Askep Pada Pasien Hipospadia Epispadia
Askep Pada Pasien Hipospadia Epispadia
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipospadia terjadi pada 1 dalam 300 kelahiran anak laki-laki dan
merupakan anomali penis yang paling sering. Perkembangan uretra in uretro
di mulai usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu.Uretra terbentuk dari
penyatuan lipatan uretra sepanjang permukaan ventral penis.
Hypospadia adalah gangguan relatif sering pada genitalia eksterna (3:1000
kelahiran), sedangkan epispadia adalah anomali sangat jarang (1:30.000
kelahiran) dan sering dikaitkan dengan komplikasi lain. Glandula uretra
terbentuk dari kanalisasi funikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands
untuk menyatu dengan lipatan uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi bila
penyatuan di garis tengah lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral penis. Hipospadia terdapat pada kira-kira satu
diantara 500 bayi baru lahir. Pada kasus yang paling ringan, meatus uretra
bermuara pada bagian ventral glans penis, terdapat berbagai derajat
malformasi glans dan kulup zakar tidak sempurna pada sisi ventral dengan
penampilan suatu kerudung dosal. Dengan bertambahnya tingkat keparahan,
penis berbelok kearah ventral (chordee) dan uretra pada penis lebih pendek
secara proggresif, tetapi jarak antara meatus dan glans tidak dapat bertambah
secara signifikan sampai chordee di koreksi.
Epispadia, yang juga terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi terutama
pada anak laki-laki, merupakan kelainan konginetal dimana dinding uretra
bagian atas tidak ada. Pada anak perempuan seringkali keadaan ini
dihubungkan dengan ekstrofi kandung kemih. Pada anak laki-laki muara
meatus terletak di sepanjang dorsum (sisi atas) penis. Angka kejadian
epispadia dibandingkan dengan hipospadia relative lebih kecil.
Hipospadia terjadi kurang lebih pada 1 dari 250 kelahiran bayi lakilaki di Amerika Serikat. Pada beberapa negara insidensi hipospadia semakin
meningkat. Laporan saat ini, terdapat peningkatan kejadian hipospadia pada
bayi laki-laki yang lahir premature, kecil untuk usia kehamilan, dan bayi
1 | Askep Hipospapadia & Epispadia
dengan berat badan rendah. Hipospadia lebih sering terjadi pada kulit hitam
daripada kulit putih, dan pada keturunan Yahudi dan Italia. Tidak ada masalah
fisik yang berhubungan dengan hipospadia pada bayi baru lahir atau pada
anak-anak remaja. Namun pada orang dewasa, chordee akan menghalangi
hubungan seksual, infertilitas dapat terjadi pada hipospadia penoskrotal atau
perineal, dapat timbul stenosis meatus, menyebabkan kesulitan dalam
mengatur aliran urin, dan sering terjadi kriptokridime.
Penanganan hipospadia dengan chordee adalah dengan pelepasan
chordee dan resrtukturisasi lubang meatus melalui pembedahan. Pembedahan
harus di lakukan sebelum usia saat belajar untuk menahan berkemih, yaitu
biasanya sekitar usia 2 tahun. Prepusium dipakai untuk proses rekonstruksi,
oleh karena itu bayi dengan hipospadia tidak boleh di sirkumsisi. Chordee
dapat juga terjadi tanpa hipospadia, dan diatasi dengan melepaskan jaringan
fibrosa untuk memperbaiki fungsi dan penampilan penis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Hipospadia/Epispadia?
2. Apa saja etiologi Hipospadia/ Epispadia?
3. Apa saja manifestasi klinis Hipospadia/ Epispadia?
4. Bagaimanakah patofisologi dan WOC Hipospadia/ Epispadia?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik infeksi Hipospadia/ Epispadia?
6. Apa saja penatalaksanaan infeksi Hipospadia/ Epispadia?
7. Apa saja komplikasi Hipospadia/ Epispadia?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
perkemihan Hipospadia/ Epispadia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa mengetahui asuhan
keperawatan tentang Hipospadia
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami definisi Hipospadia/ Epispadia.
2. Memahami etiologi infeksi Hipospadia/ Epispadia
3. Memahami manifestasi klinis Hipospadia/ Epispadia
4. Memahami patofisologi dan WOC Hipospadia/ Epispadia
5. Memahami pemeriksaan diagnostic Hipospadia/ Epispadia
6. Memahami penatalaksanaan Hipospadia/ Epispadia
7. Memahami komplikasi Hipospadia/ Epispadia
1.4 Manfaat
2 | Askep Hipospapadia & Epispadia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipospadia merupakan kelainan congenital berupa muara uretra yang
terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis.
