola badai salju (snowstorm
pattern) yang mengindikasikan vili korionik hidrofik.
Sementara USG yang high-resolution mampu menunjukkan suatu
massa intrauterine complex yang berisi banyak kista kecil (small
cysts).
Sekali diagnosis kehamilan mola (molar pregnancy) ditegakkan,
maka suatu tindakan baseline chest radiograph seperti rontgen dada

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

26

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
haruslah

dilakukan.

Paru-paru

merupakan

tempat

metastasis

(penyebaran) primer untuk tumor trofoblas ganas (malignant


trophoblastic tumor).
c. Penemuan Histologis (Histologic Findings)
Mola lengkap (complete mole)
Tidak tampak jaringan janin (fetal tissue), namun terlihat jelas
proliferasi

trofoblas

yang

berat

(severe

trophoblastic

proliferation), hydropic villi, dan kromosom 46,XX atau 46,XY.


Sebagai tambahan, mola lengkap menunjukkan overexpression
dari beberapa faktor pertumbuhan (growth factors), termasuk cmyc, faktor pertumbuhan epidermal, dan c-erb B-2. Hal itu tidak
dijumpai pada plasenta normal.

Mola parsial (partial mole)


Terlihat jaringan janin (fetal tissue), amnion, sel-sel darah merah
janin,

vili

hidrofik,

dan

proliferasi

trofoblas.

Menurut Prof. Dr. Djamhoer Martaadisoebrata, dr.SpOG(K),


MSPH. (2005) gambaran khas mola hidatidosa parsial memiliki
empat gambaran khas:
1) Vili korialis dari berbagai ukuran dengan degenerasi hidropik,
kavitasi, dan hiperplasi trofoblas.
2) Scalloping yang berlebihan dari vili.
3) Inklusi stroma trofoblas yang menonjol.
4) Ditemukan jaringan embrionik atau janin.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

27

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(6) Diagnosa
a.

Anamnesis
Perdarahan pervaginam / gambaran NOK, gejala toksemia pada
trimester I dan II, hipermisis gravidarum, gejala tirotoksikosis dan
gejala emboli paru.

b.

Pemeriksaan fisik
Uterus lebih besar dari usia kehamilan, kista lotein balotemen negatif
denyut jantung janin negatif.

c.

Pemeriksaan penunjang

(7) Diagnosa Banding


Kehamilan dengan mioma, abortus, hidramnion dan gemeli.

(8) Komplikasi
a. Perforasi uterus saat melakukan tindakan kuretase (suction curettage)
terkadang terjadi karena uterus luas dan lembek (boggy). Jika terjadi
perforasi, harus segera diambil tindakan dengan bantuan laparoskop.
b. Perdarahan (hemorrhage) merupakan komplikasi yang sering terjadi
saat pengangkatan (evacuation) mola. Oleh karena itu, oksitosin
intravena harus diberikan sebelum evakuasi mola. Methergine dan
atau Hemabate juga harus tersedia. Selain itu, darah yang sesuai dan
cocok dengan pasien juga harus tersedia.
c. Penyakit

trofoblas

ganas

(malignant

trophoblastic

disease)

berkembang pada 20% kehamilan mola. Oleh karena itu, quantitative

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

28

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
HCG sebaiknya dimonitor terus-menerus selama satu tahun setelah
evakuasi (postevacuation) mola sampai hasilnya negatif.
d. Pembebasan faktor-faktor pembekuan darah oleh jaringan mola
memiliki aktivitas fibrinolisis. Oleh karena itu, semua pasien harus
diskrining untuk disseminated intravascular coagulopathy (DIC).
e. Emboli

trofoblas

dipercaya

menyebabkan

acute

respiratory

insufficiency. Faktor risiko terbesar adalah ukuran uterus yang lebih


besar dibandingkan usia kehamilan (gestational age) 16 minggu.
Kondisi ini dapat menyebabkan kematian.

(9) Penatalaksanaan
a. Perbaiki keadaan umum.
b. Keluarkan jaringan mola dengan vakum kuretas dilanjutkan dengan
kuret tajam. Lakukan kuretas bila tinggi fundus uterus lebih dari 20
minggu sesudah hari ketujuh.
c. Untuk memperbaiki kontraksi, sebumnya berikan uterotonik (20-40
unit oksitosin dalam 250 cc/50 unit oksitosin dalam 500 ml NaCl
0,9%) bila tidak dilakukan vakum kuretase, dapat diambil tindakan
histeroktomi.
d. Histeroktomi perlu dipertimbangkan pada wanita yang telah cukup
umur dan cukup anak. Batasan yang dipakai ialah umur 35 tahun
dengan anak hidup tiga .

