Anda di halaman 1dari 26

KODE KEGIATAN : F.

2
UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Pembangunan kesehatan di Indonesia pada hakekatnya menyelenggarakan upaya

kesehatan agar mempunyai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan
nasional. Pembangunan kesehatan masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan
lingkungan itu sendiri. Salah satu upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan yang dinamis
serta membangkitkan dan memupuk swadaya masyarakat dalam upaya penyehatan lingkungan.
Salah satu langkah meningkatkan kesehatan lingkungan adalah dengan membangun sarana yang
diperlukan dan peningkatan pemanfaatan serta pemeliharaan sarana yang ada.
Pembangunan kesehatan lingkungan pada hakekatnya dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok, antara lain :
1. Penyehatan air
2. Pembuangan kotoran
3. Penyehatan makanan minuman
4. Penyehatan tempat tempat umum
5. Penyehatan pembuangan sampah
Berdasarkan gambaran tersebut terlihat bahwa penyehatan lingkungan sangat penting dalam
rangka menciptakan kesadaran masyarakat agar senantiasa dapat melaksanakan cara hidup yang
sehat bagi dirinya dan masyarakat.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari serta sebagai tempat
berlindung dari panas dan hujan. Rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan
rohani dan jasmani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau perlindungan dari pengaruh
alam luar. Lingkungan rumah yang tidak diperhatikan dapat menimbulkan beberapa risiko penyakit ,
memudahkan terjadinya penularan, dan penyebaran penyakit, seperti diare, cacingan, ISPA, TBC, demam
berdarah, malaria, demam typhoid, leptospirosis, dan penyakit lainnya. Agar penghuni rumah terhindar

dari risiko penyakit-penyakit tersebut, maka diperlukan kondisi kualitas lingkungan rumah yang
sehat.
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi
perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan
perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah. Perilaku Hidup Bersih Sehat
(PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi
bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku,
sehingga membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri maupun dalam
tatanan rumah tangga dengan menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara, dan meningkatkan kesehatan.
Lingkungan hidup yang sehat sangat penting untuk mempunyai generasi yang sehat dan
bangsa yang kuat. Generasi yang sehat hanya tercapai apabila pertumbuhannya dipelihara,
berdasarkan syarat-syarat kesehatan.

BAB II
PERMASALAHAN DI KELUARGA, MASYARAKAT DAN KASUS

2.1 Identitas Lokasi

Alamat Rumah
Jumlah Penghuni

: Desa Sugihmukti
: 3 orang

2.2 Identifikasi Rumah


Gambaran umum dari hasil kegiatan inspeksi rumah tinggal tersebut yaitu terletak di
daerah pesawahan. Rumah tersebut kira-kira luasnya 5 meter x 4 meter, yang terdiri dari 3 orang
penghuni rumah. Rumah tersebut mempunyai kamar tidur sebanyak 1 ruangan, dapur, kamar
mandi dan sumber air (sumur). Kegiatan mandi, mencuci baju, mencuci piring, buang air kecil
dilakukan dikamar mandi milik pribadi. Buang air besar dilakukan diruangan terbuka yaitu di
tengah-tengah sawah yang tidak ada penutupnya. Air untuk kebutuhan minum dan memasak
diperoleh dari air sumur.
Berdasarkan kriteria fisiologis, tempat tinggal tersebut tidak memiliki pencahayaan,
penghawaan, dan ruang gerak yang cukup antar anggota keluarga. Berdasarkan kriteria
psikologis, keadaan rumah tidak cukup privacy, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga
dan penghuni rumah kurang terasa nyaman.
Berdasarkan kegiatan inspeksi sanitasi tempat tinggal yang dikunjungi belum memenuhi
kriteria rumah sehat.

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Perencanaan dan pemilihan intervensi pada masalah sanitasi lingkungan dapat dilakukan
dengan inspeksi sanitasi tempat tinggal. Inspeksi sanitasi tempat tinggal dilakukan secara berkala
oleh petugas sanitasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi tempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas Sugihmukti. Hasil dari inspeksi sanitasi tempat tinggal selanjutnya
akan ditindaklanjuti sesuai permasalahan yang ada.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu:
A. Penyuluhan Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang
dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung dari
gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit.
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang


gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

Memenuhi kriteria psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan


penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari

pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan


dan penghawaan yang cukup.

Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena


keadaaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Secara umum rumah tempat tinggal dapat meliputi kriteria sebagai berikut:
1. Bangunan Rumah Tinggal
Dalam bangunan rumah tinggal meliputi :
a. Langit-langit rumah yang bersih dan tidak rawan kecelakaan.
b. Dinding permanen (tembok / pasangan batubata yang diplester) atau papan yang
kedap air.
c. Lantai dapat menggunakan ubin / keramik/ papan (rumah panggung).
d. Adanya jendela kamar tidur.
e. Adanya jendela ruang keluarga.
f. Adanya ventilasi permanen yang luas ( luas ventilasi >10% luas lantai).
g. Adanya lubang asap dapur.
h. Pencahayaan (ruang keluarga) yang terang dan tidak silau sehingga dapat
dipergunakan untuk membaca dengan normal.

2. Sumber air
Air sangat penting untuk kehidupan, kebutuhan air sangat mutlak, 73% dari bagian tubuh
tanpa jaringan lemak adalah air.
Jenis air yang dikaitkan dengan sumber atau asalnya, dibedakan menjadi:
-

Air hujan, embun, yaitu air diperoleh dari udara atau angkasa karena terjadinya proses

prespitasi dari awan, atmosfir yang mengandung air.


Air permukaan tanah, dapat berupa air yang tergenang atau air mengalir, misalnya

danau, sungai, laut air sumber dangkal.


Air tanah, yaitu air permukaan yang meresap dalam tanah sehingga telah mengalami
penyaringan oleh tanah, batu-batuan, maupun pasir. Air tanah dapat juga menjadi air
permukaan.

Syarat air minum ditentukan oleh:


- Syarat fisik
Jika air itu tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, jernih dengan suhu
sebaiknya di bawah suhu udara sehingga terasa nyaman.
- Syarat kimia
Tidak mengandung zat kimia atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan misalnya
CO2, H2S, NH4 dan lainlain.
- Syarat bakteriologis
Tidak mengandung bakteri E.Coli yang melampaui batas yang ditentukan.
Untuk menghindari pengotoran sumur yang harus diperhatikan adalah:
- Jarak sumur dengan cubluk (lubang kakus), lubang galian sampah, lubang air limbah
(cesspool, seepage pit), serta sumber-sumber pengotoran yang lain. Jaraknya
tergantung kemiringan tanah, keadaan tanah, yang umumnya minimum 10 m, dan jika
letaknya di daerah miring, diusahakan letak sumber air tidak di bawah sumber
pengotoran.
- Dibuat pada tempat yang mengandung air tanah.
6

- Jangan dibuat pada tanah yang rendah yang kemungkinan dapat terendam jika terjadi
banjir.

3. Tempat Pembuangan kotoran manusia


Syarat pembuangan kotoran manusia:
-

Tidak mengotori tanah permukaan


Tidak mengotori air permukaan
Tidak mengotori air tanah
Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipergunakan oleh lalat untuk bertelur

atau berkembang biak


Jamban harus tertutup atau terlindung
Pembuatannya mudah dan murah

Bangunan kasus terdiri dari:


-

rumah jamban
rumah jamban dapat dibuat dari tembok, papan, bambu, atau bahan lain yang mudah
didapat.
lantai jamban
lantai jamban tidak licin
slap (tempat berpijak)
closet adalah tempat pembuangan tinja
pit/sumur
bidang resapan
air harus cukup banyak sepanjang tahun
air harus mengalir (jangan menumpuk)
rumah kakus dibuat di hilir
dipelihara ikan

Syarat yang perlu diperhatikan dalam membuat jamban:


-

Ruangan cukup leluasa untuk bergerak


Cahaya dalam ruangan cukup terang
Lubang pertukaran hawanya cukup
Lantai tidak licin

Sistem Pembuangan Excreta :


7

a. Excreta disposal without water carriage system


1. Pit privy/latrine (Jamban Cemplung)
Lubang dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5 sampai 8 meter. Dinding
diperkuat dengan batu-bata atau tembok, hanya dapat dibuat di tanah atau dengan
air tanah yang dalam.
2. Open defecation (Tidak memakai jamban) tidak dianjurkan.

