RESUME PEDIATRI
DOKTER MUDA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
tony.rachmat@gmail.com
@RachmatSulthony
RESUME PEDIATRI
1. PENDAHULUAN PEDIATRI......(Hal.3)
Heart Rate Normal
Batasan Takipnea
Kebutuhan Cairan Anak
Kebutuhan Darah
Batas Kadar Hemoglobin Normal (WHO)
Saturasi Oksigen Normal
Terapi Oksigen
GCS pada Anak
Syok pada Anak
Dosis Obat yang Sering Digunakan
3. GASTROENTEROLOGI......(Hal.20)
Diare
4. GIZI......................................(Hal.23)
Penilaian Status Gizi
Kekurangan Energi Protein (KEP)
Gagal Tumbuh
5. INFEKSI...............................(Hal.30)
DHF
Malaria
Demam Tifoid
6. RESPIROLOGI.....................(Hal.35)
Bronkiolitis
Pneumonia
Asthma pada Anak
TBC pada Anak
7. NEUROLOGI.......................(Hal.43)
Kejang Demam
Epilepsi
Meningitis Bakterial pada Anak
Meningitis TB pada Anak
8. KARDIOLOGI......................(Hal.49)
PJB Non-sianotik
PJB Sianotik
9. ENDOKRINOLOGI, HEMATOIMUNOLOGI
Thalassemia
Hipotiroid Kongenital..........(55)
Leukemia
10. IMUNISASI.........................(Hal.58)
2. NEONATOLOGI....................(Hal.4)
Pendahuluan Neonatologi
- Resusitasi BBL
- Ballard Score
- Kurva Pertumbuhan Janin
- Kurva Lingkar Kepala Nellhaus
- Evaluasi Respiratory Distress dengan
Down Score
- Antropometri BBLR
- APGAR score
- Kebutuhan Cairan Neonatus
BBLR
Penyulit BBLR
Ikterus Neonatorum
Sepsis Neonatorum
REFERENSI:
1. Buku IDAI 2011
2. WHO - Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
3. Tentiran dan Kuliah Pakar Supervisor Pediatri
@RachmatSulthony
DISCLAIMER
1. Please notice that there might be errors in this
book
2. Therefore I am not responsible for problems
that may occur due to the use of this book
3. Please use at your own risk.
- Tony -
@RachmatSulthony
PENDAHULUAN PEDIATRI
1. HEART RATE NORMAL
Neonatus : 120-160 x/mnt
Bayi
: 110-140 x/mnt
1-3 thn
: 100-120 x/mnt
3-5 thn
: 55-120 x/mnt
>5 thn
: 55-115 x/mnt
2. BATASAN TAKIPNEA
Usia < 2 bln : > 60 x/mnt
2-12 bln
: > 50 x/mnt
1-5 thn
: > 40 x/mnt
> 5 thn
: > 30 x/mnt
3. KEBUTUHAN CAIRAN ANAK
10 kg I 100 cc/kgBB/hari
10 kg II 50 cc/kgBB/hari
10 cc III 25 cc/kgBB/hari
[Jika pasien demam, tambahkan cairan 10% dari kebutuhan harian utk setiap kenaikan 10C]
Jika BB anak 15 kg, maka kebutuhan cairannya:
10 kg I 10x100 = 1.000 cc
5 kg II 5 x 50 = 250 cc
Totalnya adalah: 1.250 cc/hari
Perhitungan tetesan infus:
Tetesan Mikro: Kebutuhan cairan harian (cc) / 24
Tetesan Makro (1 cc = 20 tetes) 1/3 x [Kebutuhan cairan harian (cc) / 24]
Tetesan Makro (1 cc = 15 tetes) x [Kebutuhan cairan harian (cc) / 24]
Contoh:
BB anak 15 kg, kebutuhan cairan harian = 1.250 cc/hari
Tetesan Mikro 52 tpm
Tetesan Makro (1 cc = 20 tetes) 17 tpm
Tetesan Makro (1 cc = 15 tetes) 13 tpm
4. KEBUTUHAN DARAH
PRC: (Hb target Hb sekarang) x BB x 3
PRC pada anemia gravis yaitu HB <6: (Hb target Hb sekarang) x BB x 4
WB: (Hb target Hb sekarang) x BB x 6
FFP: (Hb target Hb sekarang) x BB x 10
TC: BB/13 x 3-4 unit
*Hb target pada anemia gravis 7 gr/dL
*Hb target pada bukan anemia gravis sesuai dengan standar WHO
5. BATAS KADAR HEMOGLOBIN NORMAL (WHO)
<6 bln
: 10 gr/dL
6 bln 1 thn
: 11 gr/dL
1-14 thn
: 12 gr/dL
Pria Dewasa
: 13 gr/dL
Wanita Dewasa
: 12 gr/dL
Ibu Hamil
: 12 gr/dL
@RachmatSulthony
@RachmatSulthony
Ada 3 Fase:
1) Kompenasi
- Masih bisa dikompensasi tubuh; Ada respon simpatis (vasokonstriksi, takikardia) utk
kompenasis kondisi hipoksia
- Klinis:
Takikardia
Gelisah
Akral dingin/Sianosis perifer
TD terukur, Oliguria (-)
2) Dekompensasi
- Hipoksia jaringan metabolisme anaerob gangg.metabolisme seluler: terjadi pelepasan
mediator inflamasi vasodilatasi, peningkatan permeabilitas
- Klinis:
Takikardia (lemah), Takipnea
Kesadaran menurun
Akral dingin/Sianosis perifer
TD turun, Oliguria (+)
3) Irreversible
- Hipoksia terus berlanjut Anoksia Kematian sel
- Klinis:
Bradikardia/Nadi tak teraba, Bradipnea
Tidak sadar
Sianosis sentral
TD tak terukur, Anuria (+)
Kematian (MOD MOF)
Tatalaksana:
Awal:
1. Oksigen 100%
2. Pasang infus dalam 90 detik (pertimbangkan double line)
3. Beri kristaloid 20 cc/kgBB, habis dalam 10 menit
4. Evaluasi: Jika tidak ada perbaikan klinis pemberian Kristaloid bisa diulang maksimal 3 kali
5. Evaluasi Ulang:
Jika ada respon Ubah jadi tetesan rumatan; Jika ada edema palpebra/paru, berikan diuretik
Jika gagal:
- Intubasi + Ventilasi mekanik
- Pasang CVP, beri kristaloid perlagan hingga CVP 5 Torr
@RachmatSulthony
e) Antibiotik:
Ampisillin: 100 mg/kgBB/hari (dibagi 4 dosis)
Kloramfenikol: 100 mg/kgBB/hari (dibagi 4 dosis)
Gentamisin: 2.5 mg/kgBB/hari (per 24 jam)
Amoksisilin: 15 mg/kgBB/dosis tiap 8 jam
@RachmatSulthony
Catatan:
@RachmatSulthony
NEONATOLOGI
PENDAHULUAN NEONATOLOGI
1. Resusitasi BBL
@RachmatSulthony
@RachmatSulthony
10
@RachmatSulthony
11
@RachmatSulthony
@RachmatSulthony
13
@RachmatSulthony
b) Dismaturitas
- Gangguan suplai makanan pada janin (melalui plasenta ibu): insuffisiensiplasenta
- Kesehatan umum dan nutrisi ibu
2. Anamnesis
Umur kehamilan ibu: < 37 minggu
Umur ibu: <20 thn atau >40 thn
Kenaikan BB ibu selama hamil
Penyakit yg diderita ibu
3. Pemeriksaan Fisik
BB <2500 gram
Tanda prematuritas (+) Prematuritas murni
Tanda prematuritas (-) Dismaturitas
Ballard score: <37 minggu
Hipotermia (<36.5C)
4. Pemeriksaan Penunjang
GDS cenderung hipoglikemia (<45 mg/dL)
5. Terapi
a) Injeksi vit.K 1 mg (IM)
b) Mempertahankan suhu: Kontak kulit, Kangaroo Mother Care (BB <2.500 gr), Inkubator (BB <1.500
gr, sakiy berat: sepsis, respiratory distress)
c) Panduan pemberian minum:
BBL <1000 gr
BBL 1000-1500 gr
BBL 1500-2000 gr
BBL 2000-2500 gr
OGT
OGT
OGT
Per oral
ASI perah/Sufor
ASI perah/Sufor
ASI perah/Sufor
ASI perah/Sufor
<10 cc/kgBB/jam
<10 cc/kgBB/jam
<10 cc/kgBB/jam
Semaunya
Naik 1 cc/jam jika
Naik 2 cc/2 jam jika
Naik 3 cc/3 jam jika
residu sedikit
residu sedikit
residu sedikit
d) Tanda kecukupan pemberian ASI
Kencing minimal 6 kali dalam 24 jam
Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI
Peningkatan berat badan setelah 7 hari pertama sebanyak 20 gr/hari
Periksa pada saat ibu menyusu, apabila satu payudara benar-benar dihisap bayi, maka ASI akan
menetes dari payudara yang lain.
