Anda di halaman 1dari 30

http://yani-matasehat.blogspot.

com/
Powered By Blogger
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN
00:59 |

PENDAHULUAN

Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai


lanjutnya usia. Akibat dari masalah ini seringkali tidak disadari oleh
masyarakat, para ahli, bahkan oleh para lanjut usia sendiri. Dengan
berkurangnya penglihatan, para lanjut usia sering kali kehilangan rasa
percaya diri, berkurang keinginan untuk pergi keluar, untuk lebih aktif
bergerak kesana kemari. Mereka akan kehilangan kemampuan untuk
membaca atau melihat televise. Kesemua itu akan menurunkan aspek
sosialisasi dari para lanjut usia., mengisolasi mereka dari dunia luar yang
pada gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya.

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Mata adalah organ sensorik yang mentrasmisikan rangsang melalui jaras
pada otak ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai
dengan proses penuaan yang terjadi tentunya banyak perubahan yang
terjadi.

Perubahan normal pada system sensoris (penglihatan) akibat penuaan :


Perubahan Normal yang b.d Penuaan

Implikasi Klinis

Penurunan kemampuan akomodasi.

Kontriksi pupil sinilis.


Peningkatan kekeruhan lensa dengan perubahan warna menjadi
menguning.

Kesukaran dalam membaca huruf-huruf yang kecil.


Penyempitan lapang pandang
Sensitivitas terhadap cahaya

Penurunan penglihatan pada malam hari


Kesukaran dengan persepsi kedalamam

Sistem penglihatan erat kaitannya dengan presbiopi (old sight). Lensa


kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan
tonus. Ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh/dekat
berkurang. Ketajaman penglihatan dan daya akomodasidari jarak jauh/dekat
berkurang. Penggunaan kaca mata dan system penerangan yang baik dapat
digunakan untuk mengkompensasi hal tersebut.

Perubahan sistem indra pada penuaan :


Perubahan Morfologis

Perubahan Fisiologis
Penglihatan

Penurunan jaringan lemak sekitar mata

Penurunan penglihatan jarak dekat

Penurunan elastisitas dan tonus jaringan

Penurunan koordinasi gerak bola mata

Penurunan kekeuatan otot mata

Distorsi bayangan

Penurunan ketajaman kornea

Pandangaan biru-merah

Degenerasi pada sclera, pupil dan iris

Compromised night vision

Peningkatan frekuensi proses terjadinya penyakit

Penurunan ketajaman mengenali warna hijau, biru dan ungu

Peningkatan densitas dan rigiditas lensa

Kesulitan mengenali benda yang bergerak

Perlambatan proses informasi dari system saraf pusat

Ketika anda memeriksa mata lansia, ingat juga bahwa tanda-tanda penuaan
ocular dapat mengubah keadaan keseluruhan mata. Anda dapat melihat
bahwa mata terletak lebih didalam orbit tulang, hal ini merupakan temuan

normal karena hilangnya jaringgan lemak akibat usia. Periksa simetrisitas alis
dan distribusi rambut. Bandingkan warna kelopak mata dengan warna kulit
wajah ; kelopak mata semestinya tidak mengalami perubahan warna seperti
kemerahan. Periksa apakah terdapat lesi atau edema, dan perhatikan arah
bulu mata. Kaji apakah kelopak mata atas menutupi sebagian atau seluruh
mata, yang menandakan ptosis, hal ini adalah suatu temuan abnormal.
Inspeksi apparatus lakrimal, perhatikan apakah ada keluaran, kemerahan,
edema, air mata yang berlebihan atau nyeri tekan. Periksa sclera dan
konjungtiva. Sclera biasanya tampak berwarna putih krem. Inspeksi pupil,
perhatikan ukuran, bentuk, dan reaksi terhadap cahaya. Inspeksi iris,
perhatikan setiap aberasi marjin. Anda dapat melihat pigmentasi iris irregular
bilateral, dengan pigmen normal yang berubah menjadi warna coklat pucat.
Uji ketajamam penglihatan dengan atau tanpa lensa korektif, perhatikan
setiap perbedaan. Lakukan pemeriksaan oftalmoskopik untuk memeriksa
struktur internal.

2.2 Gangguan Penglihatan


2.2.1 Perubahan struktur kelopak mata
Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan
kelopak mata. Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan
involusional terjadi pada :

M.orbicular
Retractor palpebra inferior
Tartus
Tendo kantus medial/lateral
Aponeurosis muskulus levator palpebra
Kulit

Berikut penjelasan dari uraian diatas :

M.orbicular

Perubahan pada m.orbicularis bias menyebabkan perubahan kedudukan


palpebra yaitu terjadi entropion atau ektropion. Entropion/ektropion yang
terjadi pada usia lanjut disebut entropion/ekropion senilis/ involusional.
Adapun proses terjadinya mirip, namun yang membedakan adalah
perubahan pada m.orbicularis preseptal dimana enteropion muskulus
tersebut relative stabil.
Pada ektropion, bila margo palpebra mulai eversi, konjungtiva tarsalis
menjadi terpapar (ekspose), ini menyebabkan inflamasi sekunder dan tartus
akan menebal sehingga secara mekanik akan memperberat ektropionnya.

Retractor palpebra inferior

Kekendoran retractor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus


rotasi/ berputar kearah luar sehingga memperberat terjadinya entropion.

Tartus

Bilaman tartus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan
tepi atas lebih melengkung ke dalam sehingga entropion lebih nyata.

