PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
: Ny. M
Umur
: 37 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
Alamat
Suku bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMEA
Tanggal masuk RS
: 21 Agustus 2015
Jam masuk RS
: 22.05 WIB
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis diambil secara autoanamnesis dan alloanamnesis kepada suami pasien
pada hari Jumat, tanggal 21 Agustus 2015, pukul 22.15 WIB di IGD Rumah Sakit
Islam Jakarta Pondok Kopi.
Keluhan Utama
Keluar banyak gumpalan darah dari kemaluan.
Keluhan Tambahan
Pusing, Lemas, Nyeri pinggang.
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1x sejak tahun 1994 hingga sekarang.
Riwayat Haid
Menarche
: Umur 13 tahun
Lama
Siklus
: 28 hari
Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan.
Riwayat Obstetrik
Para 5, Abortus 0.
No
Tahun
.
1.
2.
3,
4.
5.
1995
1998
2003
2007
2015
Kehamilan
Cukup bulan
Cukup bulan
Cukup bulan
Cukup bulan
Cukup bulan
Persalinan
Ditolong
Spontan
Spontan
Spontan
Spontan
Spontan
Bidan
Bidan
Bidan
Bidan
Bidan
Keterangan
Laki-laki, 3200 gram
Perempuan, 3250 gram
Perempuan, 3000 gram
Laki-laki, 3500 gram
Perempuan, 3000 gram
Keadaan umum
: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4V5M6
Tanda vital
o Tekanan darah
: 110/70 mmHg
o Nadi
: 84 x/menit, reguler, lemah
o Suhu
: 36,1 oC
o Pernapasan
: 24 x/mnt
Kepala
Rambut
Wajah
Mata
o Visus
: Normocephal
: Rambut hitam, tidak mudah dicabut, cukup tebal
: Wajah simetris, tidak ada deformitas.
:
: tidak dinilai
Ptosis
: -/-
o Sklera ikterik
: -/Lagofthalmus : -/o Konjunctiva anemis : +/+
Cekung
: -/o Exophthalmus
: -/Kornea jernih : +/+
o Strabismus
: -/Lensa jernih : +/+
o Pupil
: bulat, isokor
Nistagmus
: -/o Refleks cahaya
: langsung +/+ , tidak langsung +/+
Telinga
:
o Bentuk
: normotia
o Tuli
: -/o Nyeri tarik aurikula : -/o Nyeri tekan tragus
: -/o Liang telinga
: lapang
o Membran timpani
: sulit dinilai
o Refleks cahaya
: sulit dinilai
o Serumen
: -/o Cairan
: -/Hidung
:
o Bentuk
: simetris
o Sekret
: -/o Mukosa hiperemis
: -/Bibir
: Simetris, mukosa pucat, kering (+), sianosis (-)
Mulut
: Oral higiene baik, gigi caries (-), trismus (-), mukosa gusi
Abdomen
Ekstremitas
o Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Kulit
: warna sawo matang, pucat (+), ikterik (-), sianosis (-), turgor
Status Ginekologi
Abdomen
o Inspeksi
: datar, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
o Palpasi
: fundus uteri teraba sepusat, kontraksi kurang baik
Pemeriksaan Dalam
o Dinding vagina
: licin, massa (-), nyeri (-)
o Portio
: konsistensi lunak, pembukaan 3
o Digital
: kotiledon (+)
Hasil
7,5 mg/dl
23 %
16.400 /L
696.000 /L
Nilai normal
13,5 17,5 mg/dl
40 - 50%
5000 10000 /L
150000 400000 /L
I.5 RESUME
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi pada tanggal
21 Agustus 2015, pukul 22.05 dengan keluhan keluar banyak gumpalan darah dari
kemaluan sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Darah keluar lebih banyak dari
sebelumnya, berwarna merah segar, disertai banyak gumpalan darah. Biasanya pasien
mengganti pembalut sebanyak 3-4x sehari, namun dalam waktu 4 jam terakhir pasien
sampai mengganti pembalut sebanyak 3x. Sebelumnya saat sore hari, pasien
mengeluh nyeri pinggang seperti akan mendapat haid. Pasien merasa pusing dan
sedikit lemas. Pada tanggal 9 Agustus 2015 pukul 08.00 WIB, yaitu 12 hari yang lalu,
pasien melahirkan putri ke-5 dengan persalinan normal di Bidan.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang. Status generalis
didapatkan dalam batas normal, namun terdapat konjungtiva anemis, mukosa bibir
pucat dan kering. Status lokalis abdomen teraba fundus uteri setinggi pusar dengan
kontraksi yang kurang baik. Pada pemeriksaan dalam didapatkan porsio lunak dan
terdapat pembukaan 3. Dan saat dilakukan digital, ditemukan adanya kotiledon yang
tertinggal.
