--Sindrom nefrotik (SN) merupakan kumpulan manifestasi klinis yang ditandai dengan
hilangnya protein urine secara masif (albuminuria), diikuti dengan hipoproteinemia
(hipoalbuminemia) dan akhirnya mengakibatkan edema. Dan hal ini berkaitan dengan
timbulnya hiperlipidemia, hiperkolesterolemia dan lipiduria.(1)
SN pada anak dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih banyak terjadi pada usia 1-2
tahun dan 8 tahun.(2). Pada anak-anak yang onsetnya dibawah usia 8 tahun, ratio antara anak
laki-laki dan perempuan bervariasi dari 2 : 1 hingga 3 : 2. Pada anak yang lebih tua, remaja
dan dewasa, prevalensi antara laki-laki dan perempuan kira-kira sama. Data dari International
Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) menunjukkan bahwa 66% pasien dengan
minimal change nephrotic syndrome (MCNS) dan focal segmental glomerulosclerosis (FSGS)
adalah laki-laki dan untuk membranoproliferative glomerulonephritis (MPGN) 65 % nya
adalah perempuan. (1)
Di USA, SN merupakan suatu kondisi yang jarang terjadi. Dari seluruh pengalaman
praktek, ahli pediatri hanya menemukan 1-3 pasien dengan kondisi seperti ini. Dilaporkan
angka kejadian tahunan rata-rata 2-5 per 100.000 anak dibawah usia 16 tahun. Prevalensi
kumulatif rata-rata adalah kira-kira 15,5 per 100.000 individu.(1)
SN bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu petunjuk
awal adanya kerusakan pada unit filtrasi darah terkecil (glomerulus) pada ginjal, dimana urine
dibentuk.(2). Sekitar 20% anak dengan SN dari hasil biopsi ginjalnya menunjukkan adanya skar
atau deposit pada glomerulus. Dua macam penyakit yang paling sering mengakibatkan
kerusakan pada unit filtrasi adalah Glomerulosklerosis Fokal Segmental (GSFS) dan
I.
IDENTITAS
1. Identitas penderita :
Nama penderita
: An.DR
Jenis Kelamin
: Laki-laki
: 8 tahun 5 bulan
Ibu
II.
Nama
: Tn. A A
Pendidikan
: SLTP
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
Nama
: Ny. S A
Pendidikan
: SLTP
Pekerjaan
Alamat
ANAMNESIS
Kiriman dari
Dengan diagnosa
: Sindrom Nefrotik
Aloanamnesa dengan
Tanggal/jam
Ibu rajin memeriksakan kehamilan ke bidan Puskesmas tiap bulan sekali dan
mendapatkan suntikan TT sebanyak 2 kali.
Riwayat Natal
Spontan/tidak spontan
: Spontan
Nilai APGAR
: 3200 gram
Lingkar kepala
Penolong
: Bidan
Tempat
: Rumah sendiri
Riwayat Neonatal
: 3,5 bulan
Merangkak
: 8 bulan
Duduk
: 8 bulan
Berdiri
: 1 tahun
Berjalan
: 1 tahun 1 bulan
Saat ini
6.
Riwayat imunisasi
BCG
umur 2 bulan
Polio
Hepatitis
6.
DPT
Campak
Umur 9 bulan
Makanan :
Anak mendapatkan ASI sejak lahir sampai usia 2 tahun. Saat usia 1 tahun anak mulai
makan bubur SUN sampai usia 1,5 tahun. Pada usia 1,5-2 tahun anak makan nasi tim.
Usia 2 tahun sampai sekarang anak makan nasi biasa, dengan frekuensi 3 kali sehari.
Anak suka makan ikan dan tidak suka makan sayur.
7.
Riwayat keluarga :
Ikhtisar keturunan :
An.DR
Susunan keluarga :
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
Nama
Awang Ahmadi
Siti Aisyah
Denny Renaldi
Ichsan
Helmi
Marissa
Umur
27 th
25 th
8 th 5 bln
3 th
1,5 th
1 bln
L/P
L
P
L
L
L
P
Keterangan
Sehat
Sehat
Sekarang sakit
Sehat
Sehat
Sehat
dengan ventilasi dan cahaya matahari yang cukup. Untuk masak, mandi dan cuci
menggunakan air leding. Jarak antar rumah tidak terlalu berdekatan.
