Anda di halaman 1dari 28

ISU TENTANG HAK ASASI MANUSIA

DAN DEMOKRASI

MAKALAH
Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Oleh :
Kelompok 5
Insan Satria Pambudi
152191076
Imel Kamelia
152191080
Jani Nurhilman Fauzi 152191082
Nawwaf Fessol Salmin
152191078
Kelas : 1.B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN


REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Isu tentang Hak Asasi Manusia,
Demokratisasi dan isu tentang Civil Society tepat pada
waktunya.
diberikan

Penulisan
dalam

makalah

mata

kuliah

ini

merupakan

Pendidikan

tugas

Agama

yang

Islam

di

Universitas Siliwangi.
Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami maupun rekan-rekan, sehingga
dapat menambah pengetahuan kita bersama.

Tasikmalaya, September
2015

Tim Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
..................................................................
..................................................................
i
DAFTAR ISI
..................................................................
..................................................................
ii
BAB I

PENDAHULUAN
..................................................................
..................................................................
1
1.1..........................................................................
Latar Belakang
..........................................................................
..........................................................................
1
1.2..........................................................................
Rumusan Masalah
..........................................................................
..........................................................................
2
1.3..........................................................................
Tujuan Penulisan
..........................................................................
..........................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN
..................................................................
..................................................................
3

2.1..........................................................................
Hak Asasi Manusia Dalam Islam
..........................................................................
..........................................................................
3
2.1.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
................................................................
................................................................
3
2.1.2 Hak-hak Asasi Manusia dan Sejarahnya
................................................................
................................................................
3
2.1.3 Latar Belakang Pemikiran tentang HAM
................................................................
................................................................
5
2.1.4 Perspektif Islam tentang Hak Asasi
Manusia
................................................................
................................................................
6
2.1.5 Dasar-dasar Hak Asasi Manusia (HAM)
dalam Al-Quran
................................................................
................................................................
7
2.2..........................................................................
Demokrasi Dalam Islam
..........................................................................
..........................................................................
9
2.2.1 Pengertian Demokrasi
................................................................
................................................................
9
2.2.2 Asal Usul Demokrasi
................................................................
................................................................
10
2.2.3 Demokrasi dan Islam

................................................................
................................................................
12
2.2.4 Prinsip-prinsip demokrasi dalam islam
................................................................
................................................................
14
BAB III PENUTUP
..................................................................
..................................................................
19
3.1..........................................................................
Kesimpulan
..........................................................................
..........................................................................
19
3.2..........................................................................
Saran
..........................................................................
..........................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA
..................................................................
..................................................................
20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pada hakekatnya manusia sudah memiiki hak-hak

pokok dari lahir sampai meninggal. Hak-hak pokok tersebut


adalah hak asasi manuasia yang dikenal dengan HAM. Hak
asasi manusia bersifat universal. Hak asasi manusia (HAM)
dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian
yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban
bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan.
Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu,
hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu. Maka negara
bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini,
melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin
hak-hak ini.
Sebagai

contoh,

negara

berkewajiban

menjamin

perlindungan sosial bagi setiap individu tanpa ada perbedaan


jenis

kelamin,

agamanya.

status

Islam

tidak

sosialnya,
hanya

dan

juga

menjadikan

perbedaan
itu

sebagai

kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk


berperang demi melindungi hak-hak ini.
Disisi lain umat Islam sering kebingungan dengan istilah
demokrasi. Di saat yang sama, demokrasi bagi sebagian
umat Islam sampai dengan hari ini masih belum bisa diterima
secara utuh. Sebagian kalangan memang bisa menerima
tanpa timbal balik, sementara yang lain, justru bersikap
ekstrim. Menolak bahkan mengharamkannya sama sekali.
Sebenarnya banyak yang tidak bersikap seperti keduanya.

Artinya, banyak yang tidak mau bersikap apapun. Kondisi ini


dipicu

dari

kalangan

umat

Islam

sendiri

yang

kurang

memahami bagaimana Islam memandang demokrasi.


Kami
sebenarnya

akan
HAM

membahas
dan

mengenai

Demokrasi

menurut

bagaimana
ajaran

dan

pandangannya islam dalam makalah ini.