PENYULIT BBLR
1. Hipotermia Suhu tubuh kurang dari 36.5C ( pengukuran melalui ketiak selama 3-5 menit)
Terjadi karena:
Pusat pengaturan suhu tubuh belum sempurna
Permukaan tubuh bayi relatif luas, kemampuan memproduksi dan menyimpan panas terbatas
Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat karena tidak adanya brown fat &
ketidakmampuan untuk menggigil
Suhu tubuh rendah disebabkan oleh karena terpapar dengan suhu lingkungan yang dingin atau bayi
dalam keadaan basah atau tidak berpakaian.
2. Hipoglikemia Kadar glukosa darah < 45 mg/dL
Prinsip: Glukosa merupakan sumber kalori, pada dismaturitas terdapat kekurangan suplai nutrisi
sehingga rentan mengalami hipoglikemia.
3. Hiperbilirubinemia, terjadi karena:
Pada BBLR, fungsi organ-organ internal seperti hepar belum sempurna, sehingga proses konjugasi
bilirubin tidak optimal
14
@RachmatSulthony
IKTERUS NEONATORUM
1. Pendahuluan
Ikterus/Jaundice: Dewasa serum bilirubin >2 mg/dL, Neonatus serum bilirubin 5-7 mg/dL.
Hiperbilirubinemia: ikterus neonatorum setelah ada hasil laboratorium
Penyebab tersering:
a) Ikterus fisiologis
b) Breastfeeding jaundice
c) Breast Milk Jaundice
d) Inkompatibilitas golongan darah ABO
e) Inkompatibilitas golongan darah rhesus
f) Infeksi
g) Hematoma sefal, hematoma subdural, excessive bruising
h) Prematuritas, BBLR
i) Obstruksi bilier
j) Hipotiroidisme
Ikterus Patologis
Muncul pada hari pertama
Bilirubin total >17
Bilirubin total naik >5 mg/dL per hari
Bilirubin direk >2 mg/dL (20% Bil.total)
Demam
Ikterus berat: Kramer 5
Ikterus Fisiologis
Onset >1 hari
Selain kriteria ikterus patologis
Ikterus Fisiologis:
- Terjadi karena jumlah eritrosit yg relatif lebih banyak dan masa hidup yg lebih pendek (80
hari), fungsi konjugasi hepar yang belum sempurna, peningkatan sirkulasi hepatal
- Breastfeeding jaundice Terjadi karena bayi malas menyusu sehingga pasase mekonium
terhambat dan absorpsi sirkulasi hepatal meningkat. Onset <7 hari
- Breastmilk jaundice Terjadi krn substansi di dalam ASI (B-glukoronidase, as.lemak non ester)
yang menghambat proses konjugasi bilirubin
Ikterus Patologis:
Terjadi karena:
- Inkompatibilitas golongan darah ABO
- Inkompatibilitas golongan darah rhesus
- Infeksi
- Hematoma sefal, hematoma subdural, excessive bruising
- Prematuritas, BBLR
- Obstruksi bilier
- Hipotiroidisme
15
@RachmatSulthony
2. Anamnesis
Kuning di kulit, konjungtiva, mukosa
Dehidrasi: kurang minum, muntah-muntah
Pucat: anemia hemolitik
Trauma lahir: Bruising, cephalhematoma, kejang
Letargi dan gejala sepsis lainnya
Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM, gawat janin, malnutrisi intra uterin,
infeksi intranatal)
Riwayat ikterus/terapi sinar/transfusi tukar pada bayi sebelumnya
Riwayat inkompatibilitas darah
Riwayat keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
4. Penunjang
Bilirubin total >12 mg/dL (Aterm), >10 mg/dL (Preterm)
Bilirubin direct
Golongan darah:
- Ibu O, anak A atau B
- Ibu rhesus (-), anak rhesus (+)
Retikulosit: meningkat pada hemolitik, normal pada non hemolitik
Coombs Test
16
@RachmatSulthony
5. Terapi
SEPSIS NEONATORUM
1. Pendahuluan
Sepsis: adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah atau jaringan
Septikemia: dan bertahannya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah
Bakteremia: adanya bakteri di dalam darah
Viremia: adanya virus di dalam darah
Sepsis neonatorum merupakan SIRS yang terjadi akibat infeksi yang ditemukan pada 1 bulan
pertama kehidupan
SEPSIS AWITAN DINI
Awitan
Sumber
Infeksi
<72 jam
Vertikal dari ibu ke bayi
KPD >12 jam
Partus lama
Cairan ketuban hijau/berbau
Korioamnionitis
Persalinan dengan instrumentasi
ISK ibu
Persalinan prematur
17
Kategori B
Tremor
Letargi/Lunglai
Irritable/Rewel
Kurang aktif
Gangguan minum, muntah
Kembung
Tanda muncul setelah hari IV
@RachmatSulthony
Interpretasi:
Dugaan Sepsis 1A dan 1/2B
Kecurigaan Sepsis 2A atau 3B
Pemeriksaan Fisik
- Status Generalis: Letargi/Tidak sadar, Hipo/hipertermia, Takipnea/apnea
- K/L: Oral thrush, Konjungtivitis, Sianosis sentral
- Thoraks: Retraksi, Gruntung ekspirasi, Abses
- Abdomen: Distensi, Omfalitis
- Ekstremitas: Pustula, Purpura
3. Penunjang
a) Kultur Darah: Gold Standar untuk bakteremia
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan hasil kultur negatif:
Ibu mendapatkan antibiotik selama persalinan sehingga dapat menyamarkan adanya
bakteremia
Bayi mungkin sudah mendapatkan antibiotik sebelum dilakukan kultur darah
Volume darah yang diambil untuk kultur darah terlalu sedikit.
b) Hitung Leukosit
Jumlah leukosit < 5000 /L
Jumlah neutrofil absolut : <1500/L
IT Ratio abnormal pada usia 12 sampai 24 jam
Perlu diingat bahwa manifestasi klinis tidak dapat digantikan dengan temuan hasil laboratorium
Jumlah leukosit mungkin normal pada bayi dengan sepsis
c) C- Reactive Protein Reaktan fase akut: sintesis dalam waktu 6 sampai 12 jam
4. Terapi
Pilihan antibiotik:
a) Ampisilin + Gentamisin
b) Ampisilin + Kloramfenikol/Eritromisin/Sefalasporin
Dosis:
Ampisislin 200 mg/kgBB/hari (dalam 4 dosis)
Gentamisin 5 mg/kg BB/hari (dalam 2 dosis)
Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari (dalam 4 dosis)
Sefalasporin 100 mg/kg BB/hari (dalam 2 dosis)
Eritromisin 500 mg/kg BB/hari (dalam 3 dosis).
18
@RachmatSulthony
Catatan:
19
@RachmatSulthony
GASTROENTEROLOGI
DIARE
1. Pendahuluan
Definisi: Diare BAB >3 dlm 24 jam dgn konsistensi cair
Diare akut berlangsung <1 minggu (IDAI) [WHO: <2 minggu]
Diare persisten berlangsung >14 hari
Penyebab: infeksi virus (99% Rotavirus), malabsorpsi/intoleransi laktosa, infeksi bakteri
Insidensi tertinggi: usia 6-11 bulan Alasan: kadar antibodi dari ibu menurun, MPASI mungkin
terkontaminasi, penularan fekal-oral
Klasifikasi (minimal ada 2 tanda/gejala utama):
a) Dehidrasi Berat (Fluid loss >10% BB) Letargi/Tidak sadar, Tidak mau minum, Mata cowong,
Turgor >2 detik
Tanda tambahan: Ubun-ubun sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa bibir/mulut sangat
kering, akral dingin
b) Dehidrasi Ringan/Sedang (Fluid loss 5-10% BB) Rewel, Kuat minum/Haus, Mata cowong,
Turgor lambat
Tanda tambahan: Ubun-ubun agak cekung, air mata dikit, mukosa bibir/mulut agak kering,
akral hangat
c) Tanpa Dehidrasi (Fluid loss <5%)
Tidak ada tanda/gejala utama
Tanda tambahan: Ubun-ubun tidak cekung, air mata banyak, mukosa basah, akral hangat.
