Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipospadia terjadi pada 1 dalam 300 kelahiran anak laki-laki dan
merupakan anomali penis yang paling sering. Perkembangan uretra in uretro
di mulai usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu.Uretra terbentuk dari
penyatuan lipatan uretra sepanjang permukaan ventral penis.
Hypospadia adalah gangguan relatif sering pada genitalia eksterna (3:1000
kelahiran), sedangkan epispadia adalah anomali sangat jarang (1:30.000
kelahiran) dan sering dikaitkan dengan komplikasi lain. Glandula uretra
terbentuk dari kanalisasi funikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands
untuk menyatu dengan lipatan uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi bila
penyatuan di garis tengah lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral penis. Hipospadia terdapat pada kira-kira satu
diantara 500 bayi baru lahir. Pada kasus yang paling ringan, meatus uretra
bermuara pada bagian ventral glans penis, terdapat berbagai derajat
malformasi glans dan kulup zakar tidak sempurna pada sisi ventral dengan
penampilan suatu kerudung dosal. Dengan bertambahnya tingkat keparahan,
penis berbelok kearah ventral (chordee) dan uretra pada penis lebih pendek
secara proggresif, tetapi jarak antara meatus dan glans tidak dapat bertambah
secara signifikan sampai chordee di koreksi.
Epispadia, yang juga terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi terutama
pada anak laki-laki, merupakan kelainan konginetal dimana dinding uretra
bagian atas tidak ada. Pada anak perempuan seringkali keadaan ini
dihubungkan dengan ekstrofi kandung kemih. Pada anak laki-laki muara
meatus terletak di sepanjang dorsum (sisi atas) penis. Angka kejadian
epispadia dibandingkan dengan hipospadia relative lebih kecil.
Hipospadia terjadi kurang lebih pada 1 dari 250 kelahiran bayi lakilaki di Amerika Serikat. Pada beberapa negara insidensi hipospadia semakin
meningkat. Laporan saat ini, terdapat peningkatan kejadian hipospadia pada
bayi laki-laki yang lahir premature, kecil untuk usia kehamilan, dan bayi
1 | Askep Hipospapadia & Epispadia

dengan berat badan rendah. Hipospadia lebih sering terjadi pada kulit hitam
daripada kulit putih, dan pada keturunan Yahudi dan Italia. Tidak ada masalah
fisik yang berhubungan dengan hipospadia pada bayi baru lahir atau pada
anak-anak remaja. Namun pada orang dewasa, chordee akan menghalangi
hubungan seksual, infertilitas dapat terjadi pada hipospadia penoskrotal atau
perineal, dapat timbul stenosis meatus, menyebabkan kesulitan dalam
mengatur aliran urin, dan sering terjadi kriptokridime.
Penanganan hipospadia dengan chordee adalah dengan pelepasan
chordee dan resrtukturisasi lubang meatus melalui pembedahan. Pembedahan
harus di lakukan sebelum usia saat belajar untuk menahan berkemih, yaitu
biasanya sekitar usia 2 tahun. Prepusium dipakai untuk proses rekonstruksi,
oleh karena itu bayi dengan hipospadia tidak boleh di sirkumsisi. Chordee
dapat juga terjadi tanpa hipospadia, dan diatasi dengan melepaskan jaringan
fibrosa untuk memperbaiki fungsi dan penampilan penis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Hipospadia/Epispadia?
2. Apa saja etiologi Hipospadia/ Epispadia?
3. Apa saja manifestasi klinis Hipospadia/ Epispadia?
4. Bagaimanakah patofisologi dan WOC Hipospadia/ Epispadia?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik infeksi Hipospadia/ Epispadia?
6. Apa saja penatalaksanaan infeksi Hipospadia/ Epispadia?
7. Apa saja komplikasi Hipospadia/ Epispadia?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
perkemihan Hipospadia/ Epispadia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa mengetahui asuhan
keperawatan tentang Hipospadia
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami definisi Hipospadia/ Epispadia.
2. Memahami etiologi infeksi Hipospadia/ Epispadia
3. Memahami manifestasi klinis Hipospadia/ Epispadia
4. Memahami patofisologi dan WOC Hipospadia/ Epispadia
5. Memahami pemeriksaan diagnostic Hipospadia/ Epispadia
6. Memahami penatalaksanaan Hipospadia/ Epispadia
7. Memahami komplikasi Hipospadia/ Epispadia
1.4 Manfaat
2 | Askep Hipospapadia & Epispadia

Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit Hipospadia/ Epispadia


serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada penyakit Hipospadia/
Epispadia

3 | Askep Hipospapadia & Epispadia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipospadia merupakan kelainan congenital berupa muara uretra yang
terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis.
Hipospadia terjadi pada satu sampai tiga per 1000 kelahiran dan
merupakan anomaly penis yang paling sering.
Hipospadia merupakan suatu kelainan congenital yang dapat dideteksi ketika
atau segera setelah bayi lahir, istilah hipospadia menjelaskan adanya kelainan
pada muara uretra pria. Kelainan hipospadia lebih sering terjadi pada muara
uretra, biasanya tampak disisi ventral batang penis. Seringkali, kendati tidak
selalu, kelainan tersebut diasosiasikan sebagai suatu chordee, yaitu istilah untuk
penis yang melengkuk kebawah. (Speer,2007:168)
Hipospadia adalah congenital anomali yang mana uretra bermuara pada sisi
bawah penis atau perineum. (Suriadi,2001:141). Hipospadia adalah suatu keadaan
dengan lubang uretra terdapat pada penis bagian bawah, bukan diujung penis.
Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak didekat ujung
penis yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika
lubang uretra terdapat ditengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang
pada skrotum atau dibawah skrotum. Kelainan ini sering berhubungan kordi,
yaitu suatu jaringan vibrosa yang kencang yang menyebabkan penis melengkung
kebawah saat ereksi. (Muslihatum, 2010:163)

4 | Askep Hipospapadia & Epispadia

Epispadia merupakan kelainan kongenital berupa tidak adanya dinding


uretra bagian atas. Kelainan ini terjadi pada laki-laki maupun perempuan,
tetapi lebih sering dialami oleh laki-laki. Ditandai dengan adanya lubang
uretra disuatu tempat pada permukaan dorsum penis. ( Kamus Saku
Kedokteran DORLAN,2011. Epispadia merupakan malfolmasi kongenital
dimana uretra bermuara pada permukaan dorsal penis ( kamus
keperawatan,2010). Epispadia merupakan suatu kelainan bawaan pada
bayi laki-laki, dimana lubang uretra terdapat di bagian punggung penis
atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka. Terdapat 3 jenis
epispadia yaitu:
1. Lubang uretra terdapat di puncak kepala penis.
2. Seluruh uretra terbuka di sepanjang penis.
3. Seluruh uretra terbuka dan lubang kandung kemih terdapat pada dinding
perut.

2.2 Etiologi
5 | Askep Hipospapadia & Epispadia

Etiologi menurut Basuki, 2011 adalah sebagai berikut :


1. Faktor Genetik
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena
mutasi gen yang mengodesintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari
gen tersebut tidak terjadi.
Sebuah kecenderungan genetik telah disarankan oleh peningkatan 8 kali
lipat dalam kejadian hipospadia antara kembar monozigot dibandingkan
dengan tunggal. Kecenderungan keluarga telah dicatat dengan hipospadia.
Prevalensi

hipospadia pada anak laki-laki nenek moyang dengan

hipospadia telah dilaporkan sebesar 8% dan 14 % dari anak saudara


dengan hipospadia juga terpengaruh.
2. Faktor Endokrin
Perkembangan alat genitalia janin tergantung dari hormon testosterone
selama proses embriogenesis. Jika testis gagal memproduksi sejumlah
testosteron, atau bisa juga reseptor hormon androgen sendiri didalam
tubuh kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri
telah berbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja
tidak akan memberikan suatu efek yang seharusnya. Penurunan androgen/
ketidakseimbangan untuk menggunakan androgen dapat mengakibatkan
hipospadia. Diferensiasi uretra pada penis bergantung pada androgen
dihidrotestosteron (DHT). Oleh karena itu hiospadia dapat disebabkan
oleh defisiensi produksi testosterone (T), konversi T menjadi DHT yang
tidak adekuat atau defisiensi lokal pada pengenalan androgen (kekurangan
jumlah atau fungsi reseptor androgen).
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Selain
terpapar zat polutan yang mengakibatkan mutasi gen, faktor lingkungan
yang lain seperti lingkungan dengan aktivitas estrogenik signifikan
dimana-mana dalam masyarakat industri dan tertelan sebagai pestisida
pada buah-buahan dan sayuran, tanaman estrogen endogen, dalam susu
dari sapi perah laktasi hamil, dari lapisan plastik di kaleng logam, dan
obat-obatan.
6 | Askep Hipospapadia & Epispadia