Tendo kantus medial/lateral

Perubahan involusional pada usia lanjut juga mengenai tendon kartus medial/
lateral sehingga secar horizontal kekencangan palpebra berkurang.
Perubahan-perubahan pada jaringan palpebra juga diperberat dengan
keadaan dimana bola mata pada usia lanjut lebih enoftalmus karena proses
atropi lemak orbita. Akibatnya kekencangan palpebra secara horizontal
relative lebih nyata. Jadi apakah proses involusional tersebut menyebabkan
margo palpebra menjadi inverse atau eversi tergantung perubahanperubahan yang terjadi pada m.orbikularis oculi, retractor palpebra inferior
dan tarsus.

Aponeurosis muskulus levator palpebra

Dengan bertambahnya usia maka aponeurosis m.levator palpebra mengalami


disinsersi dan terjadi penipisan, akibatnya terjadi blefaroptosis akuisita.
Meskipun terjadi perubahan pada aponeurosis m.levator palpebra namun
m.levatornya sendiri relative stabil sepanjang usia. Bial blefaroptosis tersebut
mengganggu penglihatan atau secara kosmetik menjadi keluhan bias diatasi
dengan tindakan operasi.

Kulit

Pada usia lanjut kulit palpebra mengalami atropi dan kehilangan


elastisitasnya sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang
berlebihan. Keadaan ini biasanya diperberat dengan terjadinya peregangan
septum orbita dan migrasi lemak preaponeurotik ke arterior. Keadaan ini bisa
terjadi pada palpebra superior maupun inferior dan disebut sebagai
dermatokalis.

Gejala dan tanda :

Kesulitan menggangkat palpebra superior


Rasa tidak enak di daerah perorbita akibat penggunaan otot
ocipitofrontalis dan otot orbicularis oculi dalam mengatasi kesulitan
mengangkat palpebra.
Terbatasnya lapangan pandang superior
Keluhan kosmetik.

Penanganan :
Dilakukan blefaroplasti untuk mengatasi gejala dan memperbaiki
penampilan.

Dengan terjadinya perubahan struktur pada kelopak mata tersebut akibat


proses penuaan, maka secar klinis manifestasi yang sering dijumpai adalah :

Entropion involusional
Ektropion involusional
Blefaroptosis
Dermatokalasis

Aspek Klinis Entropion dan Ekstropion pada Usia Lanjut

Entropion Senilis / Involusional

Yaitu suatu keadaan dimana margo palpebra mengalami inverse yang terjadi
pada lanjut usia.
Gejala dan tanda :

Mata merah
Berair
Rasa gatal

Hal ini disebabkan oleh karena iritasi dan abrasi cornea. Bila berlanjut bias
menyebabkan ulkus cornea.
Penanganan :
Koreksi entropion yaitu dengan cara :

Jahitan eversi

Prosedur Weis (splitting palpebra transversa + jahitan eversi) dengan /


tanpa pemendekan horizontal
Plikasi retractor palpebra inferior

Ektropion Senilis / Involusional

Yaitu suatu keadaan diman margo palpebra mengalami eversi yang terjadi
pada usia lanjut.
Gejala dan tanda :

Epifora
Konjungtiva palpebra hipewremi dan hipertrofi
Konjungtiva bulbi hiperemi

Penanganan :
Koreksi ektropion dengan cara :

Lazy T
Eksisi diamond tarsokonjungtiva
Pemendekan palpebra horizontal

2.2.2 Perubahan sistim lakrimalis


Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos. Kegagalan fungsi pompa
pada system kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra,
eversi punctum atau malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan
epifora. Namun sumbatan system kanalis lakrimalis yang sebenarnya atau
dacryostenosis sering dijumpai pada usia lanjut, diman dikatakan bahwa

dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita


dibanding pria. Adapun patogenesia yang pasti terjadinya sumbatan ductus
nasolakrimalis masih belum jelas, namun diduga oleh karena terjadi proses
jaringan mukosa dan berakibat terjadinya sumbatan.
Setelah usia 40 tahun khususnya wanita pasca menopause sekresi basal
kelenjar lakrimal secara progesif berkurang. Sehingga seringkali pasien
dengan sumbatan pada duktus nasolakrimalis tak menunjukkan gejala
epifora oleh karena volume air matanya sedikit. Akan tetapi bilamana
sumbatan sistim lakrimalis tak nyata akan memberi keluhan mata kering
yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada
pasir, mata tersa leleh dan kering bahkan kabur. Sedangkan gejala obyektif
yang didapatkan diantaranya konjungtiva bulbi kusam dan menebal kadang
hiperaemi, pada kornea didapatkan erosi dan filamen. Periksa yang perlu
dilakukan adalah Schirmer, Rose Bengal, Tear film break up time

2.2.3 Proses penuaan pada kornea


Arcus Senilis (Gerontoxon, Arcus Cornea)
Merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering dijumpai.
Keberadaan arcus senilis ini tidak memberikan keluhan, hanya secara
kosmetik sering menjadi masalah. Kelainan ini berupa infiltrasi bahan lemak
yang berwarna keputihan, berbentuk cincin dibagian tepi kornea. Mula-mula
timbulnya dibagian inferior kemudian diikuti bagian superior berangsung
meluas dan akhirnya membentuk cincin.
Etiologi arcus senilis diduga ada hubungannya dengan peningkatan
kolestereol dan low density lipoprotein (LDL). Bahan-bahan yang membentuk
cincin tersebut terdiri dari ester kolesterol, kolesterol dan gliserid.
Arcus senilis mulai dijumpai pada 60% individu usia 40-60 tahun dan terjadi
pada hamper semua orang yan berusia diatas 80 tahun dimana laki-laki lebih
awal timbulnya disbanding wanita.