1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

tersebut,

maka

permasalahan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut:


1. Apa pengertian HAM?
2. Bagaimana sejarah hak asasi manusia?
3. Bagaimana latar belakang adanya HAM?
4. Bagaimana perspektif islam terhadap hak asasi manusia?
5. Apa saja dasar-dasar hak asasi manusia dalam Al-Quran?
6. Apa pengertian demokrasi demokrasi?
7. Bagaimana asal-usul demokrasi?
8. Bagaimana Islam memandang demokrasi?
9. Apa saja prinsip-prinsip demokrasi?
1.3

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut:
1. Memahami apa itu hak asasi manusia.
2. Mengetahui sejarah hak asasi manusia.
3. Mengetahui latar belakang pemikiran hak asasi manusia.
4. Memahami perspektif islam terhadap hak asasi manusia.
5. Mengetahui dasar-dasar hak asasi manusia dalam AlQuran.

6. Memahami pengertian demokrasi.


7. Mengetahui bagaimana asal-usul demokrasi.
8. Memahami pandangan islam terhadap demokrasi.
9. Mengetahui prinsip-prinsip demokrasi dalam islam.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Hak Asasi Manusia Dalam Islam


2.1.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
Didalam kamus besar bahasa Indonesia, Hak
asasi diartikan sebagai hak dasar atau hak pokok
seperti hak hidup dan hak mendapatkan perlindungan.
Hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki
manusia menurut kodratnya, yang tak dapat dipisahkan
daripada hakekatnya dan karena itu bersifat suci.
Selanjutnya

hak-hak

asasi

manusia

yang

dianggap sebagai hak yang dibawa sejak seseorang


lahir ke dunia adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha
Pencipta (hak yang bersifat kodratif). Oleh karena itu,
tidak ada satu kekuasaan pun di dunia yang dapat
mencabutnya. Jadi, hak asasi mengandung kebebasan
secara

mutlak

tanpa

mengindahkan

hak-hak

dan

kepentingan orang lain. Karena itu HAM atas dasar


yang paling fundamental yaitu hak kebebasan dan hak
persamaan. Dari kedua dasar ini pula lahir HAM yang
lainnya.
2.1.2 Hak-hak Asasi Manusia dan Sejarahnya
Kedatangan Islam di muka bumi yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW bertujuan untuk membawa
rahmat bagi makhluk seisi bumi termasuk didalamnya
manusia. Menurut ajaran Islam, manusia tidak hanya
menjadi objek tapi sekaligus menjadi subjek bagi

terciptanya keselamatan dan kedamaian itu. Oleh


karena itu, setiap muslim dituntut pertanggungjawaban
atas keselamatan diri dan lingkungannya. Seorang
muslim harus dapat memberikan rasa aman bagi orang
lain baik dari ucapan maupun tindak-tanduknya.
Berdasarkan ini, maka penghargaan tertinggi
kepada manusia dan kemanusiaan menjadi perhatian
yang paling utama dan prinsipil di dalam Islam.
Penghargaan yang tidak dibatasi oleh kesukuan, ras,
warna kulit, kebangsaan dan agama. Misalnya nilai
persamaan,

persaudaraan,

dan

kemerdekaan

merupakan nilai-nilai universal Islam yang berlaku pula


untuk seluruh umat manusia di jagad raya ini. Hal ini
tercermin

dari

penegasan

Allah

dalam

Q.S.

Al-

Isra/17:70 yang artinya Sesungguhnya kami telah


memuliakan Bani Adam (manusia) dan Kami angkat
mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka
rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.
Hal itu sesungguhnya manusialah yang diberikan
kebebasan memilih antara hal-hal yang baik dan yang
buruk, benar dan salah, bermanfaat dan mendatangkan
mudarat dan sebagainya. Kunci dari itu semua adalah
manusia dikaruniai akal pikiran dan hati nurani (qalb).
Untuk

dapat

menjalankan

tugas

dan

fungsi

kekhalifahan itu setiap manusia harus mengerti terlebih


dahulu hak-hak dasar yang melekat pada dirinya
seperti

kebebasan,

persamaan,

perlindungan

dan

sebagainya.

Hak-hak

tersebut

bukan

merupakan

pemberian seseorang, organisasi, atau Negara tapi


adalah anugerah dari Allah yang sudah dibawanya
sejak

lahir

ke

alam

dunia.

