PARADIGMA KEPULAUAN
PEMBANGUNAN INDONESIA
ABAD 21
Oleh:
Daniel Mohammad Rosyid
ii
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
PENGANTAR PENULIS
LHAMDULILLH, di tangan pembaca yang budiman adalah makalah pengukuhan Guru Besar saya di bidang Riset
Operasi dan Optimasi pada Jurusan Teknik Kelautan, FTK ITS
Surabaya. Makalah ini merupakan pandangan saya sebagai
dosen, peneliti, pengamat, dan practicing naval architect
yang bergelut di bidang pendidikan tinggi serta industri kelautan dan kemaritiman selama dua puluh tahun lebih. Benih
pandangan ini mulai terbentuk saat studi Ph.D saya di bidang
optimasi struktur di Dept. of Marine Technology, the University
of Newcastle, Inggris antara tahun 1988-1991 di bawah bimbingan Prof. John Caldwell.
Tesis pokok orasi adalah bahwa sistem Indonesia abad 21
harus dipijakkan pada paradigma kepulauan agar menghasilkan
berbagai sistem nasional yang lebih lentur dan robust. Kelenturan
dan robustness ini bertumpu pada Sistem Logistik Nasional berbasis multi-moda serta kemampuan mengambil keputusan secara kreatif dan mandiri berbagai kelompok masyarakat yang
tersebar luas, terutama petani dan nelayan, di kepulauan terbesar di dunia ini.
Sistem Indonesia abad yang lalu masih dihinggapi paradigma pulau besar warisan penjajah yang kaku, sentralistik,
dan uniformistik, sehingga gagal mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Paradigma lama ini harus segera
dimasukkan dalam museum sejarah pemikiran Indonesia ka-
iii
iv
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
1
PENDAHULUAN
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
2
PENJAJAHAN BELANDA
DI INDONESIA
Kawasan yang dulu disebut Nusantara ini pernah menyaksikan kejayaan kerajaan Sriwijaya di abad ke-6 Masehi. Pelautpelaut dan armada kapal Sriwijaya adalah pelaut ulung yang
memungkinkan perdagangan internasional saat itu antara
Cina, India, Timur Tengah, dan kawasan-kawasan lain di dunia.
Bahkan pelaut-pelaut Indonesia telah menjelajahi Madagaskar
dan Afrika Selatan. Saat Sriwijaya surut karena sebab-sebab internalnya, selanjutnya Nusantara juga menyaksikan kelahiran
kerajaan Majapahit yang armadanya berpusat di Hujung Galuh
(Surabaya) sebagai kekuatan maritim yang amat menonjol di
awal milenium kedua. Pengaruh Majapahit yang luas dirasakan
hingga Filipina, Papua, dan semenanjung Malaka.
Pada saat armada dagang VOC Belanda datang ke Nusantara untuk mencari rempah-rempah pada akhir abad ke-15,
kekuatan maritim Majapahit sudah mulai surut dan berpindah
ke Demak. Setelah mempelajari dengan cermat karakteristik
kepulauan Nusantara ini, VOC mulai menyusun strategi untuk
menguasai perdagangan rempah-rempah Nusantara demi kepentingan Belanda di Eropa. Penguasaan perdagangan ini hanya mungkin melalui penguasaan laut Nusantara. Ini merupakan
langkah pertama penting VOC untuk memulai proses kolonisasi
Nusantara hingga 3 abad lebih kemudian.
Langkah-langkah berikutnya adalah memulai proses penghancuran infrastruktur maritim Demak dan daerah pengaruhnya
di bekas Majapahit. VOC yang kemudian diambil alih oleh Pemerintah kerajaan Belanda selanjutnya melakukan kampanye sistematik
untuk mengurangi peranan maritim kerajaan-kerajaan Nusantara
dalam perdagangan antar-pulau di Nusantara. Artinya, Pemerintah
Kolonial Belanda mulai mengambil alih pemerintahan di laut terlebih dahulu dari kerajaan-kerajaan Nusantara ini, kemudian secara
perlahan menancapkan pengaruhnya untuk memerintah di darat
(pulau-pulau besar di Nusantara).