2. Anamnesis
Diare, mual-muntah, nafsu makan turun, demam
Gelisah/lemah, haus/malas minum
Ada penderita diare di sekitarnya
Riwayat kontak dgn makanan terkontaminasi
Riwayat penggantian susu formula
Kencing berkurang
Ada kejang (jika terjadi hipo/hipernatremia)
3. Pemeriksaan Fisik
K/L: Mata cowong, Air mata kurang, Ubun-ubun (anak <1 tahun), Mukosa bibir/mulut
Thoraks: Napas cepat & dalam (jika ada asidosis metabolik)
Abdomen: Turgor kulit abdomen menurun (>2 detik), BU meningkat, Distensi/kembung (jika
hipokalemia)
Ekstremitas: Akral dingin
4. Penunjang
Pemeriksaan feses Tidak rutin untuk diare akut! Diperiksa bila ada tanda intoleransi laktosa (utk
singkirkan DD) atau pada amubiasiasis.
Yang dinilai:
- Makros konsistensi, warna, lendir, darah, bau
- Mikros parasit, bakteri, eritrosit, leukosit
Karakteristik Diare Rotavirus:
MUNTAH LEBIH DULU baru kemudian diare
20
@RachmatSulthony
5. Terapi
LINTAS DIARE: Cairan, Zinc, Nutrisi, Antibiotik yang tepat, Edukasi
a) Cairan
Dehidrasi Berat
IV (RL/NaCl/KaEn 3B)
(Rencana Terapi C)
Umur <1 tahun:
1 jam pertama 30 cc/kgBB
5 jam berikutnya 70 cc/kgBB
Dehidrasi R/S
(Rencana Terapi B)
IV (RL/NaCl/KaEn 3B):
<10 kg 200 cc/kgBB/hari
10-15 kg 175 cc/kgBB/hari
>15 kg 135 cc/kgBB/hari
Tanpa Dehidrasi
Oralit tiap selesai BAB cair:
(Rencana Terapi A)
Umur < 1 tahun 50-100 cc
Umur 1-5 tahun 100-200 cc
Umur >5 tahun >200 cc (semaunya)
*Oralit diberikan segera setelah pasien bisa minum.
b) Zinc:
Diberikan jika tidak ada dehidrasi berat atau setelah dehidrasi berat teratasi
Zinc tetap diberikan selama 10-14 hari setelah diare stop
Dosis:
Usia < 6 bulan 1 x 10 mg (1 cth, tab)
Usia > 6 bulan 1 x 20 mg (2 cth, 1 tab)
c) Nutrisi:
Makanan rendah serat 6 x sehari, sedikit-sedikit (susu, buah, sayur: stop dulu)
L.Bio 1 sachet per hari
d) Antibiotik:
Hanya diberikan jika Disentri (diare berdarah), Kolera (diare air cucian beras), atau diare
persisten dan bayi usia <3 bulan
Kotrimoksazol selama 3 hari
< 6 bulan: 2 x 120 mg ( tab)
6 bln 6 thn: 2 x 240 mg ( tab)
6 thn 12 thn: 2 x 480 mg (1 tab)
>12 thn: 2 x 960 mg (2 tab)
Jika 3 hari tidak ada perbaikan, berikan Metronidazol: 50 mg/kgBB/hari (dibagi 3 dosis)
e) Edukasi:
ASI tetap diberikan, hand hygiene, kebersihan lingkungan, minum air bersih, memasak
makanan.
HARUS SEGERA KEMBALI KE PUSKESMAS/RUMAH SAKIT JIKA:
1. Demam tidak turun
2. Feses berdarah
3. Tidak mau makan/minum
4. Tidak membaik setelah 3 hari.
21
@RachmatSulthony
FUNGSI ZINC:
1. Antioksidan
2. Memperbaiki mikrovili mukosa usus sehingga memperbaiki fungsi absorpsi usus.
Penanganan gangguan keseimbangan elektrolit:
1. Hipernatremia (>155) Infus D5 NS setelah tidaka da dehidrasi
2. Hiponatremia (<135) Infus NaCL atau KaEn 3B
3. Hiperkalemia (>5) Ca Glukonas 10%: 0.5 1 cc/kgBB IV (Perlahan, dalam 5-10 menit)
4. Hipokalemia (<3.5)
K = 2.5 3.5 KCl 75 mEq/kgBB/hari Oral (dibagi 3 dosis)
K = <2.5 (Nilai Kalium x BB x 0.4) + 2 mEq/kgBB/hari Drip IV (di dalam cairan infus)
Catatan:
22
@RachmatSulthony
GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI
1. Anak Usia <5 tahun Menggunakan Grafik WHO
Perhitungan SD atau Z Score:
BB Median
------------------SD +1 Median
23
@RachmatSulthony
MEP ringan sedang blm ada gejala khas, hanya gangg.pertumbuhan & tampak kurus
MEP berat:
a. Marasmus
b. Kwashiorkor
c. Marasmic-Kwashiorkor
@RachmatSulthony
3. Pemeriksaan Fisik
a) Status Generalis: Mungkin ada tanda syok (cek TD, N, t, RR, CRT, penurunan kesadaran)
Demam >37.5 atau hipotermi <35.5
b) K/L:
- Wajah seperti orang tua (marasmus)
- Wajah membulat dan sembab (moon face) Kwashiorkor
- Rambut tipis, kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit,rontok
- Konjungtiva anemis, Pandangan mata sayu
- Atrofi lidah
c) Thoraks: Iga gambang, Piano ribs
d) Abdomen: Perut umumnya cekung, Pembesaran hati
e) Ekstremitas:
- Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit (wasting)
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pakai celana longgarbaggy pant)
- Edema simetris kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
- Otot mengecil (hipotrofi)
f) Lainnya:Kelainan kulit berupa bercak merah muda yg meluas & berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
4. Penunjang
- GDS menurun
- WBC meningkat
- Protein total & albumin menurun
- Elektrolit
5. Kriteria Diagnosis
a) Tampak sangat kurus
b) Edema nutrisional, simetris
c) BB/TB < -3 SD
d) Lingkar Lengan Atas <11.5 cm
25
@RachmatSulthony
6. Terapi
10 Langkah Penanganan Gizi Buruk
1. Hipoglikemia
- Definisi = GDS <54
- Beri F-75 pertama; jika tak ada ganti larutan gula 10% sebanyak 50 cc (1 sdt gula dlm 50 cc air)
- F-75 tiap 2-3 jam (selama minimal 2 hari)
- ASI tetap lanjut di luar jadwal F-75
- Jika tdk sadar/letargis: D10% bolus 5 cc/kgBB atau NGT glukosa 10% 50 cc tiap 2-3 jam
Hari
Frekuensi
Vol/kgBB/Pemberian
Vol/kgBB/Hari
I-II
Tiap 2 jam
11 ml
130 ml
III-V
Tiap 3 jam
16 ml
130 ml
VI-dst
Tiap 4 jam
22 ml
130 ml
2. Hipotermia
- Definisi = suhu aksilar <35.5
- Beri F-75 (sama seperti hipoglikemi)
- Pastikan anak berpakaian, tutup selimut hangat, letakkan pemanas/lampu di dekatnya (tdk
mengarah langsung dgn jarak 50 cm dari anak)
- Suhu tubuh dicek tiap 2 jam sampai suhu >36.5C (jika pakai pemanas/lampu cek tiap 30 menit)
- Tempat tidur hangat, bebas angin
- Hindarkan dari suasana dingin (saat & setelah mandi, selama pemeriksaan)
3. Dehidrasi
- Jangan gunakan infus, kecuali pada kasus dehidrasi berat + syok
- Beri ReSoMal oral/NGT:
2 jam pertama: 5 cc/kgBB tiap 30 menit
10 jam kedua: 5-10 cc/kgBB tiap jam