Hak-hak

itulah

yang

kemudian disebut dengan Hak Asasi Manusia (HAM).


Tanpa memahami hak-hak tersebut mustahil ia
dapat menjalankan tugas serta kewajibannya sebagai
khalifah Tuhan. Namun persoalannya, apakah setiap
manusia dan setiap muslim sudah menyadari hak-hak
tersebut? Jawabnya, mungkin belum setiap orang,
termasuk umat Islam menyadarinya. Hal ini mungkin
akibat rendahnya pendidikan atau sistem sosial politik
dan budaya disuatu tempat yang tidak kondusif untuk
anak dapat berkembang dengan sempurna.
2.1.3 Latar Belakang Pemikiran tentang HAM
Manusia pada dasarnya berasal dari satu ayah
dan satu ibu, yang kemudian menyebar ke berbagai
penjuru dunia, membentuk aneka ragam suku dan
bangsa serta bahasa dan warna kulit yang berbedabeda. Karena itu manusia menurut pandangan Islam
adalah umat yang satu ummatun wahidatun.
Karena

manusia

itu

bersaudara

yang

saling

mengasihi dan sama derajatnya, manusia tidak boleh


diperbudak oleh manusia lain. Manusia bebas dalam
kemauan dan perbuatan, bebas dari tekanan dan
paksaan orang lain. Manusia, menurut islam, hanya
milik Allah dan hamba Allah (Abd Allah) dan tidak boleh

menjadi hamba dari makhluk-Nya, termasuk hamba


dari manusia.
Dari ajaran dasar persaudaraan, persamaan dan
kebebasan ini pula timbul manusia yang lainnya.
Seperti

kebebasan

meyalurkan

dari

pendapat,

penganiayaan

dan

kekurangan,
bergerak,

penyiksaan.

rasa

takut,

kebebasan

Hal

ini

dari

mencakup

semua sisi dari apa yang disebut hak-hak asasi manusia


seperti hak hidup, hak memiliki harta, hak berfikir, hak
berbicara

dan

pekerjaan,

mengeluarkan

hak

memperoleh

pendapat,

memperoleh

keadilan,

hak

mendapat

pendidikan,

berkeluarga

dan

hak
hak

diperlakukan sebagai manusia yang terhormat (mulia)


dan sebagainya.
2.1.4 Perspektif Islam tentang Hak Asasi Manusia
1. HAM sebagai tuntutan fitrah manusia
Manusia adalah puncak ciptaan tuhan. Ia
dikirim kebumi untuk menjadi khalifah atau wakilNya.

Oleh

karena

itu

setiap

perbuatan

yang

membawa perbaikan manusia oleh sesama manusia


sendiri mempunyai nilai kebaikan dan keluhuran
kosmis,

menjangkau

menyimpan

kebenaran

batas-batas
dan

jagad

kebaikan

raya,

universal,

suatu nilai yang berdimensi kesemestaan seluruh


alam.
Berdasarkan pandangan ini, maka manusia
memikul

beban

serta

individu

dihadapan

tanggung
Tuhan-Nya

jawab
kelak,

sebagai
tanpa

kemungkinan

untuk

mendelegasikannya

kepada

pribadi lain. Punya pertanggung jawaban yang


dituntut dari seseorang haruslah didahului oleh
kebebasan memilih. Tanpa adanya kebebasan itu
lantas dituntut dari padanya pertanggung jawaban,
adalah suatu kezaliman dan ketidakadilan, yang
jelas hal itu bertentangan sekali dengan sifat Allah
yang maha adil.
Berkaitan
individu

itu,

dengan
yang

penggunaan

mempunyai

hak

hak-hak
dianggap

menyalahgunakan haknya apabila:


a. Dengan perbuatannya dapat merugikan orang
lain.
b. Perbuatan itu tidak menghasilkan manfaat bagi
dirinya,

sebaliknya

menimbulkan

kerugian

baginya.
c. Perbuatan itu menimbulkan bencana umum bagi
masyarakat.
2. Perimbangan

antara

hak-hak

individu

dan

masyarakat
Untuk menjaga keseimbangan antara hak-hak
individu masyarakat, didalam islam tidak dikenal
adanya kepemilikan mutlak pada manusia. Oleh
karena itu, didalam syariat islam apabila disebut hak
Allah, maka yang dimaksud adalah hak masyarakat
atau

hak

umum.

