AKTUAL DAN SET POINT UNTUK SISTEM KONTROL PADA ELECTRIC ARC
FURNACE (EAF) DI SSP 2 PT.KRAKATAU STEEL
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek dan Salah Satu
Syarat Menempuh Sarjana Strata 1 (S1)
Disusun oleh :
AGTI AGUSTINA
3332103329
HALAMAN PENGESAHAN
KENDALI ELEKTRODA MENGGUNAKAN PARAMETER IMPEDANSI
AKTUAL DAN SET POINT UNTUK SISTEM KONTROL PADA ELECTRIC ARC
FURNACE (EAF) DI SSP 2 PT.KRAKATAU STEEL
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek dan Salah Satu
Syarat Menempuh Sarjana Strata 1 (S1)
Disusun oleh :
AGTI AGUSTINA
3332103329
Pembimbing Lapangan
Dosen Pembimbing
Sholikin, ST.
NIK.11453
Suhendar, S.Pd., MT
NIP.197505102008121005
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Disusun oleh:
AGTI AGUSTINA
3332103329
Menyetujui,
Pembimbing Lapangan
Training Koordinator
Sholikin
Engineer Inst. & Comp. Process
Service ISM & AUX
Sularto
Training Koordinator
Mengetahui,
Dinas Inst. & Comp. Process
Service ISM & AUX
Kus Herbayu
Superintendent
S.Sudarsono
Superintendent
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, dan berkat Karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan Kerja Praktek beserta laporannya yang disusun untuk
memenuhi syarat kurikulum pada program studi Kerja Praktek Teknik Elektro
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kerja Praktek ini dilaksanakan pada tanggal 03 Maret sampai 03 April 2014
di PT Krakatau Steel (Persero) Steel Slab Plant 2.
Adapun tujuan pelaksanaan Kerja Praktek ini antara lain untuk memberikan
pengalaman praktek kerja dan penyelesaian masalah pekerjaan yang timbul di
lapangan sekaligus mengukur implementasi keilmuan dan keterampilan dalam
dunia kerja.
Saya menyadari bahwa saya tidak dapat melalui masa Kerja Praktek ini
tanpa bantuan orang lain, banyak sekali orang yang telah berjasa dalam membantu
saya dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini.
Pada kesempatan ini saya berterima kasih kepada:
1.
2.
3.
Bapak Pujihari dan Bapak Wahyu Komara yang telah mengajarkan saya
mengenai PLC dan Instrumentasi beserta penerapan aplikasinya.
4.
Mas Deni, Depi, dan Ricky yang telah mengajak saya keliling lapangan SSP
II.
5.
Bapak Solihin, Bapak Muslim, Bapak Tumpak, yang telah memberikan saya
banyak pengalaman dan cerita selama di Workshop Instrument and
Computer Process SSP II.
6.
Seluruh staf dan karyawan yang telah membantu saya dalam melaksanakan
Kerja Praktek yang tanpa mengurangi rasa hormat, tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
7.
Orang Tua saya yang telah mendukung secara finansial, lahir dan batin.
iii
Saya menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan sehingga saya
terbuka terhadap saran, kritik serta masukan untuk perbaikan laporan ini. Akhir
kata, saya ucapkan terima kasih dan berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi
banyak pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v
vi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia terus berusaha memajukan sektor industrinya untuk dapat
bersaing dengan Negara lain terutama industri logam, seperti industri baja yang
saat ini berkembang pesat. Salah satunya adalah PT. Krakatau Steel yang
merupakan industri baja terpadu yang pertama berkembang dan berkualitas di
Indonesia. PT. Krakatau Steel merupakan badan usaha milik Negara dan
merupakan salah satu pabrik pengolahan baja penghasil baja terbesar di kawasan
Asia Tenggara.
PT. Krakatau Steel dalam produksinya secara global terbagi menjadi
beberapa urutan proses yang dilakukan secara bertahap, yaitu proses produksi baja
spons, proses produksi baja yang terdiri dari produksi baja billet dan baja slab,
proses pengerolan yang merupakan proses pengolahan hasil baja billet dan slab
terdiri dari produksi baja lembaran panas, produksi baja lembaran dingin, dan
produksi baja batang kawat.
Proses produksi baja slab dibagi dua bagian utama, yaitu proses peleburan
dan proses pencetakan dimana setiap proses saling berkaitan. Pabrik baja yang
jumlah produksinya cukup besar, pemaksimalan efisiensi daya listrik perlu
dilakukan untuk mengurangi jumlah biaya produksi. Berkaitan dengan
pemaksimalan efisiensi daya tersebut, maka dari itu penulis tertarik untuk
menganalisa sistem kendali pada proses peleburan baja yang ada di SSP 2.
Menggunakan sistem kendali pada peleburan baja di SSP 2 akan
meningkatkan efisiensi baik di dalam kualitas produk dan biaya produksi. Sistem
kendali yang digunakan pada proses peleburan baja di SSP 2 dapat dianalisa untuk
menimba ilmu keteknikan industri secara praktis dari perusahaan, juga untuk
mencoba menerapkan idealisme ilmu yang telah di dapat.
1.2
1.
Tujuan
Meningkatkan kerjasama dan pembentukan jaringan antara perguruan
tinggi dengan dunia kerja.
2.
3.
4.
5.
6.
Memahami fungsi dari impedansi aktual dan set point terhadap kontrol
elektroda pada Elctric Art Furnace (EAF)
7.
1.3
Manfaat
Manfaat pelaksanaan Kerja praktek di PT. Krakatau Steel adalah sebagai
berikut:
1.3.1
1.
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menggali wawasan, pengalaman, dan keterampilan di
tempat Kerja Praktik.
2.
3.
1.3.2
Bagi Fakultas
1.
2.
3.
1.3.3
Bagi Perusahaan
1.
2.
1.4
Batasan Masalah
Diberikan batasan masalah dalam laporan kerja praktek ini, yaitu
membahas
KENDALI
tentang
ELEKTRODA
MENGGUNAKAN
PADA
ELECTRIC
ARC
FURNACE
(EAF)
DI
SSP
PT.KRAKATAU STEEL.