Kesadaran
: Kompos mentis
GCS
: 4-5-6
2. Pengukuran :
Tanda vital : Tensi
: 130/100 mmHg
Nadi
: 94 x/menit
Suhu
: 36,7o C
Respirasi
: 24 x/menit
Berat badan
: 26,5 kg
Tinggi badan
: 118 cm
: 51cm
Warna
: Kecoklatan
Sianosis
: tidak ada
Hemangiom
: tidak ada
Turgor
: cepat kembali
Kelembaban
: cukup
Pucat
: tidak ada
4. Kepala : Bentuk
UUB
: mesosefali
: datar, sudah menutup
UUK
Rambut : Warna
: hitam
Tebal/tipis
: tebal
Mata :
Alopesia
: tidak ada
Palpebra
: edema
: tidak anemis
Sklera
: tidak ikterik
: 3 mm/3 mm
: isokor, normal
: jernih
: simetris
Sekret
: tidak ada
Serumen
: minimal
Nyeri
: tidak ada
Hidung : Bentuk
: simetris
: tidak ada
Sekret
: tidak ada
Mulut : Bentuk
: normal
Bibir
Gusi
Bentuk
: normal
Pucat/tidak
: tidak pucat
Tremor/tidak
: tidak tremor
Kotor/tidak
: tidak kotor
Warna
: kemerahan
Faring : Hiperemi
Edema
: tidak ada
: tidak ada
Membran/pseudomembran : (-)
Tonsil : Warna
: kemerahan
Pembesaran
: tidak ada
Abses/tidak
: tidak ada
Membran/pseudomembran : (-)
5. Leher :
Vena Jugularis : Pulsasi
Tekanan
: tidak terlihat
: tidak meningkat
: tidak ada
Kaku kuduk
: tidak ada
Masa
: tidak ada
Tortikolis
: tidak ada
6. Thorak :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk
: simetris
Retraksi
: tidak ada
Dispnea
: tidak ada
Pernafasan
Palpasi
: thorakal
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Suara napas vesikuler
Suara Napas Tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Iktus
: tidak terlihat
Palpasi
: tidak teraba
: Apeks
Thrill
: tidak ada
Batas atas
Auskultasi :
Frekuensi
: 102 x/menit
Suara dasar
: S1 dan S2 tunggal
Bising
: tidak ada
Inspeksi
: Bentuk
: cembung
Palpasi
: Hati
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ginjal
: tidak teraba
Masa
: tidak ada
Undulasi
: (+)
7. Abdomen
Perkusi
: ada
Auskultasi
8. Ekstremitas :
Umum
Neurologis
Tanda
Gerakan
Tonus
Trofi
Klonus
Refleks
Fisiologis
Refleks
patologis
Sensibilitas
Tanda
meningeal
Lengan
Kanan
Kiri
normal
normal
normal
normal
BPR (+)
BPR (+)
TPR (+)
TPR (+)
Hoffman
Hoffman
Tromner (-), Tromner (-),
Leri (-),
Leri (-),
Meyer (-)
Meyer (-)
normal
normal
9. Susunan saraf
Tungkai
Kanan
Kiri
normal
normal
normal
normal
KPR (+)
KPR (+)
APR (+)
APR (+)
Babinsky (-),
Babinsky (-),
Chaddok (-),
Chaddok (-),
Oppenheim (-)
Oppenheim (-)
normal
normal
10. Genetalia
11. Anus
a.
Nilai
7.620
5,06
13,6
39,9
458.000
Jenis
Pemeriksaan
MCV
(/l)
MCH
(pg)
MCHC
(g/dl)
RDW-SD
(pl)
RDW-CV
(pl)
Nilai
78,9
26,9
34,1
37,7
13,6
: 510 mg/dl
Protein total
: 3,5 gr/dl
Albumin
: 2,2 gr/dl
Globulin
: 1,3 gr/dl
Urea
: 45 mg/dl
Kreatinin
: 0,7 mg/dl
Asam urat
: 6,8 mg/dl
: Kuning muda
Kekeruhan
: Jernih
Mikroskopik :
Leukosit
: 1 2 / lpb
Eritrosit
: 15 30 / lpb
Jenis
Pemeriksaan
Neutrofil
(%)
Lymphosit
(%)
Monosit
(%)
Eosinofil
(%)
Basofil
(%)
Nilai
57,5
28,7
5,6
7,3
0,92
V.