Perubahan sensitivitas dan fragilitas kornea lansia


Dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan sensivitas kornea yang
ditimbulkan oleh rangsangan mekanis. Bagian sentral kornea lebih lama
menurunnya disbanding dengan bagian lainnya. Pengukuran CTT (Corneal
Touch Threshold) pada orang sehat yang berbeda usianya yaitu dengan
merangsang kornea menggunakan benang nilon microfilament dengan
berbagai ukuran panjang, menunjukkan bahwa CTT masih tetap sama antara

usia 7-40 tahun. Mulai awal decade kelima CTT menjadi lebih tinggi, secara
nermakna dan makin bertambah dengan semakin bertambahnya usia. Pada
usia 80 tahun, hamper 2 kalinya CTT usia 10 tahun. Penyebab dari penurunan
sensitivitas kornea kemungkinan disebabkan penebalan jaringan fibrous
kornea, penurunan kandungan air atau atropi serabut-serabut saraf.
Fragilitas kornea diukur dengan menentukan seberapa besar tekanan yang
diperlukan untuk mencapai ambang kerusakan secara mekanis. Sampai usia
40 tahun fragilitas kornea masih tetap sama. Namun setelah itu akan
meningkat. Berdasarkan pengalaman klinis hal ini sejalan dengan
peningkatan fragilitas kulit pada usia yang makin lanjut.

2.2.4 Perubahan muskulus siliaris


Dengan bertambahnya usia, bentuk dari pada muskulus siliaris akan
mengalami perubahan. Pada masa kanak-kanak muskulus tersebut
cenderung flat, namun semakin bertambah usia seseorang maka serabut otot
dan jaringan ikatnya bertambah sehingga muskulus tersebut menjadi lebih
tebal, terutama bagian interior. Proses tersebut berlanjut dan mencapai tebal
maksimal pada usia + 45 tahun. Setelah itu terjadi proses degenerasi
pengerutan dan ini diduga untuk mempertahankan bentuk. Dengan usia
makin lanjut selain muskulus siliaris mengalami proses atropi, juga terjadi
hialinisasi. Tampak peningkatan jaringan ikat diantara serabut-serabut
muskulus siliaris dan nukleusnya menipis. Tampak pula butiran-butiran lemak
dan deposit kalsium diantara serabut muskulus tersebut.
Mengenai manifestasi klinik yang dikaitkan dengan perubahan muskulus
siliaris pada lanjut usia, dikatakan bahwa degenerasi muskulus siliaris bukan
merupakan factor utama yang mendasari terjadinya presbiopia. Dengan
bertambahnya usia terjadi penurunan amplitude akomodasi dengan
manifestasi klinis yaitu presbiopoa. Penurunan amplitude akomodasi ini
diakaitkan dengan perubahan serabut-serabut lensa kurang dapat
menyesuaikan bentuknya. Untuk mengatasi hal tersebut muskulus siliaris
mengadakan kompensasi sehingga mengalami hipertropi. Proses ini terus
berlanjut dengan semaki bertambahnya usia sehingga terjadi manifestasi
presbiopia.

2.2.5 Produksi humor aqueous


Pada mata sehat dengan pemeriksaan Fluorofotometer diperkirkan produksi
H.Aqueous 2.4 + 0,06 micro liter/menit. Beberapa factor berpengaruh pada
produksi H.Aqueous. dengan pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan

bahwa dengan bertambahnya usia terjadi penurunan produksi H.Aqueous 2%


(0,06 mikro liter/menit) tiap decade. Penurunan ini tidsak sebanyak yang
diperkirakan, oleh karena dengan bertambahnya usia sebenarnya produksi
H.Aqueous lebih stabil disbanding perubahan tekanan intra okuler atau
volume COA.

2.2.6 Perubahan refraksi


Pada orang muda, hipermetrop dapat diatasi dengan kontraksi muskulus
silisris. Dengan bertambahnya usia hipermetrop laten menjadi lebih manifest
karena hilangnya cadangan akomodasi. Namun bila terjadi sclerosis nucleus
pada lensa, hipermetrop menjadi berkurang atau terjadi miopisasi karena
proses kekeruhan di lensa dan lensa cenderung lebih cenbung.
Perubahan astigmat mulai terlihat pada umur 10-20 tahun dengan astigmat
with the rule 75,5% dan astigmat against the rule 6,8%. Pada umur 70-80
tahun didapatkan keadaan astigmat with the rule 37,2% dan against the rule
35%. Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan astigmat antara lain
kornea yang mengkerut oleh karena perubahan hidrasi pada kornea, proses
penuaan pada kornea.
Penurunan daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia dimana seseorang
akan kesulitan untuk melihat dekat dipengaruhi oleh berkurangnya elastisitas
lensa dan perubahan pada muskulus silisris oleh karena proses penuaan.