- ReSoMal mengandung Na (37.5 mmol), K (40 mmol), Mg (3 mmol)
- Jika diare, beri ReSoMal tiap selesai BAB: <1 thn 50-100 cc
>1 thn 100-200 cc
26
@RachmatSulthony
4. Elektrolit
- Pada gibur ada defisiensi KALIUM & MAGNESIUM
- Diberikan Kalium & Magnesium yg tergantung dalam Mineral Mix yg bisa ditambahkan di F-75 atau
ReSoMal
5. Infeksi
- Gejala infeksi seringkali tak ditemukan pada gibur padahal sering terjadi infeksi, oleh karena itu
semua anak gibur mengalami infeksi
- Tak ada komplikasi Kotrimoksazol oral 5 hari (SMZ 25 mg + TMP 5 mg/kgBB tiap 12 jam)
- Ada komplikasi (hipoglikemi, hipotermi, letargis, tampak sakit berat):
Ampisilin IM/IV 2 hari (50 mg/kgBB tiap 6 jam)
Amoksisilin oral 5 hari (15 mg/kgBB tiap 8 jam)
6. Mikronutrien
- Multivitamin
- Asam Folat Hari I = 5 mg, Hari II-dst = 1 mg/hari
- Vit.A oral Hari I saja:
<6 bln 50.000 iu (1/2 kapsul biru)
6-12 bln 100.000 iu (1 kapsul biru)
1-5 thn 200.000 iu (1 kapsul merah)
- Fe mulai di fase rehabilitasi: 3 mg/kgBB/hari
7. Makanan Awal
- Energi 100 kkal/kgBB/hari
- Protein 1-1.5 gr/kgBB/hari
- Cairan 130 cc/kgBB/hari (kecuali edema berat: 100 cc/kgBB/hari)
Hari
Frekuensi
Vol/kgBB/Pemberian
Vol/kgBB/Hari
I-II
Tiap 2 jam
11 ml
130 ml
III-V
Tiap 3 jam
16 ml
130 ml
VI-dst
Tiap 4 jam
22 ml
130 ml
8. Tumbuh Kejar
Tanda udah mencapai fase ini:
- Nafsu makan kembali
- Edema minimal/hilang
27
@RachmatSulthony
GAGAL TUMBUH
1. Definisi
Anak dengan BB kurang dari 2 SD dari nilai pertumbuhan standar rata-rata sesuai umur dan jenis
kelamin dan/atau anak dengan BB yang memotong lebih dari 2 garis persentil pada kurva pertumbuhan
CDC
2. Pemeriksaan Fisik: Antropometri
BB/U < persentil ke 5
Penurunan arah pertumbuhan lebih dari 2 persentil mayor dalam 3-6 bulan
Penurunan berat badan lebih dari 2 SD dalam 3-6 bulan
Penyakit yang mendasari, misalnya penyakit jantung, paru, dan lain-lain
Hubungan dengan KEP:
- Penyebab gagal tumbuh terbanyak: kekurangan masukan makanan ( tipe gagal tumbuh non organik )
- 15-60% kasus gagal tumbuh yang dirawat
- Sering data nutrisi penderita tak dapat ditelaah dengan baik sehingga penderita dikelompokkan sebagai
penderita KEP
- Biasanya penderita tidak memperlihatkan gejala klinis lain selain gagal tumbuh dan kadangkadang
terdapat bukti defisiensi protein
3. Terapi
Suportif
28
@RachmatSulthony
Catatan:
29
@RachmatSulthony
INFEKSI
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)
1. Pendahuluan
Infeksi virus dengue 4 serotipe: DEN-1, 2, 3, 4
Plg dominan di Indonesia & terkait kasus berat: DEN-3
Vektor: Aedes aegypti, Aedes albopictus (Aktif jam 10 pagi 5 sore)
Spektrum klinis:
a) Silent Dengue Infection
b) Demam Dengue (DD)
c) DBD
d) DSS
Derajat DHF
- Grade 1 Perdarahan spontan (-), Rumple leed (+)
- Grade 2 Perdarahan spontan (+)
- Grade 3 Kegagalan sirkulasi awal (nadi cepat, TD turun)
- Grade 3 Syok berat (nadi tak teraba, TD tak terukur)
2. Anamnesis
a) DD:
Demam tinggi mendadak + >2 gejala penyerta:
Nyeri kepala, nyeri retroorbita, nyeri otot & tulang, ruam kulit
b) DBD:
Demam tinggi mendadak, selama 2-7 hari
Gejala DD
Manifestasi perdarahan: mimisan, perdarahan gusi, hem-mel
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: Demam, tanda syok (Gelisah, nadi cepat, TD turun, CRT >2 detik)
K/L: Perdarahan gusi, Epistaksis
Thoraks: Tanda efusi pleura akibat kebocoran plasma auskultasi suara napas hilang, perkusi
redup
Abdomen:
Asites (akibat kebocoran plasma) = perkusi redup, undulasi (+), shifting dullness (+)
Nyeri tekan kuadran kanan atas (krn peregangan kapsul hepar)
Ekstremitas:
- Akral dingin & lembab (tanda syok)
- Pteki, Ekimosis, Purpura
- Rumple leed (+) = 25 pteki dlm 1 inci
- Flushing ruam kemerahan, muncul saat mau sembuh
4. Penunjang
a) Trombositopeni (<100.000)
b) HCT naik >20% dari nilai normal
HCT turun >20% stlh dpt cairan
c) Leukopenia; Limfositosis relatif (>45%)
d) NS1 Periksa saat Demam hari 1-2
e) IgM dan IgG Periksa saat Demam hari > 5-6
30
@RachmatSulthony
DHF
2 Klinis + 1 Laboratoris
Klinis:
1. Demam tinggi mendadak, selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan: mimisan, perdarahan gusi,
hem-mel
3. Pembesaran hepar tanpa ikterus
4. Tanda syok
Lab:
1. Trombosit <100.000
2. HCT >20% normal
@RachmatSulthony
MALARIA
1. Pendahuluan
Definisi: infeksi akut oleh parasit Plasmodiumk sp
Plasmodium falciparum malaria tropicana (demam tiap hari)
Plasmodium vivax-ovale malaria tertiana (demam tiap 2 hari)
Plasmodium malariae malaria quartana (demam tiap 3 hari)
2. Anamnesis
Berasal dari / riwayat berkunjung ke daerah endemis
Demam intermiten (ada periode bebas demam) disertai menggigil
Lemah, mual-muntah
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: Hiperpireksia
K/L: Anemis, Ikterus
Thoraks: -- Abdomen: Hepatomegali (distensi kapsul ginjal akibat kebocoran plasma), splenomegali (destruksi
skizon darah),
Ekstremitas: --4. Penunjang
a) Darah Lengkap, didapatkan:
PLT turun
HB turun
RBC turun
Retikulosit naik, Bilirubin Indirect naik
MCV-MCH normal
Ureum-Kreatinin naik
b) DDR (hapusan darah tebal) mencari adanya plasmodium
c) Hapusan Darah Tipis identifikasi spesies
d) Kimia Darah: SGOT-SGPT naik
e) UL: Hematuria
5. Terapi Semua spesies P. Falciparum:
a) Antipiretik
b) Klorokuin sulfat Oral (3 hari):
Hari I II = 10 mg/kgBB/dosis 1x1
Hari III = 5 mg/kgBB/dosis 1x1
c) Jika oral tidak bisa, diberikan IV:
(Kina IV: 1 mg/kg/BB) + (D5%/NaCl: 10 cc/kgBB) Habis dalam 4 jam, diberikan 3 x sehari
IV dilanjutkan sampai bisa minum oral atau maksimal terapi 7 hari.