Allah

adalah

pemilik

yang

sesungguhnya terhadap alam semesta, termasuk


apa yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Hal ini

ditegaskan

oleh

firman-Nya

antara

lain,

yang

artinya:
a. Ketahuilah bahwa milik Allahlah apa-apa yang
ada dilangit dan dibumi (Q.S Yunus/10:55)
b. Dan Dialah yang menciptakan bagimu semua
yang terdapat dibumi (Q.S Al-Baqarah/2:29)
c. Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari
harta

Allah

yang

telah

dikaruniakan-Nya

kepadamu (Q.S An-Nuur/24:33)


d. ..di dalam harta mereka tersedia bagian
tertentu bagi orang miskin yang meminta dan tak
punya (Q.S Al-Maarij/70:24:25)
2.1.5 Dasar-dasar Hak Asasi Manusia (HAM) dalam AlQuran
1. Hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat
Al-Quran

menegaskan

dalam

Q.S

Ali-

Imran/3:104 yang artinya Dan hendaklah ada


diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf
dan mencegah dari yang mungkar. Dan merekalah
orang-orang yang beruntung. Selanjutnya dalam
Q.S

Al-Ashr/103:3

saling

berpesan

dijelaskan:
kepada

Hendaklah

kebenaran

dan

kamu
saling

berpesan dengan penuh kesabaran. Dalam Q.S AzZumar/39:17:18 dijelaskan yang artinya Berilah
berita

gembira

kepada

hamba-Ku

yang

mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang


paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang

yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah


orang-orang yang mempunyai akal.
Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa setiap
orang berhak menyampaikan pendapatnya kepada
orang

lain,

mengingatkan

kepada

kebenaran,

kebajikan serta mencegah kemungkaran. Bahkan hal


itu disampaikan bukan saja karena ada hak tapi
sekaligus merupakan suatu kewajiban sebagai orang
beriman.
2. Hak kebebasan memilih agama
Sehubungan

dengan

kebebasan

memilih

agama dan kepercayaan, Al-Quran menyebutkan


antara

lain

dalam

Q.S

Al-Baqarah/2:256

yang

artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki)


agama (islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang salah. Karena itu barang
siapa yang Ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada

Allah,

maka

sesungguhnya

ia

telah

berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang


tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha

Mengetahui.

kahfi/18:29

Selanjutnya

dijelaskan

kebenaran itu

bahwa

datangnya

dari

dalam

Dan

Q.S

Al-

katakanlah,

Tuhanmu, maka

barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia


beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah
ia

kafir.

dijelaskan

Kemudian
Dan

jikalau

dalam

Q.S.

Tuhanmu

Yunus/10:99
menghendaki

tentulah beriman semua orang yang dimuka bumi


seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa

manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang


beriman semuanya ?.
Berdasarkan ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa
masalah menganut suatu agama atau kepercayaan
sepenuhnya diserahkan kepada manusia itu sendiri
untuk

memilihnya.

diperintah

untuk

Didalam

islam,

berdakwah

yang

kita

hanya

bertujuan

menyeru, mengajak dan membimbing seseorang


kepada kebenaran itu. Dakwah bertujuan juga untuk
menegakkan Al-Amru bil maruf wa al-nahyu an almunkar

(menyeru

kepada

kebajikan

serta

mencegah dari kemjungkaran).


3. Hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan sosial
Sehubungan dengan hak untuk memperoleh
kesempatan yang sama ini Al-Quran menyebutkan
dalam Q.S Al-Baqarah/2:29 yang artinya Dialah
orang yang menjadikan segala yang ada dibumi ini
untuk kamu...
Ayat
mempunyai

ini

menjadi

dasar

setiap

orang

kesempatan

yang

sama

untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya dari apa-apa yang


sudah disiapkan Allah dipermukaan bumi ini. Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk mendapatkan
Rezki yang halal dan baik hal ini di tegaskan dalam
firman-Nya dalam Q.S Al-Baqarah/2:168 yang artinya
Hai sekalian Manusia, makanlah yang halal lagi
baik dari apa yang terdapat dibumi...

