Anda di halaman 1dari 25

Bab II

Topik I PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

Definisi Pendidikan (Edukasi Kesehatan)


Dalam promosi kesehatan edukasi kesehatan merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan. Edukasi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan klien
agar mandiri dalam pemeliharaan kesehatannya. Kami uraiakan beberapa definisi dari pendidikan
kesehatan dibawah ini.
Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan ( Notoatmodjo , 2010 ).
Pendidikan kesehatan adalah aktivitas perawat memberikan informasi kepada klien yang
membutuhkan perawatan diri untuk memastikan kontinuitas pelayanan dari rumah sakit ke rumah.
(Volvo : 2004)
Pendidikan kesehatan adalah perencanaan pengajaran yang baik dan komprehensif serta sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran klien yang akan membantu klien dalam mengambil keputusan
tentang pelayanannya dan membantunya lebih sehat dan mandiri ( Behar Horenstein et.al., 2005;
Oeman et.al.,2002 ).
Edukasi pasien adalah salah satu bagian yang penting dalam pemberian model bagi perawat di
dalam pemeliharaan kesehatan seperti bagaimana memberikan arahan kepada ibu hamil agar
menjaga kesehatan ibu dan bayinya.

Memberikan arahan kepada orang tua agar datang ke

puskesmas untuk memeriksakan dirinya. ( Patricia : 2005 )


Pendidikan kesehatan adalah semua kombinasi dari rancangan pembelajaran berdasarkan teori
yang memberikan kesempatan kepada individu, kelompok, dan komunitas memperoleh informasi
dan keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang optimal( Edelman &
Mandle, 2010 ).
Jadi dapat kami simpulkan bahwa Pendidikan kesehatan adalah proses peningkatan
pengetahuan dan kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan yang bertujuan untuk mencapai taraf
kesehatan optimal.
Untuk menjadi pendidik yang efektif, perawat harus lebih dari sekedar memberi informasi
saja. Perawat harus menentukan secara hati hati apa yang klien harus ketahui dan menentukan
waktu kapan klien siap belajar. Ada 3 area yang merupakan tanggung jawab klien dalam pendidikan
klien :

persiapan klien dalam menerima perawatan

persiapan klien pulang dari perawatan rumah sakit

pencatatan aktivitas pendidikan klien

Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan kesehatan klien adalah membantu individu, keluarga, atau komunitas
untuk mencapai tingkat kesehtan optimal ( Edelman dan Mandle, 2010 ).
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan
kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi
maupun social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
lainnya ( Mubarak, 2009).
Dalam fundamental of nursing Ruth F Craven juga menyebutkan tujuan dari edukasi kesehatan
adalah :

Meningkatkan kesejahteraan

Mencegah penyakit

Memulihkan kesehatan dan fungsi jika terjadi penyakit

Membantu pasien dan keluarga beradaptasi terhadap perubahan.


Jadi tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman

pentingnya kesehatan untuk tercapainya perilaku kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan fisik, mental dan sosial, sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.

Metode Pendidikan Kesehatan


Penyampaian pendidikan kesehatan harus menggunakan cara tertentu, materi juga harus
disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan disesuaikan agar dicapai suatu
hasil yang optimal. Untuk sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan
sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan
sebagainya.

Metode pendidikan individual.

Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk
membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau
inovasi.

Bentuk pendekatan antara lain:

Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)


Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi
oleh klien dapat dikorek, dan dibantu penyelesaiannya.

Interview (wawancara)
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak
atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu
penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

Metode pendidikan kelompok

Dalam memilih pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta
tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar metodenya akan lain
dengan kelompok kecil.

Metode pendidikan massa (public)


Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public, maka cara yang
paling tepat adalah pendekatan massa. Tanpa membedakan golongan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, status social, tingkat pendidikan dan sebagainya.
Pada umumnya bentuk pendekatan cara massa ini tidak langsung. Biasanya
mengguanakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode antara lain ceramah umum
(public spesking), pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik tv
maupun radio, simulasi, tulisan-tulisan di majalah atau Koran dan bill board yang di pasang di
pnggir jalan, spanduk poster dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010)

Penggunaan alat bantu atau media


Media pendidikan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan, alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalm menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Disebut media
pendidikan kesehatan karena alat- alat tersebut merupakan saluran (channel) untuk

menyampaikan informasi kesehatan dan karena alat-alat tersebut digunakan untuk


mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat dan klien ( Notoatmodjo,
2010 ).
Salah satu tujuan menggunakan alat bantu yaitu menimbulkan minat, mencapai sasaran
yang banyak, merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima
kepada orang lain, untuk mempermudah penyampaian, penerimaan informasi oleh sasaran
pendidikan, mendorong keinginan orang untuk mengetahui dan menegakkan pengertian yang
diperoleh (Notoatmodjo, 2010).
Menurut para ahli, indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak
adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh disalurkan
melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera lain. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan
informasi atau bahan pendidikan (Notoatmodjo, 2010)
Pada garis besarnya hanya ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga), antara
lain:
Alat bantu melihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indera mata
(penglihatan) pada waktu terjadinya pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk:
(1) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip dan sebagainya.
(2) Alat-alat yang tidak diproyeksikan:
(a) Dua dimensi, gambar peta, bagan dan sebagainya.
(b) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka dan sebagainya.
Alat-alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat dapat membantu untuk menstimulasikan
indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya :
piring hitam, radio, pita suara dan sebagainya. Alat bantu lihat-dengar, seperti televise dan video
cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA)
(Notoatmodjo, 2010).