4. Embriologi
Secara embriologis hipospadia disebabkan oleh sebuah kondisi dimana
bagian ventral lekuk uretra gagal untuk menutup dengan sempurna.
Diferensiasi uretra bergantung pada hormon androgen Dihidrotestosteron
(DHT) dengan kata lain hipospadia dapat disebabkan oleh defisiensi
produk testosterone, konversi testosterone menjadi DHT yang tidak
adekuat, atau defisiensi lokal pada hormon androgen. (Heffner, 2005).
sedangkan menurut suriadi dan yuliani, penyebab pasti dari hipospadia dan
epispadia masih belum jelas diketahui namun bisa dikaitkan dengan faktor
genetik, lingkungan maupun hormonal.
2.3 Klasifikasi
1. Tipe hipospadia yang lubang uretranya didepan atau di anterior:
a. Hipospadia Glandular yaitu lubang kencing sudah berada pada
kepala penis hanya letaknya masih berada di bawah kepala penisnya
b. HipospadiaSubcoronal yaitu lubang kencing berada pada sulcus
coronarius penis (cekungan kepala penis).
2. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di tengah:
a. Hipospadia Mediopenean yaitu lubang kencing berada di bawah
bagian tengah dari batang penis.
b. Hipospadia Peneescrotal yaitu lubang kencing terletak di antara
buah zakar (skrotum) dan batang penis.
3. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di belakang atau posterior
a. Hipospadia Perineal yaitu lubang kencing berada di antara anus
dan buah zakar (skrotum).
2.4 Manifestasi Klinis (Mery, 2005)
1. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee pada sisi ventral
menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis, jika tanpa
chordee biasanya letak meatus pada dasar dari glans penis
2. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang
menutup sisi dorsal dari glans
3. Keadaan yang dijumpai adalah testis tidak turun ke kantung skrotum
7 | Askep Hipospapadia & Epispadia

4. Urin keluar dengan merembes jadi kebanyakan dari penderitanya


kencing dengan duduk.
5. Penis tampak seperti berbalut, karena adanya kelainan pada kulit
depan penis
6. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah
atau di dasar penis
2.5 Patofisiologi
Hipospadia merupakan suatu cacat bawaan yang diperkirakan
terjadi masa embrio selama pengembangan uretra, dari kehamilan 8-20
minggu. Perkembangan terjadinya fusi dari garis tengah dari lipatan
uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi
ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari
yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian di sepanjang
batang penis hingga akhirnya perineum.
Pada permulaan minggu ke 6, terbentuk tonjolan antara umbilikal
cord dan tail yang disebut genital tuberkel. Dibawahnya pada garis tengah
terbentuk lekukan dimana bagian lateralnya ada dua lipatan memanjang
yang disebut genital fold. Selama minggu ke 7, genital tuberkel akan
memanjang dan membentuk glans. Ini adalah bentuk primordial dari
penis bila embrio adalah laki-laki. Bila wanita akan menjadi klitoris.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang
menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai
chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral
dari penis. Chordee atau lengkungan ventral dari penis, sering dikaitkan
dengan hipospadia, terutama bentuk-bentuk yang lebih berat. Hal ini
diduga akibat dari perbedaan pertumbuhan antara punggung jaringan
normal tubuh kopral dan uretra ventral dilemahkan dan jaringan terkait.
Pada kondisi yang lebih jarang, kegagalan jaringan spongiosum dan
pembentukan fasia pada bagian distal meatus uretra dapat membentuk
balutan berserat yang menarik meatus uretra sehingga memberikan
kontribusi untuk terbentuknya suatu korda. (Arif, 2011)

8 | Askep Hipospapadia & Epispadia

2.6 Penatalaksanaan (Arif, 2000)


2.6.1 Penatalaksanaan Keperawatan
1. Informasikan orang tua bahwa pengenalan lebih dini adalah penting
sehingga sirkumsisi dapat di hindari , kulit prepusium digunakan untuk
bedah perbaikan.
2. Beri kesempatan orang tua untuk mengungkapkan perasaannya tentang
masalah struktural anak.
3. Persiapkan orang tua dan anak untuk menjalani prosedur bedah yang
diinginkan.