1.5
1.6
1.
Waktu
Lokasi
Metode Penelitian
Metode Studi Literatur
Merupakan
metode
pengumpulan
data
dengan
cara
membaca,
Metode Observasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung
pada obyek penelitian.
3.
Metode Interview
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai
karyawan dan staf yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
1.7
Sistematika Penulisan
Memudahkan pembuatan laporan kerja praktek ini, maka laporan ini
BAB V : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran dari hasil penjelasan pada bab-bab
sebelumnya agar dapat dikembangkan dan disempurnakan sehingga
menciptakan suatu laporan kerja praktek yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1
baja terbesar di Indonesia. Pabrik ini merupakan permulaan proyek baja dari
pemerintah yang mulai berdiri
tersebut dikenal dengan nama proyek pabrik baja TRIKORA yang mendapat
bantuan dari pemerintah Rusia.
Adanya pemberontakan G30S PKI mengakibatkan proyek pembangunan
dari tahun 1966 sampai sekitar tahun 1972 dapat dikatakan terhenti sama sekali,
kesulitan utamanya adalah pembiayaan pembangunan pabrik. Akhirnya,
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 1970 proyek pabrik baja
TRIKORA menjadi PT. Krakatau Steel yang disahkan dengan ditanda tangani
akte notaris No. 35 pada tanggal 23 Oktober 1971. Pembangunan proyek PT.
Krakatau Steel pada akhir tahun 1976, yaitu pabrik Besi Beton telah dapat
diselesaikan dan dapat mulai dioperasikan secara komersil sejak tahun 1977.
Pabrik Besi Siku yang berada di dalam satu gedung dengan pabrik Besi
Beton, selesai pembangunannya pada bulan Juli 1977. Dengan selesainya pabrik
besi siku tersebut, maka seluruh pembangunan pabrik baja yang mulanya
merupakan proyek bantuan Rusia sudah dapat diselesaikan.
PT. Krakatau Steel selanjutnya melaksanakan pembangunan pabrik-pabrik
baru sebagai perluasan usaha. Sebagai tujuan pendirian PT. Krakatau Steel, maka
pabrik-pabrik yang dibangun adalah yang terpadu yaitu dapat mengolah biji besi
sampai dengan produk-produk jadi dari baja.
Dasar penentuan lokasi pendirian pabrik besi baja, antara lain :
a) Adanya cikal bakal industri baja ( Trikora )
b) Letak geografis ( pinggir laut )
c) Tersedianya tanah yang cukup luas
d) Tersedianya air yang cukup banyak
e) Kondisi sosial budaya daerah
f) Daerah tandus ( bukan agraris )
g) Tersedianya tenaga kerja
Berikut adalah kronologis sejarah berdirinya PT. Krakatau Steel :
1.
Tahun 1956
Munculnya gagasan perlunya industri baja di Indonesia di kemukakan oleh
Chaerul Saleh, Menteri Perindustrian & Pertambangan dan Ir. H. Juanda, Dirjen
Biro Perancangan Negara (menjadi Perdana Menteri RI tahun 1958).Persetujuan
pokok kerja sama dalam lapangan ekonomi dan teknik antara Republik Indonesia
dan Uni Republik Sovyet Sosialis tanggal 15 September 1956.
Direalisasikan dengan penandatanganan kontrak pembangunan proyek vital
oleh Perdatam:
1. Proyek Aluminium Medan
2. Proyek Besi Baja Kalimantan
3. Proyek Besi Baja Trikora
Pembentukan team proyek besi baja, dikepalai Drs. Soejipto dibantu
Ir.A.Sayoeti, Ir.Tan Boen Liam, dan RJK Wiriasoeganda.Penelitian sumber bijih
besi di Bayah/Ujung Kulon Banten dan di Lampung di bantu ahli dari Belanda Ir.
Binghorst.
2.
Tahun 1959
Penelitian lokasi pendirian Pabrik Besi Baja di lakukan terhadap dua
2.
Indonesia
melalui
Menteri
Departemen
Perindustrian,
3.
Pelabuhan Merak.
Tahun 1962
Peletakan batu pertama atau peresmian pembangunan proyek besi baja
Trikora Cilegon di area 616 Ha pada tanggal 20 Mei 1962, dan berdasarkan
ketetapan MPRS No.2/1960 proyek diharuskan selesai sebelum tahun 1968.
4.
Tahun 1967
Berubahnya proyek besi baja Trikora menjadi bentuk Perseroan Terbatas
Tahun 1970
PT Krakatau Steel resmi berdiri berdasarkan peraturan pemerintah Republik
6.
Tahun 1971
Pendirian PT Krakatau Steel disahkan dengan akte notaris Tan Thong Kie
No. 34 tanggal 23 Oktober 1971 di Jakarta dan di perbaiki dengan naskah No. 25
tanggal 29 Desember 1971.
Tahun 1973 1974
7.
Tahun 1977
Peresmian Pabrik Besi Beton, Pabrik Besi Profil dan Pelabuhan Khusus
Tahun 1979
Peresmian Pabrik Besi Spons model Hylsa (50%), Pabrik Billet Baja
(Electric Arc Furnace) atau Dapur Thomas Wire Rood, PLTU 400 MW, dan
Pusat Penjernihan Air (kapasitas 2000 liter per detik) PT KS serta KHI pipe oleh
Presiden Soeharto tanggal 9 Oktober 1979.
10.
Tahun 1983
Peresmian Pabrik Slab Baja (EAF), Hot Strip Mill, dan Pabrik Besi
Tahun 1985
Expor perdana produk baja PT KS ke beberapa negara seperti Jepang,
Inggris, Amerika, India, China, Timur Tengah, Korea dan negara-negara ASEAN.
12.
Tahun 1989
PT Krakatau Steel dan 9 BUMN strategis lain (PT Boma Bisma Indra,PT
13.
