Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTURE CLAVIKULA

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTURE CLAVIKULA

A.

PENGERTIAN

Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan bahu
dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang
membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan
perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang clavicula
merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban berlebih akan menyebabkan
beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnta kontinuitas tulang tersebut
(Dokterbujang.2012).
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial melengkung lebih
besar dan menuju anterior, lengkungan bagian lateral lebih kecildan menghadap ke posterior.
Ujung medial clavicula disebut ekstremitas sternalis, membentuk persendian dengan sternum,
dan ujung lateral disebut ekstremitas acromalis, membentuk persendian dengan akromion.
Shoulder komplek merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia, karena memiliki
5 sendi yang saling terpisah. Shoulder komplek terdiri dari 3 sendi synovial dan 2 sendi non
synovial. Tiga sendi synovial adalah sternoclavicular joint, acromioclavicular joint, dan glenohumeral joint. 2 sendi non-sinovial adalah suprahumeral joint dan scapulothoracic joint (Sulhaerdi,
2012).
Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi. Fraktur
clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri, menunggang
kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung. Tidak menutup
kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang lain, karena letaknya
yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan
cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme
terjadinya (Dokterbujang, 2012).

B.

ETIOLOGI

Penyebab utama/primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran
bermotor, olahraga, malnutrisi . Trauma ini bisa langsung/tidak langsung (kontraksi otot, fleksi
berlebihan).
Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik
berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur klavikula
sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi. Yang komplit, walaupun tidak
umum, mungkin menggunakan ORIF.
1. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa
(misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur
pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan
Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/
ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
C.

MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula kemungkinan akan
mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau benjolan pada daerah bahu atau dada atas.
Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah,
mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Anda mungkin
perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit
atau ketika ingin menggerakan (Medianers, 2011).

D.

PATOFISIOLOGIS

Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau trauma.
Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur terentang atau
mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat menyebabkan patah tulang
selangka / fraktur klavikula.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun
maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi
menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler
yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan
jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau
tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan
terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu,
disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun
tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah
dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatansite,
2013).

E.

PATHWAYS

F.

KOMPLIKASI

Komplikasi akut :
Cedera pembuluh darah
Pneumouthorax
Haemotorax
Komplikasi Lambat :
Mal union
Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya namun tidak
dengan bentuk aslinya atau abnormal.
Non Union
Kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan.
G.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

CT scan.
Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari
klavikula Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil. Pewarna biasanya
diberikan dalam pembuluh darah Anda (Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas
melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting,
atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Anda alergi
terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
2.

Magnetic resonance imaging scan:


Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar
tulang selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari
tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda perlu berbaring diam selama MRI.
3.

X-ray atau foto rongent


x-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua
klavikula Anda terluka dan terluka dapat diambil.

H.

MASALAH KEPERAWATAN / KOLABORATIF

Masalah keperawatan / kolaboratif pada pasien dengan frakture clavikula :


1.
Nyeri akut berhubungan dengan Agen Cidera Fisik
2.
Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan integritas strukture tulang.
3.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terkait medikasi.
I.

PENATALAKSAAN

Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengantindakan bedah atau
operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa reposisi,
yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,apalagi pada anak karena salahsambung klavikula jarang menyebabkangangguan pada bahu, baik fungsi maupun keuatannya.
Kalus yang menonjolkadang secara kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan
hilangdengan proses pemugaran. Yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih
tinggi daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dantangan pada hari pertama dan
latihan gerak bahu setelah beberapa hari.
Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1.
Fraktur terbuka.
2.
Terdapat cedera neurovaskuler.
3.
Fraktur comminuted.
4.
Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5.
Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6.
Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya(malunion)

Konsep Asuhan Keperawatan


A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan
kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah
terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap
ini. Tahap ini terbagi atas:
1.

Pengumpulan Data

a.

Anamnesa

1)

Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS,
diagnosa medis.
2)

Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa

akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang rasa nyeri klien digunakan:
a). Provoking Incident
Apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
b). Quality of Pain
Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar,
berdenyut, atau menusuk.
c). Region
Radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar,
dan dimana rasa sakit terjadi.
d). Severity (Scale) of Pain
Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e). Time
Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau
siang hari.

3). Riwayat Penyakit Sekarang


Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh
mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain
4). Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk
berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang
dan penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.
Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut
maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang
5). Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa
keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik
6). Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
7). Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a). Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan
harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,
pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu
keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak
b). Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium

atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah
muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan
mobilitas klien.
c). Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun
begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi
alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan
jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu
pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur,
suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
d). Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji
adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan
beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain
e). Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus
menjalani rawat inap
f). Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat
frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)
g). Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang
pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami
gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur
h). Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena
harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu
juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya

i). Pola Penanggulangan Stress


Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul
kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
j). Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama
frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien

B. PEMERIKSAAN FISIK
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan
gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan
total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang
lebih sempit tetapi lebih mendalam.
1)

Gambaran Umum

Perlu menyebutkan:
a)

Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:

(1) Kesadaran penderita:


apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien.
(2) Kesakitan, keadaan penyakit:
akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
(3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
b)

Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

(1)

Sistem Integumen

Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
(2)

Kepala

Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri
kepala.

(3)

Leher

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
(4)

Muka

Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi,
simetris, tak oedema.
(5) Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi perdarahan)
(6)Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
(7)

Hidung

Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.


(8)

Mulut dan Faring

Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
(9)

Thoraks

Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.


(10)

Paru

(a)

Inspeksi

Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang
berhubungan dengan paru.
(b) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
(c)

Perkusi

Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
(d) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
(11)
(a)

Jantung
Inspeksi

Tidak tampak iktus jantung.


(b) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
(c)

Auskultasi

Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

(12)
(a)

Abdomen
Inspeksi

Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.


(b) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
(c)

Perkusi

Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.


(d) Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
(13)

Inguinal-Genetalia-Anus

Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

DAFTAR PUSTAKA
1.
Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th ed. Jakarta: Yarsif Watampone,
2009, p. 355-356.
2.
Pecci M, Kreher JB. Clavicle fracture. [Cited] January, 1st2008. Availablefrom:
URL: http://www.aafp.org/afp/2008/0101/p65.html.
3.
Rubino LJ. Clavicle Fracture. [Cited] March, 7th 2012. Available from:
URL:http://emedicine.medscape.com/article/1260953-overview#a0199.
4.
Sjmsuhidajat R, Jong WD. Sistem muskuloskeletal. In: Buku ajar ilmu bedah.2nd ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, p. 841.
5.
Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2012.
Availablefrom:URL:http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle-fractures
6.
Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh Manusia.Bandung:
Graha Ilmu Publishing, 2009, p.3-4.
7.
Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 20th 2010. Available from:
URL:http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured-Clavicle.htm

Anda mungkin juga menyukai