Hipospadia terjadi pada satu sampai tiga per 1000 kelahiran dan
merupakan anomaly penis yang paling sering.
Hipospadia merupakan suatu kelainan congenital yang dapat dideteksi ketika
atau segera setelah bayi lahir, istilah hipospadia menjelaskan adanya kelainan
pada muara uretra pria. Kelainan hipospadia lebih sering terjadi pada muara
uretra, biasanya tampak disisi ventral batang penis. Seringkali, kendati tidak
selalu, kelainan tersebut diasosiasikan sebagai suatu chordee, yaitu istilah untuk
penis yang melengkuk kebawah. (Speer,2007:168)
Hipospadia adalah congenital anomali yang mana uretra bermuara pada sisi
bawah penis atau perineum. (Suriadi,2001:141). Hipospadia adalah suatu keadaan
dengan lubang uretra terdapat pada penis bagian bawah, bukan diujung penis.
Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak didekat ujung
penis yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika
lubang uretra terdapat ditengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang
pada skrotum atau dibawah skrotum. Kelainan ini sering berhubungan kordi,
yaitu suatu jaringan vibrosa yang kencang yang menyebabkan penis melengkung
kebawah saat ereksi. (Muslihatum, 2010:163)
2.2 Etiologi
5 | Askep Hipospapadia & Epispadia
4. Embriologi
Secara embriologis hipospadia disebabkan oleh sebuah kondisi dimana
bagian ventral lekuk uretra gagal untuk menutup dengan sempurna.
Diferensiasi uretra bergantung pada hormon androgen Dihidrotestosteron
(DHT) dengan kata lain hipospadia dapat disebabkan oleh defisiensi
produk testosterone, konversi testosterone menjadi DHT yang tidak
adekuat, atau defisiensi lokal pada hormon androgen. (Heffner, 2005).
sedangkan menurut suriadi dan yuliani, penyebab pasti dari hipospadia dan
epispadia masih belum jelas diketahui namun bisa dikaitkan dengan faktor
genetik, lingkungan maupun hormonal.
2.3 Klasifikasi
1. Tipe hipospadia yang lubang uretranya didepan atau di anterior:
a. Hipospadia Glandular yaitu lubang kencing sudah berada pada
kepala penis hanya letaknya masih berada di bawah kepala penisnya
b. HipospadiaSubcoronal yaitu lubang kencing berada pada sulcus
coronarius penis (cekungan kepala penis).
2. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di tengah:
a. Hipospadia Mediopenean yaitu lubang kencing berada di bawah
bagian tengah dari batang penis.
b. Hipospadia Peneescrotal yaitu lubang kencing terletak di antara
buah zakar (skrotum) dan batang penis.
3. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di belakang atau posterior
a. Hipospadia Perineal yaitu lubang kencing berada di antara anus
dan buah zakar (skrotum).
2.4 Manifestasi Klinis (Mery, 2005)
1. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee pada sisi ventral
menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis, jika tanpa
chordee biasanya letak meatus pada dasar dari glans penis
2. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang
menutup sisi dorsal dari glans
3. Keadaan yang dijumpai adalah testis tidak turun ke kantung skrotum
7 | Askep Hipospapadia & Epispadia
Perbaikan
dengan
pembedahan
dilakukan
untuk
Penatalaksanaan Medis
Operasi pelepasan chordee dan tunneling (pembuatan uretra pada
glands penis dan muaranya). Dilakukan dengan tujuan agar pasien dapat
berkemih dengan normal dan memungkinkan ketika dewasa pasien
tidak mengalami gangguan seksual. Pembedahan ini diharapakan dapat
meluruskan penis yang awalnya bengkok dan menempatkan meatus
uretra pada tempat yang seharusnya. Pada Teknik tunneling sidiqChaula perbaikannya
chordectomy dan
2. Jangan menarik kulup karena kulup menempel pada glans penis dan harus
menutupinya dengan sempurna
3. Periksa apakah bayi sudah berkemih dan bagaimana jenis alirannya
4. Urin tidak boleh menyemprot dan kulup tidak boleh terisi urin sewaktu
berkemih
5. Dengan meraba sepanjang kanalis inguinalis, kita dapat merasakan ada
tidaknya testis di dalam kanalis inguinal.
6. Palpasi untuk memastikan bahwa testis berada di dalam kantung skrotum,
dimulai dari puncak kedua skrotum kearah bawah dengan ibu jari dan jari
telunjuk
7. Testis yang tidak turun harus dicatat.
2.8 Komplikasi
1. Infertiliti karena bentuk penis yang bengkok menyebabkan penis susah
masuk kedalam vagina saat copulas, cairan semen yang disemprotkan
melalui saluran uretra pada tempat abnormal.