Gambar 3.1. Defekasi Terbuka


3. Shallow pit terdapat pada daerah yang rendah dengan metode sederhana.

Gambar 3.2 Shallow Pit


4. Simple pit latrine dengan menggali satu lubang, dibangun bangunan kakus, tinja
disimpan dalam tempat yang tidak mengganggu.

Gambar 3.3 Simple Pit Latrine


5. Borehole latrine. Bangunannya harus cukup cahaya dan harus ada ventilasi.
Seperti cubluk, hanya ukurannya kecil, karena untuk sementara. Jika penuh dapat
meluap, sehingga mengotori air permukaan.

Gambar 3.4 Borehole Latrine


6. Bucket latrine

Gambar 3.5. Bucket Latrine


7. Overhung latrine. Biaya pembuatannya relatif murah dan biasa dipakai oleh
masyarakat. Feses dapat mengotori air permukaan
9

Gambar 3.6 Overhung Latrine


8. Ventilated pit latrine

Gambar 3.7 Ventilated Pit Latrine


9. Single or double pit

Gambar 3.8 Single or Double Pit


10. Composting latrine yang mana feses menjadi kompos, ditimbun ditanah secara
alami

10

Gambar 3.9 Composting Latrine


11. Angsatrine. Closetnya berbentuk leher angsa sehingga selalu terisi air. Fungsinya
sebagai sumbat sehingga bau busuk tidak keluar
b. Excreta disposal with water carriage system
Dapat membuang selain tinja juga limbah lain
1. disposal by dilution
2. cesspool
3. seepage pit
4. aqua-privy

Gambar 3.10. Aqua-Privy


5. septic tank

adalah cara pembuangan yang dianjurkan pada kesehatan dunia.

Merupakan kelanjutan 1 sistem.


Kelemahannya yaitu relatif mahal dan memerlukan tempat.
11

Empat bagian septic tank, yaitu:


-

Ruang pembusukan

Ruang lumpur (sludge)

Ruang dosis (dosing chamber)

Bidang resapan.

Gambar 3.11 Septic Tank

Pemanfaatan dan Pemeliharaan Jamban


12

Jamban Leher Angsa


Selesai buang air besar harus disiram sampai jamban bersih betul

Jamban Cemplung
Selesai buang air besar lubang harus ditutup agar tidak berbau dan tidak dimasuki lalat atau
kecoa.

4. Kandang ternak ( kalau ada )


5. Pembuangan limbah atau sampah rumah tangga
Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang berasal dari
rumah tangga atau hasil proses industri. Jarak yang baik untuk pedoman ialah sekitar 2 km
dari perumahan penduduk, 15 km dari laut, 200 m dari sumber air.
Ada 2 jenis sampah :
-

Garbage adalah sisa pengolahan atau sisa makanan yang dapat membusuk.
Rubbish adalah yang tidak membusuk misalnya : gelas, kaca, plastik yang tidak
mudah terbakar dan kayu yang mudah terbakar.

Agar sampah tidak membahayakan manusia, maka perlu pengaturan yaitu:


-

Penyimpanan
Pengumpulan
Pembuangan
Pembuangan dapat dilakukan dengan cara :
Individual incineration
Sampah dikumpulkan di lubang sampah kemudian dibakar di pekarangan masing
masing.
Sanitary land fill
Sampah dibuang di tempat yang rendah, kemudian diuruk supaya tidak dikorek
oleh binatang.
Land fill
Sampah dibuang di tempat rendah, biasanya di luar kota dan sebaiknya jenis
rubbish.
13

B. Pembangunan Fisik
Pembangunan fisik yang dapat dilakukan dari inspeksi sanitasi tempat tinggal yaitu
dengan memperbaiki sarana yang tidak memenuhi kriteria dan membangun sarana yang tidak
ada.