Tahun 1990
Peletakan batu pertama perluasan dan modernisasi PT KS oleh menterimuda
Tahun 1991
Pengabungan usaha (Merger) PT Cold Rolling Mill Indonesia Utama
(PTCRMIU) dan PT Krakatau Baja Permata (PT KBP) menjadi unit operasiPT
Krakatau Steel, tanggal 1 Oktober 1991 (CRM) didirikan 19 Februari1983 yang
diresmikan tahun 1987.
15.
Tahun 1993
Peresmian peluasan PT Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto 18
Februari1993, meliputi:Modernisasi dan perluasan HSM dari 1,2 juta ton menjadi
2 juta ton per tahun. Peningkatan kualitas dan efisiensi HSM. Perluasan
Pelabuhan Pellet Bijih Besi dari kapasitas pembongkaran 3 juta menjadi 6 juta ton
per tahun.
16.
Tahun 1994
PT Krakatau Steel memperoleh pengakuan mutu Internasional dengan
Tahun 1995
Penyelesaian proyek perluasan dan modernisasi PT Krakatau Steel oleh
Tahun 1996
PT Krakatau Steel memisahkan unit-unit otonom (unit penunjang) menjadi
10
Tahun 1997
PT Krakatau Steel mendapat sertifikat ISO14001 pada bulan April 1997.
20.
Tahun 1998
PT Krakatau Steel menjadi anak perusahaan PT Pakarya Industri (persero),
Tahun 1999
PT Pakarya Industri (PERSERO) berubah nama menjadi PT Bahana Pakarya
Tahun 2010
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk resmi mencatatkan sahamnya di Bursa
2.2
Surat Keputusan dari Pemerintah Indonesia pada waktu itu oleh Indonesian
Goverment Regulation (IGR) dengan P.P.No. 35 tahun 1970 yang berisi tentang
penindak lanjutan proyek besi baja dan di sahkan oleh Tan Hong Kie di Jakarta.
Yang memiliki visi dan misi menjadi acuan dalam proses pengembangan kualitas
dan kuantitas produksi yaitu :
1.
Visi Perusahaan
Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan
11
2.
Misi Perusahaan
Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran
bangsa.
3.
Integrity
: Mencerminkan
komitmenyang
tinggi
terhadap
setiap
Innovative
2.3
2.
12
3.
2.
pabrik (chemical plant) yang menangani proses pengolahan biji besi (pellet)
menjadi besi spons.
Pabrik peleburan besi dan baja, antara lain :
1. BSP (Billet Steel Plant)
2. SSP I (Slab Steel Plant I)
Bagian pabrik yang memproduksi baja lembaran (slab).
3. SSP II (Slab Steel Plant II)
Bagian pabrik yang memproduksi baja lembaran (slab).
Pabrik pengerolan besi dan baja, antara lain :
1. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas (HSM)
2. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin (CRM)
PROFIL
3. Pabrik Batang Kawat
(WRM)PT
KRAKATAU STEEL
13
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
14
1.350.000 ton per tahun dengan adanya tingkat metalisasi lebih dari 92% dengan
dua reaktor yang beroperasi. Konsumsi gas alam juga menurun, karena adanya
loop daur ulang gas reduksi. Pengoperasian pabrik juga lebih mudah karena
teknologi kendalinya menggunakan sistem Distributed Control System (DCS).
2.3.2
baja dengan bahan baku utamanya yaitu scrap, besi spons dan batu kapur. Semua
bahan baku tersebut dimasukkan dalam ruangan dapur listrik untuk pengolahan
dan kemudian dicetak menjadi baja lempengan. Dengan kapasitas produksi
500.000 ton/tahun. Ukuran hasil dari billet baja tersebut yaitu: Panjang : 6m,10m,
&12m. dengan Penampang : 100x100mm, 110x110mm, 120x120mm.
Proses pembuatan baja pada pabrik ini hampir sama dengan proses pabrik
Slab Steel Plant perbedaannya hanya terletak pada bentuk hasil cetakan. Hasil
produk ini juga dapat digunakan oleh pabrik Wire Rood sebagai bahan baku.
Sedangkan untuk perlengkapan utama dari pabrik ini yaitu : Tersedia 4 buah
dapur listrik (EAF), dan 4 buah mesin tuang kontinyu.
15
2.3.3
16
2.3.4
17
Perlengkapan utama dari pabrik HSM (Hot Strip Mill) antara lain:
1.
Lima buah finishing stand yang dilengkapi dengan alat ukur untuk
mengontrol secara otomatis yaitu mengukur lebar, tebal dan temperatur
strip.
2.
Sebuah for high finishing stand yang dilengkapi dengan ukur flange edger
roll dan water desclaler dengan tekanan air 400 bar.
3.
Sebuah dapur pemanas yang berkapasitas 300 ton /jam dengan bahan
bakar gas alam.
4.
5.
2.3.5
lembaran baja dari hasil yang telah ditipiskan sebelumnya oleh pabrik Hot Strip
Mill (HSM). Kemudian hasil dari pabrik Hot Strip Mill (HSM) ditipiskan kembali
melalui proses pendinginan pada Tandem Cold Reduction Mill sampai 92% dari
hasil ketebalan semula. Sebelum melakukan penipisan lembaran baja tersebut
18
harus dibersihkan terlebih dahulu kedalam tangki yang berisi HCI. Kemudian
dilanjutkan dengan proses pemanasan dengan sistem BAF dan CAL, hasil
lembaran baja tersebut diratakan dengan temper mill sesuai dengan permintaan
konsumen.
2.
3.
4.
5.
Pemanas (Anealing)
6.
7.
2.3.6
batangan kawat baja. Produk-produk pabrik batang kawat juga merupakan bahan
baku dari pabrik-pabrik seperti pabrik mur dan baud, kawat las, kawat paku, tali
baja, dan lain sebagainya.Dengan melakukan penimbangan, pencatatan, dan
pemeriksaan secara visual serta pengaturan posisi billet, siap dimasukkan ke
dalam furnace dimana billet tersebut dipanaskan dengan temperatur 12000C.
19
Pengeluaran billet didorong dengan alat yang disebut billet injektor. Kemudian
setelah billet didinginkan dengan air, maka billet siap untuk digulung loop plyer.