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

29

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
e. Terapi proflaksis dengan sitostatik metroteksat atau aktinomisin D
pada kasus dengan resiko keganasan tinggi seperti umur tua dan
paritas tinggi.
f. Pemeriksaan ginekologi, radiologi dan kadar Beta HCG lanjutan
untuk deteksi dini keganasan. Terjadinya proses keganasan bisa
berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola. Yang paling
banyak dalam 6 bulan pertama, pemeriksaan kadar Beta HCG tiap
minggu sampai kadar menjadi negatif selama 3 minggu lalu tiap
bulan selama 6 bulan pemeriksaan foto toraks tiap bulan sampai
kadar Beta HCG negatif.

(10) Prognosa
a. Kematian akibat perdarahan, infeksi, eklampsia, penyakit jantung
atau krisis tiroid. Dinegara berkembang 2,2 % dan 5,7%.
b. Proses keganasan berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca
mola, yang paling banyak 6 bulan pertama.
c. Bisa melahirkan normal setelah th/mola

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

30

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
C. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi


seorang wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita
tersebut. Keadaan gawat ini dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik
terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering
dihadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa
reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan
nyeri perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu.
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para
wanita yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang
dilakukan oleh dokter saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit
tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim
atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga
dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang
terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian.
KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

31

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang
sekarang masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang
terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus. Pada
kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan
sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi
seberangnya.

(1) Defenisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata
dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat
diartikan berada di luar tempat yang semestinya. Apabila pada kehamilan
ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita
hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.

(2) Insiden
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur
antara 20 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Namun, frekuensi
kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala kehamilan
ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

32

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(3) Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur
dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor
resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah:
a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada
motilitas saluran telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e. Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahanperubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat
terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
h. Operasi plastik pada tuba.
i. Abortus buatan.

(4) Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum
yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat
kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari
vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini:
a. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan
jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

33

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan
kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak
karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
b. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum,
sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
c. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus
dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara
spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam
hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang
sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.

(5) Manifestasi Klinis


Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda;
dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai
terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya.
Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu,
abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi
dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervaginam
merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu
sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam
rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang
samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

34

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(6) Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara
ditegakkan, antara lain dengan melihat:
a. Anamnesis dan Gejala Klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada
atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri
bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah
yang terkumpul dalam peritoneum.
b. Pemeriksaaan Fisik
Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.
Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan
ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut
tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding
abdomen.
Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada
uteris kanan dan kiri.
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah
dapat meningkat.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

35

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
d. Kuldosentesis
Suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum
Douglas ada darah.
e. Laparatomi
Diagnosa pasti hanya bisa ditegakkan dengan laparatomi.
f. USG: berguna pada 5 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di
luar uterus.

(7) Diagnosa Banding


Hati-hati dengan diagnosis banding, misalnya appendisitis pada usia
kehamilan muda : mungkin ada tanda kehamilan, mungkin juga ada tanda
akut abdomen sebaliknya kehamilan ektopik terganggu belum tentu pula
disertai gejala pendarahan.

(8) Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu
telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini
merupakan indikasi operasi.
b. Infeksi.
c. Sterilitas.
d. Pecahnya tuba falopii.
e. Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya
embrio.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

36

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(9) Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian
dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita
terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin
dikeluarkan.

Dalam

tindakan

demikian,

beberapa

hal

yang

harus

dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita


akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan
apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang
terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG
(kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan
masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus,
oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan
antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin
supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.

(10) Prognosa
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan
diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971)
melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara
591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.
Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120
kasus.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

37

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami
kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan
menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik
terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih
tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0
14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

38

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
2.

PERDARAHAN PADA HAMIL TUA (ANTE PARTUM)


Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per

100.000 kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lainnya.
Langkah utama yang paling penting untuk menurunkan angka kematian ibu
adalah mengetahui penyebab utama kematian. Di Indonesia sampai saat ini ada
tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, pre eklampsia-eklampsia, dan
infeksi.
Perdarahan sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang
berbahaya dan mengancam ibu. Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap
sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut
keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan
antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah
kehamilan 28 minggu (dengan berat janin 1000 gram), meningat kemungkinan
hidup janin diluar uterus .
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28
minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan
kehamilan sebelum 28 minggu.
Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Di
Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh
persalinan; R.S. Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan, dan di
Kuala Lumpur, Malaysia (1953-1962) 3% dari seluruh persalinan.
Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio
plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak menurut