Perbaikan

dengan

pembedahan

dilakukan

untuk

memperbaiki kemampuan anak berdiri selama berkemih , untuk


memperbaiki bentuk penis, dan untuk memelihara keadekuatan seksual.
Hal ini biasanya dilakukan antara usia 6 dan 12 tahun dengan satu atau
dua tahap perbaikan.
4. Jelaskan hasil bedah kosmetik yang diharapkan orang tua dan anak
dapat merasa sangat kecewa dengan kecacatan fisik ini.
5. Pantau asupan dan haluaran cairan dan pola urin, anjurkan banyak
minum, pertahankan kepatenan, dan awasi tindakan pencegahan infeksi
jika anak dikateterisasi.
6. Persiapkan orang tua dan anak untuk pengalihan urin, jika perlu,
sementara meatus baru dibuat.
7. Ajarkan orang tua bagaimana merawat kateter menetap, jika perlu.
( muscari, 2005 : 357 )
2.6.2

Penatalaksanaan Medis
Operasi pelepasan chordee dan tunneling (pembuatan uretra pada
glands penis dan muaranya). Dilakukan dengan tujuan agar pasien dapat
berkemih dengan normal dan memungkinkan ketika dewasa pasien
tidak mengalami gangguan seksual. Pembedahan ini diharapakan dapat
meluruskan penis yang awalnya bengkok dan menempatkan meatus
uretra pada tempat yang seharusnya. Pada Teknik tunneling sidiqChaula perbaikannya

melewati proses yaitu

chordectomy dan

uretroplasty. Pada tahap pertama yaitu chordectomy tujuannya adalah


untuk mengembalikan bentuk normal penis yang tadinya bengkok
menjadi lurus dengan cara memotong uretra plat distal dan meluruskan
penis sehingga meatus tertarik lebih proksimal. Sedangkan pada tahap
ke dua dilakukan Urethroplasty dimana dalam tahap ini pasien akan
9 | Askep Hipospapadia & Epispadia

dibuatkan saluran kencing sehingga lubang kencing berada pada tempat


yang seharusnya, yaitu di ujung penis. Tindakan ini dilakukan dengan
mengambil kulit kulub yang dibuang saat khitan, sedangkan jika psien
sudah dikhitan sehingga tidak mempunyai kulit kulub maka kulit penis
atau kantong buah pelir dapat dipakai sebagai penggantinya. Penutupan
kulit bagian ventral dilakukan dengan memindahkan prepusium dorsal
dan kulit penis mengelilingi bagian ventral. Operasi Uretropati
dilakukan enam bulan setelah operasi.

(Operasi Uretropati) Sumber : Suriadi,2001


2.7 Pemeriksaan Penunjang
Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis
hipospadia. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG
mengingat hipospadia sering disertai kelainan pada ginjal. (Suriadi 2001).
Sedangkan dibuku lain ( Emil, 2008 : 361 ) menyebutkan pemeriksaannya
bisa menggunakan :
1.
X-Ray
2.
Excretory urography
3.
Urethroscopy dan cystoscopy
Pemeriksaan fisik genitalia bayi laki-laki :
1. Genitalia laki-laki
2. Ukuran/bentuk
3. Penis
4. Kulup/prepusium
5. Pembukaan Uretra
6. Kantong skrotum
7. Testis
Inspeksi :
Genitalia, bentuk dan ukuran penis yang sesuai. Penis harus berada di garis tengah
Pemeriksaan :
1. Pegang prepusium (kulup) ke depan untuk memeriksa meatus sentral.
10 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

2. Jangan menarik kulup karena kulup menempel pada glans penis dan harus
menutupinya dengan sempurna
3. Periksa apakah bayi sudah berkemih dan bagaimana jenis alirannya
4. Urin tidak boleh menyemprot dan kulup tidak boleh terisi urin sewaktu
berkemih
5. Dengan meraba sepanjang kanalis inguinalis, kita dapat merasakan ada
tidaknya testis di dalam kanalis inguinal.
6. Palpasi untuk memastikan bahwa testis berada di dalam kantung skrotum,
dimulai dari puncak kedua skrotum kearah bawah dengan ibu jari dan jari
telunjuk
7. Testis yang tidak turun harus dicatat.

