Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

AUTISME DAN SINDROMA DOWN PADA ANAK


Disusun Untuk Memnuhi Tugas Dari Mata Ajar
Keperawatan Anak I (KJR 212)

Disusun Oleh :
ANANG SATRIANTO
IIA/0201100002

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
PRODI KEPERAWATAN
MALANG

2004

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK SINDROM DOWN
A. DEFINISI
Down Sindrom adalah cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya kelebihan
kromosom X, sindrom ini juga disebut Trisomy Z1, karena 3 dari 21
kromosom menggantikan yang normal. 95 % kasus Down Sindrom
disebabkan oleh kelebihan kromosom.
B. PENYEBAB
Penyebabnya adalah ekstra kromosom ke 21. 95 % Sindrom Down disebabkan
oleh kelebihan kromosom 21 karena adanya non dysjunction kromosom
yang terlibat, dimana secara proses pembahagiaan sel secara mitosis
pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan sempurna.
5 % lagi Sindrom Down disebabkan mekanisme Translocation. Keadaan ini
biasanya berlaku oleh pemindahan bahan genetik dan kromosom 14 kepada
krmosom 21. Sebagian kecil Sindrom Down disebabkan oleh mekanisme yang
dinamakan mosaic.
C. GEJALA
Anak-anak yang menderita Sindroma Down memiliki penampilan yang khas :
- Pada saat lahir, ototnya kendur.
- Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil.
- Bagian kepalanya mendatar.
- Lesi pada iris mata yang disebut bintik brushfield.
- Kepalanya lebih kecil daripada normal (mikrosefalus) dan bentuknya
abnormal.
- Hidungnya datar, lidahnya menonjol dan matanya sipit ke atas.
- Pada sudut mata sebelah dalam terdapat lipatan kulit yang berbentuk bundar
(lipatan epikantus).
- Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan
seringkali hanya memiliki 1 garis tangan pada telapak tangannya.

- Jari kelingking hanya terdiri dari 2 buku dan melengkung ke dalam.


- Telinganya kecil dan terletak lebih rendah.
- Diantara jari kaki pertama dan kedua terdapat celah yang cukup lebar.
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (hampir semua penderita
sindroma down tidak pernah mencapai tinggi badan rata-rata orang dewasa).
- Keterbelakangan mental diperburuk dengan pertambahan usia.
- Ketrampilan sosial melebihi kemampuan yang diharapkan tergantung
intelektual.
Pada bayi yang menderita sindroma down sering ditemukan kelainan jantung
bawaan. Kematian dini sering kali terjadi akibat kelainan jantung.
Kelainan saluran pencernaan, seperti atresia esofagus (penyumbatan
kerognkongan) dan atresia duodenum (penyumbatan usus 12 jari), juga sering
ditemukan.
D. PATOFISIOLOGI
Meskipun kasus Down Sindrom yang pasti belum diketahui. Fakta
menunjukkan bahwa kelebihan kromosom menyebabkan perubahan dalam
proses normal yang mengatur embriogneesis. Riset membuktikan bahwa
kromosom 21 berperan dalam membentuk raut wajah. Dan ini berhubungan
dengan bebebrapa RM dan beberapa kelainan multi sistem seperti kerusakan
hati bawaan, kerusakan penglihatan dan pendengaran, nasopharingeal dan
ketidak normalan G1 seperti atrioventriculer canal, impertorate arus dan
tracheoesophageal fistula. (lihat Esophageal Antresia dan Tracheoesophageal
fistula). Akhirnya, kelebihan kromosom juga mengubah neurotransmiter
dalam sistem colinergik, mengakibatkan penuaan didni dan penyakit
alzheimer disease.
Meskipun penyebab yang spesifik belum diketahui, kehamilan yang terlambat
(35 tahun keatas) juga merupakan faktor predisposisi. Usia ayah juga
memberikan andil, tetapi tidak sekuat faktor usia kehamilan.