Epitel
: (+)
pH
:6
Kristal
: (-)
Protein
:3+
Silinder
: (-)
Urobilin
: 0,2 Eu/dl
Glukosa
: (-)
Bilirubin
: (-)
Blood
:3+
RESUME
Nama
: An. DR
Jenis kelamin
: laki-laki
Umur
: 8 tahun 5 bulan
Berat badan
: 26,5 kg
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Kompos mentis
GCS : 4-5-6
Tensi
: 130/100 mm/Hg
Denyut Nadi
: 94 kali/menit
Pernafasan
: 24 kali/menit
Suhu
: 36,7 oC
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
Mulut
Thorak/paru
Jantung
: S1 dan S2 tunggal
Abdomen
: Cembung, asites (+), hati dan limfa tidak teraba, bising usus (+)
normal
Ekstremitas
: Akral hangat, terdapat edem pada kedua lengan dan tungkai, parese
tidak ada
Susunan saraf
Genitalia
Anus
VI. DIAGNOSA
2. Diagnosa banding
: Sindrom Nefrotik
Glomerulonefritis Akut
IV.
3. Diagnosa kerja
: Sindrom Nefrotik
4. Status gizi
PENATALAKSANAAN
1. IVFD D5 NS 6 tetes/menit
2. Injeksi Furosemid 1 x 20 mg IV
3. Prednison 3 x 3 tab
a.
USULAN PEMERIKSAAN
4. Foto thorak
5. USG Abdomen dan Ginjal
a.
b.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
PENCEGAHAN
6. Sanitasi dan hygiene lingkungan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
7. Pada orangtua diberikan penerangan yang cukup mengenai semua risiko yang
mungkin terjadi dan mengenai diet anak, yakni menghindari makanan yang banyak
mengandung garam dan memperbanyak makan makanan yang mengandung protein,
seperti putih telur, tahu, tempe dan ikan.
FOLLOW-UP
Tanggal
1-5-2005
2-5-2005
3-5-2005
4-5-2005
5-5-2005
6-5-2005
7-5-2005
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
350 cc
(-)
(+)
300 cc
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
400 cc
(-)
(+)
320 cc
(+) /
(+) /
(-)
(+)
(+)
500 cc
(+)
(+)
850 cc
(+) /
(+) /
(-)
(+)
(+)
800 cc
(+)
(+)
1000 cc
(+) /
(+) /
(-)
(+)
(+)
750 cc
(+)
(+)
1100 cc
(+) / Min.
(-)
(-)
(+)
(+)
1350 cc
(+)
(+)
2500 cc
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
1400 cc
(+)
(+)
2100 cc
130/100
130/90
120/90
100/70
100/60
90/60
100/60
96
94
92
86
84
80
82
20
22
20
27
20
22
20
36,9
26,5
76
36,5
26,5
75
36,5
26,3
72
37,1
20
60
36,8
20
59
6 tts/mnt
6 tts/mnt
S
Bengkak
Batuk
Sesak
Makan
Minum
BAB
BAK
24 jam
O
TD
(mmHg)
Nadi
(x/mnt)
RR
(x/mnt)
T (oC)
BB (kg)
LA (cm)
A
P
IVFD D5
NS
Inj.Furosemid
Prednison
tablet
Sanvita B
Syrup
Furosemid
Diet
TKTPRG
Susu
Protifar
36,9
36,8
22,5
22
70
68
Sindroma Nefrotik
-
1 x20 mg 1 x20 mg IV
IV
3 x 3 tab 3 x 3 tab 3 x 3 tab
3 x 3 tab
3 x 3 tab
3 x 3 tab
3 x 3 tab
2 x Cth I
2 x Cth I
2 x Cth I
2 x Cth I
2 x Cth I
2 x 12mg
+
2 x 12mg
+
2 x 12mg
+
1 x 10mg
+
1 x 10mg
+
4 x/hari
4 x/hari
4 x/hari
2x/hari
2x/hari
pagi dan pagi dan
sore
sore
+
-
+
-
DISKUSI
DEFINISI
Sindrom nefrotik dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan klinis yang terdiri dari
proteinuria berat, hipoalbuminemia, edema generalisata dan hiperlipidemia.(3)
GAMBARAN KLINIS
Edema (sembab) merupakan keluhan pertama (utama), tidak jarang merupakan satusatunya keluhan dari pasien dengan SN. Lokasi sembab pada daerah kelopak mata (puffy
face), dada, perut, tungkai dan genitalia.(8) Episode pertama penyakit sering mengikuti sindrom
seperti influenza, bengkak periorbital dan oliguria.(4) Edema kadang-kadang mencapai 40%
dari berat badan dan didapatkan anasarka. Penderita sangat rentan terhadap infeksi sekunder.