2. Resiko hernia inguinal karena riwayat hipospadia dapat meningkatkan
resiko terjdinya hernia inguinal. (Ricahard E.Bahman, 1999)
3. Gangguan psikososial pada anak karena merasa malu akibat bentuk penis
yang berbeda dengan teman-temannya. (suriadi, 2001)
2.9 Prognosis
Prognosis hispospadia tergantung pada berat ringannya kasus dan
keberhasilan pembedahan. Kesuksesan bedah rekontruksi untuk kasus
sedang dan berat terus meningkat. Perawatan post operasi juga merupakan
faktor penting yang mempengaruhi prognosisnya.(Arif,2000)
Prognosis lebih baik jika perbaikan hipospadia sebelum usia sekolah
( 2 tahun) (emil, 2008 : 361). Terdapat predisposisi genetik non-Mandeli
pada hipospadia. Jika salah satu saudara kandung mengalami hipospadia,
resiko kejadian berulang pada keluarga tersebut adalah 12%. Jika bapak
dan anak laki-lakuinya menderita, maka resiko untuk anak lak-laki
berikutnya adalah 25%.
11 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
2.10
WOC HIPOSPADIA
-
Malformasi Kongenital
Gangguan
citra tubuh
Faktor genetic
Faktor endoktrin
Lingkungan
Gangguan perkembangan embrio
Hipospadia / Epispadia
Pembedahan
Gangguan
eliminasi urin
Pre-OP
Post-OP
Kurangnya info
mengenai kondisi
Hospitalisasi
Ansietas
Gangguan
pola tidur
Terputusnya
continuitas
jaringan
12 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
Kerusakan
integritas
Resiko
Infeksi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PADA PASIEN
HIPOSPADIA
Kasus
Ny. R membawa anaknya An. B 5 tahun ke RSUD Dr.Soetomo enam hari
lalu yakni tanggal 1 Maret 2015 dengan keluhan kencing merembes. Pada saat
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data adanya gangguan pada lubang penis
yang tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di dasar penis, dan penis
melengkung ke bawah. Setelah dilakukan pemeriksaan medis An. B mengalami
kelainan urinarius yaitu lubang penis terletak di permukaan ventral penis dan
lebih ke proksimal dari tempatnya sehingga didiagnosa hipospadia. Pada tanggal 7
Maret 2015 An. B menjalani operasi pada penisnya. Sehari setelah dilakukan post
operasi An. B mengatakan terasa nyeri pada luka, dan tampak meringis kesakitan.
Dari hasil pengkajian TTV didapakan : S=37,5 0C, N = 92x/ menit, RR
=20x/menit, TD =110/70mm/Hg.
Data penunjang
Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Anak
Nama
: An. B
Tanggal lahir
: 10 November 2010
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 5 tahun
Tanggal MRS
: 1 Maret 2015
Alamat
: Mulyosari,Surabaya
Diagnosa Medis
: Hipospadia
b. Identitas Orang Tua
Nama Ayah / Ibu
: Tn.M/Ny. R
Pekerjaan Ayah / Ibu
: Karyawan / Ibu Rumah Tangga
Agama Ayah / Ibu
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Mulyosari,Surabaya
c. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien rasa nyeri pada luka operasi
d. Riwayat Penyakit Sekarang
13 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
14 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
: Baik
: Composmentis
TD = 110/70 mmHg
N = 92 x/menit
S = 37.6C
RR = 20x/menit
d. Sistem pernafasan (B1)
Bentuk dada
: normal
Pola nafas
: teratur
Suara nafas
: vesikuler
Sesak nafas
: Tidak
Batuk
: Tidak
Retraksi otot bantu nafas
: Tidak
Alat bantu pernapasan
: Tidak
Masalah
: Tidak ada Masalah Keperawatan
e. Sistem kardiovaskuler (B2)
Irama Jantung
:Reguler
S1/S2 tunggal : Ya
Nyeri dada
:Tidak
Bunyi jantung
: Tidak ada suara jantung tambahan
CRT
: < 2 detik
Akral
: Hangat
f. Sistem Persarafan (B3)
GCS
Eye : 4
Verbal: 5
Motorik:
TOTAL: 15
Istirahat/tidur
tidur : Pupil
: isokor
Sclera/konjungtiva
:Putih ,jernih
15 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
Gangguan
: simetris
:Nyeri
: kotor
: jumlah : 800 CC/hr
bau
: khas urine
: terpasang kateter
: tidak membesar
: Hipospadia
: Risiko infeksi
: kurang baik
Frekuensi
3x/hari
Porsi makan
: tidak habis
Minum
: 1200 cc/hr
Jenis
air
putih, susu
Mulut dan tenggorokan
Mulut
: bersih
Mukosa
: lembab
Tenggorokan
Abdomen
Perut
Peristaltic
: 10x/mnt
BAB
: 2 hari sekali
Konsistensi
:lembek padat
Turgor : baik
Edema
:-
Lain-lain
16 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
Masalah
2. Analisa Data
No
1.