E. INSIDEN
Lebih dari 300,00 orang di Amerika menderita Down Sindrom, dan 10.000
kasus baru bertambah tiap tahunnya. Hal ni terjadi, dari 500 kelahiran, dan
lebih banyak anak laki-laki daripada anak perempuan, perbandingannya 1,3 :
1. Kasus kelahiran bayi degnan Down Sindrom telah menurun akhir-akhir ini.
Karena bertambahnya diagnosa prenatal, dengan adanya diagnosa prenatal 40
% janin dengan Down Sindrom dihentikan secara sukarela.
F. KOMPLIKASI

RM, mulai dari yang ringan sampai yang parah.

Kerusakan hati bawaan.

Kelemahan neurosensori.

Infeksi saluran pernafasan yang berulang.

Kelainan Gastrointectinal.

G. PENCEGAHAN
Pada keluarga yang memiliki sindroma down dianjurkan untuk menjalani
konsultasi genetik. Sindroma Down bisa diketahui pada kehamilan awal
dengan melakukan pemeriksaan kromosom terhadap cairan ketuban atau villi
korion.
Resiko terjadinya sindroma ditemukan pada :
-

Keluarga yang pernah memiliki anak yang menderita sindroma down.

Ibu hamil yang berusia diatas 40 tahun.

H. DIAGNOSA
Diagnosis Sindrom Down dapat ditegakkan ketika bayi masih berada dalam
kandungan dan tes penyaringan biasanya dilakukan pada wanita hamil yang
berusia diatas 35 tahun. Kadar alfa-fetoprotein yang rendah di dalam darah ibu
menunjukkna resiko tinggi terjadinya sindroma down pada janin yang
dikandungnya.Dengan pemeriksaan USG bisa diketahui adanya kelainan fisik
pada janin.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dengan


bantuan stetoskop akan terdengar murmur (bunyi jantung tambahan).
Pemeriksaan yang biasa dilakukan :
-

Analisa kromosom (pada 94 % kasus menunjukkan adanya 3 tiruan dari


kromosom ke 21).

Rontgen dada (untuk menunjukkan adanya jantung).

Ekokardiogram

EKG

Rontgen saluran pencernaan.

I. PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk Sindroma Down, pendidikan dan
pelatihan khusus bisa dilakukan di sekolah luar biasa.
Kelainan jantung tertentu mungkin harus diperbaiki melalui pembedahan.
Gangguan pendengaran dan penglihatan diatasi sebagaimana mestinya. Sejak
masa neonatal, perawatan difokuskan pada pengaturan suhu, pemberian
makanan, pendeteksian dan memonitor jantung. G1 dan kelainan wajah yang
dapat dikoreksi melalui pembedahan dikemudian hari pada saat bayi atau
anak-anak. Bedah plastik untuk mengoreksi raut wajah untuk mengoreksi
penelitian dan tidak dijadikan priorotas utama pada saat ini.
J. PROGNOSIS
Anak-anak dengan Sindroma Down memiliki resiko tinggi untuk menderita
kelainan jantung dan leukimia. Jika terdapat kediua penyakit tersebut maka
angka harapan hidupnya berkurang jika kedua penyakit tersebut tidak
ditemukan, maka anak bisa bertahan sampai dewasa.
Beberapa penderita Sindroma Down mengalami hal-hal sebagai berikut :
-

Gangguan tiroid.

Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa.

Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea.

Pada usia 30 tahun menderita demensia (berupa hilang ingatan, penurunan


kecerdasan dan perubahan kepribadian).

Bisa terjadi kematian dini, meskipun banyak juga penderita yang berumur
panjang.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Selama masa neonatal yang perlu dikaji :

Stailisasi suhu

Kesulitan pemberian makan.