2.8 Komplikasi
1. Infertiliti karena bentuk penis yang bengkok menyebabkan penis susah
masuk kedalam vagina saat copulas, cairan semen yang disemprotkan
melalui saluran uretra pada tempat abnormal.
2. Resiko hernia inguinal karena riwayat hipospadia dapat meningkatkan
resiko terjdinya hernia inguinal. (Ricahard E.Bahman, 1999)
3. Gangguan psikososial pada anak karena merasa malu akibat bentuk penis
yang berbeda dengan teman-temannya. (suriadi, 2001)
2.9 Prognosis
Prognosis hispospadia tergantung pada berat ringannya kasus dan
keberhasilan pembedahan. Kesuksesan bedah rekontruksi untuk kasus
sedang dan berat terus meningkat. Perawatan post operasi juga merupakan
faktor penting yang mempengaruhi prognosisnya.(Arif,2000)
Prognosis lebih baik jika perbaikan hipospadia sebelum usia sekolah
( 2 tahun) (emil, 2008 : 361). Terdapat predisposisi genetik non-Mandeli
pada hipospadia. Jika salah satu saudara kandung mengalami hipospadia,
resiko kejadian berulang pada keluarga tersebut adalah 12%. Jika bapak
dan anak laki-lakuinya menderita, maka resiko untuk anak lak-laki
berikutnya adalah 25%.

11 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

2.10

WOC HIPOSPADIA
-

Malformasi Kongenital

Gangguan
citra tubuh

Faktor genetic
Faktor endoktrin
Lingkungan
Gangguan perkembangan embrio

Hipospadia / Epispadia

Aliran urin tidak


lancar

Pembedahan

Gangguan
eliminasi urin

Pre-OP

Post-OP

Kurangnya info
mengenai kondisi

Hospitalisasi

Ansietas

Gangguan
pola tidur

Luka insisi bedah Perawatan luka


yang tidak
(post -op)
adekuat
Nyeri Akut

Terputusnya
continuitas
jaringan

12 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

Kerusakan
integritas

Resiko
Infeksi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PADA PASIEN
HIPOSPADIA
Kasus
Ny. R membawa anaknya An. B 5 tahun ke RSUD Dr.Soetomo enam hari
lalu yakni tanggal 1 Maret 2015 dengan keluhan kencing merembes. Pada saat
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data adanya gangguan pada lubang penis
yang tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di dasar penis, dan penis
melengkung ke bawah. Setelah dilakukan pemeriksaan medis An. B mengalami
kelainan urinarius yaitu lubang penis terletak di permukaan ventral penis dan
lebih ke proksimal dari tempatnya sehingga didiagnosa hipospadia. Pada tanggal 7
Maret 2015 An. B menjalani operasi pada penisnya. Sehari setelah dilakukan post
operasi An. B mengatakan terasa nyeri pada luka, dan tampak meringis kesakitan.
Dari hasil pengkajian TTV didapakan : S=37,5 0C, N = 92x/ menit, RR
=20x/menit, TD =110/70mm/Hg.
Data penunjang
Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Anak
Nama
: An. B
Tanggal lahir
: 10 November 2010
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 5 tahun
Tanggal MRS
: 1 Maret 2015
Alamat
: Mulyosari,Surabaya
Diagnosa Medis
: Hipospadia
b. Identitas Orang Tua
Nama Ayah / Ibu
: Tn.M/Ny. R
Pekerjaan Ayah / Ibu
: Karyawan / Ibu Rumah Tangga
Agama Ayah / Ibu
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Mulyosari,Surabaya
c. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien rasa nyeri pada luka operasi
d. Riwayat Penyakit Sekarang
13 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