2.2.7 Perubahan struktur jaringan dalam bola mata

Lensa Cyrstallina

Bentuk cakram biconvex ; berukuran diameter 9mm dan tebal bagian sentral
4mm.
Susunan anatominya :

Kapsul
Korteks
Nucleus

Pada usia muda lensa tidak bernukleus, pada usia 20tahun nucleus mulai
terbentuk. Semakin bertambah umur nucleus makin membesar dan padat,
sedangkan volume lensa tetap, sehingga bagian korteks makin menipis,
elastisitas lensa berkurang, indeks bias berubah (membias sinar jadi lemah).
Lensa yang mula-mula bening transparan, menjadi tampak keruh (Sklerosis).

Iris

Mengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang dan mengalami


depigmentasi tampak ada bercak berwarna merah muda sampai putih.

Pupil

Kontriksi, mula-mula berdiameter 3mm, pada usia tua terjadi 1mm, reflek
direk lemah.

Badan Kaca (Vitreous)

Terjadi degenerasi, konsistensi lebih encer (Synchisis), dapat menimbulkan


keluhan Photopsia (melihat kilatan cahaya saat ada perubahan posisi bola
mata).

Retina

Terjadi degenerasi (Senile Degeneration). Gambaran fundus mata mula-mula


merah jingga cemerlang, menjadi suram dan ada jalur-jalur berpigment
(Tigroid Appearance) terkesan seperti kulit harimau. Jumlah sel fotoreseptor
berkurang sehingga adaptasi gelap dan terang memanjang dan terjadi
penyempitan lapang pandang.

2.2.8 Perubahan fungsional


Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam bola mata, media
refrakta menjadi kurang cemerlang dan sel-sel reseptor berkurang, visus
tajam dibandingkan pada usia muda. Keluhan silau (foto-fobi) timbul akibat
proses penuaan pada kornea dan lensa.

2.2.9 Aspek Klinik

Katarak

Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab
umum kehilangan penglihatan yang bertahap. Lensa yang keruh
menghalangi cahaya menenbus kornea, yang pada akhirnya mengamburkan
tangkapan bayangan pada retina. Sebagai hasilnya, otak
menginterprestasikan bayangan yang kabur.
Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata, tetapi katarak di masingmasing mata memburuk sendiri-sendiri. Pengecualian pada katarak
traumatic, yang biasanya unilateral, dan katarak congenital, yang kondisinya
dapat tidak berubah. Katarak merupakan penyakit yang paling banyak terjadi
pada orang diatas usia 70 tahun. Pembedahan memperbaiki penglihatan
pada sekitar 95% pasien. Tampa pembedahan, katarak akhirnya
menyebabkan kehilangan penglihatan total.

Katarak di klasifikasikan berdasarkan penyebabnya :

Katarak senile terjadi pada lansia, kemungkinan karena perubahan kimiawi


pada protein lensa.
Katarak congenital terjadi pada bayi baru lahir akibat kesalahan
metabolisme sebelum dilahirkan atau akibat infeksi rubella maternal selama
trimester pertama kehamilan. Katarak tipe ini juga dapat terjadi akibat
anomaly congenital atau akibat genetic. Penurunanya biasanya dominant
autosom; namun, katarak resesif mungkin terkait dengan kromosom seks.
Katarak traumatic terjadi setelah benda asing mencederai lensa dengan
tenaga yang cukup untuk memungkinkan humor aqueous atau vitreous

memasuki kapsul lensa.


Katarak dengan komplikasi terjadi sekunder akibat uveitis, glukoma,
pigmentosa retinitis, atau ablasio retina. Katarak tipe ini juga dapat terjadi
dengan penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroidisme atau
dermatitis ektopik, atau akibat radiasi ion atau sinar infarmerah.
Katarak toksik akibat dari obat-obatan atau toksisitas bahan kimiawi ergot
atau fenotiazin.

Tanda dan gejala

Kehilangan penglihatan secara bertahap dan tidak nyeri


Penglihatan baca yang buruk
Pandangan silau yang mengganggu dan penglihatan buruk pada sinar
matahari yang terang.
Pandangan silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada saat
mengemudi pada malam hari.
Kemungkinan memiliki penglihatan yang baik pada cahaya yang redup
dibandingkan pada cahaya yang terang (dengan kekeruhan pada sentral)
Pupil berwarna putih susu
Area putih keabu-abuan di belakang pupil (dengan katarak lanjut)

Katarak Senilis (Kekeruhan Lensa Pada Usia Tua)


Perjalanan prosesnya lewat 4 stadia :

Stad. Insipiens

Belum ada keluhan penurunan visus, kekeruhannnya pada korteks daerah

equator, yang dapat ditegakkan diagnosis bila pipil dilebarkan.

Stad. Immature

Kekeruhan lensa lebih merata, sudah menimbulkan keruhan visus saat itu
terjadi inhibisi cairan ke dalam lensa, sehingga bentuk lensa cembung
menyebabkan perubahan refraksi kea rah myope, disamping itu dapat terjadi
komplikasi glaucoma sekunder, oleh karena kamar dapat lebih dangkal dan
sudut Irido-Cornealis lebih sempit.

Stad. Matura

Kekeruhan lebih padat dan rata, pemeriksaan refleks fundus tidak tampak.
Pada stadium ini indikasi paling baik untuk melakukan operasi Cataract
ekstrasi.

Stad. Hipermatura

Korteks lenca mencair, sehingga nucleus tidak lagi pada posisi sentral,
menggeser ke bawah dan dapat bergoyang bila bola mata bergerak. Kapsula
lentis mengalami exfoliasi dapat menimbulkan Lens Induced Uveitis dan
Glaukoma sekunder.