Peralatan utama dalam pabrik Wire Rood Plant (WRP) adalah :
1.
2.
3.
Diameter kawat yang dihasilkan adalah 5,5 mm, 8mm, 10mm, dan 12mm. Ukuran
yang dihasilkan : Panjang 10.000 mm, Berat 900 Kg. Untuk variasi batang kawat
yang dihasilkan terdiri dari :
a.
b.
c.
Selain itu PT. Krakatau Steel (Persero) juga memiliki beberapa sarana yang
mendukung unit-unit produksi diatas yaitu:
1.
2.
20
3.
Pusat penjernihan air dari waduk Krenceng yang mampu menyediakan air
untuk keperluan industri dengan kapasitas 2000ltr/dtk.
4.
Gas alam yang keluar dari dua sumber melalui sambungan pipa yaitu gas
alam Parini dan Arjuno di lepas pantai Cilamoya dan sumber gas di Muridu.
5.
PLTU yang berkapasitas 400 MW yang terdiri dari 5 unit, dengan masingmasing berkapasitas 80 MW dengan dilengkapi komputer sebagai
penyimpan dokumentasi variabel-variabel proses operasi.
6.
7.
8.
Bus antar jemput untuk karyawan dan juaga mobil-mobil dinas PT.
Krakatau Steel (Persero).
2.4
memproduksi pipa kualitas tinggi yang akan memenuhi tuntutan industri minyak
dan gas yang terus meningkat dan proyek konstruksi besar lainnya.
2.
yang berkualitas tinggi, seperti : INP, IWF, H-Beam, U-Channel dan L-Angles,
Baja Tulangan (Deformed dan Plain Bars) serta Kawat Baja.
3.
21
4.
dengan misi menjadi pusat lokasi Industri hulu dan hilir Industri Baja, Kimia dan
Petrokimia serta telah mengikuti urutan logis pengembangan dan pembangunan,
khususnya sehubungan dengan daya tariknya dari segi lokasi yang strategis dan
fasilitas infrastruktur yang tersedia.
5.
22
9.
PT. Krakatau Steel terletak sekitar 110 Km dari jakarta dengan luas
keseluruhannya 350 Ha. PT. Krakatau Steel terletak dikawasan industri Krakatau
tepatnya
jalan Industri
No. 5 STEEL
PO BOX 14 Cilegon 42435. Kantor pusat PT.
diLOKASI
PT KRAKATAU
Krakatau Steel terletak di Wisma Baja, dan Gatot Subroto Kav 54 Jakarta.
PLAN SITE: CILEGON, BANTEN
MARKETING OFFICE: JAKARTA
2.
3.
4.
5.
Adanay jaringan rel kereta api dan jalan raya yang memadai untuk
pengangkutan.
23
2.
Memudahkan
pengendalian
proses
produksi,
karena
adanya
4.
2.6
garis dan staf secara terbatas Dalam struktur organisasi PT. Krakatau Steel,
jabatan direktur utama tidak termasuk dalam struktur kepegawaian karena
diangkat langsung oleh Menteri Perindustrian. Dalam pelaksanaannya direktur
utama dibantu oleh lima direktorat, yaitu :
24
1.
Direktorat Logistik
Bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, mengembangkan dan
Direktorat Produksi
Bertugas
untuk
untuk
Direktorat Keuangan
Bertugas
untuk
Direktorat Pemasaran
Bertugas
untuk
merencanakan,
melaksanakan
dan
mengembangkan
2.7
Staff
1.
Shift I
2.
3.
Dalam hal ini perusahaan tidak akan terlepas dari sebuah tenaga kerja,
karena ini merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan untuk membentuk suatu
kesatuan
dalam
operasional
dari
perusahaan
sehingga
kegiatan
untuk
25
2.
Mitra kerja
Dan tenaga kerja yang bersifat mitra kerja disuplai dari beberapa perusahaan
2.8.1
Pemantauan
Melakukan pemantauan ke lokasi pabrik dan di luar pabrik dengan landasan
agenda perencanaan
Dust
Keluarnya dust dari proses produksi spons yang terbawa oleh udara
disekitar pabrik.
b.
Ambien
Debu yang berterbangan atau melayang-layang di udara
2. Gas
a.
Gas toksit
Gas yang sangat berbahaya, karena gas ini mengandung gas beracun yang
keluar melalui cerobong-cerobong asap bekas pembakaran.
26
b.
Eksplosif
Gas yang dapat mengakibatkan terbakar dan ledakan. Pada umumnya gas
ini mudah terbakar.
3. Air Buangan
Hubungan air buangan identik dengan air limbah produksi. Untuk menjaga
lingkungan, PT. Krakatau Steel melakukan upaya meminimalisasi dari
pembuangan limbah produksi dengan mengkaji dampak-dampak sehingga tidak
menjadikan permasalahan. Ada pun sebagian besar dari limbah industri yang
masuk kategori beracun dan berbahaya (limbah B3) dikirim atau dibuang ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) kawasan Bogor.
4. Suara
Kondisi noise di PT Krakatau Steel mencapai 90 dB, sangat mengganggu
terhadap kesehatan pada karyawan yang bekerja di pabrik. Penanggulangannya
dianjurkan
2.8.2 Penelitian
Meneliti dan mengkaji segala sumber masalah pencemaran pabrik. Mencari
dan menemukan bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai bahan alternatif.
2.8.3 Pengendalian
Ada beberapa masalah dalam hal ini, yakni :
a.
b.
Air limbah.
c.
Limbah pelumas.
d.
Limbah Padat.
e.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1
Sistem Kendali
Sistem kendali adalah proses pengendalian terhadap satu atau beberapa
besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga atau dalam suatu
rangkuman harga (range) tertentu. Didalam dunia industri, dituntut suatu proses
kerja yang aman dan berefisiensi tinggi untuk menghasilkan produk dengan
kualitas dan kuantitas yang baik serta dengan waktu yang telah ditentukan.
Otomatisasi sangat membantu dalam hal kelancaran operasional, keamanan
(investasi, lingkungan), ekonomi (biaya produksi), mutu produk, dll.