2.2

Demokrasi Dalam Islam


2.2.1 Pengertian Demokrasi
Dalam teori, demokrasi adalah pemerintahan oleh
rakyat dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan
rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakilwakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan
bebas. Lincoln (1863) menyatakan Demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Dalam sistem demokrasi, rakyatlah yang
dianggap berdaulat, rakyat yang membuat hukum dan
orang yang dipilih rakyat harus melaksanakan apa yang
telah ditetapkan rakyat tersebut.
Selain

itu,

demokrasi

juga

menyerukan

kebebasan manusia secara menyeluruh dalam hal :


1. Kebebasan beragama
2. Kebebasan berpendapat
3. Kebebasan kepemilikan
4. Kebebasan bertingkah laku
Inilah fakta demokrasi yang saat ini dianut dan
digunakan oleh hampir semua negara yang ada di
dunia.

Tentu

mengalami

saja

dalam

variasi-variasi

implementasinya
tertentu

yang

akan
dilatar

belakangi oleh kebiasaan, adat istiadat serta agama


yang dominan di suatu negara. Namun, variasi yang
ada hanyalah terjadi pada bagian cabang bukan pada
prinsip tersebut.
2.2.2 Asal Usul Demokrasi

Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani


demokratia kekuasaan rakyat, yang dibentuk dari
kata demos rakyat dan kratos kekuasaan, merujuk
pada sistem politik yang muncul pada pertengahan
abad ke-5 dan ke-4 SM di kota Yunani Kuno, khususnya
Athena, menyusul revolusi rakyat pada tahun 508 SM.
Sebelum

istilah

demokrasi

ditemukan

oleh

penduduk Yunani, bentuk sederhana dari demokrasi


telah ditemukan sejak 4000 SM di Mesopotamia. Ketika
itu, bangsa Sumeria memiliki beberapa kota yang
independen.
seringkali

Di

setiap

kota

berkumpul

tersebut

untuk

para

rakyat

mendiskusikan

suatu

permasalahan dan keputusan pun diambil berdasarkan


konsensus atau mufakat.
Barulah pada 508 SM, penduduk Athena di Yunani
membentuk sistem pemerintahan yang merupakan
cikal bakal dari demokrasi modern. Yunani kala itu
terdiri

dari

1.500

independen.

kota

Kota

(poleis)

tersebut

yang

kecil

memiliki

dan

sistem

pemerintahan yang berbeda-beda, ada yang oligarki,


monarki, tirani dan juga demokrasi. Salah satunya
Athena,

kota

pemerintahan

yang
baru

mencoba
yaitu

sebuah

demokrasi

model

langsung.

Penggagas dari demokrasi tersebut pertama kali adalah


Solon,

seorang

penyair

dan

negarawan.

Paket

pembaruan konstitusi yang ditulisnya pada 594 SM


menjadi dasar bagi demokrasi di Athena namun Solon
tidak berhasil membuat perubahan. Demokrasi baru
dapat

tercapai

seratus

tahun

kemudian

oleh

Kleisthenes,
demokrasi

seorang
tersebut,

bangsawan
tidak

ada

Athena.

Dalam

perwakilan

dalam

pemerintahan sebaliknya setiap orang mewakili dirinya


sendiri dengan mengeluarkan pendapat dan memilih
kebijakan.

Namun

dari

sekitar

150.000

penduduk

Athena, hanya seperlimanya yang dapat menjadi rakyat


dan menyuarakan pendapat mereka.
Menurut Syaikh Abdul Qadim Zallum, dalam
kitabnya

Demokrasi

Sistem

Kufur,

demokrasi

mempunyai latar belakang sosio-historis yang tipikal


Barat selepas Abad Pertengahan, yakni situasi yang
dipenuhi semangat untuk mengeliminir pengaruh dan
peran agama dalam kehidupan manusia. Demokrasi
lahir sebagai anti-tesis terhadap dominasi agama dan
gereja

terhadap

masyarakat

Barat.