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

39

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
data RSCM jakarta tahun 1971-1975 adalah solusio plasenta dan plasenta previa.
Diagnosa secara tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin.
Ultrasonografi merupakan motede pertama sebagai pemeriksaan penunjang dalam
penegakkan plasenta previa.
Plasenta Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada
trimesters kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu
dan janin. Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling banyak
pada trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa biasanya digambarkan sebagai
implantation dari plasenta di dekat ostium interna uteri (didekat cervix uteri).
Di AS plasenta previa ditemukan kira-kira 5 dari 1.000 persalinan dan
mempunyai tingkat kematian 0.03%. Data terbaru merekam dari 1989-1997
plasenta previa tercatat didapat pada 2,8 kelahiran dari 1000 kelahiran hidup. Di
Indonesia, RSCM Jakarta mencatat plasenta previa terjadi pada kira-kira 1
diantara 200 persalinan. Antara tahun 1971-1975 terjadi 37 kasus plasenta previa
diantara 4781 persalinan yang terdaftar, atau kira-kira 1 dari 125 persalinan.
Angka kematian maternal karena plasenta previa berkisar 0,03%. Bayi yang
lahir dengan plasenta previa cenderuing memiliki berat badan yang rendah
dibandingkan bayi yang lahir tanpa plasenta previa. Resiko kematian neonatal
juga tinggi pada bayi dengan plasenta previa, dibandingkan dengan bayi tanpa
plasenta previa.
Solusio plasenta digambarkan sebagai separasi prematur dari plasenta dari
dinding uterus. Pasien dengan solusio plasenta secara khas memiliki gejala
dengan pendarahan, kontraksi uteri, dan fetal distres.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

40

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Di AS frekwensi solusio plasenta kira-kira 1%, dan solusio plasenta yang
mengakibatkan kematian didapatkan sebanyak 0.12% dari jumlah kehamilan
(1:830).
Secara keseluruhan tingkat kematian janin pada solusio plasenta adalah 2040%, tergantung pada tingkat lepasnya plasenta. Nilai ini semakin tinggi tinggi
pada pasien dengan riwayat merokok. Sekarang ini, solusio plasenta adalah
bertanggung jawab untuk kira-kira 6% kematian maternal. Resiko solusio plasenta
meningkatkan pada pasien dengan umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.

A. PLASENTA PREVIA

(1) Defenisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum (OUI).
Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir. (prae
= di depan, vias = jalan), jadi yang di maksud adalah plasenta
implantasinya tidak normal sehingga menutupi seluruh atau sebahagian
jalan lahir (Ostium Uteri Internium).

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

41

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(2) Etiologi
Angka kejadian PP meningkat dengan semakin bertambahnya usia
pasien, multiparitas dan riwayat seksio sesar sebelumnya; sehingga
etiologi plasenta previa diperkirakan adalah :
a. Vaskularisasi daerah endometrium yang buruk atau adanya
jaringan parut.
b. Ukuran plasenta besar.
c. Plasentasi abnormal (lobus succenteriata atau plasenta difusa).
d. Jaringan parut.

(3) Faktor Resiko


a. Riwayat plasenta previa (4-8%).
b. Kehamilan pertama setelah sectio caesar.
c. Multiparitas (5% kejadian pada grandemultipara).
d. Usia ibu tua.
e. Kehamilan kembar.
f. Riwayat kuretase abortus.
g. Merokok.

Perdarahan pada plasenta previa terjadi oleh karena :


a. Separasi mekanis plasenta dari tempat implantasinya saat
pembentukan SBR atau saat terjadi dilatasi dan pendataran servik.
b. Plasentitis.
c. Robekan kantung darah dalam desidua basalis.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

42

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(4) Patofisiologi
Pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak
kehamilan 10 minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai
melebar serta menipis, umumnya terjadi pada trismester ketiga karena
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus
robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan
sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan
karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.

(5) Klasifikasi Klinis


a. Plasenta previa totalis :
Seluruh ostium uteri intermum tertutup oleh plasenta.

Gambar: plasenta previa totalis

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

43

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
b. Plasenta previa parsialis/lateralis
Sebagian ostium uteri intemum tertutup oleh plasenta.

Gambar plasenta previa lateralis

c. Plasenta previa marginalis


Pinggir bawah plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri
internum

Gambar: plasenta previa marginalis

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

44

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
d. Plasenta previa letak rendah
Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, tapi
belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir.
Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir
pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan
lahir.