Diagnosa medis menunujukan pasien hipospadia dengan keluhan nyeri


pada luka operasi
Skala nyeri PQRST
P : klien mengatakan nyerinya timbul saat klien menggerakkan badan
untuk berganti posisi. Klien mengatakan nyerinya berkurang dengan
menggunakan teknik relaksasi.
Q : klien mengatakan nyeri seperti tertusuk benda tajam.
R : klien mengatakan nyeri pada luka operasi pada penis.
S : klien mengatakan skala nyeri 6.
T : klien mengatakan nyeri hilang timbul.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Penyakit yang pernah diderita
2) Operasi
3) Alergi
4) Imunisasi

: batuk, pilek, dan demam


: tidak pernah
: tidak ada
: BCG, Polio, DPT, Campak,

Hepatitis BSejak lahir klien sudah mengalami kelainan urinarius yaitu


lubang uretrannya berada di ventral (bawah) batang penis.
f. Riwayat kehamilan dan kelainan
a) Prenatal
Ny. R mengatakan awal kehamilan sudah mendapat imunisasi TT
dan setiap bulannya selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan.
b) Intranatal
Ny. R mengatakan melahirkan saat usia kehamilan 36 minggu
(premature) karena lepasnya tali plasenta secara secio cesar.
c) Postnatal
Ny. R mengatakan An. B diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
dan diberi makanan tambahan setelah berumur 6 bulan.
g. Riwayat Penyakit Keluarga
Ny.R mengatakan tidak ada keturunan dalam keluarganya dan keluarga
suaminya yang mengidap hipospadia.
h. Pola sehari hari
1). Riwayat nutrisi
Ny.R mengatakan bahwa nafsu makan An. B kurang baik 3x sehari
namun porsi makan tidak habis dan minum susu & air putih 1000
cc/ hari
2). Personal hygiene

14 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

An. B mengatakan selama di rumah mandi 2x dan saat di rumah sakit


diseka 2x/hari
3). Pola istirahat
An. B mengatakan tidur selama 811 jam/ hari
4). Pola eliminasi
An. B mengatakan BAB 1 x/hari, BAK 6 x/hari (1600 cc). BAK
sebelum operasi lancar tetapi tidak memancar dan saat BAK lebih
nyaman dengan posisi jongkok.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kondisi Umum
b. Kesadaran
c. Tanda tanda

: Baik
: Composmentis

TD = 110/70 mmHg
N = 92 x/menit
S = 37.6C
RR = 20x/menit
d. Sistem pernafasan (B1)
Bentuk dada
: normal
Pola nafas
: teratur
Suara nafas
: vesikuler
Sesak nafas
: Tidak
Batuk
: Tidak
Retraksi otot bantu nafas
: Tidak
Alat bantu pernapasan
: Tidak
Masalah
: Tidak ada Masalah Keperawatan
e. Sistem kardiovaskuler (B2)
Irama Jantung
:Reguler
S1/S2 tunggal : Ya
Nyeri dada
:Tidak
Bunyi jantung
: Tidak ada suara jantung tambahan
CRT
: < 2 detik
Akral
: Hangat
f. Sistem Persarafan (B3)
GCS

Eye : 4

Verbal: 5

Motorik:

TOTAL: 15
Istirahat/tidur

: selama 811 jam/ hari

tidur : Pupil

: isokor

Sclera/konjungtiva

:Putih ,jernih

15 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

Gangguan

Gangguan Pendengaran :Hidung

: simetris

Gangguan penciuman : Masalah

:Nyeri

g. Sistem Perkemihan (B4)


Kebersihan
Urine
Alat bantu
Kandung Kemih
Gangguan
Masalah

: kotor
: jumlah : 800 CC/hr
bau
: khas urine
: terpasang kateter
: tidak membesar
: Hipospadia
: Risiko infeksi

Warna :Kuning jernih

h. Sistem Pencernaan (B5)


Nafsu makan

: kurang baik

Frekuensi

3x/hari
Porsi makan

: tidak habis

Minum

: 1200 cc/hr

Jenis

air

putih, susu
Mulut dan tenggorokan
Mulut

: bersih

Mukosa

: lembab

Tenggorokan

: tidak ada kesulitan menelan, tonsil tidak membesar

Abdomen
Perut

: Tidak ada nyeri tekan

Peristaltic

: 10x/mnt

BAB

: 2 hari sekali

Konsistensi

:lembek padat

Bau : Khas feses

Warna :Kuning feses


i. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Kemampuan pergerakan sendi : Tidak mampu bergerak bebas karena
merasa nyeri saat menggerakkan badan

untuk berganti posisi.