Hasil pemeriksaan penunjang pada pasien didapatkan Hemoglobin 7,5 mg/dl,
Hematokrit 23 %, Leukosit 16.800 /L dan Trombosit 696.000 /L.
I.6DIAGNOSISKERJA
P5A0denganperdarahanpostpartumsekunderakibatplasentarestan
I.7PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
IVFD Asering
Gastrul 2 tablet per rectal
Konsul dokter SpOG, Instruksi :
o Transfusi PRC 500 cc
o Infus ditambahkan Syntocinon 20 iu
o Gastrul tablet 3x1
Non Medikamentosa
I.8PROGNOSIS
AdVitam
AdSanationam
AdFungtionam
:DubiaadBonam
:DubiaadBonam
:DubiaadBonam
I.9 FOLLOW UP
Tanggal/
Hari
Perawatan
Sabtu, 22
Darah yang
KU:TSS
P5A0Dengan
Agustus
keluar
Kes:CM
PerdarahanPost - IVFDAsering+
2015
berkurang,
TTV:
Partum
Hari ke-1
lemas (-)
TD:100/80mmHg
SekunderAkibat - TransfusiPRC500
Nadi : 88x/menit
PlasentaRestan
RR: 20x/menit
ProKuretase
S: 36C
St. Generalis:
Mata : KA +/+
St. Lokalis:
Fundus uteri setinggi
pusar, kontraksi baik
Laboratorium
10
P
- O2
Syntocinon20iu
cc
- Gastrul3x1tab
(21/08/15):
Hb: 7,5 mg/dl
Keterangan:
-
Pukul04.35WIBtransfusiPRC240cc
Pukul06.15WIBtransfusiPRC190cc
Pukul10.00WIBdilakukanKuretaseolehdrSpOGdengangeneral
anestesiyaituTotalIntravenaAnestesi(TIVA).Tambahanterapi:
Tramolsupp3x1
Ondancentron3x1amp
Ranipel2x1amp
KU:TSS
P5A0Dengan
Minggu, 23
(-)
Agustus
Pasien
Kes:CM
2015
minta
TTV:
Hari ke-2
pulang
- Sulfaferosus 2x1
TD:110/70mmHg AkibatPlasenta
- Ketorolac 2x1
RestanPost
Nadi : 80x/menit
APS
RR: 18x/menit
S: 36,3C
St. Generalis:
Mata : KA +/+
St. Lokalis:
Fundus uteri 2 jari
dibawah pusar,
kontraksi baik
Laboratorium:
Hb: 7,8 mg/dl
11
- Clindamycin 3x1
Kuretase
Kontrol tanggal 29
Agustus 2015
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 DEFINISI
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 cc
atau lebih yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan dapat terjadi sebelum, selama,
atau sesudah lahirnya plasenta. Pritchard dkk mendapatkan bahwa sekitar 5% wanita
yang melahirkan pervaginam kehilangan lebih dari 1000 ml darah.
III.2 EPIDEMIOLOGI
Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta
yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir
masa nifas.1 Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat
batas-batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan
12
III.3 KLASIFIKASI
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian : 1,4,9
III.4 ETIOLOGI
13
Atonia uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.12
Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi seratserat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika
myometrium tidak dapat berkontraksi. Atonia uteri merupakan penyebab
tersering perdarahan post partum, sekurang-kurangnya 2/3 perdarahan post
partum disebabkan oleh atonia uteri (Depkes RI, 2007)
Disamping
menyebabkan
kematian,
perdarahan
postpartum
14
15
Tissue
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu
dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum
dilahirkan secara sempurna. Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak
terjadi perdarahan, tapi apabila terlepas sebagian maka akan terjadi
perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum
lepas dari dinding uterus disebabkan karena :
o Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva)
o Plasenta melekat erat pada dinding uterus sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium (plasenta akreta perkreta)
o Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar
disebabkan disebabkan tidak adanya usaha untuk melahirkan, atau
karena salah penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran konstriksi
pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta).
Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25% dari kasus
perdarahan postpartum. Penemuan Ultrasonografi adanya masa uterus yang
echogenic mendukung diagnosa retensio sisa plasenta. Hal ini bisa digunakan
jika perdarahan beberapa jam setelah persalinan ataupun pada late postpartum
hemorraghe. Apabila didapatkan cavum uteri kosong tidak perlu dilakukan
dilatasi dan curettage.
Trauma
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir.
o Ruptur uterus
o Inversi uterus
16
17
18
III.6 PATOFISIOLOGI
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus terus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke janin. Atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar
tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma
jalan lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga
menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah. Penyakit pada darah
19
menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena
adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari
perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis,
pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam. 9
Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi
abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan
lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras.
Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan
inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina,
20
21
22
dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk) dan pimpin persalinan dengan
mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan
pasca persalinan). Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan
(di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di
ruang rawat gabung). Terapi pada pasien dengan hemorraghe postpartum mempunyai
2 bagian pokok : 7,9
cairan ke ginjal adekuat bila produksi urin dalam 1jam 30 cc atau lebih)
Penatalaksanaan penyebab hemorraghe postpartum
Tentukan penyebab hemorraghe postpartum :
o Atonia uteri
Periksa ukuran dan tonus uterus dengan meletakkan satu
tangan di fundus uteri dan lakukan massase untuk mengeluarkan
bekuan darah di uterus dan vagina. Apabila terus teraba lembek dan
tidak berkontraksi dengan baik perlu dilakukan massase uterus yang
lebih keras dan pemberian uterotonika oksitosin 10 IU IM dilanjutkan
infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit.
23
24
menurunkan
perdarahan
sementara
sambil
menunggu
25
Uteri. Cara ini kemudian disebut dengan Metode Sayeba. Metode ini
digunakan sebagai alternatif penanganan HPP terutama sambil
menunggu perbaikan keadaan umum, atau rujukan. Cara pemasangan
tampon kondom menurut Metode Sayeba adalah secara aseptik
kondom yang telah diikatkan pada kateter dimasukkan kedalam cavum
uteri. Kondom diisi dengan cairan garam fisiologis sebanyak 250-500
cc sesuai kebutuhan. Dilakukan observasi perdarahan dan pengisian
kondom dihentikan ketika perdarahan sudah berkurang. Untuk
menjaga kondom agar tetap di cavum uteri, dipasang tampon kasa
gulung di vagina. Bila perdarahan berlanjut tampon kassa akan basah
dan darah keluar dari introitus vagina. Kontraktilitas uterus dijaga
dengan pemberian drip oksitosin paling tidak sampai dengan 6 jam
kemudian. Diberikan antibiotika tripel, Amoksisilin, Metronidazol dan
Gentamisin. Kondom kateter dilepas 24-48 jam kemudian, pada kasus
dengan perdarahan berat kondom dapat dipertahankan lebih lama.
26
akan
menyebabkan
27
perdarahan
keluar
lewat
vagina.
bersumber
dari
semua
traktus
genetalia
dengan
Sisa plasenta
Apabila
kontraksi
uterus
jelek
atau
kembali
lembek,
28
29
Gambar 1.
Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut
Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai
30
Gambar 2.
Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri di atas fundus
Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari
tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan
bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan
seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya
(kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan
fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan
demikian,
kejadian
dihindarkan.8
31
robekan
uterus
(perforasi)
dapat
Setelah
Gambar 3.
Mengeluarkan plasenta
plasenta berhasil dikeluarkan,
lakukan
melahirkan
pervaginam.7
Teknik
Pelaksanaan
apakah
ada
kerusakan
dinding
uterus.
untuk
32
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom
KD. Uterine Leiomyomas. In : Williams Obstetrics. 22nd edition. Mc Graw-Hill.
New York : 2005.
2. Sheris j. Out Look : Kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir. Edisi Khusus. PATH.
Seattle : 2002.
3. Winkjosastro
H,
Hanada.
Perdarahan
Pasca
Persalinan.
http://http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt12.html. [update: 1
Februari 2005]. Diakses tanggal 30 Agustus 2015 dari :
4. Setiawan Y. Perawatan perdarahan post partum. http://http://www.Siaksoft.net
[update : Januari 2008]. Diakses tanggal 30 Agustus 2015.
5. USU.
Perdarahan
Post
Partum.
2010.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311090/BAB%20II.pdf
Diakses tanggal 30 Agustus 2015.
6. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Perdarahan Pasca Persalinan.
http://.www.Fkunsri.wordpress.com [update : Agustus 2008]. Diakses tanggal 30
Agustus 2015
7. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Tindakan Operatif Dalam Kala
Uri. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.
8. WHO. Managing Complications in Pregnancy and Childbirth : Manual Removal.
of
Placenta.
http://www.who.int/reproductivehealth/impac/Procedures/Manual_removal_P77_
P79.html. [update : 2003]. Diakses tanggal 30 Agustus 2015.
9. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Perdarahan Post Partum. Dalam :
Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.
10. Prawirohardjo S. Perdarahan Paca Persalinan. Dalam : Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP. 2002.
11. Pregnancy N Vimala, V. Dadhwal, S Kumar, S Mittal, S Vinekar. Intravaginal
Misoprostol Versus Intra-amniotic 15 Methyl PG F2 for Termination of Second
Trimester. New Delhi, India : 2005.
12. WHO guidelines for the management of postpartum haemorrhage and retained
placenta
34