14

BAB IV
PELAKSANAAN

Pelaksanaan sanitasi lingkungan tempat tinggal yang dapat dilakukan di Puskesmas


Sugihmukti adalah dengan cara melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui kondisi sanitasi
lingkungan tempat tinggal warga dan penyuluhan mengenai hal-hal yang ditemukan di lapangan,
kemudian hasil kunjungan rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan akan ditindaklanjuti
dengan melakukan kegiatan penyuluhan mengenai kriteria rumah sehat dan PHBS.
Dalam kegiatan penyuluhan dilakukan dengan cara :
a. Melakukan Penyuluhan Perseorangan
Penyuluhan dilakukan pada saat kunjungan rumah.
b. Melakukan Penyuluhan Kelompok (dirumahnya memiliki > 1 satu kepala keluarga)
Penyuluhan dilakukan terhadap sekelompok orang.
Berdasarkan kegiatan inspeksi sanitasi tempat tinggal yang dikunjungi, hasilnya tidak
memenuhi kriteria rumah sehat.

Berikut adalah gambaran kegiatan dari hasil inspeksi rumah tinggal :


1. Bangunan Rumah Tinggal
Bangunan rumah tampak luar
Gambaran umum dari hasil kegiatan inspeksi rumah tinggal tersebut yaitu terletak
di daerah pesawahan. Rumah tersebut kira-kira luasnya 5 meter x 4 meter, yang terdiri
dari 3 orang penghuni rumah. Rumah tersebut mempunyai kamar tidur sebanyak 1
ruangan, dapur, kamar mandi dan sumber air (sumur). Kegiatan mandi, mencuci baju,
mencuci piring, buang air kecil dilakukan dikamar mandi milik pribadi. Buang air besar
dilakukan diruangan terbuka yaitu di tengah-tengah sawah yang tidak ada penutupnya
15

baik dinding maupun atap. Air untuk kebutuhan minum dan memasak diperoleh dari air
sumur.
Berdasarkan kriteria fisiologis, tempat tinggal tersebut tidak memiliki
pencahayaan, penghawaan, dan ruang gerak yang cukup antar anggota keluarga.
Berdasarkan kriteria psikologis, keadaan rumah tidak cukup privacy, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah kurang terasa nyaman.
Berdasarkan kegiatan inspeksi sanitasi tempat tinggal yang dikunjungi belum
memenuhi kriteria rumah sehat.

Gambar 4.1 Bangunan rumah tampak luar

Bangunan rumah tampak dalam

16

Rumah tersebut tidak memiliki penataan yang baik, memiliki pembagian ruang,
serta tidak memiliki pencahayaan dan ventilasi yang cukup. Sanitasi keadaan di dalam
rumah kurang higienis.

Gambar 4.2 Bangunan rumah tampak dalam

Langit-langit rumah
Langit-langit rumah bagian luar dan dalam terbuat dari anyaman bambu, kotor,
sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan.

17

Gambar 4.3 Langit-langit rumah

Dinding rumah
Dinding rumah tersebut terbuat bukan dari tembok tetapi dari kayu dan anyaman
bambu, sehingga konstruksi bangunan tersebut berpotensi mudah terjadi kecelakaan yaitu
mudah roboh dan mudah terbakar.

Gambar 4.4 Dinding rumah


Lantai rumah
Lantai rumah bagian luar dan bagian dalam diplester, bangunan lantai tersebut
sangat berpotensi bahaya yaitu apabila terjadi hujan, maka lantai tersebut akan licin dan
mudah amblas.

18

Gambar 4.5 Lantai rumah

Jendela ruang keluarga


Jendela ruang keluarga rumah tersebut kurang sinar matahari pagi yang masuk ke
dalam rumah, penghawaan yang kurang sehingga dapat memenuhi persyaratan
pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah.

