Anda di halaman 1dari 7

Ekonomi Teknik (Investasi)

hadi muttaqien
Dear rekan MIGAS,
Dalam rangka budgetary suatu proyek mohon kiranya rekan2 ada yang bisa share mengenai NPV
& IRR, suatu proyek dianggap menguntungkan bila NPV gede IRR kecil atau NPV kecil IRR gede?
Kalau secara Financial Management ada pepatah TO MAXIMIZE SHAREHOLDER VALUE , bisa
artinya NPV yang gede dan IRR kecil yang dipilih.
M Zaki Zulqornain
Mestinya dua2nya gede dong.
Tapi sbg rujukan, kriteria pertama adalah NPV positif dan terbesar, baru kemudian kriteria
berikutnya (IRR, ROI, PP, etc).
Kenapa yg didahulukan NPV dibandingkan yg lain? Secara sederhana, karena NPV
merepresentasikan nilai keuntungan yg akan terjadi di masa depan, pada masa skrg.
Parameter2 lain kebanyakan hanyalah berupa rasio, tidak menggambarkan nilai uang/keuntungan
dari investasi yg akan dilakukan.
hadi muttaqien
Pak M. Zaky,
Saya sependapat dengan anda mengenai NPV terbesar yang terpenting, tapi saya masih hati2
dengan IRR karena menyangkut waktu dan besarnya bunga yang harus dibayar, karena
kemungkinan IRR bisa membuat NPV sebuah peluang investasi sama dengan nol.
Terimakasih untuk tanggapannya.
M Zaki Zulqornain
Pak Hadi,
Secara matematika, IRR didapat dg mencari nilai discount rate yg membuat nilai NPV menjadi nol,
jadi pernyataan Bapak bahwa 'kemungkinan IRR bisa membuat NPV sebuah peluang investasi
sama dengan nol' itu rancu, karena memang secara matematika definisi IRR adalah seperti yg
saya sebutkan di atas.

Coba
lihat
di
sini:
http://en.wikipedia.org/wiki/Internal_rate_of_return
http://en.wikipedia.org/wiki/Net_present_value

dan

Kenapa IRR didapat dari mencari discount rate yg membuat NPV = 0? Karena itu menggambarkan
ekspektasi investor akan tingkat pengembalian investasinya.
Jika IRR tinggi, artinya ruang utk ekspektasi thd tingkat pengembalian investasinya cukup lebar
(dari rentang nilai free risk interest, misal obligasi negara, yg relatif rendah karena tdk butuh
premium akibat free risk, sampai ke nilai IRR investasi, yg cukup tinggi). Jika IRR rendah, maka
rentang tsb sempit.
Misal jika IRR suatu proyek 30%, maka investasi tsb dipandang lebih baik dari proyek dg IRR 20%,
karena jika dikenakan tingkat ekspektasi pengembalian investasi 30%-lah maka investasi itu cuma
bisa impas (NPV = 0), sementara jika dikenakan tingkat ekspektasi lebih rendah dari 30%, let say
25%, maka NPV proyek tsb positif.
Sementara utk investasi dg IRR 20%, maka ketika dikenakan tingkat ekspektasi pengembalian
investasi sebesar 25%, maka NPV-nya menjadi negatif. Artinya si investor hanya boleh memasang
tingkat ekspektasi maksimal 20% (yg cuma untuk menjadi impas saja).
Kalau
mau
mempelajari
finance
http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/

secara

online,

bisa

ke

situs

ini:

Mudah2an membantu.
Dicky@Web
Pak Zaki, terima kasih atas informasi yang sangat membantu sekali.
Pak Eko Setiadi juga telah menjelaskan beberapa metriks untuk analisa keekonomian suatu
proyek yang juga sangat membantu dalam pemahaman indikator keputusan investasi.
Ijinkan saya untuk menambahkan sedikit saja untuk membantu menjawab pertanyaan Pak Hadi.
Kambali ke pertanyaan awal pak Hadi yang menanyakan indikator investasi mana yang paling baik
dalam kaitannya dengan *Penyusunan Anggaran* (Budgeting) investasi. Saya tekankan disini
konteks nya apa, karena ini terkait dalam pemilihan indikator mana yang terbaik.
Sepintas saja. Menurut saya penyusunan anggaran investasi secara sederhana adalah
pengalokasian sumber daya (terutama dana) untuk investasi proyek dan memberikan hasil yang
optimal. Indikator yang sering digunakan antara lain NPV, IRR, Payback Period (atau variasinya
seperti Discounted Payback Period), NPV over Investment (sering digunakan utk perusahaan
Migas), Return on Capital Employed (untuk indikator shortterm).
Nah pertanyaannya adalah indikator mana yang paling baik ?

Perdebatan memang dari sejak lama memang terjadi, terutama antara kelopok pro indikator NPV
vs IRR. Kelompok yang pro NPV mengatakan bahwa "Cash is King". NPV adalah indicator yang
sebenarnya dalam merefleksikan tujuan dari bisnis yaitu menghasilkan uang sebanyakbanyak."...Bang for Bucks...", katanya. Selain itu disebutkan IRR punya kelemahan yaitu tidak bisa
memberikan nilai IRR yang sebenarnya apabila cashflow nya multi-signs (walaupun ada metode
untuk mengatasi kelemahan ini) dan tidak menggambarkan konsep Time Value of Money
(walaupun ada yang mengusulkan a.l. menggunakan metode Discounted IRR)
Kelompok yang pro IRR mengatakan bahwa bahwa NPV tidak menggambarkan optimasi dan
efisiensi penggunaan sumber daya dana investasi dalam kaitannya dengan rate dari
pengembaliannya (rate of return). Contohnya katakan nilai NPV Proyek A sebesar Rp 100 juta dan
Proyek B sebesar Rp 10 juta. Secara naluri mungkin kita akan memilih Proyek A karena nilainya
10x lebih besar. Tapi kalau Proyek A membutuhkan investasi sebesar Rp 75 juta sedangkan
Proyek B hanya sebesar Rp 1 juta, Proyek B dapat dikatakan mempunyai nilai resiko yang lebih
kecil (exposure dana perusahaan dalam kegiatan investasi yang lebih kecil) dan tingkat
pengembalian yang lebih besar (IRR besar).
Saya pribadi tidak berpihak ke indikator mana yang terbaik karena menganggap semua indikator
adalah penting untuk dianalisa, bergantung dari situasi dan konteks apa indikator investasi tsb
digunakan. Contohnya, apabila suatu perusahaan dalam situasi langka dana investasi dan
mempunyai pilihan beberapa proyek, tentunya mereka lebih mementingkan efisiensi dan optimasi
investasi proyek dengan resiko sekecil mungkin dibandingkan nilai dari proyek tersebut.
Sedangkan perusahaan yang beruntung mempunyai dana yang tersedia banyak, mereka punya
kemampuan besar untuk membiayai multi proyek, sepanjang proyek-proyek tersebut mempunyai
nilai NPV positif (tentunya setelah risk adjusted yang kadang direfleksikan dari nilai discount rate
yang digunakan dalam perhitungan NPV).
Kembali ke pertanyaan pak Hadi dalam kaitannya dengan pemilihan indikator, sama dengan yang
telah saya uraikan di atas, ini bergantung dari situasi keuangan perusahaan pak Hadi serta
appetite perusahaan terhadap nilai resiko proyek.
Semoga membantu dan bermanfaat.

Eko Setiadi@tripatra
Pak Hadi,
Terminology NPV & IRR, sebenarnya merupakan indicator kelaikan project, yg dapat diproyeksi
pada tahap feasibility studi.
Secara umum, dapat disebutkan indikator2 dasar, yaitu:
1. Net Present Worth/Value

Adalah perbedaan antara nilai sekarang dari penerimaan total dan nilai sekarang dari pengeluaran
sepanjang umur proyek pada discount rate yang diberikan.
Pendekatannya adalah pada konsep cash flow (cash in/cash out), project dikatakan laik apabila
NPV>0.
2. Rate of Return (ROR) atau Return on Investment (ROI)
Adalah discount rate yang memberikan harga NPV = 0
ROR merupakan perolehan per tahun dari investasi suatu proyek
ROR sendiri ada dua macam, yaitu:
> Eksternal ROR, yaitu return yang diperoleh apabila investasi dilakukan di luar organisasi.
Contoh: suatu perusahaan menyimpan dananya di Bank atau membeli saham perusahaan lain.
> Internal ROR (atau IRR), yaitu return yang diperoleh apabila investasi dilakukan di dalam
perusahaan sendiri. Contoh, suatu perusahaan melakukan pengeboran untuk menambah
kapasitas produksi, atau melakukan fracturing untuk meningkatkan produksi sumur.
3.Payback Period (PBP) atau Payout Time (POT)
Terminologi ini mendefine jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi yang
ditanam.
Nah, dari indikator2 di atas, Anda bisa mendefinisikan: dengan project yg hendak dikerjakan,
seberapa besar capital cost yg hendak dikeluarkan, proyeksi revenue nya, estimasi kapan
mendapatkan kembali investasi yg ditanam. Dengan pendekatan ini pula, dapat dikalkulasi price
estimasi (bila tdp product yg akan dikeluarkan).
Tentunya setiap project berbeda, tergantung bidang nya, scope of work, dan regulasi (term of
contract) yg memayungi nya.
hadi muttaqien
Pak Zaki, Pak Eko dan Pak Dicky,
Terimakasih ikut sharing di sini, dan menambah wawasan saya.
Menarik kalau NPV-IRR di seminarkan, Pak Dicky saya kira pas bilbeliau yang sebagai penggerak
atau moderatornya. Kalau usulan saya seminarnya membahas investasi di dunia Migas dan Power
Plant, atau pekerjaan Proyek di kedua bidang, dengan sumber dana G to G atau sektor swasta.
Ini sekedar sebagai usulan.

Dicky@Web
Pak Hadi,
Maaf baru balas sekarang.
Terima kasih atas usulan pak Hadi. Menarik sekali terutama topik public vs private investments,
tetapi mohon maaf saya tidak mampu aktif mejadi penggerak seperti yang diusulkan berhubung
lokasi saya yang tidak berada di Indonesia.

komang anom
Terdapat dua instrumen evaluasi investasi yang umum digunakan untuk menilai apakah suatu
investasi akan dilakukan atau tidak. Instrumen tersebut adalah Net Present Value (NPV) dan yang
kedua adalah Internal Rate of Return (IRR). Dalam melakukan investasi tentunya harus dilakukan
perbandingan antara investasi yang satu dengan yang lainnya misalnya uangnya diinvestasikan di
bank saja, karena bunganya lebih menarik. Investasi terbaik akan didapat apabila NPV dan IRR
sama-sama bernilai tinggi. Pada kasus tertentu sering dinyatakan bahwa IRR dengan nilai yang
tinggi akan lebih menguntungkan daripada investasi dengan nilai IRR yang lebih rendah, walaupun
tidak demikian, karena pada kondisi tertentu IRR bisa menyesatkan.
Pada NPV, semua future cash flow dikonversikan menjadi suatu nilai ekuivalen pada waktu tahun
ke nol dengan menggunakan teknik diskounting. NPV merupakan penjumlahan dari masingmasing present value dari net income yang diproyeksikan tiap tahun. Setiap future income
didiskon, artinya dibagi dengan bilangan yang merepresentasikan oppurtunity cost dari memiliki
modal mulai tahun ke nol hingga tahun dimana income diterima atau dibelanjakan. Oppurtunity
cost dapat berupa berapa banyak uang yang dapat diterima apabila diinvestasikan di tempat lain
atau berapa banyak bunga yang akan dibayar apabila kita meminjam uang.
Rumus:
NPV :
NPV = I0 + I1/(1+r) + I2/(1+r)2 + I3/(1+r)3 + .+ In/(1+r)n
dimana:
I0 adalah investasi tahun ke-0
In merupakan net income tahun ke-1, 2, 3, .n
r merupakan discount rate
NPV > 0, proyek diterima
NPV < 0, proyek ditolak
Dari rumusan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan:
makin tinggi income, makin tinggi NPV
makin lebih awal datangnya income, makin tinggi NPV
makin tinggi discount rate, makin rendah NPV
Untuk membandingkan dua proyek yang mana akan dipilih dapat dilakukan dengan
membandingkan kedua nilai NPV proyek, dimana NPV proyek yang lebih besar yang akan diambil.

IRR atau Internal Rate of Return, merupakan instrument evaluasi yang digunakan untuk
memutuskan apakah suatu pemilik modal ingin melakukan investasi atau tidak.
IRR > tingkat keuntungan yang diisyaratkan, proyek diterima
IRR < tingkat keuntungan yang disyaratkan, proyek ditolak
IRR lebih merupakan suatu indikator efisiensi dari suatu investasi, berlawanan dengan NPV, yang
mengindikasikan value atau suatu besaran uang. IRR merupakan effective compounded return
rate annual yang dapat dihasilkan dari suatu investasi atau yield dari suatu investasi. Suatu
proyek/investasi dapat dilakukan apabila rate of returnnya lebih besar daripada return yang
diterima apabila kita melakukan investasi di tempat lain (bank, bonds, dll). Jadi IRR harus
dibandingkan dengan alternatif investasi yang lain.
Secara matematis, IRR didefinisikan sebagai discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan
nol. Misal:
YearCash Flow
0-100
1+30
2+35
3+40
4+45
Internal Rate of Return (IRR)
NPV = 0 = -100 + 30/(1+r) + 35/(1+r)2 + 40/(1+r)3 + 45/(1+r)4
IRR: = r,
NPV = 0, pada r = 17.09% sehingga IRR = 17.09%
Grafik NPV sebagai fungsi dari r (sumbu X merupakan discount rate dan sumbu Y merupakan
NPV) - terlampir.
IRR memiliki kelemahan dimana IRR umumnya digunakan untuk pengambilan keputusan untuk
single project bukan mutually exclussive project (proyek yang saling menghilangkan). Untuk
mutually exclusive project, kriteria NPV lebih dominan digunakan dimana proyek dengan NPV lebih
besar akan dipilih walaupun memiliki IRR yang lebih kecil. Dari grafik, suatu proyek mungkin akan
memiliki beberapa discount rate yang membuat nilai NPV = 0 (ada net income negatif di sela-sela
tahun net income positif), sehingga nilai IRR bisa lebih dari satu atau kita dihadapkan pada
beberapa pilihan nilai IRR. Dari segi reinvestasi, IRR juga memiliki kelemahan sehingga digunakan
MIRR (Modified Rate of Return).
Walaupun secara akademik NPV lebih dominan dipilih, survey mengindikasikan bahwa kalangan
eksekutif lebih menyukai IRR daripada NPV. Hal ini dikarenakan para manager ataupun pemilik
modal lebih gampang membandingkan investasi/proyek yang berbeda besaran dalam bentuk %
rate of return (IRR) dibandingkan dengan besaran uang (NPV).
NYOMAN PRIBADI WP@enerkon

Komang......mantap ulasannya panjang dan njelimet bagi saya yang Cuma dapet kaya gituan
waktu kuliah Analisa Teknik dan Biaya hehehe btw......kembali ke pangkuan ibu pertiwi mang??
we_n_dy78@yahoo.com
Walah..
Ternyata bisa didownload dari
www.chemeng.ui.ac.id/~eva/ekotek-2_1-5.PDF :))

Attachment : Ekotek-2_1-5.pdf

Anda mungkin juga menyukai