Penyesuaian orang tua terhadap diagnosis

Adanya kelainan yang berhubungan dengan sistem jantung,


pernafasan dan sistem G1

Kemampuan orang tua untuk merawat bayi baru lahir.

b. Pengkajian kemampuan kognitif dan perkembangan mental


menggunakan standart usia.
c. Tes pendengaran dan penglihatan.
d. Pengkajian terhadap anak untuk berkomunikasi.
e. Pengkajian terhadap kemampuan motorik.
f. Penyesuaian keluarga terhadap diagnosis dan kemajuan perkembangan
mental anak.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Umum
1. Perubahan termoregulasi berhubungan dengan hipotinic otot dan
postur yang melebar.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan, berhubungan dengan
palatum yang tinggi
3. Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan besarnya tekanan
emosional dan finansial untuk merawa tanak tidak normal secara
kognitif. Kondisi kronis dan kesedihan karena kehilangan anak
yang sempurna.
4. Detroit pengetahuan (orang tua) berhubungan dengan perawatan
neunatus atau infant di rumah.

Spesifik Untuk RM.

1. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan ketidakmampuan


mengantisipasi bahya
2. Perubahan tumbang berhubungan dengan kemampuan menelan
yang lemah dan fungsi kognitif yang tidak normal.
3. Perubahan poerawatan berhubungan dengan memiliki anak dengan
RM.
4. Interaksi sosial yang lemah berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial.
3. INTERVENSI
a. Sediakan pengaturan suhu yang memadai
Monitor suhu tubuh tiap jam pada 6 jam pertama ssetelah
kelahiran dan sesudahnya 4 jam sekali
Tempatkan bayi yang baru lahir dalam pemanas sampai suhu
tubuh mencapai 36,C.
Bungkus bayi dengan selimut yang hangat dan menmpatkan
dalam posisi menyamping.
Monitor pertambahan angka respirasi, , Indikator trauma
dingin lainnya.
b. Sediakan nutrisi yang menandai.
Nilai kmampuan anak untuk menelan.
Ubah kelembutan puting susu, yang diperlukan untuk menelan.
Dudukan bayi dengna tegak di pangkuan saat memberi makan.
Monitor adanya kemungkinan tercekik pada saat pemberian
makan dan sendawa yang sering (kemungkinan meneguk lebih
banyak udara dibanding bayi normal).
Tidurkan miring dengan HOB yang ditinggikan setelah makan.
Instruksikan kepada orang tua teknik memberi makan yang baik,
mendukung mereka saat memberi makan, dan mengevaluasi
kemampuan orang tua dalam memberi makan kepada bayi.
c. Kuatkan ikatan orang tua-anak.

Dorong ikatan orang tua untuk mengungkapkan perasaan rasa


takut, perhatian dan rasa bersalah.
Nilai pengertian orang tua terhadap kondisi anak.
Jadilah pendengar yang aktif, mendorong orang tua untuk
bertanya lalu menjawab sesuai dengan kemampuan pemahaman
orang tua.
Dorong partisipasi aktif orang tua dalam perawatan anak dan
membnerikan dukungan dan bantuan positif.
Berikan/buat penerimaan masyarakat secara layak.
d. Tingkatan pengertian orang tua terhadap kebutuhan anak.
4. EVALUASI
a. Apakah anak akan menjaga suhu tubuh WNL dan tidak akan
mengalami pernafasan yang membahayakan yang berhubungan
dengan hipothemia.
b. Apakah anak akan mngkonsumsi nutrisi yang memadai yang
ditunjukkan oleh berat WNL dan hidrasi yang memadai (6
popok/hari, tugas baik, kelembaban membran mukosa, pemberian
kapiler (2 detik).
c. Apakah keluarga turut berperan dalam perawatan anak, sikap yang
santai dan kemampuan untuk mendiskusikan rencana realistik
untuk masa depan anak.
d. Apakah keluarga mengerti kebutuhan-kebutuhan bayi dengan
Down Syndrom dan mendemonstrasikan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK AUTISME

A. DEFINISI

Autisme yaitu suatu ketidakmampuan anak untuk mengerti perilaku, apa


yang mereka lihat, dengar yang mengakibatkan masalah yang cukup berat
dalam hubungan sosialnya.