6. Komplikasi
Malaria serebral
Blackwater fever hemoglobinuria akibat eritrosit yg rusak
Malaria biliosa gangguan fungsi hati
32
@RachmatSulthony
DEMAM TIFOID
1. Pendahuluan
Demam yg diakibatkan oleh infeksi Salmonella typhi
Bakteri masuk ke GIT Menuju ileum Menembus mukosa usus hingga mencapai Patch of Peyer
Kuman masuk ke sistem limfatik mesenterika Masuk ke organ RES (hepar, lien, sumsum
tulang)
Masa inkubasi 10-14 hari
2. Anamnesis
Minggu 1: demam naik turun (naik biasanya malam hari)
Minggu 2: demam terus tinggi
Anoreksia, nyeri perut, diare/konstipasi, mual-muntah, kembung
Anak sering mengigau (delirium), malaise
Demam tifoid berat: penurunan kesadaran, kejang, ikterus
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: Kesadaran menurun, delirium
K/L: lidah tifoid
Thoraks: Kadang-kadang ada rhonki
Abdomen: meteorismus, hepatomegali, splenomegali, defans muscular bila ada perforasi
Ekstremitas: --4. Penunjang
a) DL:
- Anemia (supresi sumsum tulang, perdarahan usus)
- Leukopenia (tidak <3000)
- Limfositosis
b) Uji Widal:
Titer O terdeteksi setelah demam 1 minggu (Positif bila 1/320)
Titer H terdeteksi setelah demam 10-12 hari (Positif 1/640)
5. Terapi
a) Kloramfenikol Oral/IV 50-100 mg/kgBB/hari (dalam 4 dosis): selama 10-14 hari
b) Steroid diberikan pada kasus berat dgn penurunan kesadaran
Dexamethasone 1-3 mg/kgBB (dalam 3 dosis)
c) Bedah pada perforasi
d) Indikasi MRS: Demam tifoid berat
33
@RachmatSulthony
Catatan:
34
@RachmatSulthony
RESPIROLOGI
BRONKIOLITIS
1. Pendahuluan
Definisi: inflamasi bronkioli pada bayi usia <2 tahun
Penyebab tersering: RSV
Ditandai dengan:
a) Demam
b) Batuk-Pilek
c) Wheezing
Biasa dijumpai gejala Pneumonia
Biasanya tidak membaik dengan bronkodilator
Biasanya muncul pada musim dingin/hujan
Untuk menilai kegawatan digunakan RDAI (Respiratory Distress Assessment Instrument)
- Bila skor >15: BERAT
- Bila skor <3: RINGAN
2. Anamnesis
Awalnya batuk pilek
Demam (jarang) biasanya tidak tinggi
Bisa disertai: sesak napas, poor feeding
Tampak toksik (jarang): Letargis/mengantuk, pucat, nadi cepat
Ada paparan dgn penderita ISPA
Biasa ditemukan gejala pneumonia...
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: Tampak lemah, Demam, Takipnea
K/L: Sianosis sentral Napas cuping hidung: (-)
Thoraks:
- Takipnea
- Retraksi subkosta, interkosta, suprasklavikula tak terlalu dalam krn ada hiperinflasi paru
- HIPERINFLASI dinding dada, ICS mendatar
- Suara napas: Ekspirasi MEMANJANG (lumen menyempit akibat inflamasi)
- Wheezing (+) ekspiratorik, high-pitched (Tidak membaik dgn 3 dosis bronkodilator)
- Perkusi: Hipersonor
- Nilai Down Score (untuk neonatus)
Abdomen: Hepar & Lien bs teraba krn terdorong paru yg hiperinflasi
Ekstremitas: ---
35
@RachmatSulthony
4. Penunjang
Tidak spesifik
Sp02 menurun
Radiologis: HIPERAERASI:
- Iga mendatar
- Siluet jantung menyempit
- Jantung terangkat
- Diafragma mendatar
- Diameter AP bertambah
- Ruang retrosternal lebih lusen
5. Kriteria Diagnosis: TRIAS BRONKIOLITIS
a) Wheezing pertama kali
b) Usia <2 tahun
c) Pemeriksaan fisik: mengarahkan infeksi virus (batuk,
pilek)
6. Terapi
a) Oksigen: nasal kanul 2 lpm
b) Bronkodilator Salbutamol & Ipratropium Bromida 2.5 mg (1 ampul): untuk perbaiki mucocilliary
clearance (kontroversi)
c) Dexamethasone:
Bolus IV 0.5 mg/kgBB (single dose)
Mainatanace: 0.5 mg/kgBB/hari (dalam 2-3 dosis)
d) Antibiotik dapat diberikan jika disertai dengan Pneumonia.
PNEUMONIA
1. Pendahuluan
Definisi Infeksi akut parenkim paru: alveoli + jaringan interstisial
Diagnosinya berdasarkan KLINIS
Faktor resiko: defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, aspirasi, gibur, BBLR, tidak dapat
ASI, imunisasi tidak lengkap, keluarga ISPA
Penyebab: S. pneumoniae tersering, RSV (Respiratory Syncytial Virus) pd anak <3-5 thn
Penyebab berdasarkan kelompok usia:
a) Neonatus: Aspirasi (ASI, Mekonium), Virus (Varisela), Bakteri (S. pneumoniae, TORCH
transplasental)
b) Bayi: Virus (Adeno, Influenza A/B, RSV), Bakteri (S. pneumoniae)
c) Anak: Virus (Adeno, Influenza A/B), Bakteri (S. pneumoniae, Haemophilus influenza)
Sumber infeksi:
- Aspirasi mekonium, ASI
- Transplasental: infeksi bakteri
- Community acquired
Klasifikasi Pneumonia oleh WHO
Usia <2 Bulan
1. Penumonia Berat Takipnea, Retraksi
2. Pneumonia Sangat Berat Tidak mau menyusu, Letargis, Kejang, Demam, Bradipnea, Napas Ireguler
Usia 2 bulan 5 tahun
1. Pneumonia Ringan Takipnea
2. Pneumonia Berat Retraksi
3. Pneumonia Sangat Berat Tidak mau makan minum, Letargis, Kejang
Diagnosis Klinis vs Klasifikasi MTBS untuk Pneumonia
36
@RachmatSulthony
2. Anamnesis
Awalnya batuk kering menjadi berdahak: purulen, bloody
Sesak napas (bukan episodik)
Demam
Sulit makan/minum
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: Tampak lemah, Demam, Takipnea
K/L: Napas cuping hidung, Sianosis sentral mukosa bibir sianotik
Thoraks:
- Takipnea
- Retraksi subkosta, interkosta, suprasternal
TRIAS PNEUMONIA:
- Suara napas MENURUN
1. Takipnea
- Suara napas: BRONKIAL akibat konsolidasi
2. Retraksi
- Rhonki (+)
3. Demam
- Nilai Down Score (pada neonatus)
4. Penunjang
a) DL: Leukositosis
b) Kultur Dahak: utk kasus berat agar dapat diberikan AB yg spesifik
c) Mantoux: utk singkirkan DD TB Paru
d) Radiologis:
Tidak rutin hanya pada yg MRS atau klinis membingungkan, didapatkan:
Peningkatan corakan BV (Bronkopneumonia)
Konsolidasi = gambaran radioopak (Pneumonia lobaris)
5. Terapi
a) Oksigen SpO2 harus >92% (cek tiap 4 jam)
b) Infus (bila sulit makan/minum): D5 NS
c) Antibiotik (utk CAP)
Usia 0-2 bulan: Ampi, Genta
Usia >2 bulan:
- Lini 1 Ampi, Kloram
- Lini 2 Seftri
d) Antipiretik jika demam
e) Nebulisasi B2 agonis + NaCl: utk perbaiki mucocilliary clearance
f) Fisioterapi dada tidak direkomendasikan
37
@RachmatSulthony
Profilaksis primer
Profilaksis sekunder
OAT
2. Anamnesis
BB turun dalam 2 bln berturut-turut tanpa sebab jelas (gagal tumbuh)
Demam >2 minggu tnp sebab jelas
Batuk >3 minggu
Riwayat kontak
3. Pemeriksaan Fisik
Pembesaran KGB leher, aksila, inguinal (Scrofuloderma)
Radang atau deformitas tulang, sendi, lutut, phalangs, Gibus
Gizi kurang
Tanda bahaya (Meningitis TB) Kejang, Kaku kuduk, Penurunan kesadaran
4. Penunjang
Uji tuberkulin
Foto thoraks AP-Lat
38
@RachmatSulthony
6. Terapi
Tahap awal 2 bulan: minimal 3 jenis OAT
Tahap lanjutan 4 bulan: minimal 2 jenis OAT
Dosis OAT:
H
: 5-15 mg/kgBB/hari
[Sediaan: Tablet 100, 300 mg]
R
: 10-15 mg/kgBB/hari
[Sediaan: Tablet 150, 300, 450, 600 mg]
Z
: 20-35 mg/kgBB/hari
[Sediaan: Tablet 500 mg]
OAT Kemoprofilaksis H 5-10 mg/kgBB/hari selama 6 bulam
39
@RachmatSulthony
Klinis
Frekuensi serangan
Durasi serangan
DERAJAT PENYAKIT
Asma Episodik Jarang
Asma Episodik Sering
<1 x /bulan
> 1 x /bulan
<1 minggu
1 minggu
Di antara serangan
Gejala (-)
Sering terganggu
Mungkin normal
Asma Persisten
Sering
Sepanjang tahun, tak
ada remisi
Gejala muncul siang &