Pemeriksaan diagnostik

Oftamoskopi tidak langsung menunjukkan area gelap di refleks merah


yang normalnya homogen
Pemeriksaan slit-lamp memastikan diagnostic kekeruhan lensa
Pemeriksaan ketajaman penglihatan memastikan derajat kehilangan
penglihatan

Penaganan
Ekstraksi lensa dengan pembedahan dan implantasi lensa intraocular untuk
mengoreksi defisit penglihatan adalah penanganan yang lazim dilakukan.

Glaukoma

Glaukoma adalah penyakit mata dengan tanda : tekanan intra-okuler


meninggi, penyempitan lapangan pandang dan atropi papil syaraf Opticus
umumnya terjadi pada usia di atas 40 tahun.
Glaukoma adalah salah satu penyebab kebutaan paling banyak di Amerika
Serikat, yang terhitung sekitar 12% dari kasus kebutaan yang baru
didiagnosis. Kebutaan paling sering terjadi pada lansia yang berusia 40
sampai 65 tahun; insidennya menurun seiring dengan pertambahan usia dan
paling banyak terjadi dikalangan wanita dan orang kulit hitam. Akan tetapi,
deteksi dini dan terapi yang efektif dapat menghasilakan prognosis yang baik
dalam mempertahankan penglihatan. Glaukoma yang tidak diobati dapat
memburuk menjadi kebutaan total.

Tanda dan gejala

Sakit kepala tumpul di pagi hari


Rasa sakit yang ringan pada mata
Kehilangan penglihatan perifer (penglihatan menyempit)
Melihat lingkaran cahaya disekitar cahaya
Penurunan ketajaman penglihatan (khususnya pada malam hari) yang
tidak dapat dikoreksi dengan kacamata.
Inflamasi mata unilateral
Kornea berkabut
Pupil berdilatasi sedang yang tidak bereaksi terhadap cahaya
Peningkatan tekanan intraokuler, diketahui dengan cara membuat tekanan

yang lembut pada kelopak mata pasien yang tertutup menggunakan ujung
jari; bola mata menahan tekanan tersebut.

Ada 2 macam galukoma :

Primer

Ada dua macam :

Galukoma sudut sempit/ tertutup (juga dikenal sebagai glaucoma akut)

Perjalanan proses glaucoma sudut tertutup lewat empat stadia :

Stadium Prodromal

Stadium ini mempunyai cirri khas ialah terjadi serangan (Attack), tekanan
intra okuler mendadak meningkat, dengan keluhan kemeng, visus turun,
nrocos. Gambaran obyektif adanya tanda kongestif (Ciliary Injection, Edema
Cornea dan Iris, Kamar Depan Dangkal, Pupil Melebar)

Stadium Akut

Bila stadium prodromal tidak dikelola dengan baik, akan timbul stadium akut,
keluhan subyektif dan gambaran kongestif menetap, kadang-kadang disertai
Cephalgia dan mual. Funduscopy terdapat Excavatio Glaukomatosa stadium
ini termasuk kedaruratan medis.

Stadium Kronis

Masih ada gambaran kongestif dengan tambahan kelainan yang disebabkan


oleh proses yang menetap lama, ialah Keratopathia Bullosa dan Staphiloma
Scelerae. Tekanan intra-okuler sangat tinggi dan sulit diturunkan dengan
obat.

Stadium Absolut

Terjadi kebutaan (Ophthalmological Blind) dengan visus nol, tidak dapat


melihat/ menerima rangsang cahaya. Visus tidak dapat direhabilitasi dengan
upaya apapun.

Upaya pencegahan kebutaan dan galukoma harus dilakukan sedini mungkin


ialah pada stadium prodromal, dilakukan operasi Iridectomy. Bila terjadi
perubahan (Atrophy) pada papil syaraf Optik, visus tidak lagi normal.

Glaukoma sudut lebar/ terbuka (juga dikenal sebagai glaukoma kronis,


sederhana)

Dalam perjalanan proses penyakit ini tidak pernah menimbulkan keluhan


sakit yang mencolok, visus turun pelan-pelan dan lapangan pandang
menyempit. Oleh karena tidak sakit umumnya penderita dating berobat
terlambat, pada pemeriksaan fundus copy sudah tampak terjadi Excavasio
Glaukomatosa dan Atrophy Papil Syaraf Opticus. Pengolahan penyakit ini
lebih ditekannkan pada pemakaian oabat anti glaucoma ; operasi baru
dilakukan bila tekanan intra okuler tinngi menetap tidak dapat turun dengan
pemberian obat. Pemakaian obat anti glaucoma dengan jangka panjang
sering menimbulkan keluhan dan efek samping obat. Obat dapat dihentikan
sementara dan diganti dengan tindakan Laser Trabeculoplasty, obat
digunakan lagi setelah kira-kira dua bulan.

Sekunder, akibat dari penyakit mata yang lain

Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat kondisi-kondisi seperti infeksi,

uveitis, cedera, pembedahan, gangguan obat-obatan yang berkepanjangan


(seperti kortikosteroid), oklusi vens dan diabetes. Kadang kala, pembuluh
darah baru dapat terbentuk (vaskularisasi baru) dan menghambat drainase
humor aqueosa.