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
3
PARADIGMA PEMBANGUNAN
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
10
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
Oleh karena itu, seperti paradigma pulau besar dan paradigma kelautan bukanlah dua pilihan yang mutually exclusive,
paradigma kepulauan merupakan penyelesaian atas ketegangan kreatif antara paradigma pulau besar dengan paradigma
kelautan ini. Dari segi instrumen perumusan kebijakan pembangunan, paradigma kepulauan memiliki implikasi dinamika
sistem dan gaming yang berbeda. Interaksi dan kecepatan
proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan politik negara kepulauan dengan keragaman yang amat kaya memerlukan kerangka pemahaman yang baru dan lebih segar dari kerangka pulau besar ataupun kelautan yang kita kenal saat ini. Untuk
menunjukkan implikasi luas dari paradigma kepulauan ini, dapat
diajukan sebuah dua pertanyaan dan jawaban hipotetis sederhana sebagai berikut:
Apakah akibatnya secara geomorfologis, lingkungan hidup,
ekonomis, sosial dan politik bagi Jawa Timur jika Pulau Madura
tidak ada? Secara geomorfologis dan ekonomis, Jawa Timur
tidak akan semaju saat ini karena Pelabuhan Tanjung Perak
tidak akan pernah dibangun oleh Belanda. Pulau Madura menjadikan posisi Tanjung Perak menjadi pelabuhan yang paling
ideal di dunia, dan merupakan pelabuhan tertua di Indonesia,
lebih tua daripada Port of New York.
Apakah akibatnya bagi Madura dengan diselesaikannya
jembatan Suramadu? Secara ekonomi dan sosial, Madura akan
mengalami proses industrialisasi yang dipercepat, dan jika tidak
diantisipasi secara cermat akan menjadikan Madura sebagai
Batam jilid 2. Pengaruh tokoh-tokoh tradisional, seperti kyai
dan ulama Madura, akan terkikis.
Isolasi Madura dan kepulauan di sekitarnya selama bertahun-tahun dari mainland Jawa Timur, terutama disebabkan oleh
paradigma pulau besar pembangunan nasional kita. KeterbelaDaniel Mohammad Rosyid
11
kangan infrastruktur transportasi laut nasional dan keterpurukan industri pelayaran nasional adalah buah dari paradigm pulau
besar ini. Solusi jembatan Suramadu sedikit banyak juga kelanjutan dari paradigma pulau besar ini. Bukannya meningkatkan
kualitas layanan ferry penyeberangan, solusi yang dipilih adalah
solusi jalan raya dan jembatan. Implikasi solusi ini amat luas.
Paradigma pulau besar saat ini terbukti tidak cocok tidak
saja bagi Madura, namun juga bagi Indonesia. Suprastruktur
nasional kita gagal membangun kapasitas memerintah di laut
kepulauan secara efektif. Saat ini banyak pulau-pulau kecil di Indonesia yang merupakan kantong-kantong kemiskinan, bahkan
pulau-pulau yang tidak terlalu jauh dari Pulau Jawa sekalipun
seperti Pulau Bawean dan pulau-pulau di Kabupaten Sumenep. Beberapa pulau terluar bahkan terancam (sudah) lepas
ke negara tetangga karena kita gagal melakukan pendudukan
yang efektif atas pulau-pulau tersebut. Laut yang tidak dikelola
dengan baik bahkan menjadi tempat beragam tindak kejahatan
seperti pembajakan di laut, illegal fishing, mining, tracking,
bahkan pembuangan limbah beracun. Laut tak bertuan ini
juga mengurangi kepercayaan internasional atas kemampuan
Indonesia menangani berbagai kecelakaan di laut yang membutuhkan kapasitas search and rescue yang memadai. []
12
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
4
KEPULAUAN INDONESIA
AWASAN ini merupakan rumah bagi sekitar 300 juta penduduk dan terdiri atas 4 negara, yaitu Indonesia, Malaysia,
Singapura, dan Brunei Darussalam. Dari segi ukuran dan populasinya, Indonesia adalah yang terbesar yang batas-batasnya
diwariskan dari Netherlands East Indies setelah Perang Dunia II
berakhir.
Kepulauan Indonesia merupakan hasil dari kekuatankekuatan geologis yang luar biasa dan juga intervensi manusia.
