Clinical Pathway CKD
Clinical Pathway CKD
N
Status MR
Tanda vital
Pemeriksaan fisik
lengkap
Assessme Tanda vital
lengkap
Pemeriksaan fisik Melakukan
nt/
Penilaian
lengkap
konsultasi ke
Nilai komorbid:
Awal
department lain
hipertensi,
jika ada penyakit
diabetes
penyerta
Investigat Darah lengkap,
Darah lengkap,
gula darah,
ion/
gula darah,
ureum, kreatinin,
Pemeriks
ureum, kreatinin,
elektrolit, analisa
aan
elektrolit, analisa
gas darah (dapat
gas darah,
diulang tiap 3
urinalisa rutin
hari)
Rontgen thorax,
Profil lipid, kadar
BNO
kalsium, asam
HBsAg, Anti HCV,
urat, protein
total, albumin,
Anti HIV
globulin, kadar
fosfat serum, 25hydroxivitamin D,
alkaline
phosphatase,
level PTH, serum
iron, TIBC, ferritin
serum,
pemeriksaan
morfologi eritrosit
Urinalisa rutin
(dapat diulang
tiap 3 hari),
protein
kuantitatif
Rontgen thorax,
BNO, IVP,
Pielografi
antegrade atau
retrograde, USG
ginjal, CT scan,
MRI
CT scan ginjal,
renografi
ICD
: N18
NAMA PASIEN
:
NO. RM
:
HARI KE 9
TANGGAL :
HARI KE-10
TANGGAL :
Tanda vital
Pemeriksaan fisik
lengkap
Tanda vital
Pemeriksaan fisik
lengkap
Darah lengkap,
gula darah,
ureum, kreatinin,
elektrolit, analisa
gas darah (dapat
diulang tiap 3
hari)
Urinalisa rutin
(dapat diulang
tiap 3 hari),
protein
kuantitatif
Darah lengkap,
gula darah,
ureum, kreatinin
Urinalisa rutin
Percutaneus renal
biopsy jika perlu
Treatment
/ Medikasi
Memberikan O2
mulai 2-4
lt/menit,
disesuaikan
dengan saturasi
O2
Pemasangan
akses vena
Pemasangan
kateter urin, nilai
dieresis,
hematuria
Kontrol tekanan
darah:
o ACE inhibitor :
sebagai anti
hipertensi dan
menurunkan
proteinuria.
Diberikan
sampai dosis
paling
maksimal yang
dapat
menurunkan
proteinuria
sampai paling
minima.
Target tekanan
darah dengan
oasien
proteinurira < 1
g/hari :
<130/85
mmHg,
sedangkan jika
proteinuria > 1
g/hari, target
tekanan darah :
<125/75 mmHg
o ARB : lebih
efektif pada
hipertensi pada
DM dengan
Memberikan O2
mulai 2-4
lt/menit,
disesuaikan
dengan saturasi
O2
Memeriksa alat
medik yang
terpasang di
tubuh pasien
(akses intravena,
kateter urine,
dll). Nilai
dieresis.
Kontrol tekanan
darah:
o ACE inhibitor :
sebagai anti
hipertensi dan
menurunkan
proteinuria.
Diberikan
sampai dosis
paling
maksimal yang
dapat
menurunkan
proteinuria
sampai paling
minima.
Target tekanan
darah dengan
oasien
proteinurira < 1
g/hari :
<130/85
mmHg,
sedangkan jika
proteinuria > 1
g/hari, target
tekanan darah :
<125/75 mmHg
o ARB : lebih
efektif pada
hipertensi pada
Memberikan O2
mulai 2-4
lt/menit,
disesuaikan
dengan saturasi
O2
Memeriksa alat
medik yang
terpasang di
tubuh pasien
(akses intravena,
kateter urine,
dll). Nilai
dieresis. Nilai
diuresis. Ganti
kateter urine
pada hari ke 5
atau aff jika
sudah tidak
diperlukan.
Kontrol tekanan
darah:
o ACE inhibitor :
sebagai anti
hipertensi dan
menurunkan
proteinuria.
Diberikan
sampai dosis
paling
maksimal yang
dapat
menurunkan
proteinuria
sampai paling
minima.
Target tekanan
darah dengan
oasien
proteinurira < 1
g/hari :
<130/85
mmHg,
sedangkan jika
proteinuria > 1
Memberikan O2
mulai 2-4
lt/menit,
disesuaikan
dengan saturasi
O2
Memeriksa alat
medik yang
terpasang di
tubuh pasien
(akses intravena,
kateter urine,
dll). Nilai dieresis.