Gambar: berbagai jenis plasenta previa

Gambar: A. Implantasi plasenta normal. B. Plasenta letak rendah C. Plasenta


previa partialis D.Plasenta Previa totalis

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

45

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(6) Gejala Klinis
a. Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa sebab,
tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang (painless, causeless,
recurrent bleeding), darahnya berwarna merah segar.
b. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan
letak janin.
c. Perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan
tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya,
sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan
berikutnya (recurrent bleeding) biasanya lebih banyak.
d. Janin biasanya masih baik.

(7) Diagnosis
a. Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya
perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari
pada pemeriksaan hematokrit.
b. Pemeriksaan luar
Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu
atas panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam
pintu atas panggul.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

46

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
c. Pemeriksaan In Spekulo
Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan
berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
d. Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung
Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan
radiografi,

radioisotope,

dan

ultrasonagrafi.

Ultrasonagrafi

penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,


tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan
tidak menimbulkan rasa nyeri.
e. Pemeriksaan Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau
jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut
plasenta letak rendah.
f. Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif
Dilakukan dengan PDMO yaitu melakukan perabaan secara
langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang
sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak
dianjurkan

melakukan

PDMO

sebagai

upaya

menetukan

diagnosis.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

47

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan

P = Plasenta ; F : Fetus

USG yang menunjukkan adanya plasenta previa totalis


P = plasenta ; F = janin ; AF = cairan amnion ; B = Kandung kemih ; Cx =
Cervix

(8) Diagnosa Banding


a. Solusio Plasenta
b. Plasenta Sirkumvalata

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

48

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(9) Terapi
a. Terapi Ekspektatif (mempertahankan kehamilan)
Kriteria :
- Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
- Perdarahan sedikit
- Belum ada tanda-tanda persalinan
- Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.

Rencana Penanganan :
1. Istirahat baring mutlak.
2. Infus D 5% dan elektrolit.
3. Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
4. Periksa Hb, HCT, .COT, golongan darah
5. Pemeriksaan USG.
6. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan
denyut jantung janin.
7. Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan
pasien ditunggu sampai kehamilan 37 minggu selanjutnya
penanganan secara aktif.

b. Terapi Aktif (mengakhiri kehamilan)


Kriteria:
- umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
- Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

49

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
- Ada tanda-tanda persalinan.
- Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
Untuk menentukan tindakan selanjutnya

SC atau

partus

pervaginum, dilakukan pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi


transfusi darah terpasang.
Indikasi Seksio Sesarea :
1. Plasenta previa totalis.
2. Plasenta previa pada primigravida.
3. Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang.
4. Anak berharga dan fetal distres.
5. Plasenta previa lateralis jika:
- Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak
- Sebagian besar OUI ditutupi plasenta
- Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
6. Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir
dengan cepat.

c. Partus Per Vaginam


Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada
multipara dan anak sudah meninggal atau prematur.
1. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban
dipecah (amniotomi) jika hid lemah, diberikan oksitosin
drips.
2. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

50

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
3. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk
menghentikan perdarahan (kompresi atau tamponade bokong
dan kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada
keadaan darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak
ada fasilitas untuk melakukan operasi.

(10) Komplikasi
a. Maternal
- Perdarahan
- Syok
- Kematian
b. Fetal
Prematuritas akibat plasenta previa adalah penyebab dari 60%
kematian pada masa perinatal
Kematian terjadi akibat:
- Asfiksia intrauterin
- Perdarahan janin akibat manipulasi obstetrik
- Jumlah darah berhubungan langsung antara rentang waktu
antara kerusakan kotiledon dan penjepitan tali pusat.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

51

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(11) Prognosa
a. Maternal
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka
mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi tinggi, mortalis ibu
mencapai 8-10% dan mortalitas janin 50-80%.
Sekarang penangan relatif bersifat operatif dini sehingga angka
kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun.
Kematian maternal menjadi 0,1-5% terutama disebabkan
perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan

b. Fetal
Mortalitas perinatal yang berhubungan dengan plasenta previa
kira-kira 10%
Meskipun persalinan prematur, solusio plasenta, cedera talipusat
serta perdarahan yang tak terkendali tak dapat dihindari, angka
mortalitas dapat sangat diturunkan melalui perawatan obstetrik
dan neonatus yang ideal.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