Kerangka luar kepulauan Indonesia dibentuk selama jutaan
tahun oleh gerakan lambat lempengan benua di permukaan
bumi dan wajah-wajah baru permukaan Indonesia secara terusmenerus terbentuk melalui proses-proses erupsi vulkanik dan
13
14
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
Luas
Papua/Irian
800.000/422.000 km2
Borneo/Kalimantan
755.000/540.000 km2
Sumatera
474.000 km2
Sulawesi
190.000 km2
Jawa
126.000 km2
Timor
31.000 km2
14.000-18.000 km2
11.000-an km2
4000-5.000-an km2
3.000-an km2
2.000-an km2
1.000-an km2
700-950 km2
500-an km2
200-500 km2
100-an km2
15
5
PENATAKELOLAAN SUMBER DAYA
KEPULAUAN
16
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
17
18
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
Kinerja
Produktivitas sumber daya kepulauan, keragaman hayati, replenishment rate, daya dukung lingkungan
Atribut
Besar, bentuk, dan kondisi fisik masing-masing pulau; konfigurasi/tata letak gugusan pulau; jarak antar pulau
Prasarana dan sarana perangkat keras teknologis di masingmasing pulau, dan di perairan di antaranya
Regulasi dan kelembagaan, serta informasi
Demografi (sebaran, jumlah, dan mutu populasi)
Karakteristik Utama
Transportasi Laut
Transportasi Udara
Water landing capability, limited capacity, small endurance, short take-off and landing capability, fixed
and rotary winger
Marikultur
19
20
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
6
JEMBATAN SELAT SUNDA:
BLUNDER TEKNOLOGIS
ALAM rangka menunjukkan implikasi sistemik dari paradigm kepulauan ini, berikutnya akan dibahas mengenai
Jembatan Selat Sunda (JSS) yang sedang diwacanakan beberapa waktu terakhir ini. Ada tiga alasan mendasar mengapa
JSS adalah sebuah kemubaziran skala besar, blunder teknologi
dan ekonomi regional untuk menghubungkan Jawa-Sumatera. Memahami infrastruktur penghubung adalah hanya
jembatan dan terowongan jelas amat bias sektor Pekerjaan
Umum. Alasan pertama, JSS adalah turunan paradigma pulau
besar yang memandang laut dan selat sebagai pemisah, atau
paling tidak semacam sungai besar. Manusia pulau besar cenderung memaksakan kudanya (untuk zaman sekarang adalah
mobilnya) untuk menyeberang. Jembatan adalah solusi paling
rasional bagi manusia pulau besar ini.
Daniel Mohammad Rosyid
21
Paradigma kepulauan memandang laut dan selat justru sebagai penghubung (jembatan) alamiah dan dalam jumlah yang
tak-terbatas, sedangkan kapal adalah alat angkut yang cocok
untuk memanfaatkan daya dukung air laut bagi muatan yang
diangkut kapal-kapal tersebut. Pandangan yang mengatakan
bahwa sampai saat ini belum ada infrastruktur penghubung
antara Sumatera-Jawa adalah pandangan yang keliru dan
ahistoris. Kenyataan bahwa Sumatera dan Jawa justru telah
terintegrasi dibanding Jawa dengan kawasan lain di Indonesia
membuktikan bahwa Sumatera dan Jawa telah terhubung sejak
lama melalui transportasi laut dengan armada kapal pelayaran
nasional.
Alasan Topologi
Kekeliruan JSS dapat ditunjukkan secara matematik dengan argumen topologi sebagai berikut. Setiap pulau, karena
adanya teluk dan sungai adalah sebuah concave landmass domain. Dalam domain seperti ini, menghubungkan dua titik
sembarang dengan sebuah garis lurus (jarak yang terpendek)
tidak bisa tetap berada di dalam domain tersebut. Artinya, menghubungkan dua titik yang dipisahkan oleh sebuah sungai (yang
membentuk kecekungan domain) memberi solusi jarak, karena
orang tidak harus menyusur tepi sungai hingga ke jembatan terdekat berikutnya untuk sampai ke seberang dan kemudian berbalik arah menyusuri tepi sungai di seberangnya untuk sampai
ke tujuan.
Dua pulau membentuk ruang topologi yang berbeda.