Gambar 4.6 Jendela ruang keluarga

Kamar tidur
Ruangan kamar tidur berukuran 2 meter x 2 meter. Dalam kamar tidur tersebut
terdapat 1 ranjang dengan 1 kasur, tidak terdapat lemari sehingga pakaian ditumpuk di
atas kasur, tidak terdapat jendela di kamar tidur sehingga udara yang terasa sangat
19

pengap, pintu kamar tidur hanya dibatasi dengan kain, pencahayaannya sangat kurang.
Kondisi ruangan tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan penyakit, tidak adanya
privasi antar anggota keluarga, dapat terjadinya kecelakaan dikarenakan pencahayaan
yang kurang.

Gambar 4.7 Kamar tidur

Ventilasi rumah tinggal


Ventilasi yang terdapat pada rumah tersebut tidak memenuhi kriteria, karena
ventilasi tersebut kurang dari 10% dari luas lantai rumah tersebut. Kondisi ini sangat
berpotensi penularan penyakit antar penghuni rumah.

20

Gambar 4.8 Ventilasi rumah tinggal

Dapur
Rumah tersebut memiliki dapur yang berukuran kurang lebih 2 meter x 2 meter.
Kondisi dapur tersebut kotor. Piring dan gelas tidak disimpan di rak piring dan hanya
ditumpuk diatas rak kayu, tidak terdapat meja makan. Terdapat lubang asap dapur yang
luas ventilasi dapur < 10% dari luas lantai sehingga asap ketika masak bisa masuk ke
dalam rumah. Kondisi dapur tersebut dapat berpotensi terjadinya pencemaran makanan
dan minuman sehingga dapat menimbulkan penyakit.

Gambar 4.9 Dapur

Pencahayaan

21

Sumber pencahayaan pada rumah tersebut mengandalkan cahaya dari sebuah


jendela yang tertutup. Saat malam hari pencahayaan berasal dari lampu. Jumlah lampu
dalam ruang keluarga hanya 1 buah, dengan pencahayaan kira-kira 15 watt, sehingga
sumber pencahayaan ruang keluarga tersebut kurang terang sehingga sulit untuk dapat
dipergunakan untuk membaca dengan normal dan juga dapat berpotensi terjadinya
kecelakaan.

Sumber air
Sumber air yang digunakan keluarga tersebut berasal dari sumur.

Gambar 4.10 Sumber Air

Tempat pembuangan kotoran


22

Tempat pembuangan kotoran dilakukan diruangan terbuka yaitu ditengah-tengah


sawah yang tidak ada penutupnya baik dinding maupun atap, tidak memiliki septic tank,
sehingga kotoran langsung mengalir ke sungai. Sumber air berasal dari air irigasi yang
mengairi sawah tersebut.

Gambar 4.11 Tempat pembuangan kotoran

Kandang ternak
Rumah tersebut tidak memiliki hewan ternak.

Pembuangan limbah atau sampah rumah tangga


Rumah tersebut tidak mempunyai tempat sampah permanen, sehingga sampah
yang berasal dari rumah tersebut dibuang ke dalam wadah yang terbuat dari anyaman
bambu dan ditaruh di pekarangan rumah. Saluran air tempat pembuangan limbah cair
rumah tangga dialirkan melalui selokan ke pekarangan rumah, sehingga terdapat
genangan air.

23

Gambar 4.12 Pembuangan limbah atau sampah rumah tangga

24

BAB V
MONITORING DAN EVALUAS

5.1 Monitoring
Monitoring yang dilakukan yaitu dengan melakukan inspeksi sanitasi tempat tinggal
secara berkala 6 bulan sampai 1 tahun sekali sekali.

5.2 Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah dengan melihat perubahan dari hasil penyuluhan yang
telah diberikan mengenai kriteria rumah sehat sehingga memenuhi kebutuhan fisiologis antara
lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, memenuhi penyediaan air bersih,
pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, sehingga potensi untuk timbulnya penularan
penyakit antar penghuni rumah akan berkurang, dan terhindar dari terjadinya kecelakaan yang
timbul karena keadaaan luar maupun dalam rumah.

25

Anda mungkin juga menyukai