Pendidikan Pasien Sebagai Salah Satu Dimensi Caring Perawat


Keperawatan adalah penerapan art dan human science melalui transaksi transpersonal caring untuk
membantu manusia mencapai keharmonisan pikiran, jiwa dan raga yang menimbulkan self
knowlegde, self-control, self-care, dan selfhealing.
a. Klien
Klien adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidakharmonisan pikiran, jiwa dan

raga, yang membutuhkan bantuan terhadap pengambilan keputusan tentang kondisi sehat-sakitnya
untuk meningkatkan harmonisasi, self-control, pilihan dan self determination.
b. Kesehatan
Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan didalam pikiran, jiwa dan raga antara diri
dengan orang lain dan antara diri dengan lingkungan.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi antara klien dan perawat.
Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah :

Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan orang dengan orang yang merupakan sarana untuk lebih

mendekatkan dan menyampaikan manfaat caring.

Sentuhan
Menggunakan sentuhan merupakan salah satu cara pendekatan yang menenangkan dimana

perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan.

Mendengarkan
Mendengarkan termasuk apa yang dikatakan pasien dengan memahami dan mengerti

maksud klien serta memberikan respon balik terhadap lawan bicara ( Kemper, 1992 )

Peran Pendidikan Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan


Secara garis besar factor factor yang mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok
maupun masyarakat dikelompokkan menjadi 4 ( Blum ; 1974 ) :

Lingkungan
Banyak fasilitas kesehatan yang dibangun oleh instansi, pemerintah, swasta maupun
LSM, namun karena perilaku masyarakat, sarana tersebut kurang dimanfaatkan dan dipelihara
dengan baik. Maka diperlukan pendidikan kesehatan untuk masyarakat.

Perilaku
Peran pendidikan kesehatan dalam perilaku. Pendidikan kesehatan berupaya agar
masyarakat dapat mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat dapat
berprilaku hidup sehat.

Pelayanan kesehatan
Lebih dari 7000 puskesmas tersebar di seluruh Indonesia. Tapi pemanfaatannya belum
optimal. Oleh karena itu, perlu pendidikan kesehatan agar masyarakat dapat memanfaatkan

sarana pelayanan kesehatan tersebut secara optimal

Hereditas
Orang tua berperan sangat penting dalam mewariskan status kesehatan bagi anak -anak
mereka.

Hubungan antara pendidikan pasien dengan discharge planning


Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun
dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team
atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok
lainnya (RCP,2001).
Discharge Planning adalah rencana pemulangan pasien yang prosesnya dimulai sejak awal
masuk rawat inap dirumah sakit sampai pasien hendak dipulangkan ( Potter & Perry, 2009 )
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge planner
perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan
untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama
pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara
individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan
mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan. Merupakan usaha keras perawat demi
kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai
anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan
tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh tujuan
utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

Tujuan Discharge Planning


Adalah meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan
memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan. Discharge Planning dapat mengurangi
hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan
pasien dan menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat dilakukan melalui Discharge
Planning ( Naylor, 1990 ). Dan menurut ( Mamon et al.,1992), pemberian discharge planning
dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup
optimum disebelum dipulangkan, beberapa penelitian bahkan menyatakan bahwa discharge

planning memberikan efek yang penting dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan
kekambuhan dan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester,
1996)
Seorang Discharge Planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan dan memonitor
dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan (Powell,1996). Discharge planning
ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses pengobatan pasien dan dalam
team discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses
keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning
( Naylor,1990 ) . Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi lebih dan
punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki
komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi dalam masyarakat. (Harper, 1998 ).

Keuntungan Discharge Planning


Bagi Pasien :

Dapat memenuhi kebutuhan pasien

Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian yang aktif
dan bukan objek yang tidak berdaya.

Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya

Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support sebelum


timbulnya masalah.

Dapat memilih prosedur perawatannya

Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat dihubunginya.

Bagi Perawat :

Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan

Menerima informasi kunci setiap waktu

Memahami perannya dalam system

Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru

Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang berbeda.

Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

Justifikasi Metode Discharge Planning


Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di Rumah Sakit , telah merancang berbagai
bentuk format Discharge Planning, namun discharge planning kebanyakan dipakai hanya dalam

bentuk pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi yang harus di sampaikan
pada pasien yang akan pulang seperti intervensi medis dan non medis yang sudah diberikan,
jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah. Cara ini merupakan pemberian
informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga hanya untuk sekedar tahu dan mengingatkan,
namun tidak ada yang bisa menjamin apakah pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa
yang dapat membuat penyakitnya kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi
kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakitnya, untuk itu pelaksanaan discharge planning di
rumah sakit apalagi dengan penyakit kronis seperti stroke, diabetes mellitus, penyakit jantung
dan lain-lain yang memiliki resiko tinggi untuk kambuh dan berulangnya kondisi kegawatan
sangat penting dimana akan memberikan proses deep-learning pada pasien hingga terjadinya
perubahan perilaku pasien dan keluarganya dalam memaknai kondisi kesehatannya.
Dalam hubungan antara pendidikan pasien dan discharge planning, perawat berperan
sebagai educator pasien. Sedangkan discharge planning merupakan alat yang bersifat
dokumentatif untuk pendidikan tersebut. Discharge planning sendiri memiliki arti sebagai
proses pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dan mampu mempertahankan kesehatan di
tempat asalnya. Perawat juga berperan sebagai promoter kesehatan dalam pendidikan kesehatan
di rumah. Jadi pada dasarnya hubungan ini adalah salah satu bentuk kepedulian perawat dalam
menyehatkan pasien.

Proses Pengintegrasian Pendidikan Kesehatan Ke Dalam Proses Keperawatan


Praktek keperawatan adalah pelaksanaan dalam suatu interaksi antara perawat dan klien,
perawat dan professional kesehatan yang lain serta perawat dan komunitasnya yang saling
berinteraksi. (Blais K, dkk ; 2007)
Praktek keperawatan professional adalah tindakan mandiri ahli madya keperawatan, nurse
specialist, nurse consultant melalui kerjasama kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. ( Kusmanto :
2003)
Pada proses pengintegrasian pendidikan kesehatan terdapat cara bagaimana pendidikan pasien
dapat mengubah pasien secara pandai dari satu keadaan ke keadaan lain. Dalam situasi klinikal,
perawat mempunyai waktu yang singkat untuk mengajarkan pasien, sehingga perawat harus pandai
menyusun prioritas materi, edukasi yang tepat untuk pasien.
Hubungan ini dapat dibagi dalam 3 keadaan.

Pada keadaan akut


Pada keadaan ini perawat berperan sebagai tangan pendek pasien yang memperbaiki
kemampuan mereka dalam menentukan tujuan yang realistis dan mengevaluasi kemampuan
mereka dalam kemampuan bertahan hidup. Perawta mengevaluasi kesiapan belajar pasien dan
kemampuan belajar dengan menggabungkan literature pendidikan pasien. (Doak, Doak dan
Root ; 1996)

Pada keadaan perawatan rumah (home care)


Perawat mendiskusikan lebih banyak mengenai perawatan dengan teknologi tinggi kepada
keluarga pasien dan sumber kooordinasi komunitas pada jalur pendidikan pasien.

Pada perawatan jangka panjang


Perawat mempercayakan kemampuan mengkajinya untuk mengatur prioritas untuk
membangun tujuan dari perawatan dengan cara menilai input pasien dan keluarganya. Mereka
menggunakan pendidikan pasien untuk melibatkan pasien dan keluarga dalam penyembuhan
pasien. Pada proses yang sama untuk pendidikan pasien tidak selalu digunakan perawat
dalam semua keadaan dan tipe pasien. Kita berharap pasien dan pengalaman perawat dapat
menemukan gambaran metode untuk menolong dengan mengaplikasikan prinsip pendidikan
pasien pada praktek sehari hari.

Model Proses Dalam Pendidikan Kesehatan Pasien.


Dalam pendidikan kesehatan, pasien berperan sebagai peserta didik sedangkan perawat
berperan sebagai pengajar. Pengajar harus memiliki kemampuan mengenai cara mengajar yang
baik yang menjadi pedoman untuk mengajar yang baik.
Pedoman ini dijelaskan melalui model proses pendidikan kesehatan pasien. Model
proses yang menjadi kerangka kerja pendidikan kesehatan ditawarkan menggunakan model
Tyler. Model ini terbangun dari 4 langkah dasar yang harus diikuti sebagai latar belakang
penyusunan model. 4 langkah dasar ini meliputi :

Apa tujuan pendidikan terhadap pasien

Bagaimana pengalaman belajar perawat dapat dipilih untuk mendukung tujuan tersebut

Bagaimana cara agar pengalaman belajar tersebut dapat diorganisasikan untuk instruksi
yang efektif

Bagaiman pengalaman belajar tersebut dapat dievaluasi.

Model-model Pendidikan kesehatan adalah :

Model Kepercayaan Kesehatan ( Health Belief Model)


adalah

paradigma

yang

digunakan

untuk

memprediksi

dan

menjekaskan perilaku hidup sehat.

Model Transteorikal ( Transtheoritical Model )


adalah penggunaan kekuasaan dimana seseorang berhubungan

dengan

orang lain untuk membuat perubahan perilaku.

Model Minimum Data Matrik Cloutterbuck ( CMDM Model )


adalah sistem yang berdasarkan pada data dasar yang

komprehensive klien

Model Pender ( Pender's Health Promotion Model ).


adalah penggunaan imaginasi sebagai kerangka kerja untuk mengekplorasi hubungan

perilaku hidup sehat dalam

keperawatan dan dalam kontek perilaku ilmiah.