Membangun satu jembatan penghubung justru membentuk artificial concave landmass domain yang problematik karena menimbulkan persoalan jarak yang baru, menimbulkan kebutuhan
jembatan tambahan. Jembatan tambahan justru menambah
22
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
concavity atas landmass domain tersebut, demikian seterusnya. Each additional bridge will increase the degree of concavity
of the domains. Persoalannya menjadi non-linier. Artinya, menghubungkan dua concave land mass domain dengan sebuah
jembatan justru justru menurunkan connectedness-nya.
Solusinya adalah paradigma kepulauan yang membuka relaxed design domain tanpa mengubah ruang topologi landmass
yang sudah ada. Solusi untuk relaxed design domain itu adalah kapal (penyeberangan/ferry), yang teknologi generasi terkininya sudah tersedia dan well-proven. Air laut bersama sistem ferry canggih ini membentuk jembatan alamiah dalam jumlah tak-terbatas
sehingga mempertahankan connectedness kedua pulau.
Alasan Teknomik
Alasan ketiga adalah alasan-alasan teknomik berikut. Satu
jembatan yang menghubungkan dua pulau, karena concavity
permanen yang terbentuk oleh jembatan ini hanya akan menguntungkan kawasan kaki-kaki jembatan saja. Para spekulan
tanah dan tuan tanah yang menguasai kawasan kaki jembatan
akan paling diuntungkan. Solusi ferry (maju) boleh dikatakan
membentuk concavity yang lentur dan dinamik. Artinya, sistem
layanan penyeberangan (ferry ro-ro dan demaga) dan pelayaran yang canggih dapat menghubungkan Jawa dan Sumatera
di banyak lintasan sehingga Sumatera secara menyeluruh akan
memperoleh manfaat yang jauh lebih besar daripada JSS yang
akan menguntungkan Lampung dan Banten saja. Kondisi jaringan Trans Sumatera saat ini yang buruk juga akan mengurangi
manfaat JSS bagi integrasi pasar di Pulau Sumatera.
Memaksakan truk atau mobil untuk melintasi Selat Sunda
dapat tetap dilakukan dengan jauh lebih efisien dengan kapal
Daniel Mohammad Rosyid
23
ferry yang lebih baik dari layanan ferry yang ada saat ini. Air laut
Selat Sunda telah membuat kontur sea-bed Selat Sunda yang
kompleks penuh patahan dan palung menjadi tidak relevan, bukan bagi truk atau mobil, tapi bagi kapal ferry. Bagi penumpang,
kapal ferry ini adalah jembatan sekaligus mobil atau truknya. Air
laut yang tersedia tanpa dibeli, karena sunnatullah, mampu mendukung beban muatan yang diangkut truk,mobil, dan sebagainya
berapapun banyaknya dengan menggunakan kapal-kapal dengan desain dan besar armada yang tepat. Air laut bersama sistem
ferry maju yang tepat akan menjadi jembatan penghubung yang
very-cost eective dengan investasi hanya 10% JSS dan dapat
disediakan dalam waktu 3-4 tahun saja.
JSS adalah highly constrained solution karena JSS merupakan
kelanjutan kebijakan transportasi yang keliru saat ini yang berat
moda-jalan (mobil, sepeda motor, truk, dan bis) individual/privat
yang tidak efisien, polutif, dan meningkatkan ketergantungan
pada BBM. Situasi uni-modality saat ini sudah sangat kritis. Indonesia akan semakin terjebak dalam single-mode trap berkepanjangan yang hanya menguntungkan industri mobil (yang masih
diimpor). JSS justru akan memberi insentif bagi ketergantungan
Indonesia pada moda transport yang buruk ini. Lebih berbahaya
lagi adalah bahwa JSS merupakan highly constrained solution
dan pengalih perhatian publik oleh pemerintah yang telah gagal
membangun pemerintahan yang efektif di laut sebagaimana
amanat konstitusi yang sudah diamandemen yang justru merupakan kunci penyelesaian banyak masalah di Indonesia saat ini
sebagai negara kepulauan yang berciri Nusantara.