Nilai diuresis.
Ganti kateter
urine pada hari
ke 5 atau aff jika
sudah tidak
diperlukan.
Kontrol tekanan
darah:
o ACE inhibitor :
sebagai anti
hipertensi dan
menurunkan
proteinuria.
Diberikan
sampai dosis
paling
maksimal yang
dapat
menurunkan
proteinuria
sampai paling
minima.
Target tekanan
darah dengan
oasien
proteinurira < 1
g/hari :
<130/85
mmHg,
sedangkan jika
proteinuria > 1
g/hari, target
makroalbuminu
ria
o Koreksi anemia
dengan target
Hb 10-12 g/dl
(evaluasi status
besi terlebih
dahulu). Jika
terdapat
defisiensi besi
fungsional
(ferittin serum
100 ng/ml
dan saturasi
tranferin
<20%)
diberikan terapi
besi parenteral
dengan iron
sucrose atau
iron dextran
100 mg
diencerkan
dalam 100 ml
NaCl 0,9% drip
dalam 15
sampai 30
menit.
Pada anemia
dengan Hb <10
g/dl dan status
besi cukup, dapat
diberikan
Erythropoietin
Stimulating
Agent (ESA):
o Epoietin alfa
dan beeta:
dimulai dengan
2000-5000 IU
2x seminggu
atau 80-120
unit/kgBB/
minggu SC
o Continous
Erythropoiesis
Receptor
Activator
DM dengan
makroalbuminu
ria
o Koreksi anemia
dengan target
Hb 10-12 g/dl
(evaluasi status
besi terlebih
dahulu). Jika
terdapat
defisiensi besi
fungsional
(ferittin serum
100 ng/ml
dan saturasi
tranferin
<20%)
diberikan terapi
besi parenteral
dengan iron
sucrose atau
iron dextran
100 mg
diencerkan
dalam 100 ml
NaCl 0,9% drip
dalam 15
sampai 30
menit.
Pada anemia
dengan Hb <10
g/dl dan status
besi cukup,
dapat diberikan
Erythropoietin
Stimulating
Agent (ESA):
o Epoietin alfa
dan beeta:
dimulai dengan
2000-5000 IU
2x seminggu
atau 80-120
unit/kgBB/
minggu SC
o Continous
Erythropoiesis
Receptor
g/hari, target
tekanan darah :
<125/75 mmHg
o ARB : lebih
efektif pada
hipertensi pada
DM dengan
makroalbuminu
ria
o Koreksi anemia
dengan target
Hb 10-12 g/dl
(evaluasi status
besi terlebih
dahulu). Jika
terdapat
defisiensi besi
fungsional
(ferittin serum
100 ng/ml
dan saturasi
tranferin
<20%)
diberikan terapi
besi parenteral
dengan iron
sucrose atau
iron dextran
100 mg
diencerkan
dalam 100 ml
NaCl 0,9% drip
dalam 15
sampai 30
menit.
Pada anemia
dengan Hb <10
g/dl dan status
besi cukup,
dapat diberikan
Erythropoietin
Stimulating
Agent (ESA):
o Epoietin alfa
dan beeta:
dimulai dengan
2000-5000 IU
2x seminggu
tekanan darah :
<125/75 mmHg
o ARB : lebih
efektif pada
hipertensi pada
DM dengan
makroalbuminu
ria
o Koreksi anemia
dengan target
Hb 10-12 g/dl
(evaluasi status
besi terlebih
dahulu). Jika
terdapat
defisiensi besi
fungsional
(ferittin serum
100 ng/ml
dan saturasi
tranferin
<20%)
diberikan terapi
besi parenteral
dengan iron
sucrose atau
iron dextran
100 mg
diencerkan
dalam 100 ml
NaCl 0,9% drip
dalam 15
sampai 30
menit.