malam
Sangat terganggu
Selalu abnormal
Butuh steroid
PEF/FEV1 60-80 %
Butuh steroid
PEF/FEV1 < 60%
DERAJAT SERANGAN
Ringan
Ancaman Henti
Napas
Berat
Jalan
Bayi:
keras
Bicara
Istirahat
nangis Bayi: nangis lemah, Bayi: tidak mau
sulit minum
makan-minum
Duduk bertopang
Bisa berbaring
Lebih suka duduk
lengan
Kalimat
Penggalan kalimat
Kata
Mungkin rewel
Rewel
Rewel
Kebingungan
Tidak ada
Tidak ada
Nyata
Nyata
Nyaring,
Sepanjang ekspirasi
Akhir ekspirasi
terdengar tanpa Tidak terdengar
& inspirasi
stetoskop
Sesak
Posisi
Bicara
Kesadaran
Sianosis
Wheezing
Otot
Napas
Sedang
Bantu
(-)
(+)
(+)
Retraksi
Dangkal
Sedang
RR
HR
SpO2
Takipnea
Normal
>95%
Takipnea
Takikardia
91-95%
Dalam +
flare
Takipnea
Takikardia
<90%
2. Anamnesis
Consider diagnosis of asthma:
Sesak berulang
Sering batuk malam hari
Sesak muncul setelah terpapar alergen
Pilek: >10 hari baru sembuh
Gejala membaik setelah pengobatan asthma (bronkodilator)
40
Gerak paradoks
Nasal
Dangkal/hilang
Bradipnea
Bradikardi
@RachmatSulthony
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: Kesadaran menurun (pada kondisi berat), demam
K/L: Napas cuping hidung (-), sianosis sentral hanya pada kondisi berat
Thoraks: Hiperinflasi, retraksi subkosta, wheezing
Abdomen: pernapasan paradoksal pada kondisi berat
Ekstremitas: --4. Penunjang
a) DL: eosinofil biasanya naik
b) Spirometri
c) Analisa gas darah: asidosis repiratorik/metabolik
d) Radiologis: Thorax AP-Lat Hiperaerasi
5. Terapi
41
@RachmatSulthony
Catatan:
42
@RachmatSulthony
NEUROLOGI
KEJANG DEMAM
1. Pendahuluan
Definisi: Bangkitan kejang yg terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38C) tanpa adanya
infeksi SSP, gangg.elektrolit & metabolik lain
Usia: >1 bulan (6 bln 5 tahun)
Usia < 1 bulan Bukan kejang demam
Penyebab demam pada kejang demam yg paling sering:
- ISPA
- Otitis media
- Pneumonia
- Infeksi saluran cerna
- ISK
Penyebab febrile convulsion:
a) Imaturitas otak: fungsi termoregulasi blm optimal
b) Demam: kebutuhan oksigen meningkat hipoksia sel-sel otak
c) Predisposisi genetik
Kejang Demam Sederhana (KDS)
Kriteria Livingstone:
- Kejang tonik klonik generalisata
- Durasi: <15 menit
- Terjadi 1x dalam 24 jam
- Pasca kejang: Anak sadar, Defisit neurologis (-)
- Terjadi pada usia 6 bln 4 thn
2. Anamnesis
Usia pasien
Pastikan apakah benar-benar kejang Tubuh kaku, mata mendelik, tidak sadar saat kejang
Karakteistik kejang: tipe, durasi, frekuensi, kondisi pasca kejang
Riwayat kejang sebelumnya; Riwayat kejang pada keluarga
Singkirkan penyebab kejang yg lain: Diare/muntah hebat (gangg. elektrolit), Asupan kurang
(hipoglikemi)
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: Kesadaran, Demam
K/L: UUB menonjol (singkirkan meningitis), Kaku kuduk (singkirkan meningitis), tanda ISPA
(faringitis, pembesaran KGB), otitis media, nasal flare (jika pneumonia)
Thoraks: Retraksi (jika pneumonia)
Abdomen: Distensi & BU meningkat (gastroenteritis), nyeri suprapubis (ISK)
Ekstremitas: Kekuatan otot otorik, sensorik, refleks fisiologis, refleks patologis
Lainnya: Laseque & Kernique sign
4. Penunjang
DL: Leukositosis
GDS: hipoglikemia
Elektrolit:
UL: Bakteri (+)
Pungsi Lumbal utk singkirkan meningitis. Dianjurkan pada:
- Bayi usia <12 bulan: Sangat dianjurkan
- Bayi usia 12-18 bulan: Dianjurkan
- Bayi usia >18 bulan: Tidak rutin
EEG: tidak direkomendasikan
5. Terapi
43
@RachmatSulthony
b) Antipiretik:
Paracetamol: 10-15 mg/kgBB/dosis (tiap 6 jam)
Ibuprofen: 5-10 mg/kgBB/dosis (tiap 6 jam)
c) Anti Kejang:
Diazepam 0.5 mg/kgBB/dosis (K/P) Jika kejang, berikan perlahan
d) Terapi jangka panjang (Hanya diberikan pada KDK):
Fenobarbital (Luminal) 3-4 mg/kgBB/hari (dibagi 1-2 dosis)
Asam Valproat (Depakene) 15-40 mg/kgBB/hari (dibagi 2-3 dosis)
*Terapi jangka panjang diberikan selama 1 tahun bebas kejang; Dosis turun perlahan selama 1-2
bulan.
Indikasi MRS:
1. KDK
2. Hiperpireksia (>40C)
3. Usia <6 bulan
4. Kejang demam pertama kali
5. Defisit neurologis (+)
Faktor resiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah:
1. Rkejang demam dlm keluarga,
2. Usia < 18 bulan,
3. Suhu tubuh rendah saat kejang,
4. Riwayat epilepsi dalam keluarga
Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah:
1. Adanya gangguan neurodevelopmental,
2. KDK
3. Rriwayat epilepsi dalam keluarga
4. Lebih dari satu kali KDK
44
@RachmatSulthony
EPILEPSI
1. Pendahuluan
Definisi: Kejang berulang >2 kali dengan interval waktu > 24 jam tanpa penyebab yang jelas
Klasifikasi menurut ILAE 1981:
2. Terapi:
Fenobarbital (Luminal) 3-4 mg/kgBB/hari (dibagi 1-2 dosis)
Asam Valproat (Depakene) 15-40 mg/kgBB/hari (dibagi 2-3 dosis)
45
@RachmatSulthony
46
@RachmatSulthony
47
@RachmatSulthony
Catatan:
48
@RachmatSulthony
KARDIOLOGI
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
SIANOTIK
Dengan aliran pirau (shunts)
1. Tetralogi of Fallot (TOF)
2. Transpotition of the great artery (TGA)
ASIANOTIK
Dengan aliran pirau (shunts)
1. Atrial Septal Defect (ASD)
2. Ventricular Septal Defect (VSD)
3. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
TETRALOGY OF FALLOT
1. Pendahuluan
PJB sianotik yang paling sering ditemukan
Terjadi akibat kegagalan perkembangan infundibulum
Terdiri atas 4 kelainan:
a) VSD
b) Stenosis pulmonal
c) Hipertrofi ventrikel kanan
d) Overriding aorta
Defek VSD diameternya hampir selalu berukuran besar, hampir sama dengan ukuran pangkal aorta
Derajat TF ditentukan oleh beratnya stenosis pulmonal
2. Anamnesis
Sesak (dyspnea deffort), bibir tampak kebiruan
Anak sering jongkok setelah beraktivitas
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: RR meningkat
K/L: Sianosis sentral
Thoraks:
- Terdapat right ventricular tap (tampak pulsasi) dan Thrill (+) sepanjang parasternal kiri
- Murmur sistolik pada katup pulmonal (ICS II Parasternal kiri)
Abdomen: -- Ekstremitas: Sianosis perifer, clubbing fingers
49
@RachmatSulthony
4. Penunjang
a) DL: Polisitemia
b) Foto thorax: jantung berbentuk sepatu boot
c) EKG: Hipertrofi ventrikel kanan (V1 dominan gelombang R, V6 dominan gelombang S)
d) Ekokardiografi: tampak VSD, overriding aorta, aorta besar namun arteri pulmonal sempit (stenosis)
5. Terapi
Serangan Sianotik biasa terjadi Akibat shunt kanan ke kiri yang mendadak: Hipoksemia berat
Tatalaksana serangan sianotik:
a) Oksigen
b) Knee Chest position: aliran darah ke paru bertambah akibat penekukan arteri femoralis sehingga
afterload aorta meningkat
c) Morfin sulfat 0.1-0.2 mg/kgBB/single dose (IV/IM/SC) untuk atasi takipnea
d) Natrium Bikarbonat (Meylon) 1 mEq/kgBB/single dose (IV) untuk Asidosis (bisa diulang dalam
10-15 menit)
Setelah anak tidak takipnea, tidak sianotik, anak sudah tenang:
e) Propanolol 0.05 mg/kgBB dioplos dengan 10 cc NaCl 5 cc dibolus, 5 cc diberikan perlahan 5-10
mnt
(Menurunkan denyut jantung agar serangan teratasi)
*Pada PJB non-sianotik: Kontraindikasi diberikan Propanolol, yang diberikan adalah Digoxin.