24
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
kinan besar tidak akan pernah terpikul oleh kapasitas fiskal nasional kita dalam waktu 10 tahun lebih ke depan. Perkiraan biaya pembangunan JSS yang diumumkan saat ini adalah Rp 120
triliun. Berdasarkan pengalaman Jembatan Suramadu dengan
panjang 5 km saja dan bentang terpanjang hanya sekitar 500 m,
biayanya membengkak menjadi Rp 5 triliun dan waktu pembangunannya molor 1 tahun lebih dengan soft loan dari Cina untuk
bentang tengahnya. Dari pengalaman Jembatan Suramadu ini,
biaya JSS yang 30 km dapat mencapai Rp 180 triliun atau lebih
karena harus lebih lebar (6 lajur ), lebih tebal (untuk mengakomodasi track kereta api dan bentang yang jauh lebih panjang),
serta pylon (menara) penyangganya lebih tinggi dan lebih dalam di lingkungan yang secara tektonik dan vulkanik amat aktif.
Hubungan antara panjang (bentang) jembatan dan harga pembangunanya jelas bukan linier sederhana, namun paling tidak
kuadratik, atau bahkan kubik.
Segmen JSS yang terpanjang akan menuntut bentang
suspension bridge yang terlalu panjang (sekitar 3.500 m) bagi
teknologi jembatan yang kita kenal secara global saat ini. Jembatan terpanjang saat ini adalah Jembatan Akashi-Kaikyo di
Jepang yang menghubungkan Kobe di Pulau Honshu dan Pulau
Awaji. Panjang bentangnya 1.991 m, dan panjang total hanya
3.911 m, clearance 66 m, dibangun selama 12 tahun (1986-1998).
Sekarang jembatan ini menampung trac 2.3000 mobil per
hari, dengan tarif tol mencapai Y 2.300 (sekitar Rp 250.000).
Jembatan ini tidak mengakomodasi kereta api.
Sementara itu, desain JSS harus mengakomodasi syaratsyarat Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI 1) sebagai sebuah kesepakatan internasional (United Nation Convention on the Law of
the Sea/UNCLOS) yang telah kita ratifikasi. Karena kontur sea-bed
yang rumit dengan kedalaman yang bervariasi dari -40 m hingga
25
26
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
27
JEMBATAN
TEROWONGAN
FERRY MAJU
Paradigma
Pulau besar
Pulau besar
Kepulauan
Topologi, connectedness
Less connected
Less connected
Well- connected
Biaya konstruksi
Rp 180 triliun
Rp 360 triliun
Rp 20 triliun
Biaya M/O
Amat besar
Besar
Kecil
Lama konstruksi
10 tahun
15 tahun
3 tahun
Besar
Besar
Kecil
Serius, mengganggu
ALKI 1
Cukup serius
Tidak ada
Cukup tinggi,
gerakan lempeng
tektonik SS
Rendah
Teknologi
Not-well proven
Well-proven
Very-well proven
Dampak lingkungan
Besar, against
nature
Menengah
Rendah, friendly
Besar
Besar
Kecil
Amat rentan
Tidak rentan
Keandalan Sistranas
Single-mode trap
Single-mode trap
Multi-modality
terbatas,
Terbatas
Terbatas
Pengembangan transportasi
multi-moda
Merugikan
Menguntungkan,
dynamic concavity
Unfair
Unfair
Fair
28
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
7
ITS SEBAGAI UNIVERSITAS
MARITIM
RSITEKTUR pendidikan tinggi Indonesia sebagaimana diwariskan penjajah Belanda pasca kemerdekaan memang
didesain untuk kepentingan penjajahan. Fakultas kedokteran di
Jakarta dan Surabaya, teknik di Bandung, pertanian di Bogor,
dan hukum di Jogja memang diorientasikan bagi sebuah negara jajahan. Pendidikan tinggi dengan kajian-kajian seperti itu
diperuntukkan bagi pelajar Indonesia agar tetap berpikir benua
(daratan). Kajian-kajian tentang kepulauan dan kemaritiman
sengaja tidak dikembangkan.
Akibat pola berpikir benua (pulau besar) ini, pembangunan kelautan dan kemaritiman Indonesia terbelakang, justru
tidak sesuai dengan takdir alamiah bangsa ini sebagai negara
29
30
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
31
32
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
8
PENUTUP DAN KESIMPULAN
33
34
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
35
36
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
KEPUSTAKAAN
37
Knezevic, Jezdimir. System Maintainability: Analysis, Engineering, and Management. Chapman and Hall. 1997.