Pada anemia
dengan Hb <10
g/dl dan status
besi cukup, dapat
diberikan
Erythropoietin
Stimulating
Agent (ESA):
o Epoietin alfa
dan beeta:
dimulai dengan
2000-5000 IU
2x seminggu
atau 80-120
(C.E.R.A) dapat
diberikan 0,6
g/kgBB atau
50-75 g per
minggu
Transfusi PRC
dapat diberikan
bersamaan
dengan dialisis
atau sesuai
dengan kondisi
pasien
Pengikat fosfat:
calcium
carbonat
(CaCO3), Calcium
acetat, dengan
target PTH 150
dan 300 pg/ml
Kalsitriol
(1,25(OH2D3)):
pemberiannya
dibatasi pada
pasien dengan
kadar fosfat
darah normal,
dan kadar PTH >
2,5 kali normal
Statin atau fibrat:
dipertimbangkan
diberikan pada
pasien dengan
dislipidemia
Obat anti
diabetes perlu
dipertimbangkan
jika kadar gula
darah tinggi
Kontrol asidosis
metabolic
dengan target
HCO3 20-22
mEq/l
Koreksi
hiperkalemi
Terapi pengganti
ginjal: pada GFR
<15 ml/menit.
Activator
(C.E.R.A) dapat
diberikan 0,6
g/kgBB atau
50-75 g per
minggu
Transfusi PRC
dapat diberikan
bersamaan
dengan dialisis
atau sesuai
dengan kondisi
pasien
Pengikat fosfat:
calcium
carbonat
(CaCO3), Calcium
acetat, dengan
target PTH 150
dan 300 pg/ml
Kalsitriol
(1,25(OH2D3)):
pemberiannya
dibatasi pada
pasien dengan
kadar fosfat
darah normal,
dan kadar PTH >
2,5 kali normal
Statin atau fibrat:
dipertimbangkan
diberikan pada
pasien dengan
dislipidemia
Obat anti
diabetes perlu
dipertimbangkan
jika kadar gula
darah tinggi
Kontrol asidosis
metabolic
dengan target
HCO3 20-22
mEq/l
Koreksi
hiperkalemi
Terapi pengganti
ginjal: pada GFR
atau 80-120
unit/kgBB/
minggu SC
o Continous
Erythropoiesis
Receptor
Activator
(C.E.R.A) dapat
diberikan 0,6
g/kgBB atau
50-75 g per
minggu
Transfusi PRC
dapat diberikan
bersamaan
dengan dialisis
atau sesuai
dengan kondisi
pasien
Pengikat fosfat:
calcium
carbonat
(CaCO3), Calcium
acetat, dengan
target PTH 150
dan 300 pg/ml
Kalsitriol
(1,25(OH2D3)):
pemberiannya
dibatasi pada
pasien dengan
kadar fosfat
darah normal,
dan kadar PTH >
2,5 kali normal
Statin atau fibrat:
dipertimbangkan
diberikan pada
pasien dengan
dislipidemia
Obat anti
diabetes perlu
dipertimbangkan
jika kadar gula
darah tinggi
Kontrol asidosis
metabolic
dengan target
unit/kgBB/
minggu SC
o Continous
Erythropoiesis
Receptor
Activator
(C.E.R.A) dapat
diberikan 0,6
g/kgBB atau
50-75 g per
minggu
Transfusi PRC
dapat diberikan
bersamaan
dengan dialisis
atau sesuai
dengan kondisi
pasien
Pengikat fosfat:
calcium
carbonat
(CaCO3), Calcium
acetat, dengan
target PTH 150
dan 300 pg/ml
Kalsitriol
(1,25(OH2D3)):
pemberiannya
dibatasi pada
pasien dengan
kadar fosfat
darah normal,
dan kadar PTH >
2,5 kali normal
Statin atau fibrat:
dipertimbangkan
diberikan pada
pasien dengan
dislipidemia
Obat anti
diabetes perlu
dipertimbangkan
jika kadar gula
darah tinggi
Kontrol asidosis
metabolic
dengan target
HCO3 20-22
Dapat berupa
hemodialisis,
peritoneal
dialysis, atau
tranplantasi
ginjal. Maka perlu
dilakukan
tindakan
persiapan akses
vena, misalnya
dengan
pemasangan
double Lumen
catheter atau
fistula
arteriovena
Diet
Pengaturan
asupan protein:
o Pasien non
dialisis 0,60,75
gram/kgBB
ideal/hari
sesuai dengan
CCT dan
toleransi pasien
o Pasien
hemodialisis
1-1,2
gram/kgBB
ideal/hari
o Pasien
peritoneal
dialisis 1,3
gram/kgBB/hari
Pengaturan
asupan kalori: 35
Kal/kgBB
ideal/hari
Pengaturan
asupan lemak:
30-40% dari
kalori total dan
mengandung
jumlah yang
sama antara
asam lemak
<15 ml/menit.