52

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan

Penanganan Plasenta Previa

Syok

Tidak Syok

1. Infus cairan
2. O2 (kalau ada)

Infus Cairan

Rujuk ke Rumah Sakit

Aterm

Periksa Dalam di Atas


Meja Operasi

Plasenta Previa

Plasenta Letak Rendah

Seksio Sesarea

Partus per vaginam

Belum Aterm

1. Konservatif
2. Rawat
3. Kortikosteroid untuk
pematangan
paruparu janin
4. Bila perdarahan ulang
banyak
dilakukan
PDMO

Bagan: Penanganan plasenta previa

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

53

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
B. SOLUSIO PLASENTA

(1) Defenisi
Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablatio plasentae, abruptio
plasentae, accidental haemorrhage dan premature separation of the
normally implanted placenta.
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang
letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.
Biasanya terhitung sejak kehamilan 28 minggu.
Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22
minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai
dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan
hematoma retroplsenter. Hematoma dapat semakin membesar ke arah
pinggir plasenta sehingga jika amnio khorion sampai terlepas, perdarahan
akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila
amniokhorion tidak terlepas. Perdarahan tertampung dalam uterus
(perdarahan tersembunyi).

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

54

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Terdapat 2 jenis perdarahan yang terjadi :
a. Jenis perdarahan tersembunyi (concealed) : 20%

b. Jenis perdarahan keluar (revealed) : 80%

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

55

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Pada jenis tersembunyi, perdarahan terperangkap dalam cavum
uteri [hematoma retroplasenta] dan seluruh bagian plasenta dapat
terlepas, komplikasi yang diakibatkan biasanya sangat berat dan 10%
disertai dengan Disseminated Intravascular Coagulation.
Pada jenis terbuka, darah keluar dari ostium uteri, umumnya hanya
sebagian dari plasenta yang terlepas dan komplikasi yang diakibatkan
umumnya tidak berat. Kadang-kadang, plasenta tidak lepas semua namun
darah yang keluar terperangkap dibalik selaput ketuban (relativelly
concealed). 30% perdarahan antepartum disebabkan oleh solusio
plasenta.

(2) Etiologi
Sampai saat ini etiologi belum diketahui dengan jelas, keadaan
tertentu dapat menyertai seperti umur ibu yang tua, multiparitas, penyakit
hipertensi menahun, preeklamsia, trauma, pre-eklamsia, tali pusat
pendek, tekanan pada vena kava inferior dan defisiensi asam folik.

(3) Patofisiologi
Solusio plasenta diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam
desidua basalis. Desidua terkelupas dan tersisa sebuah lapisan tipis yang
melekat pada miometrium.
Hematoma pada desidua akan menyebabkan separasi dan plasenta
tertekan oleh hematoma desidua yang terjadi.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

56

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun
beberapa saat kemudian, arteri spiralis desidua pecah sehingga
menyebabkan terjadinya hematoma retroplasenta yang menjadi semakin
bertambah luas. Daerah plasenta yang terkelupas menjadi semakin luas
sampai mendekati tepi plasenta.
Oleh karena didalam uterus masih terdapat produk konsepsi maka
uterus tak mampu berkontraksi untuk menekan pembuluh yang pecah
tersebut. Darah dapat merembes ke pinggiran membran dan keluar dari
uterus maka terjadilah perdarahan yang keluar ( revealed hemorrhage).

Perdarahan tersembunyi ( concealed hemorrhage):


1. Terjadi efusi darah dibelakang plasenta dengan tepi yang masih
utuh.
2. Plasenta dapat terlepas secara keseluruhan sementara selaput
ketuban masih menempel dengan baik pada dinding uterus.
3. Darah dapat mencapai cavum uteri bila terdapat robekan selaput
ketuban.
4. Kepala janin umumnya sangat menekan SBR sehingga darah sulit
keluar.
5. Bekuan darah dapat masuk kedalam miometrium sehingga
menyebabkan uterus couvellair.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

57

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(4) Klasifikasi
Menurut derajat lepasnya plasenta:
a. Solusio Plasenta Parsialis
Bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari perlekatannya.
b. Solusio Plasenta Totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari perlekatannya.
c. Prolapsus Plasenta
Plasenta turun ke bawah dan dapat teraba pada pemeriksaan
dalam.
Menurut klinisnya solusio plasenta terbagi atas:
a. Solusio Plasenta Ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta
yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan
pervaginam berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agak
sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah
diraba.
b. Solusio Plasenta Sedang
Plasenta telah lepas lebih dari seperempat. Tanda dan gejala
dapat timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus
menerus lalu perdarahan pervaginam. Dinding uterus teraba
tegang.
c. Solusio Plasenta Berat
Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan. Penderita
shock.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

58

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(5) Gejala Klinis
a. Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri di perut yang terus
menerus, wama darah merah kehitaman.
b. Uterus tegang seperti papan (uterus enbois, wooden uterus).
c. Palpasi janin sulit.
d. Auskultasi djj(denyut jantung janin) sering negatif.
e. KU pasien lebih buruk dari jumlah darah yang keluar.
f. Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik).
g. Pasien kelihatan pucar, sejak, gelisah dan kesakitan.
Catatan:

Pada gejala solusio plasenta ringan dengan gejala tidak


menonjol, harus hati-hati, karena anak bisa mati.