Model PRECEDE dan PROCEED ( PROCEDE &

PROCEED MODEL )

PRECEDE ( Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes

In

Educational Diagnosis And Evaluation ).


PRECEDE memberikan serial langkah yang menolong perencana untuk mengenal
masalah mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Kemudian disempurnakan menjadi PROCEED
model yaitu: Policy, Regulatory, Organizational, Construct in Educational And
Environmental Development. Keduanya harus dilakukan secara bersama-sama
dalam proses perencanaan implentasi dan evaluasi.Precede digunakan pada fase
diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah, dan tujuan program, sedangkan
Proceede digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan serta
implementasi dan evaluasi.

SUB POKOK BAHASAN II


TEORI DAN KONSEP BELAJAR MENGAJAR

Teori dan Konsep Belajar

Definisi Belajar

Belajar adalah proses aktif dimana terjadi penggabungan informasi dari satu individu
dengan individu lainnya dan informasi tersebut dapat merubah sikap (Sue & Praticia, 2010).
Belajar adalah proses interaktif yang terdiri dari kesadaran aksi yang dapat membantu individuindividu mendapatkan ilmu baru, perubahan tingkah laku, mengadopsi sifat-sifat baru atau
menampilkan keterampilan baru (Bastable, 2003; Redman, 2001 dikutip dari Potter, 2004).
Definisi belajar berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh
kepandaian, berlatih,

berubah tingkah laku

dan

tanggapan

pengalaman. Maka dapat disimpulkan pengertian belajar

yang

disebabkan

oleh

adalah suatu usaha sadar yang

dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman
yang menyangkut aspek kognitif, efektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.

Teori Belajar
Menurut Kozier (2004) teori belajar meliputi sebagai berikut:

Behaviorism atau prilaku


Teori prilaku secara original dikembangkan oleh Edward Thomdike yang
berkontribusi besar untuk mengaplikasikan bahwa mengajar adalah proses belajar yang
harus didasari oleh tingkah laku belajar. Tokoh-tokoh yang mendukung teori ini adalah
Pavlov.B.F. Skinner dan A.Bandura. Teori Skinner dan Pavlov difokuskan pada kondisi
respon tingkah laku terhadap stimulus yang menyebabkan respon atau sikap. Sedangkan,
Bandura mengklaim bahwa kebanyakan belajar berasal dari mengobservasi dan mengikuti
arahan (instruksi) daripada perilaku trial and error.

Cognitivism atau Pikiran


Pikiran menggambarkan belajar sebagai aktivitas kognitif yang kompleks di dunia.
Belajar merupakan proses berfikir dari mental atau intelektual. Pelajar bertugas untuk
membentuk dan memproses informasi.

Kognitif

juga menekankan pada pentingnya

konteks sosial, emosional dan fisik. Pada saat proses pembelajaran akan terjadi hubungan
antara guru, pelajar dan lingkungan. Tiga orang yang terlibat pada teori ini adalah J.Piaget,
K. Lewin dan B. Bloom.
Menurut Piaget ada lima tahap besar dalam membangun kognitif yaitu tahap sensori
motorik, tahap prekonseptual, tahap intuitif, tahap operasi konkrit dan tahap operasional
formal. Menurut Lewin, belajar melibatkan empat tipe perubahan sebagai berikut;

perubahan dalam struktur kognitif, perubahan motivasi, perubahan dalam perasaan yang
berbeda dari kelompok dan melawan kontrol otot sadar. Sedangkan menurut Bloom
mengidentifikasikkan tiga domain atau area dari belajar yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor.
Sedangkan menurut Gestalt dikutip dari Susan (2002), mengatakan bahwa tahapan
kognitif ini lebih menitikberatkan persepsi peserta didik, dimana prinsip persepsi terbagi
dua yaitu penyusunan persepsi yang didasarkan pada kesederhanaan, keseimbangan dan
keteraturan serta prinsip kedua yaitu persepsi bersifat selektif, memiliki beberapa
percabangan.

Humanism atau Kemanusiaan


Teori ini berfokus pada kualitas kognitif dan afektif dari pelajar. Tokoh yang
menunjang teori ini Abraham Maslow dan Roger. Dalam teori ini, belajar adalah
kepercayaan untuk memotivasi diri, inisiasi diri dan evaluasi diri. Setiap individu dipandang
sebagai komposisi unik yang terdiri dari bio-psiko-sosio dan cultural serta spiritual.

Prinsip Belajar

Adapun prinsip belajar menurut Potter & Perry (2009) adalah :

Motivasi belajar

Perhatian
Perhatian adalah keadaan mental yang memungkinkan pelajar berfokus dan memahami
kegiatan belajar.

Motivasi
Motivasi adalah suatu kekuatan yang beraksi pada atau didalam diri seseorang (ide,
emosi, atau kebutuhan fisik) yang menyebabkan ia berperilaku tertentu ( Redman, 2007
dikutip dari Potter & Perry, 2009).

Penggunaan teori untuk meningkatkan motivasi dan pembelajaran


Edukasi kesehatan biasanya disertai perubahan sikap dan nilai yang tidak akan mudah
diubah melalui pengajaran. Oleh karena itu, saat menyusun renacana edukasi klien,
gunakan berbagai intervensi berdasarkan teori.