Ada banyak proses yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu produk
sesuai standar, sehingga terdapat parameter yang harus dikendalikan antara lain
tekanan (pressure), aliran (flow), suhu (temperature), ketinggian (level), kerapatan
(intensity), dll. Gabungan kerja dari berbagai alat-alat kendali dalam proses
produksi dinamakan sistem pengendalian proses (process control system).
Sedangkan semua peralatan yang membentuk sistem pengendalian disebut
pengendalian instrumentasi proses (process control instrumentation).
Dalam istilah ilmu kendali, kedua hal tersebut berhubungan erat, namun
keduanya sangat berbeda hakikatnya. Pembahasan disiplin ilmu Process Control
Instrumentation lebih kepada pemahaman tentang kerja alat instrumentasi,
sedangkan disiplin ilmu Process Control System mengenai sistem kerja suatu
proses produksi.
28
29
aksi
pengendalian
integral.
Aksi
kendali
integral
dapat
30
3.2
Impedansi (Z)
Impedansi merupakan total dari resistansi dan reaktansi komponen pada
(3-1)
= + ( )
(3-2)
Sebuah tegangan atau arus sinusoidal diberikan pada rangkaian RLC pasif
menghasilkan sebuah respon sinusoidal. Dengan fungsi waktu, seperti v(t) dan
i(t), rangkaiannya dikatakan dalam domain waktu. Ketika rangkaiannya dianalisis
dengan memakai fasor, rangkaian tersebut dikatakan berada dalam domain
frekuensi. Tegangan dan arusnya dapat dituliskan secara berurutan:
v(t) = V cos (t + ) = Re[Vejt] dan V = V
(3-3)
(3-4)
Rasio antara tegangan fasor V dan arus fasor I didefinisikan sebagai impedansi Z,
yaitu:
(3-5)
31
3.3
Hukum Ohm
Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah penghantar
mampu dialiri elektron bebas secara terus menerus. Aliran yang terus-menerus ini
yang disebut dengan arus, dan sering juga disebut dengan aliran, sama halnya
dengan air yang mengalir pada sebuah pipa.
Tenaga yang mendorong elektron agar bisa mengalir dalam sebuah
rangkaian dinamakan tegangan.Tegangan sebenarnya merupakan nilai dari
potensial energi antara dua titik, titik positif dan titik negatif. Ketika kita berbicara
mengenai jumlah tegangan pada sebuah rangkaian, maka kita akan ditujukan pada
berapa besar energi potensial yang ada untuk menggerakkan elektron pada
titiknegatif ke titik positif. Tanpa kedua titik tersebut istilah dari tegangan tersebut
tidak ada artinya.
Elektron
bebas
bergerak
melewati
konduktor
dengan
adanya
=
Keterangan:
V = tegangan listrik yang mengalir pada suatu penghantar (volt)
I = arus listrikyang mengalir pada suatu penghantar (ampere)
R = hambatan listik yang terdapat pada suatu penghantar (ohm)
(3-6)
32
3.4
komputer yang khusus dirancang untuk mengendalikan suatu proses atau mesin.
Proses yang dikendali ini dapat berupa regulasi variabel secara kontinyu seperti
pada sistem-sistem servo atau hanya melibatkan kendali dua keadaan (On/Off)
saja tapi dilakukan secara berulang-ulang seperti umum kita jumpai pada mesin
pengeboran, sistem konveyor, dan lain sebagainya. Gambar 3.3 berikut
memperlihatkan konsep pengendalian yang dilakukan oleh sebuah PLC.
Walaupun istilah PLC secara bahasa berarti pengendali logika yang dapat
diprogram, tapi pada kenyataannya PLC secara fungsional tidak lagi terbatas pada
33
fungsi-fungsi logika saja.Sebuah PLC sekarang ini dapat melakukan perhitunganperhitungan aritmatika yang relative kompleks, fungsi komunikasi, dokumentasi
dan lain sebagainya.Sehingga dengan alasan ini dalam beberapa buku manual,
istilah PLC sering hanya ditulis sebagai PC - Programmable Controller saja.
Perangkat keras PLC pada dasarnya tersusun dari empat komponen utama
berikut: Prosesor, Power Supply, Memori dan Modul Input/Output. Secara
fungsional interaksi antara ke-empat komponen penyusun PLC ini dapat
diilustrasikan pada gambar 3.4 berikut:
input/output
pada
dasarnya
merupakan
antarmuka
yang
34
3.5
Tanur Busur Listrik (EAF) adalah peralatan / alat yang digunakan untuk
proses pembuatan logam / peleburan logam, dimana besi bekas dipanaskan dan
dicairkan dengan busur listrik yang berasal dari elektroda ke besi bekas di dalam
tanur. Ada dua macam arus listrik yang bisa digunakan dalam proses peleburan
dengan EAF, yaitu arus searah (direct current ) dan arus bolak balik ( alternating
current). Dan yang biasa digunakan dalam proses peleburan adalah arus bolakbalik dengan 3 fase menggunakan electroda graphite.
Salah satu kelebihan EAF dari basic oxygen furnance adalah kemampuan
EAF untuk mengolah scrap menjadi 100 % baja cair. Menurut survei sebanyak
35
33% dari produksi baja kasar (crude steel) diproduksi menggunakan Tanur busur
listrik (EAF). Sedangkan kapasitas porduksi dari EAF bisa mencapai 400 ton.
Kelebihan lain dari EAF ini adalah energi yang dikeluarkan busur listrik terhadap
logam bahan baku sangant besar, menyebabkan terjadinya okisdasi besar pada
logam cair. Hal ini menyebabkan karbon yang terkandung di dalam logam bahan
baku teroksidasi sehingga kadar karbon dalam logam tersebut menjadi berkurang.
Bentuk fisik dari dapur (EAF) ini cukup rendah sehingga dalam hal pengisian
bahan bakunya pun sangat mudah. Dalam hal pengoperasiannya pun EAF juga
tidak terlalu sulit karena hanya memerlukan beberapa orang operator yang
memantau proses peleburan dan penggunaan listrik pada dapur tersebut.