Pemeriksaan diagnostik

Tonometri (dengan schitz pneumatic atau tonometer aplanasi) mengukur


tekanan intraokuler dan memberikan nilai dasar untuk perujukan. Rentang
tekanan intraokuler normal berkisar dari 8 sampai 21mmHg. Akan tetapi,
pasien yang IOPnya menurun dari rentang normal dapat mengalami tanda
dan gejala glaucoma dan pasien yang mempunyai tekanan tinggi mungkin
tidak menunjukkan efek klinis.
Pemeriksaan slit lamp memperlihatkan efek glaucoma pada stuktur mata
anterior, meliputi kornea, iris dan lensa.
Gonioskopi menentukan sudut ruang anterior mata, yang memungkinkan
pemeriksa untuk membedakan glaucoma sudut terbuka dengan glaucoma
sudut tertutup. Sudut mata normal pada glaucoma sudut terbuka sedangkan
pada glaucoma sudut tertutup tampak tidak normal. Akan tetapi, pada pasien
lansia penutupan sebagian dapat terjadi yang memungkinkan dua bentuk
glaucoma terjadi bersamaan.
Oftalmoskopi mempermudah visualisasi fundus. Pada glaucoma sudut
terbuka, pelengkungan discus optikus dapat terlihat lebih awal dibandingkan
pada glaucoma sudut tertutup
Perimetrik atau pemeriksaan lapang pandang menentukan keluasaan
kehilangan penglihatan perifer, yang membantu mengevaluasi pemburukan
pada glaucoma sudut terbuka.
Fotografi fundus memantau dan mencatat perubahan pada discus optikus.

Penanganan
Untuk glaukoma sudut terbuka, terapi obat-obatan awal bertujuan untuk
mengurangi tekanan karena penurunan produksi humor aqueosa. Obatobatan tersebut meliputi penyekat beta, seperti timolol (digunakan secara
hati-hati pada pasien yang menderita asma dan menderita bradikardia) serta

betaksolol; epineprin untuk mendilatasi pupil (dikontraindikasikan pada


glaucoma sudut tertutup); dan obat tetes mata miotik, seperti pilokarpin,
untuk meningkatkan aliran balik humor aqueosa.
Pasien yang tidak berespons terhadap terapi obat-obatan dapat
memanfaatkan trabekuloplasti laser argon; yaitu ahli oftalmologi
memfokuskan sinar laser argon pada jalinan trabekular pada sudut terbuka.
Prosedur ini menghasilkan pembakaran termal yang mengubah permukaan
meshwork tersebut dan mudah aliran balik humor aqueosa.
Untuk melakukan trabekulektomi, ahli bedah mendiseksi lipatan sclera untuk
membuka jalinan trabekular. Ahli bedah menghilangkan blok jaringan kecil
dan melakukan iridektomi perifer, yang menciptakan lubang untuk aliran
balik humor aqueosa dibawah konjungtiva dan menghasilkan filtering bleb.
Pada pascaoperatif, injeksi subkonjungtivafluororasil dapat diberikan untuk
mempertahankan tekanan fistula. Iridektomi mengurangi tekanan dengan
cara mengeksisi sebagian iris untuk mengembalikan aliran balik humor
aqueosa. Beberapa hari kemudian, ahli bedah melakukan iridektomi
profilaktik pada mata lainnya (yang normal) untuk mencegah episode
glaukoma akut pada mata tersebut.
Glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut) adalah kedaruratan yang
membutuhkan terapi segera untuk mengurangi tekanan intraokuler yang
tinggi. Terapi obat-obatan praoperatif awal menurunkan tekanan intraokuler
dengan asetazolamid, pilokarpin (yang mengontriksikan pupil, mendorong iris
jauh dari trabekula dan memungkinkan cairan terbebas) dan manitol lewat
I.V. atau gliserin aoal (yang mendorong cairan dari mata dengan menjadikan
hipertonik). Jika pengobatan ini gagal untuk menurunkan tekanan, iridotomi
laser atau iridektomiperifer dengan pembedahan harus dilakukan dengan
cepat untuk menyelamatkan penglihatan pasien.
Analgetik narkotik dapat digunakan jika pasien mengalami nyeri berat.
Setelah iridektomi perifer, tetes mata sikloplegik dapat diberikan untuk
merilekskan otot-otot siliaris dan mengurangi inflamasi, sehingga mencegah
perlekatan.

Age Related Macular Degeneration (ARMD)

Ada dua tipe :

Atrophic ARMD

Exudative ARMD

Beberapa factor resiko terjadinya ARMD :

Atherosclerosis
Diet Lipid Tinggi
Kadar Cholesterol serum tinggi
Merokok dan adanya refraksi anomaly hypermetrope

Teori yang mengemukakan bahwa ARMD disebabkan oleh kerusakan Retinal


Pigment Epithelium (RPE) akibat dari terkena paparan sinar yang kuat
(Excessive Exposure to Light) atau karena deficiency vitamin anti-oxidant dan
mineral dalam diet, semua itu tidak pasti (not consistent).
Pathogenesis ARDM berpangkal pada peningkatan resistensi Sirkulasi Choroid
(tekanan Chorio-Capilar), menyebabkan gangguan metabolisme dalam RPE,
terjadi degenerasi dan atropht RPE, ini merupakan gambaran ARMD type
Atrophy.
Peningkatan tensi Chorio-Capillaris menyebabkan gangguan transport
metabolit di dalam RPE terejadi akumulasi drudendan deposit pada
membrane basalis juga deposit lipoid dan membrane bruch, mudah terjadi
RPE detachment dan membrane neo vaskuler Choroidal ; ini gambaran klasik
dari bentuk ARMD exudative dan proliferative.
Prognosis qua ad visam pada dua type ARMD, jelek ; lebih-lebih pada type
proferatif sangat mudah terjadi perdarahan sub-retina, akibatnya visus
mendadak hilang.