Turgor : baik
Edema

:-

Lain-lain

: terdapat bekas luka operasi di penis.

16 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

Masalah

: gangguan integritas kulit

2. Analisa Data
No
1.

Data
Ds : Ny. R mengatakan selera

Etiologi
Hipospadia

Masalah
Nyeri akut

makan an. B menurun dan sering


meringis kesakitan

Pembedahan

DO : Skala nyeri PQRST


P : klien mengatakan nyerinya

Chordectomy

timbul saat klien menggerakkan

dan uretroplasty

badan untuk berganti posisi. Klien


mengatakan nyerinya berkurang
dengan

menggunakan

teknik

relaksasi.
Q : klien mengatakan nyeri seperti

Terputusnya
kontinuitas
jaringan

tertusuk benda tajam.


R : klien mengatakan nyeri pada
luka operasi pada penis.

Nyeri akut

S : klien mengatakan skala nyeri 6.


T : klien mengatakan nyeri hilang
2.

timbul.
DS: Ibu klien mengatakan luka

Hipospadia

bekas operasi belum sembuh


DO: adanya kerusakan permukaan

Kerusakan
integritas kulit

Pembedahan

kulit akibat pembedahan


Terdapat bekas luka operasi di

luka bekas

penis dengan karakteristik luka:

pembedahan

panjang : 3 cm
diameter luka : 2 cm
3.

DS : tidak ada keluhan dari pasien

Kerusakan
integritas kulit
Hipospadia

DO :
17 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

Risiko infeksi

Suhu 37,60C

Pembedahan

Terdapat bekas luka operasi di


penis dengan karakteristik :
warna luka :

Pemasangan

coklat kemerahan

kateter

nanah : tidak ada


bengkak : +
nyeri : +

Risiko tinggi
infeksi

Klien terpasang kateter

3. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bekas pembedahan
c. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter

4. Intervensi
a.

Dx 1

: Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan
Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x24 jam


diharapkan nyeri

berkurang/hilang

Kriteria hasil :
I.
II.

An.B memperlihatkan rasa nyaman dan ekspresi nyeri berkurang


Rasa nyeri dapat dikendalikan dan dapat memposisikan tubuh
untuk melindungi nyeri

III.

Skala nyeri berkurang / hilang


Intervensi

1. Kaji skala nyeri, minta klien


untk menilai nyeri pada skala 0-

Rasional
1.

Mengetahui skala nyeri klien


dan membuat rencana tindakan

18 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

10 (0 = tidak ada nyeri dan 10 =


nyeri hebat)
2. Ajarka teknik relaksasi dengan

yang sesuai dengan skala nyeri


2. Teknik
relaksasi
dapat
membantu

mengurangi

rasa

nafas dalam
3. Pastikan kateter klien dipasang

nyeri
3. Penempatan kateter yang tidak

dengan benar, serta bebas dari

tepat dapat menyebabkan nyeri,

simpul
4. Beri obat

akibat
analgesic

sesuai

drainase

yang

tidak

adekuat, atau gesekan akibat

program

tekanan

pada

balon

yang

digembungkan.
4. Pemberian obat analgesik untuk
meredakan rasa nyeri

b.

Dx 2

: Kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan luka bekas pembedahan


Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam

diharapkan integritas kulit dalam keadaan baik


Kriteria hasil :
1. Menunjukkan penyembuhan luka sesuai waktu tanpa adanya
komplikasi
2. Menunjukkan penyembuhan luka dengan adanya penyatuan kulit
dan pembentukan jaringan parut

Intervensi
1. Observasi luka insisi pada klien
secara periodik.
2. Sokong insisi bila mengubah
posisi, batuk, napas dalam dan
ambulasi
3. Berikan perawatan pada luka
insisi secara rutin.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk memberikan diet yang

Rasional
1. Observasi secara periodik akan
menurunkan

kemungkinan

jahitan terbuka
2. Mengubah posisi, napas dalam
dan

ambulasi

dapat

mempengaruhi penyembuhan
3. Perawatan luka secara rutin akan
meningkatkan penyembuhan
4. Diet TKTP dapat membantu