Autisme adalah istilah untuk sekumpulan gejala atau masalah ganguan


perkembangan pervasif pada 3 tahun pertama kehidupan karena adanya
abnormalitas pada pusat otak, sehingga terjadi gangguan dalam interaksi
sosial, gangguan komunikasi dan gangguan dalam interaksi sosial,
gangguan komunikasi dan gangguan perilaku.

Autisme adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan pervasif


dengan ditandai dengan gnagguan kualitatif dalam interaksi sosial,
komunikasi dan adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang
dalam perilaku minat dan kegiatan yang terjadi pada anak sebelum
berumur tiga tahun.

Autisme

bukanlah

penyakit

menular,

namun

suatu

gangguan

perkembangan yang luas yang ada pada anak. Mereka hidup dalam
dunianya sendiri.
Seorang ahli mengatakan autisme adalah dasar dari manusia yang
berkepribadian ganda (Sizhophren). Autis pada anak-anak berbeda-beda
tarafnya dari yang ringan sampai yang berat. Autis dapat terjadi pada siapa
saja dengan perbandingan 4 : 1 pada anak laki-laki. Dan pada anak autis
bisa dari yang rendah sampai tinggi.
B. JENIS KELAINAN AUTISME
1. Childhood Autisme.
Kelainan pertumbuhan anak sejak lahir sampai 3 tahun.
2. Atypical Autisme.
Kelainan pertumbuhan anak sesudah usia 3 tahun.

3. Retts Syndrome, umumnya pada anak perempuan.


4. Childhood Dis Integratifve Disorders.
5. Overactive disorder Associated with Mental Retardation and Stereotyped
movement, overaktif pada anak RM dan sulit mengendalikan gerakan.
6. Aspergers Syndrome, kelainan perilaku.
7. Other pervasive development disorder.
C. FAKTOR PREDISPOSISI.
Faktor yang mempengaruhi kelainan ini tidak tinggal antara lain :

Genetik.

Infeksi dalam kandungan : rubella, ensefalitis, sito megalo virus.

Bahan Kimia Pewarna makanan, pengawet makanan dan food additive


lainnya.

D. FAKTOR PERCIPITASI
Orang tua yang mengalami autisme biasanya mempunyai intelegensi yang
cukup tinggi, kepribadiannya bercorak obsesif, tidak memiliki kehangatan.
Interaksi orang tua dengan anak yang menyimpang serta adanya stress yang
berat pada awal kehidupannya sehingga anak kurang mendapatkan stimulasi
dalam proses tumbuh kembang.
E. ETIOLOGI
Hingga kini intensitas usaha mengenai penyebab kelainan pertumbuhan anak
terus ditingkatkan. Secara umum ada beberapa penyebab yaitu ;
1. Faktor kelainan perkembangan otak atau karena kelainan perkembangan
syaraf.
2. Virus, jamur, Rubella, herpes toksoplasma dan akibat vaksin yang
mengandung air raksa (merkuri) seperti vaksin MMR dan Thimerosal.
3. Sistem pencernaan yang kurang baik sehingga rentan terhadap makanan.
4. Karena kelainan kromosom dan faktor keturunan atau genetika.
5. Keracunan logam berat.
6. Gangguan autoimun.

F. GEJALA-GEJALA PADA ANAK AUTISME.


1. Gejala tampak sebelum umur 3 tahun, antara lain tidak adanya kontak
mata, tidak responsif terhadap lingkungan. Jika tidak di terapi maka
setelah usia 3 tahun perkembangan anak terhenti atau mundur, seperti
tidak mengenal suara orang tuanya dan tidak mengenal namanya.
2. Gangguan perkembangan anak autis ada bebrapa bidang yaitu :
a. Gangguan Komunikasi

Terlambat berbicara atau sama sekali belum dapat berbicara.

Sulit untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan


orang lain

Komunikasi dengan gerakan atau bahasa tubuh.