Adapun spesifikasi dari Electric Arc Furnace yang digunakan di pabrik baja
slab SSP2 ialah:
Diameter keseluruhan
: 7.040 mm
Diameter shell
: 6.100 mm
Tinggi dapur
: 4.120 mm
Tinggi efektif
: 1.585 mm
dinding : 350 mm
dasar
: 600 mm
Tebal plat
: 30 mm
Diameter elektroda
: 550 mm
Kapasitas Transformator
: 93,5 MVA
: 1.450 mm
: 680 KW/ton
: 1.360 m3/jam
: 4,5 bar
: 20 Nm3/ton
: sistem hidrolik
Mekanisme tilt
: hidrolik
Level shell
: 2.100 mm
36
(jarak antara bagian atas shell dan bagian atas dinding shell)
Mekanisme operasi pintu
3.6
: sistem hidrolik
Transformator Pengukuran
Transformator ukur didesain secara khusus untuk pengukuran dalam sistem
daya. Transformator ini banyak digunakan dalam sistem daya karena mempunyai
keuntungan, antara lain:
1. Memberikan isolasi elektrik bagi sistem daya
2. Tahan terhadap beban untuk berbagai tingkatan
3. Tingkat keandalan yang tinggi
4. Secara fisik lebih sederhana bentuknya, dan
5. Secara ekonomi lebih murah
Arus dan tegangan pada peralatan daya yang harus dilindungi dirubah oleh
transformator arus dan transformator tegangan ke tingkat yang lebih rendah untuk
pengoperasian relai. Tingkat-tingkat yang lebih rendah ini diperlukan karena dua
alasan, yaitu:
1. Tingkat masukan yang lebih rendah ke relai-relai menjadikan komponenkomponen yang digunakan untuk konstruksi relai-relai tersebut secara fisik
menjadi cukup kecil.Karena itu dilihat dari segi ekonomi, biayanya akan
lebih murah.
2. Bagi manusia (pekerja) yang bekerja dengan relai-relai tersebut dapat
bekerja dalam suatu lingkungan yang aman.
37
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1
39
4.2
elektroda agar posisi elektroda dengan material bahan baku baja yang akan dilebur
tetap pada jarak yang telah di tentukan dengan parameter Zset. Sistem yang
digunakan menggunakan sistem kendali tertutup dengan nilai Zact sebagai umpan
balik.
40
Mulai
Trafo Furnace
Tegangan dan
Arus Elektroda
Trafo
Instrumentasi Arus
Trafo
Instrumentasi
Tegangan
Transducer
Transducer
Zact = U/I
Posisi
Elektroda
Hidrolik
Zact = Zset
Selesai
41
42
43
44
ketika furnace beroperasi, metode ini sangat beresiko karena arus yang mengalir
sangat besar. Sedangkan off-load switching berarti perubahan di tap-changer
dilakukan saat furnace tidak beroperasi yang berarti proses peleburan dihentikan
sementara dengan menaikan elekroda. Metode ini meskipun lebih aman namun
memakan banyak waktu untuk mematikan kemudian menyalakan lagi dan
mengakibatkan proses produksi kurang baik.
Transformator furnace berfungsi sebagai pembangkit arus tinggi yang di
alirkan menuju elektroda. Transformator furnace harus memenuhuhi beberapa
kriteria di bawah selain kriteria standar Transformator distribusi:
1. Dapat mengontrol arus (Ampere) tinggi pada sisi sekunder
2. Kombinasi dari tegangan yang sangat rendah pada sisi sekunder (hingga 220
V) dengan tegangan yang sangat tinggi pada sisi primer (hingga 30kV) pada
sisi primer
3. Tahan terhadap beban kejut karena short-circuit dari busur yang sering
terjadi selama operasi
4. Impedansi tegangan yang rendah
5. Setting yang terpisah untuk tegangan tiga fasa Transformator furnace yang
digunakan pada EAF PT. Krakatau Steel menggunakan:
Tipe
Daya
: 93.5 MVA ,
Frekuensi
: 50 Hz .
Voltase primer
: 30 kV
Arus primer
: 1799.4 A
Tap changer
Voltase sekunder
: 850-490 V
Tap
Arus sekunder
: 63696 80000 A
koneksi primer
: Delta
koneksi sekunder
: Delta
cosphi
: 0.7
45
Transformator 3 fasa dipisah per fasa agar dapat digunakan untuk mencharging elektroda sehingga elektroda mampu mengalirkan arus yang cukup
selama proses peleburan baja. Dalam proses peleburan baja arus yang dibutuhkan
mencapai 80 kA pada ujung elektroda. Oleh karena itu Transformator yang
digunakan merupakan Transformator khusus untuk proses peleburan.
Voltage (V)
Tap 1
490
Tap 2
533
Tap 3
566
Tap 4
602
Tap 5
644
Tap 6
667
Tap 7
691
Tap 8
719
Tap 9
746
Tap 10
777
Tap 11
811
Tap 12
850
46
Keterangan:
1. penghubung E-Cu
2. clamp antimagnet
3. penekan
4. tube proteksi
5. kabel serabut E-Cu
6. pipa supporting air
7. tube luar dengan pengaman asbes
operasi
furnace
Konduktor tersebut harus memiliki kemampuan menghantar arus hingga 80
KA. Karena konduktor tersebut mengalirkan arus yang tinggi maka akan
menimbulkan panas yang tinggi pula. Mengeliminasi panas yang ditimbulkan oleh
47
P = Z x Is dan Us = Z x Is
(4-1)
Ket: P : Daya
Z :Impedansi
Is : Arus sekunder
Us : Tegangan sekunder
Nilai Z jika diturunkan maka P akan turun pula. Sehingga jika sisi sekunder
berada dalam kondisi short-circuit maka nilai P, Z, U sama dengan 0 dan tidak ada
bahaya yang ditimbulkan. Namun jika sisi sekunder dibiarkan terbuka, Z akan
menjadi tak terhingga sehingga secara teori daya dan tegangan akan menjadi tak
48
terhingga pula. Namun nilai daya ini dibatasi oleh rugi rugi magnetik dan sumber.
meskipun begitu nilai tegangan sekunder dapat mencapai orde kV sehingga tetap
berbahaya saat meninggalkan sisi sekunder CT berada dalam keadaan terbuka.
