Pembimbing :
dr. Wignyo Santoso, sp.An(KIC)
Disusun Oleh :
Ratih Kumala Dewi 01.210.6256
Dwi Rapitasari
01.211.6370
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS ANESTHESIA
CONGESTIVE HEART FAILURE DENGAN SYOK
KARDIOGENIK
Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu prasyarat
kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Anestesi Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan
LAPORAN KASUS
CONGESTIVE HEART FAILURE DENGAN SYOK
KARDIOGENIK
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskular dengan
prevalensi yang terus meningkat. Gagal jantung mempengaruhi lebih dari
5.2 juta pernduduk amerika, dan lebih dari 550,000 kasus baru yang
didiagnosis tiap tahunnya. Tiap tahunnya gagal jantung bertanggung jawab
terhadap hampir 1 juta hospitalisasi. Mortalitas rata rata rawatan yang
dilaporkan pada 3 hari, 12 bulan, dan 5 tahun pada pasien yang dirawat di
rumah sakit masing masing adalah 12%, 33%, dan 50%. Rata rata yang
mengalami hospitalisasi kembali adalah 47% dalam 9 bulan. Data dari RS.
Kariadi Semarang didapatkan 48 pasien CHF yang dirawat di HCU dan
ICU, 44 (92%) pasien meninggal dunia dan 4 (8%) pasien keluar hidup.
Pasien CHF terbanyak pada usia 41-60 tahun sebanyak 18 (40,9%) pasien.
Pasien yang meninggal dengan bantuan ventilator sebanyak 36 (75%).
Indikasi masuk pasien CHF ke HCU dan ICU disebabkan oleh sesak nafas
sebanyak 33 (75%) pasien, nyeri dada sebanyak 8 (18,2%) pasien,
penurunan kesadaran sebanyak 3 (6,8%) pasien. Penyebab kematian pasien
CHF karena syok kardiogenik 14 (31,8%) pasien, diikuti syok septik 11
(25%) pasien.
Beban ekonomi terhadap gagal jantung masih besar. Pada tahun 2007,
biaya langsung dan tidak langsung yang dialokasikan untuk gagal jantung
adalah 33.2 juta dolar. Biaya hospitalisasi untuk bagian yang lebih besar
sekitar 54%.
Kurangnya kepatuhan terhadap rekomendasi diet atau terapi obat
merupakan penyebab paling umum dimana pasien gagal jantung masuk ke
instalasi gawat darurat. Sekitar sepertiga kunjungan ke instalasi gawat
darurat merupakan akibat ketidakpatuhan tersebut.
Data yang diperoleh dari beberapa studi mengenai beberapa
penggolongan klinis terhadap pasien gagal jantung yang dirawat di rumah
sakit dengan perburukan gagal jantung. Studi ini menunjukan bahwa
mayoritas pasien yang dirawat dengan gagal jantung memiliki bukti
hipertensi sistemik pada saat masuk rumah sakit dan umumnya mengalami
left ventricular ejection fraction (LVEF).
: Ny. M
: Perempuan
: 73 tahun
: 11/06/1942
: Menikah
: Islam
: Indonesia
:: Jetak Kembang RT Sunggingan Kudus
: 10 Desember 2015
: 13 Desember 2015
: 012.71.473
: ICU RS Sultan Agung Semarang
Pasien Ny. M (73 th) Datang ke IGD Rumah Sakit pada tanggal 09
Desember 2015 dengan keluhan nyeri ulu hati, perih, perut begah serta
dengan riwayat opname di Hermina tanggal 15 November 21 November
2015 dengan keluhan yang sama. Kemudian pasien dinyatakan dirawat di
bangsal ruang Firdaus dengan alasan rawat adanya keluhan diatas serta
dengan diagnosa masuk NSTEMI, Dyspepsia , Emesis Frequent,CHF Nyha
III.