Selama beberapa minggu mungkin terdapat hematuria, azotemia dan hipertensi ringan.(5)
Pada beberapa pasien SN (anasarka), tidak jarang ada keluhan-keluhan menyerupai
akut abdomen seperti mual dan muntah, dinding perut sangat tegang. Keluhan jarang selain
malaise ringan dan nyeri perut. Hipertensi terjadi 15% pada minimal change disease dan 33%
pada pasien dengan glomerulosklerosis fokal segmental.(6 )
ETIOLOGI
Sebab yang pasti belum diketahui; akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun.
Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi.
I.
3. Glomerulonefritis proliferatif
Terdapat proliferasi sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Pembengkakan
sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat. Kelainan ini sering
ditemukan pada nefritis yang timbul setelah infeksi dengan streptococcus yang berjalan
progresif.
4. Glomerulosklerosis fokal segmental (5)
Pada anak-anak, 85-90% kasus sindrom nefrotik adalah idiopatik dan sensitif terhadap
steroid, sehingga respon terhadap prednisolon sangat baik. Pada biopsi ginjal akan didapatkan
gambaran histologis dengan kelainan minimal. (7)
Pada literatur lain dinyatakan pula tipe terbanyak SN pada anak-anak adalah minimal
change disease (MCD). Kondisi ini disebut MCD karena anak-anak dengan sindrom nefrotik
pada hasil biopsi ginjalnya menunjukkan normal atau hampir normal. Selain itu mikroskopik
hematuria terdapat pada 23% penderita dengan MCD dan 48% penderita dengan
glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS). Makroskopik hematuria umumnya terjadi pada
GSFS.(2)
Untuk mengetaui secara pasti tipe dari SN adalah dengan melakukan biopsi ginjal,
namun ada beberapa indikasi dalam melakukan biopsi ginjal yaitu :
Resisten steroid
Onset terjadi pada usia > 10 tahun atau < 6 bulan.
Gejala mula-mula yang timbul adalah hematuria makroskopik
Kadar C3 yang rendah
Adanya hipertensi dan hematuria makroskopik yang persisten
Proteinuria
Indikator utama pada SN adalah adanya proteinuria masif yaitu lebih dari 3,5 gram per
1,73 m2 luas permukaan badan perhari atau 25 x nilai normal (pada orang normal protein
dalam urine + 150 mg/hari).(10) Proteinuria ini sebagian besar berasal dari kebocoran
glomerulus (proteinuria glomerulus) dan hanya sebagian kecil berasal dari sekresi tubulus
(proteinuria tubular). Pada dasarnya proteinuria masif ini mengakibatkan dua hal :
Pertama : jumlah serum protein yang difiltrasi glomerulus meningkat sehingga serum protein
tersebut masuk ke dalam lumen tubulus.
Kedua : kapasitas faal tubulus ginjal menurun untuk mereabsorbsi serum protein yang telah
difiltrasi glomerulus.