Jika nilai Z dinaikan maka P dan Is akan naik pula sehingga kita bisa
menempatkan impedansi dengan nilai antara nominal sampai tak hingga tanpa
menimbulkan bahaya pada sisi sekunder. Namun jika pada sisi sekunder dihubung
singkatkan, nilai Z akan sangat kecil sehingga secara teori daya dan arus akan
menjadi tak terhingga yang akan membahayakan Transformator maupun
lingkungan sekitar, maka tidak diperbolehkan menghubung-singkatkan PT.
4.2.4 Transducer
Keluaran dari Transformator instrumen menjadi masukan untuk transducer.
Transducer akan mengubah nilai tegangan atau arus disisi input yang masih
49
dalam bentuk AC menjadi keluaran yang proporsional berupa arus dalam range 420mA dalam bentuk DC. Arus DC dalam range 4-20mA menjadi masukan ke
dalam PLC.
Meskipun untuk menghitung nilai impedansi pada ECS yang perlu diketahui
adalah nilai tegangan dan arus pada sisi sekunder Transformator furnace, namun
untuk keperluan monitoring, nilai tegangan, arus, dan daya di sisi primer juga
perlu diketahui. Dengan begitu jika terjadi error pada arus, tegangan, daya di sisi
Primer menjadi terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, penyebab sumber masalah
dapat dideteksi secara cepat dan tepat.
Transformator instrumentasi ditempatkan disisi primer dari Transformator
furnace. Daya yang diukur baik di sisi primer maupun sisi sekunder, berupa daya
reaktif dan aktif. Untuk mengukur nilai daya digunakan transducer daya.
Transducer daya mempunyai masukan yang berasal dari sisi sekunder
Transformator instrumentasi berupa arus serta tegangan dan memiliki keluaran
arus 4-20mA. Arus ini menjadi masukan ke dalam PLC.
Nilai yang keluar dari transducer arus akan menjadi parameter I, sedangkan
nilai dari transducer tegangan akan menjadi parameter U didalam PLC ABB. Dari
parameter ini, nilai I dan U akan masuk ke komparator untuk dibandingkan
sehingga diperoleh nilai Zact. Sistem hidrolik berfungsi sebagai output dari
keseluruhan sistem pengendalian elektroda ini.
50
Dapat dilihat dari gambar 4-10 pada transducer tegangan pin input
dihubungkan dengan sisi sekunder Transformator tegangan beserta line netral.
Konfigurasi pin diatas juga berlaku untuk transducer arus.
Nilai arus dari transducer yang merepresentasikan nilai arus dan tegangan
dari sisi sekunder Transformator furnace diolah di PLC. PLC akan menentukan
nilai impedansinya kemudian membandingkan dengan nilai impedansi set-point,
lalu menentukan aksi kontrol yang diberikan ke sistem hidrolis elektroda.
Sedangkan nilai arus transducer yang merepresentasikan nilai arus, tegangan, dan
daya di sisi primer Transformator akan masuk ke PLC untuk dilakukan proses
pembandingan dengan batas atas dan bawah, kemudian melakukan aksi jika nilai
batas tersebut terlewati. Semua nilai tadi ditampilkan di dalam sebuah HMI.
51
4.3
nilai dari transducer tegangan akan menjadi parameter U didalam PLC ABB.
Nilai I dan U akan masuk ke komparator untuk dibandingkan sehingga diperoleh
nilai Zact. Perbandingan tersebut sesuai dengan turunan dari persamaan hukum
ohm:
(4-2)
Proses di atas diubah ke dalam bentuk function blok diagram di PLC ABB
Masterpiece 200/1. Sedangkan nilai impedansi set point nya ditetapkan untuk tiap
elektroda. Dibawah ini adalah data Uact, Iact, dan Zset yang dibuat dalam bentuk
tabel.
U act (V)
I act (kA)
Zset (m)
Output
4,426344
327,5902
74,0092
4,3514
-0,07494
4,505853
319,109
70,821
4,3514
-0,15445
4,818926
336,7128
69,873
4,3514
-0,46753
4,212785
330,477
78,4462
4,3514
0,138615
4,298952
330,144
76,7964
4,3514
0,052448
4,340453
320,8454
73,9198
4,3514
0,010947
4,531608
326,9356
72,1456
4,3514
-0,18021
4,559458
328,0904
71,9582
4,3514
-0,20806
4,429779
317,383
71,6476
4,3514
-0,07838
Tabel diatas adalah data Output untuk penggerakan elektroda yang didapat
dari PT Krakatau Steel saat proses peleburan dengan parameter Zact dari hasil
Uact dan Iact yang dibandingkan dengan Zset yang telah direkam saat operasi
peleburan baja berlangsung melalui komputerisasi.
52
Dari tabel 4-2 kita dapat melihat bahwa nilai Output berubah-ubah setiap
waktu, nilai dari Output tersebut bernilai positif dan negatif. Ini mengartikan
bahwa nilai Output didapat dari perbandingan nilai Zact dengan Zset yang saat
operasi berlangsung nilainya akan bervariasi, ini akibat pengaruh dari jarak antara
ujung elektroda dengan material yang bervariasi setiap saat. Jika dihubungkan
dengan kontrol elektroda, Semakin dekat ujung elektroda dengan material maka
impedansi Zact akan semakin kecil dan sebaliknya Semakin jauh ujung elektroda
dengan material maka impedansi Zact akan semakin besar, karena Impedansi di
dalam furnace tidak memungkinkan untuk diukur secara langsung, maka
digunakan besaran elektrik (arus dan tegangan) untuk mengetahui nilai Impedansi
Zact, Karena jarak antara ujung elektroda dengan material berpengaruh juga
dengan besarnya nilai I arus dari busur elektrik pada elektroda.