2. Anamnesis
Biasanya asimtomatik
Tampak kurus (tergantung derajat)
Jika shunt besar, anak mengeluhkan sesak setelah beraktivitas
50
@RachmatSulthony
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: Tampak kurus
K/L: Sianosis sentral (-)
Thoraks: Murmur sistolik pada ICS II Parasternal kiri
Abdomen: -- Ekstremitas: Clubbing finger (-)
4. Penunjang
a) Lab: Polisitemia (-)
b) EKG: RVH (V1 dominan gelombang R, V6 dominan gelombang S)
c) Ekokardiografi: menentukan lokasi dan besarnya defek
5. Terapi
Pada ASD dengan CHF berikan:
a) Digitalis: Digoxin oral dosis:
b) Diuretik: Furosemide oral
c) Penutupan tanpa pembedahan (hanya tipe sekundum): pemasangan device (Clamshell, Atrial
Septal Defect Occluder System) melalui transkateter.
51
@RachmatSulthony
2. Anamnesis
VSD Kecil: Asimtomatik
VSD Sedang: BB kurang
VSD Besar: sesak, gagal tumbuh, ISPA berulang
3. Pemeriksaan Fisik
VSD Kecil: Murmur sistolik ICS 4 Parasternal Kiri
VSD Sedang-Besar: Murmur sistolik ICS 4 Parasternal kiri + Takipnea & Retraksi
4. Penunjang
a) Foto thorax VSD Ringan: Normal, VSD Sedang-Berat: Cardiomegali dengan pinggang jantung
menghilang (akibat LAH)
b) EKG: LAH, LVH, RVH
c) Ekokardiografi: menentukan besarnya defek
5. Terapi
VSD Kecil: Operasi penutupan VSD setelah usia 2-4 tahun
VSD Sedang-Besar tanpa Gagal Jantung: operasi penutupan VSD saat usia + 2 tahun
VSD Sedang-Besar disertai Gagal Jantung:
a) Digoxin
b) Furosemide
- Jika medikamentosa gagal: operasi penutupan VSD segera
- Jika medikamentosa responsif: operasi penutupan VSD saat usia 12-18 bulan.
52
@RachmatSulthony
2. Anamnesis
PDA kecil: Asimtomatik
PDA besar:
- Sesak
- Kesulitan minum
- BB sulit naik
- Pneumonia berulang,
- Gejala CHF
3. Pemeriksaan Fisik
K/L: Sianosis sentral (-)
Thoraks: Murmur sistolik-diastolik pada ICS II Midklavikula yang meluas sampai ke subklavikula
Abdomen: -- Ekstremitas: Clubbing fingers (-)
4. Penunjang
a) Foto thorax: Kardiomegali
b) EKG: LAH, LVH
c) Ekokardiografi: menentukan besarnya defek
53
@RachmatSulthony
5. Terapi
a) PDA tanpa Gagal Jantung:
Dapat dicoba diberikan INDOMETASIN: 0.2 mg/kgBB (diberikan sebanyak 3 kali dgn jarak 12-24
jam)
Indometasin adalah NSAID yang akan menghambat Prostaglandin E2 dimana PG-E2 dianggap
memiliki efek penghambatan penutupan duktus arteriosus
Hanya diberikan pada neonatus
b) PDA disertai Gagal Jantung:
Digoxin
Furosemide
Jika medikamentosa gagal: operasi
54
@RachmatSulthony
HIPOTIROIDISME KONGENITAL
1. Pendahuluan
Hipotiroid Kongenital: penyakit bawaan akibat kekurangan hormon tiroid.
Hipotiroid kongenital adalah kelainan bawaan dengan kadar hormon tiroid (T3 danT4) di sirkulasi
darah yg kurang dengan kadar TSH yang meningkat
a) Hipotiroidisme sentral (HS) : Kegagalan hipofisis (sekunder) atau hipotalamus (tersier)
b) Hipotiroidisme Primer (HP)
- Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid
- Kelainan anatomi kelenjar
- Etiologi terbanyak hipotiroidisme kongenital di negara barat
- Kerusakan tiroid dapat terjadi karena:
Pascaoperasi: Strumektomi
Pascaradiasi: Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme; >40-50% menjadi
hipotiroidisme dlm 10 tahun.
Tiroiditis autoimun: Kerusakan kelenjar tiroid gagal produksi hormon tiroid yang luas
dapat menyebabkan hipotiroidisme.
Dishormogenesis: Defek pada enzim yg berperan pada proses hormogenesis
Karsinoma: amat jarang.
c) Hipotiroidisme Sepintas (Transien)
- Keadaan hipotiroidisme yg cepat menghilang Misal: pasca pengobatan RAI, pasca
tiroidektomi subtotalis
- Pada neonatus di daerah dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan
2. Anamnesis
Pasien sering datang terlambat dgn keluhan retardasi perkembangan disertai dengan gagal tumbuh
atau perawakan pendek
Pada beberapa kasus: datang dgn keluhan pucat
Pada BBL s/d usia 8 minggu: keluhan tidak spesifik
Perlu ditanya riw.gangg.tiroid dlm keluarga, penyakit tiroid saat ibu hamil
55
@RachmatSulthony
Ikterus lama, letargi, konstipasi, nafsu makan menurun dan kulit teraba dingin
Riwayat keluarga dgn hipotiroid
3. Pemeriksaan Fisik
Anak pendek, ekstremitas pendek
Fontanel anterior dan posterior terbuka lebih lebar, mata tampak berjauhan dan hidung pesek
Mulut terbuka, lidah tebal dan besar menonjol keluar, gigi terlambat tumbuh
Leher pendek dan tebal, tangan besar dan jari-jari pendek
Kulit kering
Hernia umbilikalis
Otot hipotonik.
Dicurigai adanya hipotiroid bila skor indeks hipothyroid kongenital > 5
4. Penunjang
FT4 rendah, TSH tinggi
5. Terapi
56
@RachmatSulthony
Catatan:
57
@RachmatSulthony
IMUNISASI
JADWAL IMUNISASI
Menkes:
Imunisasi dasar (Imunisasi yang diberikan pada usia <12 bulan)
0 bulan (0-7 hari) : HB0, Polio 0
1 bulan
: BCG, Polio 1
2 bulan
: DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan
: DPT/HB 2, Polio 3
4 bulan
: DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan
: Campak
IDAI 2011:
58
@RachmatSulthony
DASAR-DASAR IMUNISASI
Imunisasi meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen
Vaksin: mikroorganisme yg dimodifikasi sehingga patogenisitas atau toksisitasnya hilang tapi masih
punya sifat antigenisitas
Perbedaan imunisasi dan vaksinasi: ...???