Karena

itu,

demokrasi adalah ide yang anti agama, dalam arti


idenya

tidak

menjadikan

bersumber

dari

agama

agama

sebagai

dan

tidak

kaidah-kaidah

berdemokrasi. Orang beragama tertentu bisa saja


berdemokrasi,

tetapi

agamanya

mustahil

menjadi

aturan main dalam berdemokrasi. Secara implisit,


beliau mencoba mengingatkan mereka yang menerima
demokrasi secara buta, tanpa menilik latar belakang
dan situasi sejarah yang melingkupi kelahirannya.
2.2.3 Demokrasi dan Islam
Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang
terkandung dalam konsep tauhid dan peranan manusia
yang terkandung dalam konsep khilafah memberikan

kerangka

yang

dengannya

para

cendekiawan

belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu


yang dapat dianggap demokratis. Didalamnya tercakup
definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan
rakyat, tekanan pada kesamaan derajat manusia, dan
kewajiban rakyat sebagai pengemban pemerintahan.
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam
kerangka konseptual islam, banyak perhatian diberikan
pada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan
politik. Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang
mengukuhkan konsep-konsep Islami yang sudah lama
berakar, yaitu musyawarah (syura), persetujuan (ijma),
dan penilaian interpretative yang mandiri (ijtihad).
Seperti banyak konsep dalam tradisi politik Barat,
istilah-istilah ini tidak selalu dikaitkan dengan pranata
demokrasi dan mempunyai banyak konteks dalam
wacana Muslim dewasa ini. Namun, lepas dari konteks
dan pemakaian lainnya, istilah-istilah ini sangat penting
dalam

perdebatan

menyangkut

demokratisasi

dikalangan masyarakat muslim.


Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi
politik

kekhalifahan

perwakilan

rakyat

manusia.
dalam

Oleh

sebuah

karena
negara

itu
Islam

tercermin terutama dalam doktrin musyawarah. Hal ini


disebabkan menurut ajaran Islam, setiap muslim yang
dewasa dan berakal sehat, baik pria maupun wanita
adalah khalifah Allah di bumi. Dalam bidang politik,
umat Islam mendelegasikan kekuasaan mereka kepada
penguasa dan pendapat mereka harus diperhatikan

dalam

menangani

bermusyawarah

masalah

dalam

negara.

Kemestian

menyelesaikan

masalah-

masalah ijtihadiyyah, dalam (QS Asy-Syura ayat 38


yang artinya: Dan orang-orang yang menerima seruan
Tuhannya
mereka

dan

mendirikan

(diputuskan)

shalat,

dengan

sedang

urusan

musyawarat

antara

mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki


yang Kami berikan kepada mereka.
Disamping musyawarah ada hal lain yang sangat
penting dalam masalah demokrasi, yakni konsensus
atau

ijma.

Konsensus

memainkan

peranan

yang

menentukan dalam perkembangan hukum Islam dan


memberikan sumbangan sangat besar pada korpus
hukum atau tafsir hukum. Dalam pengertian yang lebih
luas, konsensus dan musyawarah sering dipandang
sebagai landasan yang efektif bagi demokrasi Islam
modern.
Selain syura dan ijma, ada konsep yang sangat
penting dalam proses demokrasi Islam, yakni ijtihad.
Bagi

para

pemikir

muslim,

upaya

ini

merupakan

langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di


suatu

tempat

dinyatakan
mewahyukan

atau

oleh

waktu.

Khursid

prinsip-prinsip

Hal

ini

Ahmad:
utama

dengan
Tuhan
dan

jelas
hanya

memberi

manusia kebebasan untuk menerapkan prinsip-prinsip


tersebut dengan arah yang sesuai dengan semangat
dan keadaan zamannya. Itjihad dapat berbentuk
seruan untuk melakukan pembaharuan, karena prinsipprinsip Islam itu bersifat dinamis, pendekatan kitalah

yang telah menjadi statis. Oleh karena itu sudah


selayaknya dilakukan pemikiran ulang yang mendasar
untuk membuka jalan bagi munculnya eksplorasi,
inovasi dan kreativitas.
Dalam pengertian politik murni, Muhammad Iqbal
menegaskan hubungan antara konsensus demokratisasi
dan ijtihad. Dalam bukunya The Reconstruction of
Religious Thought in Islam ia menyatakan bahwa
tumbuhnya

semangat

republik

dan

pembentukan

secara bertahap majelis-majelis legislatif di negaranegara muslim merupakan langkah awal yang besar.
Musyawarah,