Zset apabila telah ditentukan sebesar 4,3514 m sesuai dengan sampel dari
tabel 4-2, dan dalam pengukuran didapat
Uact
= 327,5902 Volt
Iact
= 74,0092 kA
Zset
= 4,3514 m
Zact =
327,5902
74,0092
= 4,426344 m.
(4-3)
Dibandingkan dengan Zset maka nilai Zact < Zset, ini menandakan keadaan
elektroda berdasarkan jarak yang telah ditentukan
dengan material. Maka dari perhitungan tersebut yang telah di program dalam
PLC ABB dapat memerintahkan aktuator hidrolik untuk menurunkan elektroda
sebesar output -0,07494. perhitungan tersebut terus sama dengan data dari nilai
nilai berikutnya yang selalu berubah-ubah. meskipun nilai Zact dengan Zset tidak
bisa presisi bernilai sama, tetapi konsep dari kontrol elektroda ini yaitu bagaimana
53
cara membandingkan dan mempertahankan nilai Zact agar tetap mendekati Zset
yang telah ditentukan.
Dalam pengontrolan elektroda, ada perilaku yang menggambarkan keadaan
elektroda pada saat akan memulai peleburan menurut nilai dari arus dan
tegangannya yang dijalankan dengan kontrol manual:
a. Jika U > 0 dan I = 0, maka keadaan ini switch furnace tertutup tetapi belum
timbul busur pada ujung elektroda sehingga elektroda akan diturunkan pada
kecepatan maksimum, posisi elektroda dikontrol secara manual.
b. Jika U > 0 dan I > 0, maka keadaan ini switch furnace tertutup dan sudah
ada busur pada ujung elektroda. Setelah itu selanjutnya kontrol elektroda
dilakukan secara otomatis. Apabila terjadi overcurrent karena akibat kondisi
short circuit, maka elektroda dinaikan dengan kecepatan maksimal.
4.4
4.5
setpoint. Tujuan kontrol ini disebut regulator. untuk menjaga agar energi listrik
yang masuk ke elektroda berada pada nilai setpoint yang diberikan. Masukan
energi listrik ini dipertahankan nilainya pada titik tertentu untuk memastikan
54
panjang busur elektrik pada furnace tidak bervariasi sehingga panas yang yang
dihasilkan merata. Selain itu juga untuk mencegah elektroda berada pada posisi
yang tidak diinginkan seperti menempel pada meterial sehingga akan
menimbulkan overcurrent, yang dapat mengurangi masa pakai Transformator.
Penentuan nilai setpoint ini ditentukan untuk tiap tegangan tap Transformator.
Pada sistem kontrol ini digunakan pengukuran perbandingan antara nilai
tegangan dan arus dari elektroda untuk mengetahui nilai impedansinya. Nilai
impedansi ini digunakan sebagai sinyal feedback. Dari nilai tersebut dapat
diketahui keadaan aktual dari elektroda.
Jika keadaan actual atau nilai terukur dari elektroda berbeda dengan setpoint
maka jarak antara elektroda dengan material berubah dengan menaik-turunkan
elektroda secara hidrolik sampai nilai terukur mendekati nilai setpoint.
55
Impedansi terdiri dari reaktansi (X) dan resistansi (R). Reaktansi pada
sistem arus tinggi dapat bervariasi selama pengoperasian furnace. Nilai reaktansi
dapat bervariasi karena osilasi yang terjadi pada kabel arus tinggi atau
bervariasinya total distorsi harmoni dari arus. Ini mengindikasikan bahwa kondisi
busur bisa berubah akibat perubahan dari sistem arus tinggi meskipun jarak antara
ujung elektroda dengan material tetap.
Bervariasinya nilai reaktansi ini menyebabkan drop tegangan pada sistem
arus tinggi bervariasi. Pengukuran tegangan yang dilakukan pada ujung ujung sisi
sekunder Transformator menyebabkan tegangan drop yang bervariasi ini juga ikut
terukur. Tegangan drop yang bervariasi ini menyebabkan nilai tegangan aktual
pada busur menjadi lebih sulit dihitung.
Mengeliminasi penyimpangan dengan cara tegangan diukur secara langsung
pada ujung elektroda. Namun hal ini tidak mungkin dilakukan. Untuk mengatasi
hal tersebut simulasi tegangan drop yang terjadi pada sistem arus tinggi
dikembangkan pada komputer. Dari simulasi ini dapat diperoleh tegangan busur
sesungguhnya. Dengan begitu tegangan busur dan jarak antara elektroda dengan
material dapat diatur menuju set point. Nilai impedansi set point untuk sistem
pengendalian ini ditentukan oleh vendor sewaktu instalasi sistem ECS.
Sistem ECS menggunakan teknologi dari VAI. Sistem tersebut berupa satu
paket lengkap yang disebut Digital Impedance Control System. Paket ini meliputi
otomasi sistem yang berjalan di atas platform ABB Masterpiece dan HMI yang
menggunakan software wonderware, yang memungkinkan user dapat memantau
kondisi elektroda antara lain:
a. Tahanan
b. Tegangan,
c. Arus,
d. Daya,
e. Power factor,
f. Tegangan primer dan sekuder Transformator dll
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari penyusunan laporan Kerja praktek di PT. Krakatau Steel, dapat diambil
dengan
material
di
furnace
agar
tetap
konstan
yang
5.2
Saran
Karena kemajuan teknologi yang sangat pesat, tidak ada salahnya sistem-
sistem tersebut menggunakan sistem kendali dan artificial intelegence, dalam hal
pengendalian elektroda. Sehingga sebuah sistem dapat bekerja mengimbangi
dinamika proses yang terjadi di EAF. Dari hal itu sungguh menarik jika masalah
ini dapat diambil untuk dijadikan Tugas Akhir Kuliah bagi Mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
PT. Krakatau Steel. (1992, Maret 2). Wiring Diagram Control Circuit EAF 9.
Indonesia
3.
4.
PT. Krakatau Steel. (1993, Januari 14). VAI Process Automation PC Diagram.
Indonesia.
5.
Peens, M. (2004). Modelling and Control of an Electorde System for Threephase Electric Arc Furnace - Dissertation. Pretoria: University of Pretoria.