Degenerasi Retina Senilis (Senile Retinal Degeneration)

Sejalan dengan bertambahnya umur maka organ-organ pada manusipun,


salah satu bagian organ mata yang juga mengalami perubahan yaitu RETINA.
Perubahan retina karena usia merupakan hal yang fisiologis, Degenerasi

Retina Senilis.
Pada pemeriksaan obyektif didapatkan suatu gambaran fundus Senilis,
Fundus Tygroid.
Faktor-faktor yang mendukung dari gambaran fundus normal, adalah :

Darah didalam pembuluh darah besar dan Chorio-Capillaris Choroid,


merupakan komponen merah.
Kepadatan Pigment dalam sel RPE dan sel melanosit di lapisan Choroid
merupakan komponen coklat.
Jenis dan intesitas cahaya yang berasal dari alat yang untuk melakukan
pemeriksaan merupakan sinar gelombang panjang (merah-kuning).

Perpaduan komponen merah dan coklat, yang mendapat pacuan sinar


merah-kuning mendapatkan hasil merah-jingga yang cemerlang, sebagai
gambaran fundus Tygroid :

Sklerosis Involusional/Sklerosis senilis, terjadi pada arteriole di Retina dan


Choroid, menyebabkan berkurangnya komponen merah.
Kerusakan RPE dapat menimbulkan bercak hyper-pigmentasi, disamping
kepadatan pigment dalam sel Melanosit Choroid.

Beberapa perubahan/penurunan fungsi (Decreasing Function) pada


Degenerasi Retina Senilis :

Sebagai akibat dari hilangnya sel reseptor dalam sel saraf, kira-kira 2,5%
per decade, maka visuskurang tajam,kemunduran sensitifitas lapang
pandang, penurunan sensitivitas kontras warna dan kenaikan ambang
adaptasi gelap.
Perubahan kualitas syaraf optik

Jumlah akson syaraf optic berkurang dan ada penambahan jaringan ikat,
warna papil saraf optic lebih pucat. Atrofi perikapiler, depigmentasi sekeliling
papil menimbulkan warna pucat sekeliling papil.

Degenerasi Retina Perifer (Peripheral Retinal Degeneration)

Pada usia tua, retina dibagian perifer (antara Ora Serrata dan Equator)
mengalami proses degenerasi lebih awal bila dibandingkan dengan bagian
sentral.
Beberapa macam yang dapat/sering ditemukan :

Paving stone degeneration (Meyer Schwinckerath, 1960)

Terjadi pada 40% populasi usia diatas 45 tahun, lesi mulai disebelah bawah.
Degenerasi macam ini berhubungan dengan penipisan retina, hilangnya
sejumlah sel reseptor, membrane limitans luar serta sejumlah sel RPE, retina
kurang melekat pada membrane Bruch dan adanya perubahan ChorioCapillaris. Lesi permulaan berbentuk bulat, diameter kira-kira 1,5 mm, dapat
melebar dan bergabung (Confluency) menjadi lebih besar. Tidak ada therapy.

Cystoid degeneration

Tampak ada rongga-rongga pada lapisan pleksiformis luar umumnya area


temporo-inferior. Lesi dapat menyebabkan gangguan lapangan pandang dan
dapat berkembang menjadi Retinonoschisis.

Retinoschisis sinilis

Pemisahan lapisan retina, biasanya pada lapisan pleksiformis luar sebagai


perluasan dari Degenerasi Cystoid yang progesif. Dinding retinoschisis dapat
robek dan terjadi Retinal Detachment. Retinosis yang meluas kebelakang
equator menimbulkan gangguan lapang pandang. Setiap ada lesi

Retinoschisis perlu tindakan untuk mencegah Retinal Detachment, dengan


Laser Foto-Koagulasi.

Asuhan Keperawatan
Pengkajian

Pengkajian pada lansia dengan gangguan penglihatan meliputi hal-hal berikut


ini :

Ukuran pupil mengecil


Pemakaian kacamata
Penglihatan ganda
Sakit pada mata seperti glaucoma dan katarak
Mata kemerahan
Mengeluh ketidaknyamanan terhadap cahaya terang (menyilaukan).
Kesulitan memasukan benang ke lubang jarum.
Permintaan untuk membacakan kalimat
Kesulitan/ kebergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan
kebutuhan sehari-hari (mandi, berpakaian, ke kamar kecil, makan, BAK/BAB,
serta berpindah)
Visus

Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan

Masalah keperawatan yang biasanya terdapat pada lansia dengan masalah

penglihatan adalah sebagai berikut :

gangguan persepsi sensorik : penglihatan


risiko cidera : jatuh
gangguan mobilitas fisik
gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
kurang pengetahuan
kecemasan

Intervensi Keperawatan
Intervensi keperwatan pada lansia dengan masalah penglihatan adalah
sebagai berikut :

kaji penyebab adanya gangguan penglihatan pada klien


pastikan objek yang dilihat dalam lingkup lapang pandang klien
beri waktu lebih lama untuk memfokuskan sesuatu
bersihkan mata, apabila ada kotoran gunakan kapas basah dan bersih
kolaborasi untuk penggunaan alat Bantu penglihatan seperti kacamata dan
penatalaksanaan medis untuk katarak.
Berikan penerangan yang cukup
Hindari cahaya yang menyilaukan
Tulisan dicetak tebal dan besar untuk menandai atau pemberian informasi
tertulis
Periksa kesehatan mata secara berkala.