(6) Diagnosis
a. Gejala klinis
b. Periksa dalam (VT) : ketuban menonjol walaupun tidak ada his
c. Pemeriksaan USG
d. Plasenta kelihatan cekung atau lebih tipis di tempat adanya
hematom (diagnosa setelah plasenta lahir).

(7) Diagnosis Banding


a. Plasenta praevia
b. Vasa Previa

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

59

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(8) Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta
yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah :
a. kelainan pembekuan darah
b. oliguria
c. gawat janin
d. kematian
e. perdarahan.
Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta
hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan
segera. Bila persalinan telah selesai, penderita belum bebas dari bahaya
perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk
menghentikan perdarahan pada kala 3 dan kelainan pembekuan darah.
Kontraksi uterus yang tidak kuat itu disebabkan ekstravasasi darah
diantara otot-otot miometrium, seperti yang terjadi pada uterus
couvelaire.

(9) Penatalaksanaan
Tergantung dari berat ringannya kasus. Pada solusio plasenta
ringan dilakukan istirahat, pemberian sedatif lalu tentukan apakah gejala
semakin progresif atau akan berhenti. Bila proses berhenti secara
berangsur,

penderita

dimobilisasi.

Selama

perawatan

dilakukan

pemeriksaan Hb, fibrinogen, hematokrit dan trombosit.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

60

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Pada solusio plasenta sedang dan berat maka penanganan bertujuan
untuk

mengatasi

renjatan,

memperbaiki

anemia,

menghentikan

perdarahan dan mengosongkan uterus secepat mungkin.


Penatalaksanaannya meliputi :
a. Pemberian transfusi darah.
b. Pemecahan ketuban (amniotomi)
c. Pemberian infus oksitosin
d. Kalau perlu dilakukan seksio sesar.

Bila diagnosa solusio plasenta secara klinis sudah dapat


ditegakkan, berarti perdarahan yang terjadi minimal 1000 cc sehingga
transfusi darah harus diberikan minimal 1000 cc. Ketuban segera
dipecahkan dengan maksud untuk mengurangi regangan dinding uterus
dan untuk mempercepat persalinan diberikan infus oksitosin 5 UI dalam
500 cc dekstrose 5 %.
Seksio sesar dilakukan bila :
a. Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak selesai dalam 6
jam.
b. Perdarahan banyak.
c. Pembukaan tidak ada atau kurang 4 cm.
d. Panggul sempit.
e. Letak lintang.
f. Pre eklampsia berat.
g. Pelvik score kurang 5.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

61

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(10) Prognosis
Ibu
Baik, kalau persalinan sudah selesai dalam batas waktu 6 jam sejak
saat mulai terjadinya keadaan patologik solusio plasenta dan pasien
segera mendapat transfusi darah segar.
Anak
Pada solusio plasenta berat, 100% janin mengalami kematian; pada
solusio plasenta ringan dan sedang, kematian janin tergantung pada
luasnya plasenta yang terlepas, umur kehamilan dan cepatnya
pertolongan.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

62

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan

Penanganan Solusio Plasenta

Syok

Tidak Syok

1. Infus cairan
2. O2 (bila ada)

Infus Cairan

Rujuk ke rumah sakit

Atasi Syok

Janin Hidup

Seksio
Sesare
a

Janin Mati

Pembukaan
<6 cm
Seksio
Sesarea

Janin Hidup

Janin Mati

Seksio
Sesarea

1. Pecahkan
Ketuban
2. Infus
Oksitosin
3. Partum
pervaginam
dalam 6 jam

Pembukaan > 6 cm
1. Pecahkan ketuban
2. Infus Oksitoksin

Bila kemajuan
partus tidak
memuaskan dan
perdarahan
banyak, lakukan
seksio sesarea

Bagan: Penatalaksanaan Solusio Plasenta.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

63

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
C. INSERSIO VELAMENTOSAA (VASA PREVIA)

(1) Defenisi
Insersio velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada
jaringan plasenta, tetapi pada selaput janin sehingga pembuluh darah
umblikus berjalan diantara amnion dan korion menuju plasenta.
Pada persalinan, pembuluh-pembuluh darah tali pusat ini dapat
turun ke bawah melalui pembukaan serviks. Hal ini dapat diraba pada
pemeriksaan dalam, disebut vasa previa, yang dalam persalinan dapat
menyebabkan perdarahan antepartum. Bila terjadi perdarahan banyak,
maka kehamilan harus segera diakhiri.

(2) Etiologi
Insersi velamentosa ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda/
gemeli, karena pada kehamilan ganda sumber makanan yang ada pada
plasenta akan menjadi rebutan oleh janin, sehingga dengan adanya
rebutan tersebut akan mempengaruhi kepenanaman tali pusat/ insersi.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

64

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(3) Patofisiologi
Pada insersio velamentosa tali pusat yang dihubungkan dengan
plasenta oleh pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dalam selaput
janin. Kalau pembuluh darah tersebut berjalan di daerah oestium uteri
internum maka disebut vasa previa. Hal ini dapat berbahaya bagi janin
karena bila ketuban pecah pada permulaan persalinan pembuluh darah
dapat ikut robek sehingga terjadi perdarahan inpartum dan jika
perdarahan banyak kehamilan harus segera di akhiri.

(4) Tanda dan Gejala


Tanda dan gejalanya belum diketahui secara pasti, perdarahan pada
insersi velamentosa ini terlihat jika telah terjadi vasa previa yaitu
perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini
berasal dari anak dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk bsa
juga menyebabkan bayi tersebut meninggal.
Satu-satunya cara mengetahui adanya insersi velamentosa ini
sebelum terjadinya perdarahan adalah dengan cara USG. Jadi sebaiknya
pada ibu dengan kehamilan gemeli dianjurkan untuk dilakukan
pemeriksaan USG, karena untuk mengantisipasi dengan segala
kemungkinan penyulit yang ada, salah satunya insersio velamentosa ini.

(5) Penatalaksanaan
Seksio sesarea.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

65

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
D. RUPTURA SINUS MARGINALIS
(1) Defenisi
Ruptura sinus marginalis (solusio plasenta ringan) adalah
terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama
sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya.

(2) Gambaran Klinik


Terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman
dan sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit, atau terus menerus
adak tegang. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah
teraba. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus- menerus apakah
akan menjadi lebih tegang lagi karena perdarahan yang berlangsung
terus.
Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan akan kemungkinan
solusio plasenta ringan ialah perdarahan pervaginam yang berwarna
kehitam-hitaman, yang berbeda dengan perdarahan pada plasenta previa
yang berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan demikian,
sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.

(3) Penanganan
Perdarahan antepartum yang sedikit, dengan uterus yang tidak
tegang, pertama kali harus ditangani sebagai kasus plasenta previa.
Apabila kemudian ternyata kemungkinan plasenta previa dapat
disingkirkan, barulah ditangani sebagai solusio plasenta.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

66

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Apabila kehamilan kurang dari 36 minggu, dan perdarahannya
kemudian berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, dan uterusnya tidak
menjadi tegang, kiranya penderita dapat dirawat konservatif di rumah
sakit dengan observasi ketat.
Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio
plasenta itu bertambah jelas, atau dalam pemantauan ultrasonografik
daerah solusio plasenta bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan
tidak dapat dihindari lagi. Apabila janin hidup, dilakukan seksio sesarea;
apabila janin mati ketuban segera dipecahkan disusul dengan pemberian
infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.

E. PLASENTA SIRKUMVALATA
(1) Defenisi
Plasenta sirkumvalata adalah plaseta yang pada permukaan vetalis
dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir
plasenta, sedangkan jeringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang
tumbuh kesamping dibawah desidua.

(2) Etiologi
Diduga bahwa corionfrondosum terlalu kecil dan untuk mncukupi
kebutuhan, villi menyerbu kedalam desidua di luar permukaan
frondosum, plasenta jenis ini tidak jarang terjadi.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

67

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
(3) Insiden
Insidensinya lebih kurang 2-18 %.

(4) Patofisiologi
Menurut beberapa ahli plasenta sirkumvalata sering menyebabkan
abortus dan solusio plasenta. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali
ke pinggir plasenta, di sebut plasenta marginata. Kedua-duanya disebut
sebagai plasenta ekstra coriel. Pada plasenta marginata mungkin terjadi
adeksi dari selaput sehingga plsenta lahir telanjang tertinggalnya selaput
ini dapat menyebabkan perdarahan dan infeksi.

(5) Diagnosis
Diagnosis plasenta sirkumvalata baru dapat ditegakan setelah
plasenta lahir tetapi dapat diduga bila ada perdarahan intermiten atau
hidrorea.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

68

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
BAB III
KESIMPULAN

Terdapat klasifikasi perdarahan berdasarkan umur kehamilan:


PERDARAHAN PADA HAMIL MUDA
1. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar
kandungan.
2. Molahidatidosa
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili
korialisnya mengalami perubahan hidrofik.
3. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah, dan hal
ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut.