Adaptasi psikososial terhadap penyakit


Kesiapan belajar biasanya berhubungan dengan tahap berduka. Klien tidak akan dapat
belajar jika mereka tidak bersedia atau tidak mampu menerima kenyataan tentang
penyakit yang dideritanya.

Partisipasi aktif
Pembelajaran terjadi jika klien terlibat secara aktif didalam sesi edukasi (Edelman dan
Mandle, 2006 dikutip dari Potter & Perry, 2009).

Kemampuan belajar.

Kemampuan perkembangan
Perkembangan kognitif akan mempengaruhi kemampuan belajar klien.

Pembelajaran pada anak


Kemampuan belajar dan perilaku yang dapat dipelajari anak tergantung pada
kematangan dirinya.

Pembelajaran dewasa
Mengajar orang dewasa berbeda dengan mengajar anak, individu dewasa mampu
meninjau situasi secara kritis terkadang butuh bantuan untuk melihat masalah dan
mengubah perspektifnya (Redman, 2007 dikutip dari Potter & Perry, 2009).

Kemampuan fisik
Kemampuan belajar tergantung pada perkembangan dan fisik klien.

Lingkungan Belajar
Faktor lingkungan pengajaran akan mempengaruhi pengalaman pembelajaran.
Lingkungan yang ideal akan membantu klien menempatkan fokus pada tugas pembelajaran.

Proses Belajar

Menurut Ad.Rooijakkers (1990) proses belajar adalah tahap-tahap yang harus ditempuh oleh

peserta didik untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui. Tahap tahapan pada
proses belajar dapat diuraikan dalam bentuk skema berikut

Skema. Proses Belajar. Sumber: Ad.Rooijakkers, 1990.

Proses belajar terbagi menjadi dua, yaitu proses intern (proses yang terjadi di dalam diri peserta
didik) dan ekstern (contohnya pengajar). Adapun proses intern meliputi :

Motivasi; dorongan untuk menggapai sesuatu. Motivasi perlu diperhatikan untuk


meningkatkan proses belajar. Ada tiga macam motivasi yaitu motivasi jangka panjang,
motivasi jangka pendek dan kadar surut ingatan (regresi).

Perhatian dan pelajaran atau kuliah. Tidak bisa dielakkan jika perhatian amat diperlukan
dalam proses belajar dan hal ini sangat erat kaitanya dengan pengajar. Karena tidak hanya
motivasi yang bisa membantu munculnya perhatian seorang peserta didik terhadap materi
pembelajaran, akan tetapi tekhnik dan metode yang dipakai pengajar pun ikut berpengaruh
(proses ekstern).

Menerima dan mengingat. Dalam proses belajar peserta didik menerima dan mengingat apa
yang dipelajari. Jika dikaitkan dengan pengajar maka dalam proses belajar ini hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah kejelasan struktur, arti, pengulangan dan interferensi.

Reproduksi
Materi tidak hanya diterima dan diingat tetapi membekas pada pikiran peserta didik.

Generalisasi

Peserta didik mampu menerapkan apa yang sudah dipelajari dalam lingkup yang lebih luas.

Melaksanakan latihan dan umpan baliknya

Hal-hal yang mempengaruhi Proses Belajar

Menurut Nursalam (2001) faktor-faktor yang memperngaruhi proses belajar adalah :

Materi atau hal yang dipelajari ikut menentukan proses dan hasil belajar. Misalnya, belajar
pengetahuan dan sikap atau keterampilan akan menentukan perbedaan proses belajar.

Lingkungan dikelompokkan menjadi dua, yaitu lingkungan fisik yang antara lain terdiri dari
suhu, kelembababan udara dan kondisi tempat belajar. Sedangkan faktor lingkungan kedua
adalah lingkungan sosial yaitu; manusia dengan segala interaksinya dan representasinya
seperti keramaian, kegaduhan, lalu lintas, pasar dan sebagainya.

Instrument, yang terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar, alatalat peraga, sedangkan perangkat lunak (software) seperti kurikulum (dalam pendidikan
normal), pengajar atau fasilitator belajar serta metode belajar.

Kondisi individu, sebagai obyek belajar dibedakan dalam kondisi fisiologis seperti
kekurangan gizi dan kekurangan panca indra (terutama pendengaran dan penglihatan),
sedangkan kondisi psikologis misalnya; intelegensi, pengamatan, daya tangkap, ingatan,
motivasi dan sebagainya.

Hambatan Belajar
Di dalam belajar ada faktor penyebab hambatan belajar yang merupakan komponen

penghalang atau mengurangi kelancaran berlangsungnya proses belajar. Faktor-faktor penyebab


hambatan belajar tersebut meliputi (Potter & Perry, 2005) :

Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri, antara lain: kesehatan, motivasi, minat,
dan metode belajar).

Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri atau lingkungan, antara lain: orangtua,
suasana rumah/keluarga, keadaan ekonomi, guru, sarana dan prasarana, media massa dan
lingkungan sosial).