Pada tanggal 10 desember 2015 Jam 15.00 hemodinamik pasien tidak
stabil. Sehingga dinyatakan pindah ruang perawatan dari ruang Firdaus ke
ruang ICU dengan data sebagai berikut:
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Cukup
Kesadaran
: Somnolen, GCS 15
BB/TB
: 80 kg /167 cm
: B/positif
Tekanan darah
: 48/30 mmHg
Suhu
: 36 C
Nadi
: 64 x/menit
Keluhan
: Lemes
Riwayat Penyakit
: Jantung, Hipertensi
Riwayat alergi
: Penicilin
: Hipotensi
Asal Ruangan
: Firdaus/802
DPJP
: dr.Pipin Sp.JP
Dokter Konsulen 1
EKG
Laboratorium 10/12/2015
HEMATOLOGI : Darah Rutin 1
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Hasil
15,3
47.6
Satuan
g/dl
%
7
Nilai Rujukan
11,7-15.5
33-45
Leukosit
Trombosit
7.1
321
Ribu/uL
Ribu/uL
3.6-11.0
150-440
Hasil
139
31
1.93
133.4
3.76
96-6
10.0
<0.01
Satuan
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mmol/L
Mmol/L
Mmol/L
Mg/dl
Ug/L
Nilai Rujukan
75-110
10-50
0.5-0.9
135-147
3.5-5
95-105
8.8-10.8
<0.01
Ultra
HbsAg
Non Reaktif
Non Reaktif
Kualitatif
Cholesterol
Trigliserida
HDL cholesterol
LDL
187
195
36
131
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
<200
<160
37-92
60-130
Cholesterol
Uric Acid
Albumin
15.2
3.53
Mg/dl
Ug/L
2.6-5.7
<0.01
ECHOCARDIOGRAPHY
Kesan Echocardiography
10
Infus
: RL 10 tpm
Obat Injeksi
1. Furosemid 2x1A 20
2. Pantoprazole 2x 1A 30
3. Dobutamin 5 ug/kgBB/menit
-
Obat Oral
1. Cedocard 3x 5mg
2. Cardiocom 1x150 mg
3. Spironolacton 1x 25 mg
4. Digoxin 1x 0,25 mg
5. Zypraz 1x1 (0,5)
6. CPG 1x1 75 mg
7. Aspilet 1x1 80 mg
8. Antasid 3x1 C
9. Atosvastatin 1x40 mg
II. FOLLOW UP RUANGAN ICU
Tanggal 13/12/2015
Jam
07.
08.
09.
10.
11.0 12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.0
BP
00
79/
00
98/
00
75/
00
117
0
100
00
103
00
105
00
64/
00
102
00
118
00
136
00
109
0
117/
RR
HR
43
18
97
54
21
10
43
17
85
/58
17
87
/61
18
91
/55
18
95
/76
20
97
43
17
96
/57
17
88
/66
16
81
/85
13
94
/73
16
93
85
14
92
SPO2
99
0
10
98
99
99
99
99
99
99
99
99
99
100
GCS
PUPI
%
15
2/2
0%
15
2/2
%
15
2/2
%
15
2/2
%
15
2/2
%
15
2/2
%
15
2/2
%
15
2/2
%
15
2/2
%
15
2/2
%
15
2/2
%
15
2/2
%
15
2/2
+/+
35,
+/+
35,
+/+
35,
+/+
35,
+/+
35,
+/+
35,
+/+
35,
+/+
35.
+/+
35,
+/+
35,9
5C 8C 8C
: Cukup
7C
5C
5C
5C
9C
9C
9C 1C 4C
Keadaan Umum
Kesadaran
: Composmentis, GCS 15
Status Generalis
Kepala
11
Bentuk: Normocephal
Mata: Edema palpebra -/- ; CA-/- SI -/Telinga: dbn
Hidung: dbn, terpasang NRM (+)
Mulut: Bibir sianosis (-),
Gigi: tidak diperiksa
Bentuk: Normochest
Paru
Inspeksi
: Pergerakan dada simetris kanan-kiri
Palpasi
: Vocal fremitus (+/+)
Perkusi
: Sonor di kedua lapang paru, redup bibasal
Auskultasi
: Suara vesikular +/+, ronkhi+ -/+ -, wheezing -/Jantung
Inspeksi
: Ictus cordis tidak nampak
Palpasi
: Ictus cordis tidak teraba
Perkusi
:
Batas kanan jantung : di linea parasternal kanan ICS
VI, Batas kiri jantung : di linea anterior aksilaris kiri
ICS VI
Batas jantung Atas
: linea parasternal kiri ICS II,
Batas pinggang jantung: di linea parasternal kiri ICS
Auskultasi
II.