Mengulang-ulang kata.

Meracau dengan bahasanya sendiri.

Tidak memahami pembicaraan orang lain.

b. Gangguan Interaksi.

Kurang responsif terhadap isyarat sosial.

Tidak mau menatap mata.

Apabila dipanggil tidak menengok.

Tidak mau bermain dengan teman sebaya, senang menyendiri.

Tidak mampu mengekspresikan rasa senang atau keinginannya


secara spontan.

Tidak ada empati

c. Gangguan Perilaku.

Cuek terhadap lingkungan.

Asyik dengan dunianya sendiri.

Semaunya sendiri, tidak mau diatur.

Perilaku tidak terarah.

Agresif atau menyakiti diri sendiri.

Mengamuk oleh sebab yang tidak jelas.

Melamun atau bengong terpukau pada benda yang bergerak,


berputar.

Kelekatan terhadap benda tua.

Perilaku yang ritualistik.

d. GangguanEmosi.

Tertawa, menangis, marah-marah tanpa sebab.

Emosi tidak terkendali.

Rasa takut yang tidak wajar.

e. Gangguan persepsi sensoris.

Menjilat-jilat benda.

Mencium-cium benda.

Menutup telinga bila mendengar suara keras dengan nada tertentu.

Tidak suka memakai baju dengan bahan yang kasar.

Sangat tahan terhadap sakit.

Tahapan komunikasi Anak Autisme


Walaupun anak autisme mengalami ganguan dalam berkomunikasi,
bukan berarti anak autisme tidak bisa berkomunikasi. Anak autisme tetap
melakukan komunikasi tetapi dengan gaya komunikasi yang berbeda.
Ada empat tingkatan komunikasi pada anak autisme, diantaranya :
1. Tahap I (The Own Agenda Stage).

Anak merasa tidak bergantung pada orang lain melakukan sesuatu


sendiri.

Kurang berinteraksi dengan orang tua dan anak lain anak melihat
atau meraih benda yang dia mau.

Tidak berkomunikasi dengan anak lain dan bermain dengan cara tidak
lazim.

Menangis, menjerit dan bersuara untuk menyatakan protes dan


menenangkan diri.

Tersenyum-senyum dan tertawa sendiri.

Hampir tidak mengerti kata-kata yang kita ucapkan.

2. Tahap II (The Reguester Stage)

Mulai dapat berinteraksi walaupun singkat.

Mengulang beberapa kata untuk menenangkan diri atau memfokuskan


diri.

Anak meraih atau menarik tangan bila menginginkan sesuatu.

Jika diajak bermain yang melibatkan kontak fisik dan anak ingin
meneruskannya maka ia akan melakukan kontak mata, senyum, gerak
tubuh atau suara

Anak kadang mengerti perintah keluarga dan kegiatan rutin keluarga.

3. Tahap III (The Early Communicator Stage).

Anak dapat berkomunikasi dengan orang tua dan orang yang dikenal.

Anak ingin mengulang permainan dan bermain dalam waktu lama.

Anak yang ingin mengulang permainan yang disukai dan diungkapkan


dngan gerakan yang sama, suara dan kata setiap anda main atau
dengan gambar.

Memprotes atau menolak dengan gerak, suara dan kata yang sama.

Mengerti kalimat yang sederhana dan sering digunakan.

4. Tahap IV (The Partner Stage).

Dapat berinteraksi lebih lama dengan orang lain.

Dapat menggunakan kata atau metode lain dalam berkomunikasi untuk


memprotees, setuju, menarik perhaitan, bertanya dan menjawab.

Dapat mulai menggunakan kata-kata untuk berbicara untuk waktu


lampau atau future, menyatakan keinginannya dan meminta sesuatu.

Membuat kalimat sendiri dan melakukan percakapan pendek.

Membetulkan apa yang dikatakannya dalam permainan imaginer yang


mengandung banyak pembicaraan dan bermain pura-pura.