19 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

tepat

mempercepat

penyembuhan

luka

Dx 3

: Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter

Tujuan

: selama dilakukan perawatan di rumah sakit infeksi tidak terjadi.


setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko infeksi
akan hilang

Kriteria hasil : Suhu tubuh normal (36,50-37,50C)


Sel darah putih tidak meningkat
Urinalis normal
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi (kemerahan,
panas, nyeri, bengkak, kehilangan fungsi)
Intervensi
1. Ajarkan

pada

Rasional
klien

dan

1. Setelah mencuci tangan dengan

keluarga cara mencuci tangan

benar

dengan benar

paparan infeksi saat memegang

2. Perawatan luka dengan teknik


aseptic

akan

meminimalisir

area luka
2. Membersihkan
teknik

luka

aseptic

dengan
dapat

meminimalkan penyebaran agen


infeksius

dan

mencegah

terjadinya komplikasi sehingga


3. Pertahankan kantong drainase
kateter dibawah garis kandung
kemih dan pastikan bahwa

mempercepat

proses

penyembuhan luka
3. Mempertahankan

kantong

selang tidak ada yang simpul

drainase tetap pada posisi ini

dan kusut.

mencegah

4. Gunakan teknik aseptic ketika

infeksi

dengan

mencegah urine yang tidak steril

20 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

mengosongkan kantong kateter


5. Pantau urine anak untuk
pendeteksian

kekeruha

sedimentasi,

juga

atau

periksa

balutan bedah setiap 4 jam,


untuk mengkaji bila tercium
bau

busuk

atau

drainase

mengalir balik ke dalam kandung


kemih.
4. Teknik

aseptik

mencegah

kontaminan masuk ke dalam


traktus urinarius
5. Tanda ini dapat mengindikasikan
adanya infeksi

purulent; laporkan tanda-tanda


tersebut pada dokter.
6. Beri obat antibiotic profilaktik
sesuai

program,

untuk

membantu mencegah infeksi.


Pantau

klien

untuk

efek

terapeutik dan efek samping.

6. Pemantauan

yang

membantu

demikian
menentukan

kemanjuran obat antibiotic dan


toleransi klien terhadap obat
tersebut

5. Evaluasi
1. S : Nyeri yang dirasakan dapat berkurang atau hilang dan dapat diadaptasi
oleh klien.
2. O : Kerusakan integritas kulit yang terjadi minimal, panjang dan diameter
luka berkurang
3. A : Tidak adanya infeksi pada luka klien, masalah teratasi
4. P : melanjutkan intervensi

21 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Hipospadia merupakan kelainan congenital berupa muara uretra yang
terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis.
Hipospadia terjadi pada satu sampai tiga per 1000 kelahiran dan
merupakan anomaly penis yang paling sering. Penyebabnya yaitu dari
faktor genetic, hormone atau endokrin, dan lingkungan. Epispadia dibagi
menjadi tiga tipe berdasarkan letak ofisum uretra eksternum, yaitu tipe
sederhana/tipe grandular, tipe penil dan tipe penoskrotal.
4.2 Saran
Sebaiknya untuk mencegah terjadinya hipospadia, pada saat hamil ibu
harus memperhatikan pemenuhan nutrisi dan juga menghindari pajanan zat
polutan yang beresiko terhadap kehamilannya. Seorang perawat sebagai
tenaga kesehatan harus menjelaskan tentang penyakit dan perjalanan
penyakitnya kepada orang tua pasien sehingga dalam proses penyembuhan
seorang perawat dapat bekerja sama dalam menentukan keputusan.

22 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

DAFTAR PUSTAKA
Emil A. Tanagho, MD. 2008. Smiths General Urology edisi 17. a LANGE
medical book
Suriadi & rita yuliani. 2001. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: KDT
Muscari, Mary E. 2005. Panduan belajar keperawatan pediatric edisi 3. Jakarta:
EGC
Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto
Muscari. Mery E. 2005. Keperawatan pediatrik, edisi 3. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media
Aesculapius.
Doengoes, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta:EGC.
Hidayat, Aziz, dkk. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC

23 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

24 | A s k e p H i p o s p a p a d i a & E p i s p a d i a

Anda mungkin juga menyukai