Uji Kualitatif Indetifikasi, Uji Kelarutan dan Penentuan Titik Isoelektrik Protein
BAB I
PENDAHULUAN
Protein (protos yang berarti paling utama") adalah senyawa organik kompleks
yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer
asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein
merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus
amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya
digolongkan sebagai polipeptida.
Proetin banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh
manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari
protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan
organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang
rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk
mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Oleh karena itu, kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan
peptida dari suatu protein, membuktikan adanya asam amino bebas dalam suatu protein,
membuktikan adanya asam amino yang berinti benzena, mengetahui kelarutan protein
terhadap suatu pelarut tertentu, dan mengetahui titik isoelektrik dari suatu protein secara
kualitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan
dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan
polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida
atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida.
Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam- amino bebas akan bereaksi
dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan
hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning.
Protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat
pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi
kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan
terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Rekasi ini
didasarkan pada uji nitrasi inti benzena yang terdapat pada mulekul protein menjadi
senyawa intro yang berwarna kuning
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Daya
larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang
sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan
kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan
menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang
melingkupi molekul-molkeul protein.
Kelarutan protein di dalam suatu cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya.
Protein seperti asam amino bebas memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda.
Titik Isoelektrik (TI) adalah daerah pH tertentu dimana protein tidak mempunyai selisih
muatan atau jumlah muatan positif dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak ketika
diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik (pI), suatu protein sangat mudah
diendapkan karena pada saat itu muatan listriknya nol.
BAB III
METODOLOGI
Metode yang digunakan pada kegiatan praktikum ini adalah menggunakan alat-alat,
bahan-bahan, dan prosedur-prosedur sebagai berikut :
A. Alat
a. Pipet tetes
e. Penangas air
b. Tabung reaksi
f. Alat permanas
g. Pengatur waktu
h. Pipet ukur
B. Bahan
a. Albumin 2 %
k. Fenilanalina 2 %
b. Gelatin 2 %
c. Kasein 0,5 %
d. Pepton 0,5 %
5,3; 5,9
e. Glisin 2 %
n. Akuadestilata
o. Larutan HCl 10 %
g. Triptofan 2 %
p. Larutan NaOH 40 %
q. Alkohol 96 %
i. Larutan NaOH 10 %
r. Kloroform
Uji Biuret
Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan
larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 mL.
2. Uji Ninhidrin
Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan
larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 mL.
Campur dengan baik, dan panaskan di penangas air hingga mendidih selama 5
menit.
3. Uji Xantoprotein
Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan
larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Triptofan sebanyak 2 mL.
Panaskan 1 menit sampai endapan larut kembali dan larutan berubah menjadi
berwarna kuning.
Reaksi adalah positif, jika pada bidang perbatasan (interface) antara protein dan
NaOH tebentuk warna jingga.
Sediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Lalu masing-masing diisi
dengan akudestilata, HCl 10 %, NaOH 40 %, alkohol 96 %, dan kloroform
sebanyak 1 mL
Sediakan 5 tabung reaksi yang berisih dan kering, lalau masing-masing diisi
sengan larutan kasein netral sebanyak 1 mL.
Kocoklah campuran dengan baik, lalau catat derajat kekeruahnya setelah 0, 10,
dan 30 menit.
A. Uji Biuret
No.
Zat Uji
Polipetida (+/-)
Albumin 2 %
Berwarna Ungu
Gelatin 2%
Berwarna Violet
Kasein 0.5%
Berwarna Ungu
Glisin 2%
Berwarna Biru
Ikatan peptida
NH2
C=O
NH
NH3 +
C=O
NH2
Jadi, ikatan peptida hanya terbentuk apabila ada dua atau lebih asam amino esensial
yang bereaksi.
B. Uji Ninhidrin
No.
Zat Uji
Albumin 2 %
Berwarna Ungu
Gelatin 2%
Berwarna Ungu
Kasein 0.5%
Bening
Pepton 2%
Fenilanalina
Berwarna Merah
Muda
Berwarna Ungu
Asam amino bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat.
Pada praktikum di atas, albumin, gelatin, dan fenilanalina membentuk warna ungu kaena
dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai
gugus asam amino bebas.
Sebaliknya, pada kasein dan pepton tidak diperoleh indikasi terbentuk atau
adanya asam amino bebas, karena reaksi dengan ninhidrin tidak berwarna sampai
membentuk warna merah muda. Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat
bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat
digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatif.
C. Uji Xantoprotein
Hasil Uji
Albumin 2 %
Xantoprotein
Lapisan Jingga
benzena (+/-)
+
Gelatin 2%
Bening
Kasein 0.5%
Lapisan Merah
Triptofan 2%
No.
Zat Uji
Lapisan Kuning
Jingga
Ada sebagian peptida dan protein yang mempunyai gugus asam amino berinti
benzena. Seperti fenilanalina, tirosin, albumin, riptofan dan lain sebagainya. Pada
praktikum di atas, hasil positif pada zat uji albumin dan triptofan mengindikasikan
keduanya terdapat inti benzena, yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan jingga atau
kuning jingga.
Sedangkan, pada kasein dan gelatin menghasilkan lapisan merah dan bening
mengindikasikan negatif. Berikut contoh struktur bangun protein yang berinti benzena :
CH2CHCO2OH
NH2
Feinilanalina
D. Uji Kelarutan Protein
No. Zat Uji
1
2
Albumin
Gelatin
Akuadestilata
HCl 10 %
Larut
Larut
Larut
NaOH 40 %
Tidak Larut
Larut
Tidak Larut
Alkohol
96 %
Larut
Larut
Kloroform
Tidak
Larut
Tidak
Larut
Protein mempunyai kemampuan untuk larut pada beberapa zat pelarut, karena pada
dasarnya ia bersifat amfoter. Pada praktikum di atas, protein (albumin dan gelatin) tidak
larut hanya pada NaOH 40 % dan kloroform. Karena, keduanya adalah pelarut lemak.
E. UJI Penentuan Titik Isoelektrik Protein
No. Tabung
pH
3.8
4.7
Banyak
10; Endapan
Sedikit
Sedikit
3
5.0
0; Tidak Ada
10; Tidak Ada
4
5.3
0; Tidak Ada
10; Tidak Ada
5
5.9
0; Tidak Ada
10; Tidak Ada
Setelah dipanaskanm, hasilnya sama dengan hasil semula.
Banyak
30; Endapan
Sedikit
30; Tidak Ada
30; Tidak Ada
30; Tidak Ada
BAB V
KESIMPULAN
Pada Albumin dan Triptofan inti asam aminonya berupa benzena. Sedangkan
Gelatin dan Kasein tidak.
Protein (Albumin dan Gelatin) larut pada akuadestilata, HCl 10 %, dan alkohol 96
%. Dan tidak larut pada NaOH 40 % dan kloroform.
Semakin kecil pH Buffer asetat pada uji Isoelektrik, semakin banyak endapan
yang terbentuk.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Kimia