Kuhn, Thomas Samuel. The Structure of Scientific Revolutions.
University of Chicago Press. 1962.
Ostrom, Elanor. Governing the Commons. Oxford University
Press. 1997.
Prasetyantoko, A. Peningkatan Daya Saing Minus Infrastruktur.
Opini KOMPAS, edisi 16 September 2010.
Rosyid, Daniel M and Johnson, Roger M. Developing Sustainable
Fishing Vessels for Developing Countries in the 21st Century.
RINA Transactions. Vol 147, 2005.
Rosyid, Daniel M. Rethinking Development Paradigm for an Archipelago Indonesia. Proceedings of the World Ocean
Conference, Manado. 2008.
Rosyid, Daniel M. Optimasi: Teknik Pengambilan Keputusan Secara Kuantitatif. ITS Press. 2009.
Rosyid, Daniel M. Unjustifying Inter-Island Bridges: A Topology
Argument. Proceedings of the APTECS, ITS. 2009.
Rosyid, Daniel M. Ketahanan Pangan: Perspektif Permainan di
Negara Kepulauan. Proceedings Diskusi Ahli, Kementrian
Ristek, Agustus 2010.
Sen, Amartya Kumar. Development as Freedom. Oxford University Press. 1999.
Sudjatmiko, Budiman. Mengelola Negara Kesejahteraan. Opini
KOMPAS, edisi 12 September 2010.
Zakaria, Fareed R. The Post-American World. W.W. Norton and
Company. 2008.
38
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
DATA PRIBADI
Nama
Pekerjaan
Alamat kantor
Telp./fax
: 031-5928105
Alamat
39
: dmrosyid@oe.its.ac.id
Blog
: www.danielrosyid.com
Istri
Anak
PENDIDIKAN
S1, Teknik Perkapalan ITS Surabaya, 1986
S3 (Ph.D), Dept. of Marine Technology, the University of
Newcastle upon Tyne, Inggris, 1991
Summer School on Optimization of Structural Systems, International Centre of Mechanical Sciences, Udine, Italy, 1990
Summer School on System Operational Sciences, MIRCE
Akademy, The University of Exeter, 2002
CPM, Certified Professional Marketer, WMF Asia Pacific, 2006
PENGALAMAN KERJA
1986 1988: Inspektur Mutu, Departemen Pengendalian
Mutu, Divisi Kapal Perang, PT. PAL Indonesia
1988 - sekarang: Dosen tetap, Jurusan Teknik Kelautan ITS
Surabaya
1991: GTZ Workshop Facilitator, Polytechnic of Shipbuilding
Development Project, ITS
40
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
41
PUBLIKASI
Buku
Daniel M. Rosyid dan D. Setyawan. Kekuatan Struktur Kapal
PT. Pradnya Paramita. 2002
Daniel M. Rosyid. Pengantar Rekayasa Keandalan. Airlangga
University Press. 2007
Daniel M. Rosyid. OPTIMASI: Teknik Pengambilan Keputusan Secara Kuantitatif. ITS Press. 2009
AB.Widodo dan Daniel M. Rosyid. Komposit Bambu untuk
Aplikasi Struktur. ITS Press. 2010
Daniel M. Rosyid. Pendidikan di Era Reformasi: Mau Kemana?.
Surabaya Intellectual Club. 2008
Daniel M. Rosyid. Transformasi Indonesia 2050: Time Discipline dan Pendidikan Liberal Arts. Panitia Dies Natalais ITS
ke-47. 2007
Jurnal Internasional
Rosyid, D.M. and J.B. Caldwell. Design Approach and Dimensional Similarity in Layout Optimization of Structural Systems.
International Journal of Computers and Structures, Vol. 40
No. 5. Pergamon Press. 1991
Rosyid, D.M. Elemental Reliability Index-based System Design
for Skeletal Structures. International Journal of Structural
Optimization. Springer Verlag Vol. 5.1992
Rosyid, D.M. and Johnson, R.M. Developing Sustainable Fishing Vessels for a Developing Country in the 21st Century. Inter-
42
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21
43
Catatan:
44
Paradigma Kepulauan
Pembangunan Indonesia
Abad 21