Teori dan Konsep Mengajar

Definisi Mengajar
Mengajar adalah proses aktif dimana terjadi pertukaran informasi dari individu satu
dengan individu lainnya sehingga informasi tersebut dapat merubah sikap (Sue & Praticia,
2010). Mengajar adalah sebuah aktivitas yang bersistem dan bertujuan untuk proses belajar
(Barbara et.all, 2004).
Mengajar adalah aktivitas yang memberikan pada pengajar kesempatan untuk menolong
pelajar dalam belajar (Barbara, 1993). Kesimpulan dari definisi diatas bahwa mengajar adalah
suatu aktivitas dimana terjadi pertukaran informasi dari satu individu ke individu lainnya serta
merubah sikap dari informasi yang didapat.

Teori Mengajar
Teori mengajar sebagai suatu disiplin ilmu, mengajar akan mencakup; apa tujuan yang
akan dicapai dalam kegiatan mengajar tersebut, bahan mengajar apa yang sepatutnya disiapkan,
bagaimana proses

mengajar

dilakukan, dengan

metode

atau pendekatan apa kegiatan

mengajar dilakukan, indikator apa untuk mengetahui kegiatan mengajar itu tercapai atau
tidak.
Beberapa teori telah memberikan pengaruhnya terhadap pergeseran

teori

mengajar

menjadi teori pembelajaran (Prayitno, 2009) :

Teori mengajar konsep


Teori mengajar konsep adalah teori yang memberikan pemahaman kepada peserta didiknya
tentang pesan-pesan pelajaran yang bersifat konsep.

Teori mengajar membedakan


Membedakan berarti upaya untuk melihat sisi mana suatu konsep memiliki perbedaan.

Teori mengajar induktif


Teori mengajar ini mendefinisikan bahwa mengajar adalah upaya membantu siswa untuk
bisa balajar menggunakan kemampuan analisis secara logis berdasarkan kondisi psikologis
yang mendukung.

Teori mengajar mencari dan menemukan


Sebagaimana dinyatakan oleh Richard Schuman (1962) dikutip dari Prayitno (2009), bahwa
teori mengajar ini

dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa siswa memiliki

kemampuan untuk percaya pada diri sendiri dengan cara berpikir dan belajar sendiri.

Teori mengajar advance organiser


Teori ini menjelaskan bagaimana guru mampu memberikan pengkondisian kepada siswa

dalam hal mengatur strategi berpikir, menggunakan pengetahuan dan keterampilan serta
mengambil keputusan.

Teori mengajar model memori


Teori mengajar ini dijelaskan oleh Jerry Lucas (1974), yang memiliki keyakinan bahwa
mengajar dengan menggunakan pemberdayaan memori peserta didik.

Teori mengajar Kognitif


Disampaikan oleh Jean Peaget (1920), berawal dari pengkondisian peserta didik dalam
belajar pada tingkat dasar.

Teori mengajar non directive


Carl Rogers (1970), bahwa mengajar yang dilakukan oleh seorang guru tidak selamanya
dilakukan dalam bentuk aktivitas nyata.

Teori mengajar synectics


Teori mengajar ini lebih menekankan kepada upaya guru dalam mengembangkan kreativitas
siswa, disampaikan oleh Willliam J.J. Gordon (1061).

Teori mengajar group investigation


Teori mengajar ini disampaikan oleh Herbert Tellenss (1960) yang menekankan pada
pengkondisian belajar secara demokrasi, dimana pemahaman belajar ini bisa diperoleh
melalui kondisi kelompok atau individual.

Konsep Mengajar
Adapun konsep mengajar menurut Biggs ( 1991) yang dikutip dari Bowden et.all (1998)
adalah sebagai berikut :

Metode kwantitatif
Guru menyampaikan, berhasil tidaknya terserah siswa.

Institutional
Mengajar secara efisien, guru siap mengadaptasikan siswa dengan berbagai bakat,
kemampuan dan pengetahuannya.

Kwalitatif

Mengajar diartikan fasilitation of learning, yaitu membantu siswa untuk memahami.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum Mengajar


Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mengajar (Potter & Perry, 2005) :

Penetapan prioritas
Prioritas untuk pengajaran dalam pelayanan keperawatan didasarkan pada diagnosa
keperawatan dan tujuan pengajaran yang ditetapkan untuk klien yang tujuan akhirnya untuk
menghemat waktu dan energi klien dan perawat

Waktu
Perawat harus merencanakan aktivitas pengajaran pada saat klien menjadi sangat perhatian,
tanggap dan responsif. Akan tetapi waktu pengajaran tidak boleh terlalu sebentar atau
dangkal, klien membutuhkan waktu untuk menerima informasi dan memberikan respon.

Menyusun materi pengajaran


Rancangan materi disusun dari ide-ide yang sederhana ke yang lebih kompleks karena klien
harus belajar fakta dan konsep yang sederhana sebelum mempelajari
interpretasi kompleks dari

atau melakukan

ide-ide tersebut.