konsensus,

dan

ijtihad

merupakan

konsep-konsep yang sangat penting bagi artikulasi


demokrasi islam dalam kerangka Keesaan Tuhan dan
kewajiban-kewajiban manusia sebagai khalifah-Nya.
2.2.4 Prinsip-prinsip demokrasi dalam islam
Pertama, Syura merupakan suatu prinsip tentang
cara pengambilan keputusan yang secara eksplisit
ditegaskan dalam Al-Quran. Misalnya saja disebut
dalam QS. As-Syura:38 dan Ali Imran:159. Dalam
praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling
dikenal sebagai pelaksana syura adalah ahl halli walaqdi pada zaman khulafaurrasyidin. Lembaga ini lebih
menyerupai tim formatur yang bertugas memilih kepala
negara atau khalifah.
Jelas

bahwa

musyawarah

sangat

diperlukan

sebagai bahan pertimbangan dan tanggung jawab


bersama

di

dalam

setiap

mengeluarkan

sebuah

keputusan. Dengan begitu, setiap keputusan yang


dikeluarkan oleh pemerintah akan menjadi tanggung
jawab bersama. Sikap musyawarah juga merupakan
bentuk dari pemberian penghargaan terhadap orang
lain

karena

pendapat-pendapat

yang

disampaikan

menjadi pertimbangan bersama.


Kedua, al-adalah adalah keadilan, artinya dalam
menegakkan

hukum

termasuk

rekrutmen

dalam

berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara


adil dan bijaksana. Arti pentingnya penegakan keadilan
dalam sebuah pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah
SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara lain dalam surat
an-Nahl: 90; QS. as-Syura: 15; al-Maidah: 8; An-Nisa:
58, dan seterusnya. Prinsip keadilan dalam sebuah
negara sangat diperlukan, sehingga ada ungkapan
yang berbunyi Negara yang berkeadilan akan lestari
kendati ia negara kafir, sebaliknya negara yang zalim
akan hancur meski ia negara (yang mengatasnamakan)
Islam.
Ketiga, al-Musawah adalah kesejajaran, artinya
tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang lain
sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa
tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap rakyat,
berlaku otoriter dan eksploitatif. Kesejajaran ini penting
dalam

suatu

pemerintahan

demi

menghindari

hegemoni penguasa atas rakyat.


Dalam perspektif Islam, pemerintah adalah orang
atau institusi yang diberi wewenang dan kepercayaan
oleh rakyat melalui pemilihan yang jujur dan adil untuk

melaksanakan dan menegakkan peraturan dan undangundang yang telah dibuat. Oleh sebab itu pemerintah
memiliki

tanggung

demikian

juga

jawab

kepada

besar

dihadapan rakyat

Tuhan.

Dengan

begitu

pemerintah harus amanah, memiliki sikap dan perilaku


yang dapat dipercaya, jujur dan adil. Sebagian ulama
memahami al-musawah ini sebagai konsekuensi logis
dari prinsip al-syura dan al-adalah. Diantara dalil AlQuran yang sering digunakan dalam hal ini adalah
surat al-Hujurat:13.
Keempat, al-Amanah adalah sikap pemenuhan
kepercayaan yang diberikan seseorang kepada orang
lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah tersebut
harus dijaga dengan baik. Dalam konteks kenegaraan,
pemimpin atau pemerintah yang diberikan kepercayaan
oleh rakyat harus mampu melaksanakan kepercayaan
tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab. Persoalan
amanah ini terkait dengan sikap adil seperti ditegaskan
Allah SWT dalam Surat an-Nisa:58.
Karena jabatan pemerintahan adalah amanah,
maka jabatan tersebut tidak bisa diminta, dan orang
yang menerima jabatan seharusnya merasa prihatin
bukan malah bersyukur atas jabatan tersebut. Inilah
etika Islam.
Kelima, al-Masuliyyah adalah tanggung jawab.
Sebagaimana

kita

ketahui

bahwa,

kekuasaan

dan

jabatan itu adalah amanah yangh harus diwaspadai,


bukan

nikmat

yang

harus

disyukuri,

maka

rasa

tanggung jawab bagi seorang pemimpin atau penguasa

harus dipenuhi. Dan kekuasaan sebagai amanah ini


mememiliki dua pengertian, yaitu amanah yang harus
dipertanggungjawabkan di depan rakyat dan juga
amanah yang harus dipertenggungjawabkan di depan
Tuhan.
Seperti yang dikatakan oleh Ibn Taimiyyah, bahwa
penguasa merupakan wakil Tuhan dalam mengurus
umat manusia dan sekaligus wakil umat manusia dalam
mengatur

dirinya.