: S1-S2 ireguler, S3, S2>S1, Murmur (-), Galoop(-)
Abdomen :
Inspeksi
: Kesan cembung
Auskultasi
: BU (+)
Palpasi
Perkusi
Genitalia
Ekstremitas:
Akral dingin
Edema
Sianosis
- + +
-
12
FOTO RONTGEN
LABORATORIUM :
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Hasil
13.5
43.3
6.0
Satuan
g/dl
%
Ribu/uL
13
Nilai Rujukan
11,7-15.5
33-45
3.6-11.0
Trombosit
GDS
Ureum
Creatinin Darah
Natrium
Kalium
Chloride
Calcium
Troponin 1 Ultra
HbsAg Kualitatif
Magnesium
SGOT
SGPT
276
93
41
2.52
131.5
3.50
96.8
9.1
<0.01
Non Reaktif
2.0
72
73
Diagnosis Perawatan :
1. NSTEMI
2. CHF
3. IHD
4. Dyspepsia
5. Syok Kardiogenik
6. Gambaran Infiltrat Berkurang
7. Oedem Pulmo
8. Kardiomegali
Terapi Perawatan :
Diit
: Bubur Jantung
Obat-Obatan :
1. Cedocard
3x5 mg
2. Spironolacton 1x25 mg
3. Candisartan
1x8 mg
4. Digoxin
1x0,25 mg
5. CPG
1x 35 mg
6. Aspilet
1x80 mg
7. Antasid
3x1 C
14
Ribu/uL
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mmol/L
Mmol/L
Mmol/L
Mg/dl
Ug/L
Mg/dl
U/l
U/l
150-440
75-110
10-50
0.5-0.9
135-147
3.5-5
95-105
8.8-10.8
<0.01
Non Reaktif
1.6-2.6
0-35
0-35
8. Atrovastatin
Injeksi
1x40 mg
1. Furosemid
2x1 Amp.
2. Pantoprazol
40mg/12 Jam
3. Ondancetron 2x4 mg
4. Arixtra
1x2.5 mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.
Definisi
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah
secara adekuat ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang
sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan
curah jantung dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila
tekanan pengisian ini meningkat, dapat mengakibatkan terjadinya edema
paru dan bendungan pada sistem vena, maka keadaan ini disebut gagal
jantung kongestif.
2.1.2.
15
tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan
dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi dispnoe, batuk, mudah lelah,
denyut jantung cepat (takikardi) dengan bunyi S3, kecemasan dan
kegelisahan.
-
menonjol adalah kongestif visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi
karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah
dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang
secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah,
yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,
hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena jugularis, asites, anoreksia
dan mual, nokturia dan lemah. Gagal jantung paling sering disebabkan oleh
gagal kontraktilitas miokard, seperti yang terjadi pada infark miokard,
hipertensi lama atau kardiomiopati. Faktor etiologi :
16
Hipertensi (10-15%)
Alkohol
Obat-obatan
Klasifikasi
output
heart
failure
disebabkan
oleh
hipertensi,
17
Patofisiologi
Pompa yang tidak adekuat dari jantung merupakan dasar terjadinya
gagal jantung. Pompa yang lemah tidak dapat memenuhi keperluan terusmenerus dari tubuh akan oksigen dan zat nutrisi. Sebagai reaksi dari hal
tersebut, awalnya dinding jantung merentang untuk menahan lebih banyak
darah karena hal ini, maka otot jantung menebal untuk memompa lebih
kuat. Sementara itu ginjal menyebabkan tubuh menahan cairan dan
sodium. Ini menambah jumlah darah yang beredar melalui jantung dan
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kenaikkan yang progresif pada
tekanan pengisian sistemik rata-rata dimana tekanan atrium kanan
meningkat sampai akhirnya jantung mengalami peregangan yang
berlebihan atau menjadi sangat edema sehingga tidak mampu memompa
darah yang sedang sekalipun. Tubuh kemudian mencoba untuk
berkompensasi dengan melepaskan hormon yang membuat jantung bekerja
lebih keras. Dengan berlalunya waktu, mekanisme pengganti ini gagal dan
gejala-gejala gagal jantung mulai timbul. Seperti gelang karet yang
18
kontraktilitas
miokardium
(infark
miokardium,
dapat
1.