Mempertahankan perhatian dan partisipasi pengajaran


Partisipasi aktif adalah kunci belajar, klien akan belajar lebih baik jika lebih dari satu indera
yang distimulasi maka penggunaan audiovisual dan permainan peran adalah strategi
pengajaran yang baik. Dengan demikian akan memudahkan pengetahuan yang didapat
tersimpan dalam memori.

Membangun berdasarkan pengetahuan yang ada


Mengkaji tingkat kemampuan klien adalah hal yang utama dalam pengajaran, dengan
demikian perawat dapat mengetahui dasar kemampuan pengetahuan kognitif yang telah
dimiliki klien dan memberikan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan klien.

Metode Mengajar
Menurut Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa Metode Pengajaran terdiri dari :

Kognitif

Diskusi perseorangan atau kelompok

Dapat melibatkan perawat dan klien atau dengan beberapa klien

Tingkatkan partisipasi aktif dan fokuskan pada topik yang menjadi minat klien

Izinkan dukungan dari kelompok

Tingkatkan penerapan dan analisis informasi baru

Pengajaran

Merupakan metode instruksi yang lebih formal karena dikendalikan oleh pengajar

Membantu peserta didik mendapatkan pengetahuan baru dan memahaminya

Sesi Tanya jawab

Diatur secara khusus untuk mengetahui apa yang menjadi perhatian klien

Mendampingi klien dalam menerima pengetahuan

Bermain peran, penemuan

Membuat klien secara aktif mengaplikasikan pengetahuannya dalam situasi yang telah

disiapkan

Meningkatkan sintesis informasi dan pemecahan

Proyek mandiri (instruksi dengan bantuan computer) dan pengalaman lapangan

Membuat klien menerima tanggung jawab untuk menyelesaikan aktivitas belajarnya sesuai

kemampuan

Meningkatkan analisis, sintesis dan evaluasi informasi dan kemampuan baru.

Afektif

Bermain peran

Memperkenankan adanya ekspresi nilai, perasaan dan sikap

Diskusi(kelompok)

Memperkenankan klien memperoleh dukungan dari orang lain dalam kelompok

Mengizinkan klien belajar dari hal lain

Meningkatkan respon, nilai dan pengaturan

Diskusi (perseorangan)
Memperkenankan diskusi mengenai topik yang pribadi atau sensitif

Psikomotor

Demonstrasi

Memberikan presentasi prosedur atau kemampuan oleh perawat

Mengizinkan klien menggabungkan model tingkah laku perawat

Memperkenankan perawat mengontrol pertanyaan selama periode demonstrasi

Latihan

Memberi klien kesempatan untuk menunjukan kemampuan dengan menggunakan

perlengkapan

Melakukan pengulangan

Permainan, proyek mandiri

Membutuhkan metode pengajaran yang meningkatkan adaptasi dan keaslian pengajaran

psikomotor

Mengizinkan peserta didik menggunakan kemampuan baru.

Macam-macam Alat Bantu Mengajar


Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007) macam-macam alat bantu mengajar adalah :

Alat bantu lihat (visual aids), seperti: slide, film, gambar peta, bagan, boneka dll.

Alat bantu dengar ( audio aids), seperti: radio, piring hitam, dll.

Alat bantu lihat-dengar, seperti: televisi.

Adapun manfaat alat bantu mengajar adalah :

Menimbulkan minat sasaran pendidikan

Mencapai sasaran yang lebih banyak

Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman

Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang
lain.

Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pengajar

Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan

Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, mendalami, dan mengerti

Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

C. Taxonomi Domain Belajar


Menurut Bloom dikutip dari Prayitno (2009), domain belajar terdiri dari domain belajar afektif,
kognitif, dan psikomotor.
Adapun uraian taxonomi domain belajar menurut Bloom (1956) adalah sebagai berikut :

Domain Belajar Kognitif, belajar kognitif terdiri atas semua kebiasaan Intelektualnya dan pola
berfikir

(bastable, 2003 dikutip dari Prayitno, 2009). Dalam hirarkhi kebiasaan kognitif,

kebiasaan yang paling simpel adalah

memperoleh

pengetahuan, sedangkan yang paling

komplek adalah evaluasi.

NO
.
1

KATEGORI

CONTOH & KATA KUNCI

Pengetahuan( knowledge) :

Contoh : pengetahuan pasien

memperoleh informasi terbaru,

tentang resep dokter dan mampu

dan

lebih

mudah

untuk menjelaskan

memanggil mereka kembali

tujuan

dan

kemungkinan efek samping.


Kata Kunci: menggambarkan,
mengidentifikasi,

mengetahui,

mengelompokkan,mendefinisika
n menyatakan dll.