Ada 2 jenis kekebalan:
1. Aktif = Kekebalan yg dibuat tubuh sendiri setelah terpajan antigen (imunisasi, terpajan infeksi)
2. Pasif = Kekebalan/antibodi yg diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat tubuh individu sendiri
(imunoglobulin dari ibu)
Tujuan imunisasi mencegah/menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
Respon imun pada imunisasi respon imun sekunder
59
@RachmatSulthony
JENIS VAKSIN:
a. Vaksin Hidup Attenuated
Dibuat dari virus/bakteri yg dilemahkan
Virus/bakteri dapat hidup dan bereplikasi di dalam tubuh, namun tidak menyebabkan penyakit
tetapi cukup besar untuk merangsang respon imun
Contoh Virus: campak (measles), mumps (gondongan), rubela, polio, rotavirus
Bakteri: BCG
b. Vaksin Inactivated
Dibuat dengan cara membuat virus/bakteri menjadi tidak aktif
Tidak menyebabkan penyakit
Vaksin ini membutuhkan dosis ganda dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif
namun hanya memacu/menyiapkan sistem imun, respon imun baru muncul setelah dosis ke-2 atau
ke-3
Contoh:
- Seluruh sel virus inactivated: Polio, Hepatitis A, Influenza, Rabies
- Seluruh sel bakteri inactivated: Pertusis, Tifoid
- Vaksin fraksional: Hepatitis B, Influenza
- Toksoid: Botulinium, Difteri, Pertusis
c. Vaksin Rekombinan:
Antigen vaksin didapatkan dengan cara rekayasa genetik
Ada 3 jenis vaksin:
1) Hepatitis B
2) Vaksun Tifoid
3) Vaksin Rotavirus
TEMPAT SUNTIKAN IMUNISAI YANG DIANJURKAN:
Paha anterolateral bayi dan anak usia <12 bulan
Deltoid alternatid pada anal yg lebih besar dan orang dewasa
Alasan memilih otot vastus lateral (anterolateral) pada anak usia <12 bulan:
- Hindari resiko kerusakan nervus ischiadikus pada suntikan di daerah gluteal
- Daerah deltoid pada bayi tidak cukup tebal utk menyerap suntikan secara adekuat
- Massa otot gluteal dan lapisan lemak sub kutan pada paha bagian anterior terlalu tebal bisa
secara tidak sengaja menyebabkan suntikan sub kutan (karena suntikan tidak terlalu dalam) yang
justru menimbulkan reaksi lokal
60
@RachmatSulthony
3. Cara Pemberian
Dosis: 0.5 cc IM pada paha anterolateral
Hanya 1 dosis tiap PID
4. Efek Samping
KIPI jarang terjadi
Setelah imunisasi: Demam tidak tinggi, kemerahan/bengkak/nyeri pada lokasi injeksi
Demam dpt diberikan PCT
Boleh mandi atau diseka dengan air hangat
5. Jika Pemberian Imunisasi Terlambat (Seharunya diberikan: 0 bulan)
Jangan diulang dari awal, lanjutkan sesuai jadwal
Jika usia >1 tahun atau dewasa: bisa dapat imunisasi HB serial kapan saja saat berkunjung
61
@RachmatSulthony
DPT
1. Komponen
Toksoid difteri, Whole-vaccine pertusis, Toksoid tetanus
2. Bentuk Sediaan
3. Cara Pemberian
Dosis: cc IM pada paha anterolateral kanan
Bisa 10 dosis tiap 1 vial
4. Efek Samping:
Demam tinggi, rewel (hilang dalam 2 hari)
Bekas suntikan: kemerahan, bengkak. Nyeri (hilang dalam 2 hari)
Demam dpt diberikan PCT
Bekas suntikan kompres hangat
Boleh mandi atau diseka dengan air hangat
5. Jika Pemberian Imunisasi Terlambat (Seharusnya diberikan umur: 2,3,4 bulan)
Jangan diulang dari awal, lanjutkan sesuai jadwal.
62
@RachmatSulthony
DPT/HB
1. Komponen
DPT Toksoid difteri, Whole-vaccine pertusis, Toksoid tetanus
HB HbsAg
2. Bentuk Sediaan
3. Cara Pemberian
Dosis: 0.4 cc IM pada paha anterolateral kanan
Bisa 10 dosis tiap 1 vial
4. Efek Samping:
- Demam tinggi, rewel (hilang dalam 2 hari)
- Bekas suntikan: kemerahan, bengkak. Nyeri (hilang dalam 2 hari)
- Demam dpt diberikan PCT
- Bekas suntikan kompres hangat
- Boleh mandi atau diseka dengan air hangat
5. Jika Pemberian Imunisasi Terlambat (Seharusnya diberikan umur: 2,3,4 bulan)
Jangan diulang dari awal, lanjutkan sesuai jadwal.
63
@RachmatSulthony
BCG
Tidak mencegah infeksi TB tapi mengurangi resiko TB berat seperti meningits TB dan TB milier
1. Komponen
Berisis suspensi M. bovis hidup yang dilemahkan
2. Bentuk Sediaan
3. Cara Pemberian
Secara Intradermal (Intrakutan) sebanyak 0.05 cc pada usia <1 thn dan 0.1 cc pada usia >1 thn
Lokasi: Deltoid kanan, buat menjadi gelembung
4. Kontraindikasi:
Demam tinggi (>380C), Gizi buruk, Uji tuberkulin >5 mm, Pernah sakit TB, Imunokompromise
5. Efek Samping:
2-6 minggu setelah imunisasi: Timbul bisul kecil (papul) yg semakin membesar dan bisa terjadi ulkus
selama 2-3 bulan, kemudian sembuh perlahan dan meninggalkan jaringan parut (Parut BCG)
Jika ulkus mengeluarkan cairan: kompres dgn antiseptik
6. Jika Pemberian Imunisasi Terlambat (Seharusnya diberikan: usia 1 bulan)
Usia <1 thn: boleh diberikan kapan saja
Usia >1 thn: tes tuberkulin terlebih dahulu Jika uji tuberkulin negatif (indurasi <5 mm): boleh
diimunisasi kapan saja dgn dosis O.1 cc IC | Jika uji tuberkulin >5 mm: BCG tidak diberikan
64
@RachmatSulthony
POLIO
Polio oral: imunitas lokal (mukosa GIT) dan sistemik (sirkulasi)
Polio injeksi: imunitas sistemik saja
1. Komponen
Virus polio tipe 1,2,3 yg dilemahkan
Harus disimpan pada suhu 2-8C
2. Bentuk Sediaan
3. Cara Pemberian
2 tetes oral
4. Efek Samping: Hampir tidak ada
5. Jika Pemberian Imunisasi Terlambat (Seharusnya diberikan umur: 0, 1, 2, 3, 4 bulan)
Jangan diulang dari awal, lanjutkan sesuai jadwal.
65
@RachmatSulthony
CAMPAK
1. Komponen
Ada 2 jenis: virus campak yg dilemahkan, virus campak yg dimatikan
2. Bentuk Sediaan
3. Cara Pemberian
Sebanyak 0.5 cc subkutan pada deltoid kiri
4. Efek Samping:
Rasa tidak nyaman bekas suntikan
5-12 hari setelah suntik: demam tidak tinggi, erupsi halus (selama <2 hari)
Demam dpt diberikan PCT
Bekas suntikan kompres air dingin
5. Jika Pemberian Imunisasi Terlambat (Seharusnya diberikan usia: 9 bulan)
Usia <1 tahun: boleh diberikan kapan saja (usia 9-12 bulan)
Usia >1 tahun: diberikan vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella)
66
@RachmatSulthony
PADA SUHU
BERTAHAN SELAMA
Hepatitis B
30 hari
DPT
14 hari
VAKSIN
PADA SUHU
BERTAHAN SELAMA
Polio
Campak
BCG
2 hari
7 hari
67
@RachmatSulthony
1. Hepatitis B
2. Vaksun Tifoid
3. Vaksin Rotavirus
4. Dosis vaksin dan dosis efektifnya?
Jenis vaksin
Dosis/kemasan
BCG
20/ampul (1Am+5ml)
DPT
10/vial
CAMPAK
10/vial (1Vi+5ml)
Hepatitis B
1/PID
Polio
10/vial
Dosis efektif
20 dosis
8/vial
8/vial
1/PID
8/vial
68
@RachmatSulthony
8. Beda jadwal imunisasi pada bayi yang lahir di rumah sakit dan di rumah
Perbedaan terdapat pada waktu pemberian imunisasi BCG dan Polio.
Bayi yang lahir di rumah: BCG dan Polio 1 diberikaan saat usia 1 bulan
Bayi yang lahir di rumah sakit: BCG dan Polio saat usia 0 bulan
Jadwal Imunisasi Dasar DEPKES:
0 bulan
HB0 Polio 0
BCG Polio 1
Lahir di RS/RB/Bidan
DPT/HB1 Polio 2
DPT/HB2 Polio 3
DPT/HB3 Polio 4
Campak
1 bulan
2 bulan
Lahir di Rumah
69
3 bulan
4 bulan
9 bulan