2.
renin-angiotensin-aldosteron
3.
hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk
2. Angiotensin
3.
4.
5.
6.
7.
II
menyebabkan
vasokontriksi,
stimulasi
pada
gagal
kemampuan
20
2.1.5.
Gejala
Penderita gagal jantung yang tidak terkompensasi akan
merasakan lelah dan lemah jika melakukan aktivitas fisik karena ototototnya tidak mendapatkan jumlah darah yang cukup. Pembengkakan
juga menyebabkan berbagai gejala. Selain dipengaruhi oleh gaya
gravitasi, lokasi dan efek pembengkakan juga dipengaruhi oleh sisi
jantung yang mengalami gangguan. Gagal jantung kanan cenderung
mengakibatkan pengumpulan darah yang mengalir ke bagian kanan
jantung. Hal ini menyebabkan terjadinya ascites, hepatomegali, dan
oedem tungkai.
Gambaran klinis gagal jantung secara umum:
pernafasan
akibat
kongesti
vaskular
paru-paru
yang
gaya gravitasi.
Hemoptisis dapat disebabkan oleh perdarahan vena bronkial
2.1.6. Diagnosis
Kriteria diagnosis CHF kiri dan kanan menurut Framingham yaitu:
Kriteria Mayor
Paroksismal nocturnal
Kriteria Minor
dispnea Udema tungkai
(PND)
Ronki basah
Hepatomegali
Kardiomegali
Efusi pleura
S3 gallop
maksimum
22
Association):
Kelas 1: Tidak ada limitasi aktivitas fisik. Tidak timul sesak napas,
rasa lelah, atau palpitasi dengan aktivitas biasa.
Kelas II: Sedikit limitasi aktivitas fisik. Timbul rasa lelah, palpitasi,
dan sesak napas dengan aktivitas fisik biasa, tetapi nyaman sewaktu
istirahat.
Kelas III: Aktivitas fisik sangat terbatas. Aktivitas fisik kurang dari
biasa sudah menimbulkan gejala, tetapi nyaman sewaktu istirahat.
Kelas IV: Gejala-gejala sudah ada sewaktu istirahat, dan aktivitas fisik
sedikit saja akan memperberat gejala.
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rontgen thorax
Nilai besar jantung, ada/tidaknya edema paru dan efusi
pleura. Tetapi banyak juga pasien CHF tanpa disertai kardiomegali.
2. Pemeriksaan EKG
Nilai ritmenya, apakah ada tanda dari pembesaran ventrikel kiri,
infark miokard dan bundle branch block.
3. Echocardiography
Mungkin menunjukkan adanya penurunan fraksi ejeksi ventrikel
kiri, pembesaran ventrikel dan abnormalitas katup mitral. Pemeriksaan
ini lebih spesifik dan sensitive untuk menilai meningkatnya massa
ventrikel (hipertrofi ventrikel).
2.1.8. Penatalaksanaan
Tujuan primer pengobatan adalah mencegah terjadinya gagal
jantung dengan mengobati penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
gagal jantung terutama hipertensi, penyakit arteri koroner. Tetapi jika
disfungsi miokard sudah terjadi maka tujuan utama dari pengobatan
23
24
25
BAB III
ANALISA KASUS
Acute
Decompensated
Chronic
Heart
Failure
atau
Acute
jantung.