Pemahaman

Contoh

pasien

( comprehension):

menjelaskan bagaiman sebuah

kemampuan untuk mengerti

pengobatan

tentang materi yang diberikan

meningkatkan kondisi fisiknya


Kata Kunci: membandingkan,

baru

mengeneralkan,
3

Penerapan ( application)

mampu
dapat

menjelaskan,

menyampaikan dll
Contoh :pasien mengembangkan
jadwal pengobatan sesuai dengan
normal

waktu

makan

untuk

meyakinkan secara optimal efek


samping dari pengobatan.
Kata Kunci: mendemonstrasikan,
memanipulasi,
4

memodifikasi,

memprediksi dll.
Analisa melibatkan pembagian Contoh : pasien dapat memerinci
informasi

sampai

dengan dengan jelas mana yang efek

organiasi paling kecil. Itu sampingnya lebih banyak, seperti


memungkinkan
untuk

seseorang menjadi percobaan dari obat dan

mendiskriminasikan membandingkan mereka dengan

informasi

penting

dari efek percobaan dengan orang

informasi yg tidak penting

yang lain.
Kata Kunci:

mengilustrasikan,

menghubung-hubungkan,
5

membedakan dll.
Synthesis: kemampuan untuk Contoh: pengalaman
menerapkan pengetahuan dan tentang
keterampilan

efek

menjadi pengobatan

pasien

samping
dan

dari

mampu

prosedur yang baru secara melakukan langkah pencegahan


Kata Kunci: mengkategorikan,
keseluruhan.
mengkombinasikan,
6

Evaluasi:

penilaian

merangkum dll.
dari Contoh
:
pasien

membuat,
mampu

informasi nilai tubuh yang mengenali


diberikan untuk tujuan.

lebih

banyak

informasi pengobatan (misalnya


tentang

insulin),

merencanakan

untuk
program

pengobatan yang aman.


Kata
Kunci:
mengkritik,
mendukung,

mengevaluasi,

menjustifikasi dll.

Domain Belajar Psikomotor


Domain psikomotor merupakan merupakan domain yang berkaitan dengan keterampilan(skill)
dan aktifitas fisik. Pengembangan keterampilan domain psikomotor ini memerlukan latihan dan
dapat diukur dalam jangka kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur atau tehnik pelaksanaan (Rankin &
Stallings, 2001 dikutip dari Potter & Perry, 2005) :

Persepsi : kemampuan untuk isyarat sensorik untuk memandu aktifitas motorik, berkisar

dari rangsangan indra melalui seleksi isyarat; mendeteksi isyarat komunikasi nonverbal.

Set: Kesiapan untuk mengambil tindakan tertentu. Ada tiga set yaitu mental, fisik dan

emosi; mengetahui & bertindak atas urutan langkah dalam proses manufaktur.

Guided Response: Kinerja dari suatu tindakan di bimbingan seorang instuktur(meniru

tindakan yang sudah diajarkan)

Mekanisme: tingkat yang lebih tinggi dimana seseorang memperoleh kepercayaan diri dan

keterampilan dalam melakukan suatu tindakan yang lebih komplek atau melibatkan langkahlangkah lebih dari beberapa respon yang dipandu.
Contoh: klien mampu mengisi jarum suntik insulin untuk dosis insulin yang berbeda dosis.

Respon koplek yang jelas; keterampilan motorik yang melibatkan pola gerakan yang

kompleks. Orang melakukan keterampilan dengan lancar dan akurat tanpa ragu-ragu.
Cotoh: klien dengan cidera tulang belakang mampu melakukan self catheterisasi & tidak
memperoleh infeksi saluran kemih.

Adaptasi: adaptasi terjadi ketika seseorang mampu mengubah respon motorik ketika

masalah yang tidak terduga muncul.


Contoh: seorang ibu yang baru melahirkan dan hendak belanja kembali harus belajar bagaimana
memompa asi dan menyimpannya.

Originasi: tindakan motorik yang menciptakan pola gerakan baru. Seseorang bertindak atas

dasar keterampilan psikomotorik & kemampuan yang ada.


Contoh: klien yang memiliki sisi kiri kelumpuhan akibat kecelakaan serebrovaskular harus
belajar untuk makan, berpakaian dan berjalan di unit rehabilitasi.

Domain Belajar Afektif


Adalah domain belajar yang meliputi sikap dan kesadaran dalam diri dalam bertingkah laku
menjadi sebuah attitude.
NO.
1

KATEGORI
CONTOH &KATA KUNCI
Penerimaan
Fenomena; Contoh : mendengar dengan
kesadaran,

keinginan

untuk seksama untuk mengingat nama

mendengar dan memperhatikan.

seseorang yang baru dikenal.


Kata Kunci: bertanya, memilih,
menempatkan, memberi nama
dll.

Respon terhadap fenomena

Contoh : berpartisipasi dalam


diskusi kelompok di kelas
Kata
Kunci:
menjawab,
mengkaji, berdiskusi dll

Penilaian/Pandangan

Contoh

menunjukkan

kemampuan

dalam

menyelesaikan masalah
KataKunci:
mendemonstrasikan,
menyempurnakan, melaporkan
4

Organisasi

dll.
Contoh

mengorganisasikan

kebutuhan berdasarkan hak dan


kewajiban, memegang tanggung
jawab dll.
Kata Kunci: memformullasikan,
menyiapkan,

menghubungkan,

Internalisasi nilai

mensintesis dll.
Contoh: menunjukkan

rasa

sikap percaya diri pada saat


bekerja secara mandiri.
Kata
Kunci:
bekerja,
mendengar,

mempengaruhi,

mengkualifikasikan dll.

Anda mungkin juga menyukai