PERMEABILITAS GLOMERULUS MENINGKAT
kenaikan filtrasi
plasma protein
HIPERKOLESTEROLEMIA
Kenaikan reabsorbsi
Plasma protein
ALBUMINURIA
Katabolisme albumin
Dalam sel tubulus
HIPOPROTEINEMIA
Malnutrisi
LIPIDURIA
AMINOASIDURIA
SEMBAB
Mekanisme atau patogenesis proteinuria masif sangat kompleks, dan tergantung dari
banyak faktor. Albumin merupakan serum protein yang mempunyai berat molekul kecil dan
jumlahnya banyak sehingga mudah keluar bila terdapat kerusakan membran basalis ginjal.
Keadaan demikian sering ditemukan pada pasien dengan kerusakan minimal.(8)
Sebagian besar penderita SN pada usia muda dengan proteinuria selektif biasanya
mempunyai lesi histopatologik minimal atau minimal change lesion dan memperlihatkan
respon baik terhadap kortikosteroid.(8)
Hipoproteinemia
Plasma mengandung banyak macam protein dan sebagian besar mengisi ruangan
ekstravaskular. Plasma atau serum protein terutama terdiri dari albumin karena itu istilah
hipoproteinemia identik dengan hipoalbuminemia.
Hipoproteinemia dapat terjadi akibat kehilangan protein melalui urin (proteinuria),
katabolisme albumin meningkat, intake protein berkurang karena penderita anoreksia atau
bertambahnya pemakaian asam amino.(8)
Hiperlipidemia
Pada sebagian besar pasien sindrom nefrotik ditemukan kenaikan kadar total
kolesterol. Hal ini terjadi akibat penurunan albumin serum dan penurunan tekanan onkotik
yang akhirnya merangsang sel hati untuk membentuk lipoprotein lipid atau lipogenesis.(8)
Sembab atau edema
Klinis sembab atau edema menunjukkan adanya penimbunan cairan dalam ruang
interstitial di seluruh tubuh. Sembab atau edema sering merupakan keluhan pertama dan satusatunya dari pasien-pasien SN. Mekanisme sembab seperti terlihat pada skema dapat melalui
sistem kapiler dan renal.(8)
PROTEINURIA MASIF
HIPOALBUMINEMIA
Aktivasi simpatetik
Renin angiotensin
Circulating catecholamin
Humoral
SEMBAB
GAMBARAN LABORATORIUM
Pada pemeriksaan urin (urinalisa), jumlah protein pada sampel urine penderita SN
biasanya melampaui 100 mg/dl, dan nilainya dapat mencapai 1000 mg/L. (1) Mikroskopik
hematuria tampak pada permulaan penyakit 20-30% penderita dengan MCD, dan setelah itu
dapat tidak tampak. Sedimen urin dapat normal atau berupa torak hialin,granula, lipoid;
terdapat pula sel darah putih.(4)
Kimia darah menunjukkan konsentrasi serum albumin kurang dari 2,5 g/dl dan
hiperkolesterolemia (> 250 mg/dl). Laju endap darah dapat meninggi.(5)
DIAGNOSA BANDING
Sindrom nefrotik dapat didiagnosa banding dengan glomerulonefritis akut (GNA).
GNA ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang
sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus. Sering ditemukan pada anak usia 3-7
tahun, dan lebih sering pada anak laki-laki. GNA didahului oleh infeksi ekstra-renal, di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A.(5)
Gejala yang sering ditemukan ialah hematuria/kencing berwarna merah daging.