Dengan

pertanggungjawaban

dihayatinya

(al-masuliyyah)

ini

prinsip

diharapkan

masing-masing orang berusaha untuk memberikan


sesuatu yang terbaik bagi masyarakat luas. Dengan
demikian, pemimpin/penguasa tidak ditempatkan pada
posisi sebagai sayyid al-ummah (penguasa umat),
melainkan sebagai khadim al-ummah (pelayan umat).
Dengan demikian, kemaslahatan umat wajib senantiasa
menjadi

pertimbangan

keputusan oleh para

dalam

setiap

pengambilan

penguasa, bukan sebaliknya

rakyat atau umat ditinggalkan.


Keenam, al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya
bahwa setiap orang, setiap warga masyarakat diberi
hak

dan

kebebasan

untuk

mengeksperesikan

pendapatnya. Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara


yang bijak dan memperhatikan al-akhlaq al-karimah
dan dalam rangka al-amr bi-l-maruf wa an-nahy an
al-munkar, maka tidak ada alasan bagi penguasa untuk
mencegahnya. Bahkan yang harus diwaspadai adalah
adanya kemungkinan tidak adanya lagi pihak yang
berani

melakukan

kritik

dan

kontrol

sosial

bagi

tegaknya keadilan. Jika sudah tidak ada lagi kontrol


dalam

suatu

masyarakat,

maka

kezaliman

akan

semakin merajalela.
Ada beberapa alasan mengapa islam disebut
sebagai agama demokrasi, yaitu sebagai berikut:
1. Islam adalah agama hukum, dengan pengertian
agama islam berlaku bagi semua orang tanpa
memandang kelas, dari pemegang jabatan tertinggi
hingga rakyat jelatah dikenakan hukum yang sama.
Jika tidak demikian, maka hukum dalam islam tidak
berjalan dalam kehidupan.
2. Islam memiliki asas permusyawaratan amruhum
syuraa bainahum artinya perkara-perkara mereka
dibicarakan diantara mereka. Dengan demikian,
tradisi bersama-sama mengajukan pemikiran secara
bebas dan terbuka diakhiri dengan kesepakatan.
3. Islam selalu berpandangan memperbaiki kehidupan
manusia tarafnya tidak boleh tetap, harus terus
meningkat untuk menghadapi kehidupan lebih baik
di akhirat.
Jadi, prinsip demokrasai pada dasrnya adalah
upaya bersama-sama untuk memperbaiki kehidupan,
kareana

itulah

islam

dikatakan

sebagai

agama

perbaikan diinul islam atau agama inovasi. Untuk itu,


islam selau menghendaki demokrasi yang merupakan
salah satu ciri atau jati diri islam sebagai agama
hukum.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

1. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme pemerintahan


negara yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.
2. b.

Demokrasi

musyawarah,

menurut islam dapat


mendengarkan

diartikan seperti

pendapat

orang

banyak

untuk mencapai keputusan dengan mengedepankan nilainilai keagamaan.


3. HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada
di dalam kandungan.
4. HAM dalam islam didefinisikan sebagai hak yang dimiliki
oleh individu dan kewajiban bagi negara dan individu
tersebut untuk menjaganya.
3.2

Saran

1. Diharapkan
membedakan

setelah
antara

membaca
demokrasi

makalah
di

ini

Indonesia

dapat
dan

demokrasi Islam dan dapat melihat sisi baik dan buruknya.


2. Diharapkan

setelah

membaca

makalah

ini

dapat

memahami pentingnya HAM dalam kehidupan kita dan


kewajiban kita untuk menjaganya.

DAFTAR PUSTAKA
http://tutiyuniatun.blogspot.co.id/2014/02/makalah-ham-dandemokrasi-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai