DESIGN FLOOD
BANJIR RANCANGAN
(DESIGN FLOOD)
Analisis Frekuensi
(Software ANFREK & HAVARA)
Pengalihragaman Hujan Aliran
(Software HAVARA)
Model Simulasi Hujan Aliran
(Software HEC-HMS)
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
12
15
19
26
21
29
DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN
46
iii
I. PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Umum Banjir Rancangan
Banjir rancangan (design flood) adalah salah satu besaran rancangan untuk
suatu rencana pembuatan bangunan air atau bangunan yang keberadaannya (fungsi
operasi dan stabilitas) dipengaruhi oleh karakteristik aliran banjir. Banjir rancangan
dapat diperoleh melalui kegiatan analisis hidrologi yang secara umum hasilnya dapat
berupa debit banjir maksimum, volume banjir, ataupun atau hidrograf banjir. Dalam
hal ini, banjir rancangan merupakan debit banjir yang ditetapkan sebagai dasar
penentuan kapasitas dan dimensi bangunan-bangunan air (termasuk bangunan di
sungai), sedemikian hingga kerusakan yang dapat ditimbulkan baik langsung
maupun tidak langsung oleh banjir tidak boleh terjadi selama besaran banjir tidak
terlampaui (Sri Harto, 1993).
Selain deskripsi diatas juga terdapat beberapa penjelasan terkait dengan istilah
banjir, debit banjir dan debit banjir rencana. Menurut buku Pedoman Cara
Menghitung Design Flood yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
(1980) terdapat beberapa pengertian berikut ini.
a. Banjir adalah suatu keadaan aliran sungai dimana permukaan airnya lebih tinggi
dari pada suatu ketinggian tertentu (pada umumnya ditetapkan sama dengan titik
tinggi bantaran sungai).
b. Debit banjir adalah besarnya aliran sungai yang diukur dalam satuan m3/detik
pada waktu banjir.
c. Debit banjir rencana adalah debit
d. banjir yang dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan kemampuan dan
ketahanan suatu bangunan pengairan yang akan dibangun pada alur sungai.
Pada bahan pelatihan ini tidak akan ada perbedaan pengertian dan pemahaman
antara istilah debit banjir rencana dan debit banjir rancangan, keduanya diartikan
sebagai besaran rancangan yang sama, terkait dengan rencana pembangunan suatu
bangunan air atau bengunan pengairan.
rancangan
umumnya
ditetapkan
berdasarkan
pertimbangan
R = 1 (1 1 / T ) L
dengan: R = resiko kegagalan,
T = kala ulang (tahun),
L = umur efektif bangunan/proyek (tahun).
Berikut disajikan tabel pedoman umum yang dapat dijadikan pertimbangan
awal dalam menetapkan nilai kala ulang debit banjir rancangan untuk bangunan air
yang digunakan Departeman Pekerjaan Umum untuk berbagai bangunan di sungai
(Srimoerni Doelchomid, 1987).
100
50
25
25
10
25
10
1 1
QT = 50 m3/dt
QT
1 2 3 .
. .
Tahun ke
18 19 20
QT = 50 m3/dt.
T = [ 1+2+3+2+2+1+3+1+2+1+1] / 11 = 1,73 tahun.
Gambar 1.1. Grafik ilustrasi pengertian kala ulang.
Gambar 1.1 menyajikan contoh grafik nilai debit banjir maksimum tahunan
pada suatu lokasi tertentu sebuah sungai X selama 20 tahun. Misal akan ditinjau nilai
kala ulang debit banjir sebesar 50 m3/dt, maka dapat ditarik garis mendatar pada nilai
debit banjir tersebut. Selanjutnya dapat dihitung/diamati rentang waktu kejadian
dimana debit banjir sama atau lebih dari 50 m3/dt. Dari gambar di atas dapat
dicermati bahwa probabilitas nilai rerata rentang waktu perulangan kejadian dimana
debit banjir sungai X sama atau melampaui 50 m3/dt adalah 1,73 tahun. Dengan kata
lain nilai debit banjir dengan kala ulang 1,73 tahun adalah sebesar 50 m3/dt.
Pemilihan besarnya kala ulang banjir rancangan untuk setiap jenis bangunan
tidak terdapat kriteria dan pedoman yang definitif. Kala ulang tersebut harus dapat
menghasilkan rancangan yang memuaskan (Sri Harto, 1993), dalam arti bahwa
bangunan hidraulik yang dibangun masih harus dapat berfungsi dengan baik minimal
selama waktu yang ditetapkan (umur efektif), baik struktural maupun fungsional.
Pengambilan keputusan dalam menetapkan kala ulang banjir rancangan paling tidak
harus didasarkan pada hasil analisis ekonomi (benefit cost analysis) sebagai salah
satu pertimbangan non-teknis. Untuk analisis yang lengkap dan rinci debit banjir
rancangan ditetapkan berdasarkan pertimbangan beberapa hal berikut:
a. ukuran dan jenis proyek,
b. ketersediaan data,
c. ketersediaan dana,
Cost (Milyard)
Const. cost
Risk cost
T optimal
T (tahun)
Output
Data tersedia
Tahapan analisis
Debit puncak
Debit puncak
pengalihragaman hujan-aliran
(Rational method)
Debit puncak
pengalihragaman hujan-aliran
(Unit hydrograph atau Rainfall
-runoff model)
Hidrograf banjir
Hidrograf banjir
pengalihragaman hujan-aliran
hidrograf banjir
graf banjir
pengalihragaman hujan-aliran
(Unit hydrograph)
Hidrograf banjir
pengalihragaman hujan-aliran
(Unit hydrograph atau Rainfall
-runoff model)
tersedia data minimal 20 catatan debit banjir maksimum (20 tahun). Rangkaian data
ini disebut dengan annual maximum series. Namun kondisi tersebut umumnya
jarang dapat dijumpai, sehingga dapat ditempuh pendekatan dengan mengumpulkan
beberapa kejadian banjir ekstrim setiap tahunnya.
Memperhatikan distribusi nilai debit banjir, dapat pula dijumpai nilai debit
banjir maksimum suatu tahun tertentu jauh di bawah nilai debit banjir maksimum
kedua dari taahun yang lain. Hal ini juga dapat menimbulkan keraguan akan hasil
analisis statistic. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun data
partial duration series atau annual exeedence series.
Partial duration series didapat dengan menetapkan batas minimum nilai debit
banjir maksimum sebagai threshold. Selanjutnya debit banjir maksimum yang lebih
besar dari batas tersebut digunakan sebagai masukan prosedur anaalisis frekuensi.
Annual exeedence series didapat dengan cara yang sama dengan penetapan
partial duration series, hanya saja nilai threshold ditetapkan sedemekian hingga
data terpakai jumlahnya sama dengan jumlah tahun data.
Apabila data yang digunakan untuk analisis frekuensi bukan annual maximum
series, maka perlu diperhatikan bahwa sifat independency antar data sangat mungkin
tidak dipenuhi. Untuk itu rumus hubungan antara nilai kala ulang untuk data annual
maximum series (T) dan nilai kala ulang untuk data partial duration series atau
annual exceedence series (TE) di bawah ini dapat digunakan untuk menetapkan nilai
kala ulang yang seharusnya ditetapkan.
T
TE = ln
T 1
ulang hujan sama dengan kala ulang debit, yang sesungguhnya sampai saat ini secara
ilmiah belum dapat dibuktikan kepastian/kebenaarannya. Metode yang umum
dijumpai adalah dengan rumus empiris hubungan hujan-aliran seperti rumus
Rasional sbb. ini.
QT = C I T A
dengan:
QT
: debit maksimum dengan kala ulang T tahun,
C : koefisien aliran permukaan,
IT : intensitas hujan dengan kala ulang T tahun,
A : luas daerah tangkapan hujan.
Memperhatikan rumus di atas, maka diperlukan penetapan nilai intensitas hujan
yang dianggap mewakili kondisi saat terjadinya debit maksimum. Untuk itu
diperlukan informasi karakteristik hujan di lokasi yang ditinjau berupa kurva yang
menunjukkan hubungan antara intensitas, durasi dan ala ulang hujan (IDF). Kurva
ini dapat dibuat dengan beberapa rumus empiris, antara lain yang cukup dikenal
terapan di Indonesia adalah rumus Mononobe sebagai berikut:
R 24
I = T
24
t
T
24
t
dengan:
ItT : intensitas curah hujan pada durasi t untuk kala ulang T tahun (mm/jam),
t : durasi curah hujan (jam),
: curah hujan harian maksimum dengan kala ulang T tahun (mm).
R24T
Nilai durasi hujan (t) yang memberikan debit maksimum dianggap sama dengan
nilai waktu konsentrasi (tc). Nilai tc tergantung dari karakteristik aliran permukaan
dan aliran di alur/sungai, yaitu merupakan nilai maksimum dari jumlah waktu aliran
air mulai dari ujung daerah tangkapan ke ujung alur dan waktu aliran sepanjang alur.
Beberapa rumus empiris perkiraan nilai tc dapat digunakan sesuai dengan kondisi
permukaan aliran dan topografi. Berikut disajikan contoh kurva IDF hasil
pengolahan data curah hujan di stasiun Duri, propinsi Riau.
Tabel 2.2. Contoh intensitas hujan dengan kala ulang 5, 10 dan 25 tahun
t (menit)
10 tahun
25 tahun
238.28
270.80
314.41
10
150.11
170.59
198.06
15
114.56
130.19
151.15
20
94.56
107.47
124.77
45
55.07
62.59
72.67
60
45.46
51.67
59.98
120
28.64
32.55
37.79
180
21.86
24.84
28.84
360
13.77
15.65
18.17
720
8.67
9.84
11.44
1000
800
5 tahun
600
10 tahun
400
25 tahun
200
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
Gambar 2.1. Kurva IDF di Duri dengan kala ulang 5, 10 dan 25 tahun.
Data hujan yang digunakan disusun dengan cara partial duration series seperti
ditunjukkan pada table 2.3.
10
Year
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1992
1992
1993
1994
1995
1995
1995
1996
1996
1997
1999
1999
1999
2000
2000
2001
2001
2001
2001
2001
81.0
92.0
117.0
140.5
103.2
99.7
95.4
105.1
91.5
88.0
115.2
98.6
176.7
97.0
158.0
148.5
156.7
99.0
90.0
108.2
I = Itc
I
Qp
Q
tc
tc
11
Dalam hal tertentu, besaran rancangan yang diinginkan terkait dengan rencana
pengendalian banjir bukan hanya nilai debit maksimum, akan tetapi besarnya volume
tampungan aliran banjir. Sebagai contoh adalah perancangan bangunan pengendali
banjir berupa tampungan daerah retensi banjir (detention storage) yang berfungsi
sebagai peredam aliran banjir. Perubahan tataguna lahan suatu DAS akibat proses
pembangunan yang kurang atau tidak terencana dengan baik dapat menyebabkan
perubahan bentuk hydrograph yang berarti juga perubahan nilai debit maksimum.
Untuk melakukan antisipasi dampak negatif di areal hilir DAS akibat perubahan
debit maksimum tersebut, salah satu cara yang mungkin adalah dengan membangun
detention storage yang dilengkapi bangunan outlet untuk mengendalikan aliran
keluar dari tampungan banjir ini. Dalam kasus ini dapat dirancang misalnya dengan
ketentuan bahwa debit maksimum yang keluar dari detention storage tidak boleh
lebih besar dari nilai debit maksimum sebelum terjadinya perubahan tataguna lahan.
Untuk keperluan perancangan sebuah detention storage diperlukan besaran
rancangan berupa kapasitas volume tampungan yang nilainya tergantung dari
hidrograf banjir pada kedua kondisi (sesudah ada perubahan tataguna lahan dan
kondisi yang diinginkan dengan tingkat peredaman debit puncak tertentu). Pada
prinsipnya, volume tampungan yang diperlukan merupakan selisih volume kedua
hidrograf tersebut. Untuk itu perlu dihitung durasi hujan kritik, yaitu durasi hujan
yang memberikan nilai volume tampungan maksimum. Nilai durasi hujan kritik
dapat ditentukan dengan menggunakan modifikasi rumus Rasional.
Prosedur analisis penetapan banjir rancangan untuk kasus 3 mirip dengan kasus
2, yaitu melalui dua tahap: analisis frekuensi data hujan untuk mendapatkan data
hujan harian maksimum dengan kala ulang sama dengan kala ulang debit banjir
maksimum yang diinginkan dan selanjutnya adalah pengalihragaman hujan menjadi
aliran. Perbedaan dengan kasus 2 adalah dalam hal ini tersedia data hujan jam-jaman
dan hidrograf banjir yang akibat hujan jam-jaman tersebut, yang berarti rumusan
hubungan antara hujan dan aliran dapat ditentukan dengan memanfaatkan pasangan
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM
12
data hidrologi ini (hujan dan hidrograf banjir). Dengan prinsip ini hasil perkiraan
debit banjir akan lebih teliti dibandingkan pada kasus 2.
Untuk kondisi ini, tersedia 2 macam metode pengalihragaman hujan menjadi
aliran, yaitu menggunakan pendekatan teori hidrograf satuan atau model hujan aliran
yang dirumuskan secara konseptual berdasarkan kaidah proses daur hidrologi dan
mengikuti proses detil di dalamnya (evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, limpasan
permukaan, interlow dan baseflow). Pendekatan hidrograf satuan lebih sederhana,
karena tidak memerlukan data fisik DAS dan hitungan rinci pada semua proses daur
hidrologi.
Penggunaan model hidrologi memerlukan data yang kompleks dan prosedur
kalibrasi yang seringkali menjadi rumit. Akan tetapi penggunaan model juga ada
keuntungannya, yaitu apabila diinginkan perkiraan perubahan debit banjir akibat
perubahan sifat fisik DAS, misal perubahan tataguna lahan. Dengan model hidrologi
masukan data yang digunakan dapat disesuaikan dengan perubahan kondisi DAS
tersebut, yang berarti keluaran model berupa debit banjir tentunya juga akan mampu
menunjukkan perubahan besarnya puncak banjir.
Apabila digunakan cara hidrograf satuan, maka penentuan hidrograf satuan
yang dilakukan adalah cara analitis. Algoritme yang mungkin digunakan adalah cara
persamaan polynomial, Collins (successive approximation) dan cara matriks. Ketiga
cara tersebut menggunakan prinsip sama, yaitu mencari hidrograf aliran langsung
(direct runoff) akibat hujan efektif (hujan yang telah dikurangi losses) merata di
DAS dengan durasi dan tinggi/kedalaman tertentu (satu satuan, missal 1 mm/jam).
Cara analitis diilustrasikan pada Gambar 2.3. Jika digunakan metode persamaan
polynomial maka hitungan hidrograf satuan cara analitis dapat ditempuh dengan
urutan sebagai berikut ini.
1. Pilih data hujan jam-jaman dan hidrograf aliran terukur di sungai.
2. Pisahkan baseflow dan hidrograf limpasan langsung (HLL).
3. Tetapkan nilai losses tetap ( indeks) dan hujan efektif jam-jaman.
4. Dengan prinsip superposisi, linear time invariant dan constant base time, dapat
disusun persamaan polinomial untuk menentukan hidrograf satuan.
13
I (mm/jam)
Q (m3/dt)
P efektif
t (jam)
tp
Hujan
P (mm/jam)
HLL
Base flow
t (jam)
Hidrograf di A
35
25
20
10
2
Q (m3/dt)
V1 = V2
Volume limpasan = V2
Limpasan
Aliran dasar
20
Q (m /dt)
Q (m /dt)
P (mm/jam)
P (mm/jam)
t (jam)
t (jam)
Q (m /dt)
Q (m /dt)
P (mm/jam)
t (jam)
P (mm/jam)
t (jam)
t (jam)
14
Pada ketiga kasus sebelumnya, keluaran analisis adalah debit banjir maksimum.
Pada kasus ini hasil analisis banjir rancangan yang diinginkan tidak hanya nilai debit
banjir maksimum, tetapi juga debit pada jam-jam yang lain yang dinyatakan dlam
15
hidrograf banjir rancangan (design flood hydrograph). Data tersedia hanya hujan
jam-jaman dan karakteristik DAS, sehingga prosedur analisis melalui dua tahap,
yaitu analisis frekuensi data hujan dan pengalihragaman hujan menjadi aliran dengan
mengunakan metode hidrograf satuan sintetik (synthetic unit hydrograph).
Beberapa teori hidrograf satuan sintetik yang dikenal adalah cara Snyder, SCS,
Nakayasu, Clark, Modified Clark dan Hidrograf Satuan Sintetik Gama I (HSS Gama
I). Menegaskan kembali uraian terdahulu tentang validitas metode empiris dalam
analisis banjir, maka penulis menyarankan apabila tidak ada dukungan informasi atau
studi yang mendukung keyakinan pengunaan beberapa metode tersebut, sebaiknya
digunakan cara HSS Gama I yang memang dikembangkan dan telah diuji
keberlakuannya untuk beberapa DAS di Indonesia, khususnya di Jawa dan Sumatera
oleh penemunya (Prof.Dr.Ir. Sri Harto Br., Dip.H).
Perbedaan dengan kasus 3, untuk kondisi tidak ada data debit terukur adalah
penentuan hidrograf satuan menggunakan pendekatan empiris dengan hidrograf
satuan sintetik. Pada Gambar 2.4 disajikan bagan prosedur analisis hitungan banjir
rancangan menggunakan metode hidrograf satuan. Prosedur pada tahap 2A berlaku
untuk kasus 4 dimana digunakan cara hidrograf satuan sintetik. Untuk kasus 3, 5 atau
6 berlaku prosedur tahap 2B, yaitu menggunakan pasangan data hujan jam-jaman
dan debit banjir jam-jaman tercatat untuk menurunkan hidroraf satuan secara
analistis (cara Collins). Contoh prosedur tahap 2A dan 2B diberikan pada uraian dan
atau tentang contoh hitungan pada Bab III.
Pada proses pengalihragaman hujan menjadi aliran diperlukan data hujan jam-jaman.
Untuk hitungan banjir rancangan seharusnya distribusi hujan jam-jaman yang
digunakan didasarkan pada pola distribusi hujan yang berlaku pada DAS yang
ditinjau. Akan tetapi umumnya pola distribusi hujan jam-jaman ini sulit didapatkan,
dimana hitungan untuk mendapatkannya memerlukan data hujan jam-jaman terukur
yang cukup panjang dengan kualitas yang memadai. Untuk mengatasi persoalan
tersebut dapat digunakan beberapa pendekatan empiris dalam menetapkan durasi dan
distribusi hujan jam-jaman pada suatu DAS. Beberapa metode yang dapat digunakan
antara lain adalah cara Tadashi Tanimoto dan metode Alternating Block Method
(ABM). Kedua metode tersebut memerlukan nilai durasi hujan rancangan yang dapat
didekati dengan nilai waktu konsentrasi (tc). Tabel 2.4 menyajikan beberapa rumus
empiris untuk perkiraan nilai tc berdasarkan karakteristik DAS dari sumber Applied
16
17
18
19
2B
Hujan titik
AWLR
Rating curve
2A
Hujan DAS
Peta
Topografi
Hujan
rancangan
Parameter
DAS
Hidrograf
Analisis
frekuensi
Distribusi hujan
jam-jaman
Hidrograf
satuan sintetik
Distribusi hujan
jam-jaman
Hidrograf
satuan analitis
Hidrograf
banjir
Gambar 2.4. Bagan tahapan hitungan hidrograf banjir rancangan
metode hidrograf satuan.
2.7. Kasus 5: Analisis Frekuensi Data Hujan dan Pengalihragaman
Hujan-Aliran Metode Hidrograf Satuan
Pada kasus ini prosedur analisis sama dengan pada kasus tiga, hanya saja
keluaran yang diinginkan adalah hidrograf banjir rancangan bukan hanya debit banjir
maksimumnya saja. Karena tidak tersedia data karakteristik DAS maka penggunaan
model hidrologi hujan-aliran tidak memungkinkan. Untuk itu pendekatan yang
mungkin dilakukan adalah dengan cara hidrograf satuan analitis.
20
Apabila data hujan jam-jaman tersedia cukup panjang dapat dilakukan analisis
distribusi hujan jam-jaman. Hasil analisis ini adalah pola distribusi hujan jam-jaman
yang berlaku pada DAS yang ditinjau, sebagai dasar penetapan distribusi hujan
jam-jaman untuk input hitungan hidrograf banjir rancangan. Setelah analisis
frekeunsi data hujan dilakukan akan diperoleh hujan harian maksimum dengan kala
ulang sesuai dengan kala ulang banjir rancangan yang akan dicari. Hujan harian
rancangan ini selanjutnya didsitribusikan kedalam hujan jam-jaman dengan pola atau
prosentase ditetapkan berdasarkan pola distribusi hujan jam-jaman hasil analisis
sebelumnya.
Pada kasus ini data tersedia lebih lengkap dari pada kasus 5, yaitu juga tersedia
data karakteristik DAS. Dengan demikian model hidrologi hujan-aliran dapat
digunakan untuk melakukan simulasi hidrograf banjir dengan masukan hujan
jam-jaman pada kala ulang banjir rancangan yang diinginkan. Dalam hal ini yang
dimaksudkan dengan model hidrologi hujan-aliran adalah model mateatik yang
mampu merepresentasikan proses alam yang terjadi di DAS akibat masukan berupa
hujan.
Model hujan-aliran selalu memerlukan data masukan. Dalam pembuatan model
hujan-aliran sebagian besar telah dilaksanakan dengan ujud model digital untuk
kemudahan proses hitungan simulasi hujan-aliran. Beberapa model yang umum
digunakan adalah: Tank Model dari Jepang, HEC-1 dari Corps of Engineers USA,
TR-20 dari Soil Conservation Service USA, API dari USA, SWM-IV dari Uniersitas
Standford, KWM dari USA, SSARR dari Corps of Engineers USA, HEC-HMS dan
masih banyak model yang lain.
Pada pelatihan ini akan diberikan uraian singkat tentang model HEC-HMS
dengan contoh sederhana penggunaannya. Mengingat keterbatasan waktu yan
tersedia, maka materi yang diberikan lebih bersifat untuk pengenalan model
HEC-HMS.
21
X=
1
n
n Xi
i =1
Simpangan baku,
S=
i =1
X i2
2
n
X i / n
i =1
(n 1)
22
Koefisien variansi,
Asimetri (skewness), C s =
Kurtosis,
Cv =
Ck =
S
X
n
(n 1)(n 2 )S
Xi X
i =1
n2
Xi X
i =1
Skewness Cs
0,00
Kurtosis Ck
= 3,00
Prob X (X S )
= 15,87 %
Prob X X
= 50,00 %
Prob X (X + S )
= 84,14 %
Cs 3 Cv
Cs > 0
= simpangan baku.
Cs 1,396
Ck 5,4002
23
= reduced variate,
= banyaknya data.
Nilai Y untuk beberapa harga T (kala ulang) dapat dilihat pada Tabel 3.1,
sedangkan harga Yn dan n untuk beberapa nilai n dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 3.1. Nilai Reduced Variate (Y) untuk beberapa nilai kala ulang (T)
Kala ulang T (tahun)
Reduced variate Y
0,3665
1,4999
10
2,2502
25
3,1985
50
3,9019
100
4,6001
dengan: XT
= besaran rata-rata,
= simpangan baku,
KT
24
Lampiran 3 menyajikan nilai KT untuk distribusi Log Pearson tipe III. Untuk
menetapkan distribusi terpilih sesuai dengan sebaran data, digunakan uji Chi-kuadrat
dan uji Smirnov-Kolmogorov sebagai berikut ini.
e. Uji Chi-Kuadrat
Ef
i =1
2 =
25
n
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
n > 50
0.20
0.10
0.05
0.01
0.45
0.32
0.27
0.23
0.21
0.19
0.18
0.17
0.16
0.15
0.51
0.37
0.30
0.26
0.24
0.22
0.20
0.19
0.18
0.17
0.56
0.41
0.34
0.29
0.27
0.24
0.23
0.21
0.20
0.19
0.67
0.49
0.40
0.36
0.32
0.29
0.27
0.25
0.24
0.23
1,07
1.22
1.36
1.63
(5) tarik garis teoritik dan lakukan uji Chi-kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov,
(6) apabila syarat uji dipenuhi, tentukan besaran rancangan yang dicari untuk kala
ulang yang ditetapkan (QT atau RT),
(7) jika syarat uji tidak dipenuhi, pilih distribusi yang lain dan analisis dapat
dilakukan seperti pada langkah (1) s.d. (6).
26
2. Contoh hitungan
Berikut disajikan contoh analisis frekuensi untuk mencari besarnya debit banjir
rancangan berdasarkan data debit yang tersedia dari suatu setasiun pengukuran
hidrometri. Contoh ini diambil dari buku: Mengenal Dasar Hidrologi Terapan (Sri
Harto, 1984). Data tersedia adalah catatan data debit banjir maksimum tahunan
sebanyak 40 (catatan selama 40 tahun), yang setelah diurutkan diperolh hasil seperti
pada Tabel 3.3.
Dari data di table tersebut dapat dihitung nilai parameter statistik yang hasilnya
adalah sebagai berikut:
mean
: Q
= 1088,1 m3/det,
simpangan baku
= 317,617 m3/det,
skewness
: Cs = 0,1079,
kurtosis
: Ck = 2,2864.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Cs sangat kecil, maka dipilih distribusi
Normal. Dari pengujian terhadap nilai variat Q didapat hasil sebagai berikut:
Q + S = 1405,7 m3/det,
Q S = 770,5 m3/det.
Selanjutnya data tersebut diplot pada kertas probabilitas untuk distribusi
Normal yang hasilnya dapat ditunjukkan pada Gambar 3.1. Uji Chi-Kuadrat
dilakukan dengan mengambil banyaknya kelas K adalah 5 seperti ditunjukkan pada
Tabel 3.4.
Dari tabel tersebut didapat harga 2 sebesar 0,50. Untuk jumlah interval K = 5,
maka derajat kebebasan DK = K-P-1 = 2, dengan P adalah parameter distribusi
(untuk distribusi Normal P=2). Dengan = 0,05 dari lampiran 5 diperoleh nilai 2
kritik sebesar 5,991 yang berarti syarat uji dapat dipenuhi (2 < 2 kritik). Untuk uji
Smirnov-Kolmogorov dapat dicermati hasil ploting titik variat Q seperti ditunjukkan
pada Gambar 3.1. Dari gambar tersebut didapatkan maksimum sebesar 0,10.
Untuk n = 40 dan = 0,05 berdasarkan Tabel 3.2 didapat nilai kritik sebesar 0,21.
27
Q (m3/det)
m/(n+1)
Q (m3/det)
m/(n+1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
530
569
577
639
666
667
709
742
817
825
861
884
949
962
964
1041
1077
1116
1118
1135
0.0243
0.0486
0.0730
0.0974
0.1218
0.1462
0.1706
0.1950
0.2194
0.2438
0.2682
0.2962
0.3170
0.3414
0.3658
0.3902
0.4142
0.4390
0.4634
0.4878
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
1138
1138
1142
1156
1165
1171
1172
1202
1207
1270
1275
1306
1323
1391
1433
1544
1553
1673
1677
1740
0.5122
0.5366
0.5610
0.5854
0.6098
0. 6342
0.6586
0.6830
0.7074
0.7318
0.7562
0.7805
0.8049
0.8293
0.8537
0.8781
0.9025
0.9269
0.9512
0.9756
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
Jumlah
Ef
Of
Ef - Of
(Ef - Of)2/Ef
8
8
8
8
8
9
7
8
9
7
1
1
0
1
1
0,125
0,125
0,000
0,125
0,125
40
40
0,500
28
29
Q (m3/dt)
5,0
11,0
27,0
47,0
56,5
48,5
33,5
18,5
8,0
5,0
Penyelesaian
29
Q (m3/dt)
I (mm/jam)
P efektif
index
HLL
t (jam)
tp
Hujan
Base flow
t (jam)
Hidrograf di A
..Tidak benar !!
30
QH
QHLL
U3(t)
U5(t-1)
U2(t-2)
UH=U1(t)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
5.0
11.0
27.0
47.0
56.5
48.5
33.5
18.5
8.0
5.0
0.0
6.0
22.0
42.0
51.5
43.5
28.5
13.5
3.0
0.0
0.0
6.0
12.0
18.0
13.5
9.0
4.5
0.0
0.0
10.0
20.0
30.0
22.5
15.0
7.5
0.0
0.0
4.0
8.0
12.0
9.0
6.0
3.0
0.0
0.0
2.0
4.0
6.0
4.5
3.0
1.5
0.0
Keterangan:
(1) QHLL = U3(t) + U5(t-1) + U2(t-2)
(2) Contoh: 22.0 = U3(t) + 10.0 + 0.0, maka U3(t) = 12.0
(3) Hidrograf satuan (UH) adalah U1 (t) = U3(t) / 3 (m3/dt)
2. Hitungan hidrograf satuan analitis dengan metode Collins
Prosedur umum
31
3) Hidrograf satuan hipotetik ditetapkan tidak dengan ordinat ordinat yang belum
diketahui, akan tetapi ordibatordinat hidrograf satuan hipotetik ditetapkan
nilainya secara sembarang (trial). Tidak ditemukan prosedur atau pedoman
tentang penetapan hidrograf satuan hipotetik ini, akan tetapi pengalaman
menunjukkan bahwa sebaiknya hidrograf satuan ini paling tidak mempunyai
bentuk yang mirip dengan karakter hidrograf satuan yang sebenarnya.
4) Semua hujan efektif yang terjadi, kecuali bagian hujan efektif maksimum,
ditransformasikan dengan hidrograf satuan hipotetik tersebut, dengan demikian
akan diperoleh sebuah hidrograf.
5) Apabila hidrograf terukur dikurangi dengan hidrograf yang diperoleh dari butir
(4), maka yang akan diperoleh adalah hidrograf yang ditimbulkan oleh hujan
maksimum. Dengan demikian, maka hidrograf satuan 1 mm/jam baru dapat
diperoleh dengan membagi semua ordinat hidrograf ini dengan intensitas hujan
maksimum. Hidrograf satuan yang diperoleh terakhir ini dibandingkan dengan
hidrograf satuan hipotetik. Apabial perbedaan keduanya telah lebih kecil dari
patokan (kriteria) yang ditetapkan, maka hidrograf satuan ini telah dianggap
benar. Akan tetapi apabila perbedaannya masih lebih besar dari patokan yang
ditetapkan, maka prosedur pada butir (4) diulangi lagi, dengan menggunakan
hidrograf satuan yang yang diperoleh dari butir (5) ini.
6) Prosedur ini diulang ulang terus sampai akhirnya hidrograf satuan terakhir
yang tidak berbeda banyak (tidak melebihi patokan perbedaan yang telah
ditetapkan).
Contoh hitungan
Pada tanggal 23 Pebruari 1976 di DAS Progo di Kranggan seluas 411,67 km2
terjadi hujan selama 5 jam masing masing 15,00 mm; 15,00 mm; 11,70 mm; 0,45
mm dan 0,15 mm. Hujan tersebut menimbulkan hidrograf banjir seperti pada Tabel
3.7. Untuk keperluan perancangan diperlukan hidrograf satuan. Urutan yang
dilakukan adalah merujuk pada cara Collins. Hitunglah hidrograf satuan pada DAS
tersebut dengan menggunakan cara Collins.
32
Jam
ke
(m3/det)
(m3/det)
Jam
ke
(m3/det)
Jam
ke
(m3/det)
14.59
106.78
17
53.40
25
30.98
28.82
10
93.77
18
50.27
26
28.82
61.21
11
87.69
19
46.29
27
28.12
120.94
12
76.33
20
42.53
28
26.76
216.38
13
69.76
21
39.85
29
26.10
185.27
14
63.58
22
36.45
30
25.44
150.81
15
61.21
23
34.03
31
25.44
120.94
16
56.66
24
31.73
Penyelesaian
Data hujan selama 5 jam : 15,00 mm; 15,00 mm; 11,70 mm; 0.45 mm dan
0,15 mm.
33
Re =
5.113.746
= 12,422 mm
411.67 *1000
Menentukan curah hujan efektif untuk masing masing jam dengan cara
coba ulang. Diambil 2 curah hujan terbesar yaitu 15,00 mm dan 15,00 mm,
selisih dengan curah hujan terbesar berikutnya adalah (15,00 11,70) = 3,30
mm.*2 = 6,60 mm.
Dengan demikian curah hujan efektif yang diperoleh untuk masing masing
jam adalah sbb. :
Re1 = 3,30 mm + 1,941 mm = 5,241 mm
Re2 = 3,30 mm + 1,941 mm = 5,241 mm
Re3 = 1,941 mm
Hidrograf Terukur
0
250
Intensitas hujan
200
10
Debit (m3/det)
Aliran dasar
150
15
20
100
25
Hidrograf terukur
50
30
35
0
0
10
15
20
25
30
35
Waktu (Jam)
Hidrograf satuan dihitung dengan cara coba ulang untuk beberapa kali trial
diperoleh hasil hidrograf satuan yang dianggap memenuhi syarat seperti
ditampilkan pada tabel hitungan (Tabel 3.9).
34
Observed
hydrograph
(m3/det)
Base flow
(m3/det)
Direct runoff
(m3/det)
Volum of
direct runoff
(m3)
14.59
14.590
0.000
28.82
14.952
13.868
49926.000
61.21
15.313
45.897
165228.000
120.94
15.675
105.265
378954.000
216.38
16.037
200.343
721236.000
185.27
16.398
168.872
607938.000
150.81
16.760
134.050
482580.000
120.94
17.122
103.818
373746.000
106.78
17.483
89.297
321468.000
10
93.77
17.845
75.925
273330.000
11
87.69
18.207
69.483
250140.000
12
76.33
18.568
57.762
207942.000
13
69.76
18.930
50.830
182988.000
14
63.58
19.292
44.288
159438.000
15
61.21
19.653
41.557
149604.000
16
56.66
20.015
36.645
131922.000
17
53.40
20.377
33.023
118884.000
18
50.27
20.738
29.532
106314.000
19
46.29
21.100
25.190
90684.000
20
42.53
21.462
21.068
75846.000
21
39.85
21.823
18.027
64896.000
22
36.45
22.185
14.265
51354.000
23
34.03
22.547
11.483
41340.000
24
31.73
22.908
8.822
31758.000
25
30.98
23.270
7.710
27756.000
26
28.82
23.632
5.188
18678.000
27
28.12
23.993
4.127
14856.000
28
26.76
24.355
2.405
8658.000
29
26.10
24.717
1.383
4980.000
30
25.44
25.078
0.362
1302.000
31
25.44
25.440
0.000
0.000
5113746.000
Jumlah
0.000
35
Tabel 3.9. Hitungan hidrograf satuan cara Collins untuk Re max = 5,241 mm
Satuan
Hipotetik
U1(t, Re1)
Akibat
hujan
5,241 mm
U3(t-2, Re3)
Akibat
hujan 1,94
mm
(m3/det)
(m3/det)
(m3/det)
(m3/det)
4 =Re1 * 3
0.000
0.00
0.00
13.868
1.32
6.92
45.897
4.37
22.93
0.00
105.265
9.79
51.31
2.56
200.343
18.29
95.86
168.872
14.29
134.050
103.818
Jam
ke
Hidrograf
Hidrograf
Limpasan
Langsung
HLL-(U1+U3)
Hidrograf
Satuan
(m3/det)
(m3/det)
(m3/det)
5 = Re3 * 3
6=4+5
7=2-6
8 = 7/Remax
0.00
0.00
0.00
6.92
6.95
1.32
22.93
22.97
4.37
53.87
51.39
9.79
8.49
104.35
96.00
18.29
74.87
18.99
93.86
75.01
14.29
9.40
49.24
35.48
84.72
49.33
9.40
7.25
38.02
27.71
65.73
38.09
7.25
89.297
6.77
35.50
18.23
53.73
35.57
6.77
10
75.925
5.90
30.90
14.07
44.97
30.96
5.90
11
69.483
5.37
28.14
13.14
41.29
28.20
5.37
12
57.762
4.42
23.14
11.44
34.58
23.19
4.42
13
50.830
3.85
20.18
10.42
30.60
20.23
3.85
14
44.288
3.41
17.85
8.57
26.41
17.88
3.41
15
41.557
3.25
17.03
7.47
24.50
17.05
3.25
16
36.645
2.86
15.01
6.61
21.62
15.03
2.86
17
33.023
2.55
13.34
6.31
19.64
13.38
2.55
18
29.532
2.29
11.98
5.56
17.53
12.00
2.29
19
25.190
1.93
10.12
4.94
15.05
10.14
1.93
20
21.068
1.59
8.31
4.43
12.74
8.33
1.59
21
18.027
1.36
7.13
3.74
10.87
7.15
1.36
22
14.265
1.07
5.58
3.07
8.66
5.61
1.07
23
11.483
0.84
4.42
2.64
7.06
4.42
0.84
24
8.822
0.64
3.38
2.07
5.44
3.38
0.64
25
7.710
0.58
3.04
1.64
4.68
3.03
0.58
26
5.188
0.38
1.97
1.25
3.21
1.97
0.38
27
4.127
0.29
1.49
1.13
2.62
1.51
0.29
28
2.405
0.16
0.84
0.73
1.57
0.84
0.16
29
1.383
0.08
0.42
0.55
0.97
0.41
0.08
30
0.362
0.31
0.31
0.05
0.01
31
0.000
0.16
0.16
0.00
0.00
U1+ U3
Hidrograf Satuan pada Kolom 8 diperoleh dengan cara Trial nilai sembarang pada kolom 3
(UHH), sedemikian sehingga hasil pada kolom 8 sama dengan nilai pada kolom 3.
36
Tabel 3.10. Hitungan koefisien korelasi antara HLL terukur dengan HLL terhitung
Jam
ke
HLL obs.
(m3/det)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jumlah
Rerata
0.00
13.87
45.90
105.27
200.34
168.87
134.05
103.82
89.30
75.93
69.48
57.76
50.83
44.29
41.56
36.65
33.02
29.53
25.19
21.07
18.03
14.27
11.48
8.82
7.71
5.19
4.13
2.41
1.38
0.36
0.00
1420.51
45.82
HSS
cal.
(m3/det)
Q (Re1)
(m3/det)
Q (Re2)
(m3/det)
Q (Re3)
(m3/det)
0.00
1.32
4.37
9.79
18.29
14.29
9.40
7.25
6.77
5.90
5.37
4.42
3.85
3.41
3.25
2.86
2.55
2.29
1.93
1.59
1.36
1.07
0.84
0.64
0.58
0.38
0.29
0.16
0.08
0.01
0.00
6.94
22.93
51.31
95.83
74.88
49.24
38.02
35.51
30.90
28.15
23.15
20.20
17.85
17.03
15.00
13.36
11.98
10.12
8.31
7.14
5.60
4.41
3.37
3.03
1.97
1.51
0.84
0.41
0.05
0.00
6.94
22.93
51.31
95.83
74.88
49.24
38.02
35.51
30.90
28.15
23.15
20.20
17.85
17.03
15.00
13.36
11.98
10.12
8.31
7.14
5.60
4.41
3.37
3.03
1.97
1.51
0.84
0.41
0.05
0.00
2.57
8.49
18.99
35.47
27.72
18.23
14.07
13.14
11.44
10.42
8.57
7.48
6.61
6.30
5.55
4.94
4.43
3.75
3.08
2.64
2.07
1.63
1.25
1.12
0.73
0.56
0.31
0.15
HLL
cal.
(m3/det)
0.00
6.94
29.87
76.80
155.63
189.71
159.60
114.98
91.76
80.48
72.20
62.74
53.77
46.61
42.35
38.63
34.66
30.89
27.04
22.87
19.20
15.82
12.66
9.86
8.04
6.25
4.60
3.07
1.81
0.77
0.20
1419.80
(Qobs
Qobs-avr)2
(m3/det)2
(Qobs-Qcal)2
(m3/det)2
2099.74
1020.99
0.01
3533.96
23875.53
15140.59
7784.02
3363.66
1890.26
906.44
559.66
142.49
25.07
2.35
18.17
84.14
163.91
265.46
425.72
612.71
772.45
995.59
1179.44
1369.21
1452.59
1651.03
1738.30
1884.68
1975.17
2066.88
2099.74
79099.95
=
0.97
37
0.00
48.05
257.05
810.32
1999.18
434.23
652.81
124.64
6.04
20.74
7.38
24.75
8.62
5.40
0.62
3.94
2.70
1.85
3.44
3.23
1.38
2.40
1.38
1.08
0.11
1.12
0.22
0.44
0.18
0.17
0.04
4423.49
Hidrograf Satuan
250
0
Hujan terukur
Hidrograf terukur
10
Debit (m3/detik)
150
15
20
100
25
50
200
30
0
35
0
10
15
20
25
30
35
Waktu (Jam)
250
HSS Observasi
HLL (m3/det)
200
HSS Hitungan
150
100
50
0
0
10
15
20
25
30
35
Waktu (Jam)
38
Bentuk tipikal HSS Gama-I ditandai dengan parameter waktu naik (time of rise),
waktu dasar (base time) dan debit puncak (peak discharge) seperti pada gambar di
Q (m3/dt)
bawah.
QP
t (jam)
TR
TB
39
e. Luas relatif DAS sebelah hulu (RUA) adalah perbandingan antara luas DAS
sebelah hulu garis yang ditarik melalui titik di sungai terdekat dengan titik berat
DAS dan tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan titik tersebut dengan
tempat pengukuran, dengan luas DAS total (A).
f. Jumlah pertemuan sungai (JN) yang besarnya sama dengan jumlah pangsa
sungai tingkat satu dikurangi satu.
g. Kerapatan jaringan kuras (D), yaitu panjang sungai persatuan luas DAS
(km/km2).
Rumus-rumus empiris untuk menentukan parameter HSS Gama-I adalah sbb.:
3
L
+ 1,0665 SIM + 1,2775
TR = 0,43
100
SF
A + 1,6985 10
2
13
SN
40
Tabel 3.11. Contoh data parameter DAS untuk hitungan HSS Gama I
Parameter DAS
Bojongloa Leuwigoong
182.93
23.50
0.03
1.66
0.52
3.21
1.67
0.60
0.73
120
771.75
61.00
0.02
1.32
0.40
0.52
0.24
0.55
0.73
379
3.08
7.83
2.11
27.98
30.96
28.91
4.28
6.54
10
UH Bojongloa
Debit (m3/s)
UH koreksi
0
0
10
20
30
Waktu (jam)
41
40
UH Leuwigoong
UH koreksi
Debit (m3/s)
30
20
10
0
0
10
20
30
Waktu (jam)
Sebuah waduk serbaguna akan dibangun pada suatu lokasi terpilih. Berdasarkan
data hujan jam-jaman dan data aliran sungai di bagian hulu daerah genangan waduk
telah dilakukan analisis hidrologi untuk menetapkan hidrograf satuan di lokasi
tersebut yang hasilnya disajikan pada tabel di bawah. Hasil analisis frekuensi data
hujan memberikan nilai hujan rancangan untuk perkiraan hidrograf banjir 10,000
tahunan yang terdistribusi selama 5 jam berturut-turut sebesar 40 mm, 70 mm, 50
mm, 30 mm dan 20 mm. Untuk maksud pengendalian banjir, diinginkan 60% volume
banjir 10.000 tahunan dapat ditampung di waduk. Apabila aliran dasar sungai
dianggap sebesar 10 m3/dt dan nilai index 10 mm/jam, tentukan hidrograf banjir
rancangan tersebut dan berapakah volume tampungan banjir (flood control storage)
yang diperlukan.
42
10
0,0
1,5
3,0
4,5
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
Q (m3/dt)
index
UH
t (jam)
t (jam)
Hujan
10,000
tahunan
Q (m3/dt)
t (jam)
Base flow
t (jam)
tp
Hidrograf
10,000 th.
Hidrograf
satuan
HLL
banjir
Q (m3/dt)
Pefektif
Qt (m3/dt)
I (mm/jam)
Penyelesaian
Hidrograf inflow
t (jam)
Hidrograf outflow
Gambar 3.9. Skema hitungan flood control storage dengan cara hidrograf satuan
= 30 mm
= 60 mm
= 40 mm
P4 efektif = 30 10
P5 efektif = 20 10
= 20 mm
= 10 mm
43
U30(t)
0.0
0.0
0.0
10.0
10.0
1.5
45.0
0.0
45.0
10.0
55.0
3.0
90.0
90.0
0.0
180.0
10.0
190.0
4.5
135.0
180.0
60.0
0.0
375.0
10.0
385.0
6.0
180.0
270.0
120.0
30.0
0.0
600.0
10.0
610.0
5.0
150.0
360.0
180.0
60.0
15.0
765.0
10.0
775.0
4.0
120.0
300.0
240.0
90.0
30.0
780.0
10.0
790.0
3.0
90.0
240.0
200.0
120.0
45.0
695.0
10.0
705.0
2.0
60.0
180.0
160.0
100.0
60.0
560.0
10.0
570.0
1.0
30.0
120.0
120.0
80.0
50.0
400.0
10.0
410.0
10
0.0
0.0
60.0
80.0
60.0
40.0
240.0
10.0
250.0
0.0
40.0
40.0
30.0
110.0
10.0
120.0
0.0
20.0
20.0
40.0
10.0
50.0
0.0
10.0
10.0
10.0
20.0
0.0
0.0
10.0
10.0
11
12
Q10000
13
14
Jadi volume tampungan banjir yang harus dicdangkan di bagian tampungan atas dari
waduk adalah sebesar 10.670.400 m3.
44
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986, Standar Perencanaan Irigasi KP-01, Ditjen Pengairan Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.
---------, 1987, Pedoman Keamanan Bendungan, Yayasan Badan Penerbitan
Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
---------, 1987, Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidraulika untuk Bangunan di
Sungai, Yayasan Badan Penerbitan Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta.
---------, 1991, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991
Tentang SUNGAI, Direktorat Sungai, Ditjen Pengairan Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta.
---------, 1993, Pembuatan Model Hujan Aliran PLN-PPE Release 01, Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bras, R.L., 1990, Hydrology, An Introduction
Addison-Wesley Publishing Company, Canada.
to
Hydrologic
Science,
45
Lampiran 1
Tabel faktor frekuensi KT untuk distribusi Log Normal
Probabilitas (%) sama atau lebih besar
99
2,33
2,25
2,18
2,11
2,04
1,98
1,91
1,85
1,79
1,74
1,68
1,63
1,58
1,54
1,49
1,45
1,41
1,38
1,34
1,31
1,28
1,25
1,22
1,20
1,17
1,15
1,12
1,10
1,08
1,06
1,04
1,01
0,98
0,95
0,92
0,90
0,84
0,80
95
1,65
1,62
1,59
1,56
1,53
1,49
1,46
1,43
1,40
1,37
1,34
1,31
1,29
1,26
1,23
1,21
1,18
1,16
1,14
1,12
1,10
1,08
1,06
1,04
1,02
1,00
0,99
0,97
0,96
0,95
0,93
0,90
0,88
0,86
0,84
0,82
0,78
0,74
80
0,84
0,85
0,85
0,85
0,85
0,86
0,85
0,85
0,84
0,84
0,84
0,83
0,82
0,82
0,83
0,81
0,80
0,79
0,78
0,78
0,77
0,76
0,76
0,75
0,74
0,74
0,73
0,72
0,72
0,71
0,71
0,69
0,68
0,67
0,66
0,65
0,63
0,62
50
0,00
0,02
0,04
0,06
0,07
0,09
0,10
0,11
0,13
0,14
0,15
0,16
0,17
0,18
0,19
0,20
0,21
0,22
0,22
0,23
0,24
0,24
0,25
0,25
0,26
0,26
0,26
0,27
0,27
0,27
0,28
0,28
0,29
0,29
0,29
0,29
0,30
0,30
20
+
0,64
0,84
0,83
0,82
0,81
0,80
0,79
0,78
0,77
0,76
0,75
0,73
0,72
0,71
0,69
0,68
0,67
0,65
0,64
0,63
0,61
0,60
0,59
0,58
0,57
0,56
0,55
0,54
0,53
0,52
0,51
0,49
0,47
0,46
0,44
0,42
0,39
0,37
5
+
1,64
1,67
1,70
1,72
1,75
1,77
1,79
1,81
1,82
1,84
1,85
1,86
1,87
1,88
1,88
1,89
1,89
1,89
1,89
1,89
1,89
1,89
1,89
1,88
1,88
1,88
1,87
1,87
1,86
1,86
1,85
1,84
1,83
1,81
1,80
1,78
1,75
1,71
1
+
2,33
2,40
2,47
2,55
2,62
2,70
2,77
2,84
2,90
2,97
3,03
3,09
3,15
3,21
3,26
3,31
3,36
3,40
3,44
3,48
3,52
3,55
3,59
3,62
3,65
3,67
3,70
3,72
3,74
3,76
3,78
3,81
3,84
3,87
3,89
3,91
3,93
3,95
0,1
+
3,09
3,22
3,39
3,56
3,72
3,88
4,05
4,21
4,37
4,55
4,72
4,87
5,04
5,19
5,35
5,51
5,66
5,80
5,96
6,10
6,25
6,39
6,51
6,65
6,77
6,90
7,02
7,13
7,25
7,36
7,47
7,65
7,84
8,00
8,16
8,30
8,60
8,89
Cv
0,000
0,033
0,067
0,100
0,136
0,166
0,197
0,230
0,262
0,292
0,324
0,351
0,381
0,409
0,436
0,462
0,490
0,517
0,544
0,570
0,596
0,620
0,643
0,667
0,691
0,713
0,734
0,755
0,776
0,796
0,818
0,857
0,895
0,930
0,966
1,000
1,081
1,155
46
Lampiran 2
Tabel nilai mean dan simpangan baku untuk beberapa nilai reduced variate
Yn
Yn
0,4843
0,9043
26
0,5320
1,0961
0,4902
0,9288
27
0,5332
1,1004
10
0,4952
0,9497
28
0,5343
1,1047
11
0,4996
0,9676
29
12
0,5053
0,9833
30
0,5362
1,1124
13
0,5070
0,9972
31
0,5371
1,1159
14
0,5100
1,0095
32
0,5380
1,1193
15
0,5128
1,0206
33
0,5388
1,1226
16
0,5157
1,0316
34
0,5396
1,1255
17
0,5181
1,0411
35
0,5403
1,1285
18
0,5202
1,0493
36
0,5410
1,1313
19
0,5220
1,0566
37
0,5418
1,1339
20
0,5235
1,0629
38
0,5424
1,1388
21
0,5252
1,0696
39
0,5436
1,1413
22
0,5268
1,0754
40
0,5436
1,1413
23
0,5283
1,0811
41
0,5442
1,1436
24
0,5296
1,0864
42
0,5448
1,1458
25
0,5309
1,0914
43
0,5453
1,1480
47
Lampiran 3
Tabel faktor frekuensi KT untuk distribusi Pearson Tipe III
dengan skewness positif
1,01
10
25
50
100
200
3,0
2,9
2,8
2,7
2,6
2,5
2,4
2,3
2,2
2,1
2,0
1,9
1,8
1,7
1,6
1,5
1,4
1,3
1,2
1,1
1,0
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
-0,667
-0,690
-0,714
-0,740
-0,769
-0,799
-0,832
-0,867
-0,905
-0,946
-0,990
-1,037
-1,087
-1,140
-1,197
-1,256
-1,318
-1,383
-1,449
-1,518
-1,588
-1,660
-1,733
-1,806
-1,880
-1,955
-2,029
-2,104
-2,178
-2,252
-2,326
-0,396
-0,390
-0,384
-0,376
-0,368
-0,360
-0,351
-0,341
-0,330
-0,319
-0,307
-0,294
-0,282
-0,268
-0,254
-0,240
-0,225
-0,210
-0,195
-0,180
-0,164
-0,148
-0,132
-0,116
-0,099
-0,083
-0,066
-0,050
-0,033
-0,017
0
0,420
0,440
0,460
0,479
0,499
0,518
0,537
0,555
0,574
0,592
0,609
0,627
0,643
0,660
0,675
0,690
0,705
0,719
0,732
0,745
0,758
0,769
0,780
0,790
0,800
0,808
0,816
0,824
0,830
0,836
0,842
1,180
1,195
1,210
1,224
1,238
1,250
1,262
1,274
1,284
1,294
1,302
1,310
1,318
1,324
1,329
1,333
1,337
1,339
1,340
1,341
1,340
1,339
1,336
1,333
1,328
1,33
1,317
1,309
1,301
1,292
1,282
2,278
2,277
2,275
2,272
2,267
2,262
2,256
2,248
2,240
2,230
2,219
2,207
2,193
2,179
2,163
2,146
2,128
2,108
2,087
2,066
2,043
2,018
1,993
1,967
1,939
1,910
1,880
1,849
1,818
1,785
1,751
3,152
3,134
3,114
3,093
3,071
3,048
3,023
2,997
2,970
2,942
2,912
2,881
2,848
2,815
2,780
2,743
2,706
2,666
2,626
2,585
2,542
2,498
2,453
2,407
2,359
2,231
2,261
2,211
2,159
2,107
2,054
4,051
4,013
3,973
3,932
3,889
3,845
3,800
3,753
3,705
3,656
3,605
3,553
3,499
3,444
3,388
3,330
3,271
3,211
3,149
3,087
3,022
2,975
2,891
2,824
2,755
2,686
2,615
2,544
2,472
2,400
2,326
4,970
4,904
4,847
4,783
4,718
4,652
4,584
4,515
4,444
4,372
4,298
4,223
4,147
4,069
3,990
3,910
3,828
3,745
3,661
3,575
3,489
3,401
3,312
3,223
3,132
3,041
2,949
2,856
2,763
2,670
2,576
48
Lampiran 3
(lanjutan)
Tabel faktor frekuensi KT untuk distribusi Pearson Tipe III
dengan skewness negatif
1,01
10
25
50
100
200
-0,0
-0,1
-0,2
-0,3
-0,4
-0,5
-0,6
-0,7
-0,8
-0,9
-1,0
-1,1
-1,2
-1,3
-1,4
-1,5
-1,6
-1,7
-1,8
-1,9
-2,0
-2,1
-2,2
-2,3
-2,4
-2,5
-2,6
-2,7
-2,8
-2,9
-3,0
-2,326
-2,400
-2,472
-2,544
-2,615
-2,686
-2,755
-2,824
-2,891
-2,975
-3,022
-3,087
-3,149
-3,211
-3,271
-3,330
-3,388
-3,444
-3,499
-3,553
-3,605
-3,656
-3,705
-3,753
-3,800
-3,845
-3,889
-3,932
-3,973
-4,013
-4,051
0,000
0,017
0,033
0,050
0,066
0,083
0,099
0,116
0,132
0,148
0,164
0,180
0,195
0,210
0,225
0,240
0,254
0,268
0,282
0,294
0,307
0,319
0,330
0,341
0,351
0,360
0,368
0,376
0,384
0,390
0,396
0,842
0,846
0,850
0,853
0,855
0,856
0,857
0,857
0,856
0,854
0,852
0,848
0,844
0,838
0,832
0,825
0,817
0,808
0,799
0,788
0,777
0,765
0,752
0,739
0,725
0,711
0,696
0,681
0,666
0,651
0,636
1,282
1,270
1,258
1,245
1,231
1,216
1,200
1,183
1,166
1,147
1,128
1,107
1,086
1,064
1,041
1,018
0,994
0,970
0,945
0,920
0,895
0,869
0,844
0,819
0,795
0,771
0,747
0,724
0,702
0,681
0,660
1,751
1,716
1,680
1,643
1,606
1,567
1,528
1,488
1,448
1,407
1,366
1,324
1,282
1,240
1,198
1,157
1,116
1,075
1,035
0,996
0,959
0,923
0,888
0,855
0,823
0,793
0,764
0,738
0,712
0,683
0,666
2,054
2,000
1,945
1,890
1,834
1,777
1,720
1,663
1,606
1,549
1,492
1,435
1,379
1,324
1,270
1,217
1,166
1,116
1,069
1,023
0,980
0,939
0,900
0,864
0,830
0,798
0,768
0,740
0,714
0,689
0,666
2,326
2,252
2,178
2,104
2,029
1,955
1,880
1,806
1,733
1,660
1,588
1,518
1,449
1,383
1,318
1,256
1,197
1,140
1,087
1,037
0,990
0,946
0,905
0,867
0,832
0,799
0,769
0,740
0,714
0,690
0,667
2,576
2,482
2,388
2,294
2,201
2,108
2,016
1,926
1,837
1,749
1,664
1,581
1,501
1,424
1,351
1,282
1,216
1,155
1,097
1,044
0,995
0,949
0,907
0,869
0,833
0,800
0,769
0,741
0,714
0,690
0,667
49
Lampiran 4
Tabel harga 2 untuk berbagai nilai DK dan
Distribusi 2
DK
0.99
0.95
0.90
0.80
0.70
0.50
0.30
0.20
0.10
0.05
0.01
0.001
.0016
.004
.0158
.0642
.148
0.455
1.074
1.642
2.706
3.841
6.635
10.827
.0201
.103
.211
.446
.713
1.386
2.408
3.219
4.604
5.991
9.210
13.815
.115
.352
.584
1.005
1.424
2.366
3.665
4.642
6.251
7.815
11.345
16.268
.297
.711
1.084
1.649
2.195
3.357
4.878
5.989
7.779
9.488
13.277
18.465
.554
1.145
1.610
2.343
3.000
4.351
6.064
7.289
9.236
11.070
15.089
20.517
.872
1.635
2.204
3.070
3.828
5.348
7.231
8.558
10.645
12.592
16.812
22.457
1.239
2.167
2.833
3.822
4.671
6.346
8.383
9.803
12.017
14.067
18.475
24.322
1.646
2.733
3.290
4.594
5.527
7.344
9.524
11.030
13.362
15.507
20.090
26.425
2.038
3.325
4.168
5.380
6.393
8.343
10.656
12.242
14.684
16.919
21.666
27.877
10
2.558
3.940
4.791
6.179
7.267
9.342
11.781
13.442
15.987
18.307
23.209
29.588
11
3.053
4.575
5.578
6.989
8.148
10.341
12.899
14.641
17.275
19.675
24.725
31.264
12
3.571
5.226
6.304
7.807
9.034
11.340
14.011
15.812
18.549
21.026
26.217
32.909
13
4.107
5.892
7.042
8.634
9.926
12.340
15.119
16.985
19.812
22.362
27.688
34.528
14
4.660
6.571
7.790
9.467
10.821
13.339
16.222
18.151
21.064
23.685
29.141
36.123
15
5.229
7.261
8.547
10.307
11.721
14.339
17.322
19.311
22.307
24.996
30.578
37.697
16
5.812
7.962
9.312
11.152
12.624
15.338
18.418
20.465
23.542
26.296
32.000
39.252
17
6.408
8.672
10.085
12.002
13.531
16.338
19.511
21.615
24.769
27.587
33.409
40.790
18
7.005
9.390
10.865
12.857
14.440
17.338
20.601
22.760
25.989
28.869
34.809
42.312
19
7.635
10.117
11.651
13.716
15.352
18.338
21.689
23.900
27.204
30.141
36.191
43.820
20
8.260
10.851
12.443
14.578
16.266
19.337
22.775
25.038
28.412
31.410
37.566
45.315
21
8.897
11.501
13.240
15.445
17.182
20.337
23.858
26.171
29.615
32.671
38.932
46.797
22
9.542
12.338
14.041
16.314
18.101
21.337
24.939
27.301
30.823
33.924
40.289
48.268
23
10.196
13.091
14.848
17.187
19.021
22.337
26.018
28.429
32.007
35.175
41.638
49.728
24
10.856
13.848
15.659
18.062
19.943
23.337
27.096
29.553
33.196
36.415
42.980
51.179
25
11.524
14.611
16.473
18.940
20.867
24.337
28.172
30.675
34.382
37.652
44.314
52.620
26
12.198
15.379
17.292
19.820
21.792
25.336
19.246
31.795
35.563
38.885
45.642
54.052
27
12.879
16.151
18.114
20.703
22.719
26.336
30.319
32.912
36.741
40.113
46.963
55.476
28
13.565
16.928
18.939
21.588
23.647
27.336
31.391
34.027
37.916
41.337
48.278
56.893
29
14.256
17.708
19.768
22.457
14.577
28.336
32.461
35.139
39.087
42.557
49.588
58.302
30
15.953
18.493
20.599
23.364
25.508
29.336
33.530
36.250
40.256
43.773
50.892
59.703
50