Kadang-kadang disertai edema ringan yang terbatas di sekitar mata atau diseluruh tubuh.(5)
Edema bukan karena hipoproteinemia, tetapi karena retensi natrium oleh ginjal yang
mengakibatkan hipertensi berat atau edema paru.(7) hipertensi terdapat pada 60-70% anak
dengan GNA pada hari pertama, kemudian pada akhir minggu pertama menjadi normal
kembali.(5)
KOMPLIKASI
pada
tipe
glomerulonephritis
membranoproliferatif
(GNMP)
dan
Hipoproteinemia
Hilangnya protein urine secara masif menyebabkan malnutrisi protein pada anak-anak
dengan SN dan akhirnya dapat menyebabkan gagal tumbuh. Hiperlipidemia mempunyai
risiko besar timbulnya penyakit-penyakit kardiovaskular.(1)
Terapi obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti prednison atau prednisolon dapat mengakibatkan moon
face, obesitas, dan kelainan lainnya. Namun hal ini tergantung dosis, frekuensi dan
lamanya pengobatan.(1)
Infeksi Sekunder
Terutama
infeksi
kulit
yang
disebabkan
oleh
streptococcus,
staphylococcus,
Kolaps Hipovolemia
SN berat dengan proteinuria > 60 gr/hari (terutama pada pasien anak-anak) dapat
menyebabkan penurunan circulating protein pool dan diikuti hipovolemia berat. Klinis
ditemukan tanda-tanda sindrom rejatan : penurunan tekanan darah, berkeringat banyak
dan kulit dingin, pucat dan sebagainya.(8)
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1.
2.
3.
(9)
protifar).
4.
Pungsi
acites
maupun
hidrotoraks
PROGNOSIS
Prognosis sindrom nefrotik idiopatik pada umur muda dan anak dan pada wanita lebih
baik dari pasien umur lebih tua atau dewasa dan laki-laki. MCD mempunyai prognosis baik,
dapat terjadi remisi spontan pada pasien anak-anak. Hanya sebagian kecil pasien dengan MCD
memperlihatkan progresivitas dan mempunyai prognosis buruk.(8)
PEMBAHASAN
Pada kasus ini ada seorang anak berusia 8 tahun 5 bulan datang ke rumah sakit Ulin
Banjarmasin. Berdasarkan alloanamnesa dengan orangtua penderita, dan setelah dilakukan
pemeriksaan fisik, didapatkan :
Keluhan utama berupa badan bengkak atau sembab.
Lokasi sembab pada daerah kelopak mata (puffy face), dada, perut, lengan dan tungkai.
Adanya keluhan mual dan muntah
Adanya hipertensi ringan dan sedang
Adanya oliguria
Berdasarkan hal diatas diagnosa sementara yang dapat ditegakkan adalah sindrom
nefrotik (SN). Untuk lebih memastikannya maka dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
diperoleh hasil :
Kadar serum albumin 2,2 g/dl (hipoalbuminemia)
Kadar kolesterol darah 510 mg/dl (hiperkolesterolemia)
Terdapat protein dalam urine (proteinuria) 3+ atau protein urine 200-500 mg/dl
Terdapatnya eritrosit dalam urine 15 30/lpb (hematuria mikroskopik)
Hasil pemeriksaan laboratorium ini mendukung ditegakkannya diagnosa sindrom
nefrotik. Dan hal ini sesuai dengan definisi dari SN yaitu keadaan klinis yang terdiri dari
edema generalisata (anasarka), hipoalbuminemia, hiperlipidemia (hiperkolesterolemia) dan
proteinuria.
Penyebab utama terjadinya SN pada anak ini tidak diketahui (idiopatik) dan sesuai
teori di atas diduga tipe dari lesi glomerularnya adalah minimal change disease (MCD).
Sebenarnya untuk lebih memastikan tipe dari SN ini adalah dengan melakukan biopsi ginjal.
Namun hal ini tidak dilakukan karena anak ini masih berumur 8 tahun 5 bulan dan tidak
dijumpai hematuria makroskopik.
SN pada kasus ini didiagnosa banding dengan GNA karena gejala klinis yang
ditimbulkan sama yakni berupa edema. Pada anak ini ditemukan adanya hipertensi. Sesuai
dengan teori di atas hipertensi lebih sering terjadi pada GNA. Namun pada literatur lain
dinyatakan bahwa hipertensi ringan sedang sering ditemukan pada SN dan menjadi
normotensi bersamaan dengan peningkatan diuresis, sehingga dalam penatalaksanaannya tidak
perlu diberikan anti hipertensi. Hal ini berbeda dengan hipertensi pada GNA, dimana sering
terjadi hipertensi berat sehingga memerlukan terapi anti hipertensi.