Data
Ds : Ny. R mengatakan selera
Etiologi
Hipospadia
Masalah
Nyeri akut
Pembedahan
Chordectomy
dan uretroplasty
menggunakan
teknik
relaksasi.
Q : klien mengatakan nyeri seperti
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
Nyeri akut
timbul.
DS: Ibu klien mengatakan luka
Hipospadia
Kerusakan
integritas kulit
Pembedahan
luka bekas
pembedahan
panjang : 3 cm
diameter luka : 2 cm
3.
Kerusakan
integritas kulit
Hipospadia
DO :
17 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
Risiko infeksi
Suhu 37,60C
Pembedahan
Pemasangan
coklat kemerahan
kateter
Risiko tinggi
infeksi
3. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bekas pembedahan
c. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter
4. Intervensi
a.
Dx 1
kontinuitas jaringan
Tujuan
berkurang/hilang
Kriteria hasil :
I.
II.
III.
Rasional
1.
18 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
mengurangi
rasa
nafas dalam
3. Pastikan kateter klien dipasang
nyeri
3. Penempatan kateter yang tidak
simpul
4. Beri obat
akibat
analgesic
sesuai
drainase
yang
tidak
program
tekanan
pada
balon
yang
digembungkan.
4. Pemberian obat analgesik untuk
meredakan rasa nyeri
b.
Dx 2
Intervensi
1. Observasi luka insisi pada klien
secara periodik.
2. Sokong insisi bila mengubah
posisi, batuk, napas dalam dan
ambulasi
3. Berikan perawatan pada luka
insisi secara rutin.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk memberikan diet yang
Rasional
1. Observasi secara periodik akan
menurunkan
kemungkinan
jahitan terbuka
2. Mengubah posisi, napas dalam
dan
ambulasi
dapat
mempengaruhi penyembuhan
3. Perawatan luka secara rutin akan
meningkatkan penyembuhan
4. Diet TKTP dapat membantu
19 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
tepat
mempercepat
penyembuhan
luka
Dx 3
Tujuan
pada
Rasional
klien
dan
benar
dengan benar
akan
meminimalisir
area luka
2. Membersihkan
teknik
luka
aseptic
dengan
dapat
dan
mencegah
mempercepat
proses
penyembuhan luka
3. Mempertahankan
kantong
dan kusut.
mencegah
infeksi
dengan
20 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
kekeruha
sedimentasi,
juga
atau
periksa
busuk
atau
drainase
aseptik
mencegah
program,
untuk
klien
untuk
efek
6. Pemantauan
yang
membantu
demikian
menentukan
5. Evaluasi
1. S : Nyeri yang dirasakan dapat berkurang atau hilang dan dapat diadaptasi
oleh klien.
2. O : Kerusakan integritas kulit yang terjadi minimal, panjang dan diameter
luka berkurang
3. A : Tidak adanya infeksi pada luka klien, masalah teratasi
4. P : melanjutkan intervensi
21 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Hipospadia merupakan kelainan congenital berupa muara uretra yang
terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis.
Hipospadia terjadi pada satu sampai tiga per 1000 kelahiran dan
merupakan anomaly penis yang paling sering. Penyebabnya yaitu dari
faktor genetic, hormone atau endokrin, dan lingkungan. Epispadia dibagi
menjadi tiga tipe berdasarkan letak ofisum uretra eksternum, yaitu tipe
sederhana/tipe grandular, tipe penil dan tipe penoskrotal.
4.2 Saran
Sebaiknya untuk mencegah terjadinya hipospadia, pada saat hamil ibu
harus memperhatikan pemenuhan nutrisi dan juga menghindari pajanan zat
polutan yang beresiko terhadap kehamilannya. Seorang perawat sebagai
tenaga kesehatan harus menjelaskan tentang penyakit dan perjalanan
penyakitnya kepada orang tua pasien sehingga dalam proses penyembuhan
seorang perawat dapat bekerja sama dalam menentukan keputusan.
22 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
DAFTAR PUSTAKA
Emil A. Tanagho, MD. 2008. Smiths General Urology edisi 17. a LANGE
medical book
Suriadi & rita yuliani. 2001. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: KDT
Muscari, Mary E. 2005. Panduan belajar keperawatan pediatric edisi 3. Jakarta:
EGC
Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto
Muscari. Mery E. 2005. Keperawatan pediatrik, edisi 3. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media
Aesculapius.
Doengoes, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta:EGC.
Hidayat, Aziz, dkk. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC
23 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a
24 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a