Diagnosis Keperawatan Utama dan Kriteria Hasi (Katarak)


Ketakutan yang berhubungan dengan kehilangan penglihatan total yang
disebabkan oleh katarak yang tidak ditangani

Kriteria hasil tindaka : Pasien akan menyatakan bahwa ia merasa rasa


takutnya berkurang dan tidak menunjukkan tanda dan gejala takut.

Risiko cidera yang berhubungan dengan penurunan penglihatan yang


disebabkan oleh katarak

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan terbebas dari cidera

Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) yang berhubungan dengan


penurunan kemampuan untuk melihat dengan sesuai sebagai akibat katarak

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mendapatkan kembali penglihatan yang


hilang dengan terapi

Intervensi keperawatan

Siapkan pasien untuk pembedahan katarak dengan tepat.


Berikan lingkungan yang aman. Sebagai contoh, pertahankan sisi
pengaman tempat tidur dinaikkan dan Bantu pasien beraktivitas jika perlu.
Evaluasi keamanan rumah pasien.
Dengarkan pasien mengungkapkan ketakutan dan kecemasan mengenai
kehilangan penglihatan yang dialaminya.
Periksa penglihatan pasien secara teratur.

Penyuluhan pasien

Jelaskan bagaimana dan mengapa katarak terbentuk


Tekankan manfaat pemeriksaan oftalmologik yang teratur untuk
memantau derajat kerusakan penglihatan dan untuk menentukan kapan
pembedahan dapat dilakukan.
Peringatkan pasien untuk melakukan kewaspadaan keamanan sampai
katarak dapat dihilangkan, termasuk menghindari mengemudi pada malam
hari.

Diagnosis Keperawatan Utama dan Kriteria Hasil (Glaukoma)


Gangguan persepsi sensori (penglihatan) yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intraokuler

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mencari bantuan medis ketika


perubahan penglihatan terjadi dan akan memperoleh kembali penglihatan
normal serta mempertahankan penglihatan normalnya dengan terapi.

Risiko cidera yang berhubungan dengan gangguan penglihatan

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan melakukan tindakan kewaspadaan untuk


mencegah cedera karena kerusakan penglihatan.

Takut yang berhubungan dengan kemungkinan kebutaan

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mengidentifikasi sumber-sumber rasa


takut, mencari informasi mengenai glaucoma dari sumber-sumber yang tepat
untuk mengurangi rasa takut, dan mengungkapkan pemahaman bahwa
kepatuhan terhadap regimen terapi yang diresepkan dapat mencegah

kehilangan lebih lanjut.

Intervensi keperawatan

Bagi pasien yang menderita glaukoma sudut tertutup, berikan obat-obatan


sesuai resep, dan siapkan ia secara fisik dan psikologis untuk menjalani
iridektomi laser atau pembedahan.
Ingat untuk memberikan obat tetes mata sikloplegik hanya pada mata
yang sakit. Pada mata yang tidak sakit, obat tetes mata ini dapat
mencetuskan serangan glaukoma sudut tertutup dan dapat mengganggu
penglihatan pasien yang masih tersisa.
Setelah trabekulektomi, berikan obat-obatan sesuai program untuk
mendilatasi pupil. Selain itu, oleskan kortikosteroid topical sesuai program
untuk mengistirahatkan pupil.
Setelah pembedahan, lindungi mata dengan memasangpenutup mata dan
pelindung mata, menempatkan pasien pada posisi telungkup atau miring ke
bagian yang tidak sakitdan melakukan tindakan keamanan umum.
Pantau kemampuan pasien untuk melihat dengan jelas. Tanyakan pada
pasien secar teratur mengenai terjadinya perubahan penglihatan.
Pantau tekanan intraokuler secara teratur
Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi dan perawatan tindak lanjut
sepanjang hidup.

Penyuluhan pasien

Tekankan pentingnya kepatuhan yang sangat cermat terhadap terapi obatobatan yang diresepkan untuk mempertahankan tekanan intraokuler rendah
dan mencegah perubahan pada diskus optikus yang menyebabkan
kahilangan penglihatan.
Jelaskan semua prosedur dan terapi, khususnya pembedahan, untuk
membantu mengurangi kecemasan pasien.

Informasikan pada pasien bahwa kehilangan penglihatan tidak dapat


diperbaiki namun terapi tersebut biasanya dapat mencegah kehilangan
penglihatan lebih lanjut.
Ajarkan pada pasien mengenai tanda dan gejala yang membutuhkan
perhatian medis segera, seperti perubahan penglihatan yang tiba-tiba atau
nyeri pada mata.
Beri tahu pada anggota keluarga cara memodifikasi lingkungan agar aman
bagi pasien. Sebagai contoh, anjurkan untuk mempertahankan lorong
dirumah dengan pencahayaan yang terang dan orientasikan kembali pasien
terhadap susunan ruang jika perlu.
Diskusikan pentingnya skrining glukoma untuk deteksi dan pencegahan
dini. Tekankan pada pasien semua orang di atas 35 tahun harus melakukan
pemeriksaan tonometri setiap tahun.

Daftar Pustaka

Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Stockslager, Jaime L . 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2.


Jakarta :EGC

Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.


Jakarta: EGC

Pudjiastuti SS, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC

Maryam RS, ekasari MF, dkk .2008. Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba

Anda mungkin juga menyukai