HCO3 20-22
mEq/l
Koreksi
hiperkalemi
Terapi pengganti
ginjal: pada GFR
<15 ml/menit.
mEq/l
Koreksi
hiperkalemi
Terapi pengganti
ginjal: pada GFR
<15 ml/menit.
Pengaturan
asupan protein:
o Pasien non
dialisis 0,60,75
gram/kgBB
ideal/hari
sesuai dengan
CCT dan
toleransi pasien
o Pasien
hemodialisis
1-1,2
gram/kgBB
ideal/hari
o Pasien
peritoneal
dialisis 1,3
gram/kgBB/hari
Pengaturan
asupan kalori: 35
Kal/kgBB
ideal/hari
Pengaturan
asupan lemak:
30-40% dari
kalori total dan
mengandung
jumlah yang
sama antara
asam lemak
Pengaturan
asupan protein:
o Pasien non
dialisis 0,60,75
gram/kgBB
ideal/hari
sesuai dengan
CCT dan
toleransi pasien
o Pasien
hemodialisis
1-1,2
gram/kgBB
ideal/hari
o Pasien
peritoneal
dialisis 1,3
gram/kgBB/hari
Pengaturan
asupan kalori: 35
Kal/kgBB
ideal/hari
Pengaturan
asupan lemak:
30-40% dari
kalori total dan
mengandung
jumlah yang
sama antara
asam lemak
Pengaturan
asupan protein:
o Pasien non
dialisis 0,60,75 gram/kgBB
ideal/hari
sesuai dengan
CCT dan
toleransi pasien
o Pasien
hemodialisis
1-1,2
gram/kgBB
ideal/hari
o Pasien
peritoneal
dialisis 1,3
gram/kgBB/hari
Pengaturan
asupan kalori: 35
Kal/kgBB
ideal/hari
Pengaturan
asupan lemak:
30-40% dari
kalori total dan
mengandung
jumlah yang
sama antara
asam lemak
bebas jenuh dan
Penyuluh
an
tidak jenuh
Pengaturan
asupan
karbohidrat: 5060% dari kalori
total
Garam (NaCl): 23 gram/hari
Kalium: 40-70
mEq/ kgBB/hari
Fosfat: 5-10 mg/
kgBBl/ hari
Kalsium: 14001600 mg/hari
Besi: 10-18
mg/hari
Magnesium: 200300 mg/hari
Asam folat
pasien HD: 5 mg
Air: jumlah urin
24 jam + 500 ml
(insensible water
loss). Pada CAPD
air disesuaikan
dengan jumlah
dialisat yang
keluar. Kenaikan
BB diantara
waktu HD <5%
BB kering.
Pembatasan
konsumsi alcohol
Rencana
kepulangan
Rencana kontrol
post rawat inap
Jika
mendapatkan
terapi pengganti
ginjal, maka
harus dilakukan
rutin dan minum
obat-obatan
teratur
Menginformasika
n bahwa pasien
berdasarkan
kondisinya
masing-masing,
membutuhkan
terapi pengganti
ginjal
Pengkajian
komplikasi:
Kardiovaskuler
Gangguan
keseimbangan
asam-basa,
cairan dan
elektrolit
Osteodistrofi
renal
Anemia
Rujuk/
konsultasi
Outcome
Menunda
progresi dari CKD
Kegawatan CKD
teratasi
Hemodinamik
stabil
Perbaikan dari
fungsi ginjal
Mencegah
terjadinya
komplikasi
Merencanakan
terapi pengganti
ginjal
Rencana
perawata
n
IGD
masing-masing,
membutuhkan
terapi pengganti
ginjal
Melatih
mobilisasi pasif
sesuai
kemampuan
pasien
Pasien dan
keluarga
memahami
rencana
tindakan, proses,
serta
kemungkinankemungkinan
yang mungkin
terjadi selama
perawatan
Pasien mengerti
dan dapat
bekerjasama
selama proses
perawatan
Pasien/ keluarga
menandatangani
inform consent
merencanakan
terapi pengganti
ginjal
Ruang ICU
masing-masing,
membutuhkan
terapi pengganti
ginjal
Melatih
mobilisasi pasif
sesuai
kemampuan
pasien
Hemodinamik
stabil
Perbaikan dari
fungsi ginjal
Mencegah
terjadinya
komplikasi
Merencanakan
terapi pengganti
ginjal rutin
Pengkajian resiko
infeksi
nosokomial
Ruang rawat
Perbaikan fungsi
ginjal
Hemodinamik
stabil
Cegah relaps
Rawat jalan