Hipertensi
urgensi
dengan
edema
28
hiponatremia,
hipovolamia
dengan
atau
tanpa
hipotensi.
Perhatian : Hamil, laktasi, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
gangguan miksi, diabetes, gout.
Efek Samping : Kehilangan Ca, K, Na, gangguan GI, nefrokalsinosis
pada bayi prematur, metabolik alkalosis, diabetes. Jarang : syok
anafilaktik, depresi sumsum tulang, reaksi alergi, pankreatitis akut,
gangguan pendengaran.
Interaksi Obat : Aminoglikosida, peningkatan ototoksisitas, sisplatin,
sefaloridin,
peningkatan
nefrotoksisitas,
penghambat
ACE,
Perhatian :
-
Efek Samping:
-
Dosis:
-
Penyajian:
-
4. SPIRONOLACTON
Kandungan
Spironolactone / Spironolakton.
Indikasi
Hipertensi esensial, keadaan edematosa termasuk gagal jantung
kongestif
(CHF),
sirosis
hati
(dengan
atau
tanpa
asites/penggumpulan cairan dalan rongga perut) & sindroma
nefrotik, diagnosis & pengobatan aldosteronisme primer, sebagai
terapi penunjang pada hipertensi ganas, pencegahan hipokalemia
pada pasien yang menggunakan Digitalis ketika langkah lainnya
dianggap tidak cukup memadai atau tidak tepat.
KontraIndikasi
Insufisiensi ginjal akut, kerusakan ginjal, anuria (tidak dibentuknya
kemih oleh ginjal), hiperkalemia (kadar Kalium dalam darah di atas
normal).
Perhatian
Gangguan
fungsi
ginjal
atau
hati.
Hamil, menyusui.
Interaksiobat :
- resiko hiperkalemia meningkat jika digunakan bersama dengan
ACE
inhibitors.
-menghambat
klirens
Digoksin.
-bisa
meningkatkan
efek
zat
antihipertensi
lainnya.
- bisa menghilangkan respon pembuluh darah terhadap noradrenalin.
Efeksamping
Gynekomastia (pembesaran payudara pria), gejala-gejala saluran
pencernaan termasuk kram, diare, ngantuk, letargi (keadaab
kesadaran yang menurun seperti tidur lelap, dapat dibangunkan
sebentar, tetapi segera tertidur kembali), urtikaria (biduran/kaligata),
kekacauan mental, demam karena obat, ataksia (gangguan
koordinasi gerakan), sakit kepala, menstruasi tidak teratur atau
amenore
(tidak
haid),
perdarahan
setelah
menopause,
agranulositosis.
Indeks
Keamanan
Pada
Wanita
Hamil
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin
( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian
yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan
belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan
potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
Dosis
Hipertensi esensial : 50-100 mg sehari sebagai dosis tunggal atau
dosis
terbagi.
Terapi dilanjutkan minimal selama 2 minggu.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Barash, P. G., Cullen, B. F., Stoelting, R. K., Cahalan, M. K., Stock, M. C.
2009.
Handbook of Clinical Anesthesia. 6th edition. USA: Lippincott Williams &
Wilkins..
Keat Sally, Simon T, Alexander B, Sarah L. 2013. Anaesthesia on the move
1th editional. U.K. Hodder Arnold.
Latief, S. A., Suryadi, K. A., Dachlan M. R. 2009. Petunjuk Praktis
Anestesiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intensif FKUI.
Mangku Gde, Senapathi Agung Gde Tjokorda. Buku Ajar Ilmu Anestesia
dan Reanimasi, Indeks Jakarta: Jakarta. 2010
Morgan Mikhail Clinical Anesthesiology, Edisi 5, 2013.
Snell, Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6.
Editor:Hartanto Hurniawati, dkk. Jakarta:EGC;2006.
32