Pasien anak ini dirawat inap selama 8 hari dan dilanjutkan dengan rawat jalan. Hal ini
dilakukan karena secara klinis edema sudah tidak ada, tekanan darah sudah kembali normal,
pemberian obat dapat dilakukan secara oral, anak sudah dapat beraktivitas seperti biasa dan
terlihat sehat, serta orangtua anak kooperatif untuk terus memberikan pengobatan kepada
anaknya selama dirumah. Pada pasien ini diberikan obat selama 28 hari dan dianjurkan pada
tanggal 25, 26 dan 27 Mei 2005 datang kembali untuk diperiksa kadar protein urinenya.
Sehingga dapat diketahui apakah telah mencapai remisi atau tidak.
Bila tercapai remisi pengobatan dilanjutkan dengan pemberian prednison dosis 40
mg/m2/hari (12,5 mg.kgbb/hari) yang diberikan 3 hari berturut-turut dalam seminggu
(intermitten dose) atau selang sehari (alternating dose) selama 4 minggu.
Jika ternyata ternyata tidak tercapai remisi atau terjadi relaps, maka terapi yang
diberikan seperti terapi awal yaitu 60 mg/m2/hari (2mg/kgbb/hari) selama 4 minggu. Setelah 4
minggu dilakukan kembali pemeriksaan protein urine selama 3 hari berturut-turut dan
pemeriksaan laboratorium. Bila tercapai remisi dosis diturunkan menjadi 1,5 mg/kgbb/hari
selama 4 minggu. Tetapi bila tetap tidak tercapai remisi ( 2x relaps) maka dianggap steroid
non responsif. Maka dalam hal ini diberikan sitostatika klorambusil 0,2 mg/kgbb/hari atau
siklofosfamid 2 mg/kgbb/hari dan steroid intermitten (prednison 0,2 mg/kgbb/hari).
Penatalaksanaan pada kasus ini yakni secara non medikamentosa dengan diet TKTPRG
(tinggi kalori tinggi protein dan rendah garam) serta pemberian susu protifar. Sedangkan
secara medikamentosa dengan pemberian diuretik berupa furosemid dengan dosis 1
mg/kgbb/hr
mg/kgbb/hari dan pemberian multivitamin berupa sirup Sanvita B yang mengandung vitamin
D, B-1, B-2, B-6, B-12 dan nikotinamida untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
meningkatkan nafsu makan. Pada saat rawat jalan orangtua anak tetap dianjurkan untuk tidak
memberikan makanan yang banyak mengandung garam serta makanan yang berlemak kepada
anaknya, serta lebih banyak memberikan makanan yang mengandung protein seperti putih
telur, tahu dan tempe serta sayur dan buah-buahan.
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus sindrom nefrotik (SN) pada seorang anak laki-laki, berumur 8
tahun 5 bulan dengan berat badan 26,5 kg yang datang ke RSUD Ulin Banjarmasin dengan
keluhan utama badan bengkak. Diagnosis Sindrom nefrotik (SN) ditegakkan berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik didapatkan febris, batuk berdahak, nausea dan vomitus serta edema
anasarka. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan adanya proteinuria, hipoproteinemia
(hipoalbuminemia) dan hiperkolesterolemia.
28
DAFTAR PUSTAKA
1.
Luther
Travis,
M.D.
Nephrotic
Syndrome
2005;
(http://www.eMedicine.com/pediatrics/nephrology diakses 14 April 2005)
(online)
2.
(online)
3.
Y. C. Tsao. Some Recent Advances in The Investigation and Treatment of The Nephrotic
Syndrome in Children in The Bulletin of The Hongkong Medical Association .
Departement of Pediatrics, University of Hongkong. Vol.23, 1971.
4.
5.
Abdoerrachman,M.H dkk. Sindrom Nefrotik. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak
Jilid 2. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1997; 832-835
6.
7.
Rendle John, et al. Penyakit Ginjal. Dalam : Ikhtisar Penyakit Anak Edisi ke-6 Jilid II.
Binarupa Aksara. Jakarta : 1994; 122-125
2005;
2001;
(online)
Sukandar Enday. Sindrom Nefrotik. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit
FKUI . Jakarta : 1998 ; 282 305
8.
9.
29