PERDARAHAN PADA HAMIL TUA (ANTEPARTUM)


1. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum (OUI).
2. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal
terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya terhitung sejak
kehamilan 28 minggu.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

69

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
3. Insersio Velamentosa (vasa previa)
Insersio velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan
plasenta, tetapi pada selaput janin sehingga pembuluh darah umblikus berjalan
diantara amnion dan korion menuju plasenta.
4. Ruptura Sinus Marginalis (Solusio Plasenta Ringan)
Ruptura sinus marginalis (solusio plasenta ringan) adalah terlepasnya sebagian
kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi
keadaan ibu ataupun janinnya.
5. Plasenta Sirkumvalata
Plasenta sirkumvalata adalah plaseta yang pada permukaan vetalis dekat
pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta,
sedangkan jeringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh kesamping
dibawah desidua.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

70

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Abortus. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di URL


http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/06/abortus.html
Anonim. Abortus. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di URL
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/abortus.html
Anonim. Abortus. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di URL
http://ppgtjemaatria.blogspot.com/2010/07/abortus.html
Anonim. Perdarahan pada hamil muda. Di download tanggal 20 Desember 2010.
Tersedia di URL http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/27/perdarahanpada-kehamilan-muda/
Anonim. Molahidatidosa. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di
URL http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/10/askep-mola-hidatidosa/
Anonim. Molahidatidosa. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di
URL http://botefilia.com/index.php/archives/2009/01/11/mola-hidatidosa/
Anonim. Molahidatidosa. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di
URL

http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/07/mola-hidatidosa-atau-

hamil-anggur.html
Anonim. Kehamilan Ektopik Terganggu. Di download tanggal 20 Desember 2010.
Tersedia

di

URL

http://astaqauliyah.com/2006/11/kehamilan-ektopik-

terganggu/
Anonim. Kehamilan Ektopik Terganggu. Di download tanggal 20 Desember 2010.
Tersedia di URL http://shafamedica.wordpress.com/2008/05/09/kehamilanektopik-terganggu/

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

71

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Anonim. Kehamilan Ektopik Terganggu. Di download tanggal 20 Desember 2010.
Tersedia di URL http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/07/kehamilanektopik.html
Anonim. Perdarahan Ante Partum. Di download tanggal 20 Desember 2010.
Tersedia

di

URL

http://perdarahanantepartum.blogspot.com/2010/04/perdarahanantepartum.html
Anonim. Plasenta Previa. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di
URL http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/plasenta-praevia.html
Anonim. Plasenta Previa. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di
URL http://yuwielueninet.wordpress.com/2008/04/22/plasenta-previa/
Anonim. Plasenta Previa. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di
URL http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/06/plasenta-previa.html
Anonim. Plasenta Previa. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di
URL http://aldy-epidemiologiplasentaprevia.blogspot.com/
Anonim. Solusio Plasenta. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di
URL http://medicom.blogdetik.com/2009/03/11/solusio-plasenta/
Anonim. Solusio Plasenta. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di
URL http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/06/solusio-plasenta.html
Anonim. Solusio Plasenta. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di
URL http://bidanshop.blogspot.com/2010/05/solusio-plasenta_29.html
Anonim. Solusio Plasenta. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di
URL http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/18/solusio-plasenta/

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

72

Referat
Perdarahan Dalam Kehamilan
Anonim. Solusio Plasenta. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia di
URL http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/solusio-plasenta.html
Anonim. Insersio Velamentosa. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia
di URL http://nophie-dk.blogspot.com/2010/05/vasa-previa-dan-insersiovelamentosa.html
Anonim. Insersio Velamentosa. Di download tanggal 20 Desember 2010. Tersedia
di URL http://arycoloum.blogspot.com/2009/06/insertio-velamentous.html
Djakobus, Prof. Dr. 2004. Perdarahan Selama Kehamilan. Medan: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Hanafiah, Muhammad Jusuf. 2004. Plasenta Previa. Medan: Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Khoman, John Slamet. 2004. Perdarahan Hamil Tua dan Perdarahan Post Partum.
Medan: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi Obstetri
Patologi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nugraheny, Esti SST. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Winkjosastro, H. Saifuddin AB. Rachimhadhi T. 2005. Ilmu Kandungan Edisi 2.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Winkjosastro, H. Saifuddin AB. Rachimhadhi T. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

KKS Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

73

Anda mungkin juga menyukai