Menggunakan Echolali (menirukan perkataan orang lain) bila tidak


mengerti atau tidak bisa membuat kalimat.

Masih kesulitan mengikuti percakapan dan bingung jika kalimat terlalu


rumit.

Kesulitan dengan aturan percakapan (memulai dan mengakhiri).

Tidak mendengar perkataan orang lain.dan tidak bisa fokus pada satu
topik.

Tidak berusaha mengklarifikasi perkataan yang tidak dimengerti


(terlalu sedikit atau banyak detail)

Tidak paham isyarat sosial.

G. PENATALAKSANAAN
a. Dengan terapi terpadu :

Terapi medika mentosa : Pemberian Neuroleptik Risperidon.

Terapi wicara.

Terapi okupasi.

Terapi perilaku.

b. Dengan Rehabilitasi Kelainan pertumbuhan.

Rehabilitasi dasar.
-

Lebih memfokuskan pada perawatan dan pemulihan kelainan fisik


anak yang berumur hingga 3 tahun.

Rehabilitasi fungsional.
-

Kelanjutan program rehabilitasi dasar diatas disesuaikan dengan


tingkat kemajuan tiap anak serta usia dan tingkat perkembangan.

Selain pelatihan Phisik, diberikan juga pelatihan ketrampilan,


terutama ktrampilan bersosialisasi dengan mengacu kepada pola
perkembangan jiwa anak.

Program peningkatan kemandirian anak yang dilakukan dengan


menerapkan pendekatan keperilakuan dan pendekatan kognitif seta
pelatihan dan pendidikan intelektual penyandang kelainan.

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Autisme banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan timbulnya
gejala sebelum anak mencapai usia 3 tahun (0 3 tahun).
2. DIAGNOSA

KEPERAWATAN

DAN

RENCANA

TINDAKAN

KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN AUTISME


a. Gangguan Komunikasi Vebal berhubungan dengan gangguan proses
berfikir.

Tujuan :
Klien dapat mengkomunikasikan secara verbal kebutuhan atau
keinginan dan dapat membentuk kepercayaan pada pemberi
therapist.

Intervensi :
-

Bina hubungan saling percaya dengan bersikap bersahabat,


perhatian, ramah.

Tempatkan klien pada ruangan yang tenang, aman dan sediakan


alat permainan.

Berikan

stimulasi

untuk

mengadakan

interaksi

dengan

lingkungan.
-

Gunakan

kalimat

sederhana,

jelas,

mudah

dimengerti,

konsistensi dan tegas.


-

Ikut sertakan keluarga dalam asuhan keperawatan untuk


mengatasi masalah anak.

Beri Reinforcement posistif bila anak berhasil.

b. Gangguan Interaksi sosial berhubungan dengan menarik diri.

Tujuan :
Klien mampu mengadakan interaksi sosial dengan lingkungan
terutama obyek menusia dan mamapu menjalin hubungan rasa
percaya.

Intervensi :
-

Bina hubungan saling percaya.

Adakan kontak sesering mungkin pada anak dengan sikap


perhatian dan bersahabat.

Beri respon pada anak dengan memanggil nama.

Berikan sentuhan pada anak dengan lembut.

Berikan penghargaan bila anak berespon positif.

c. Potensial terjadi trauma berhubungan dregan perilaku mutilasi.

Tujuan :
Klien mampu mengurangi perilaku yang dapat membahayakan
dirinya dan mampu mengenal, menghindari benda-benda yang
berbahaya.

Intervensi :
-

Bina hubungan saling percaya.

Hindari benda berbahaya di dekat klien.

Observasi benda yang membahayakan klien.

Berikan

aktivitas

yang

positif

untuk

mengembangkan

kemampuan anak.
-

Dorong anak mau bermain dengan teman-temannya melalui


kegiatan.

Berikan penghargaan jika anak dapat mengurangi perilaku


yang membahayakan.

STRATEGI KOMUNIKASI PADA ANAK AUTIS


1. Gunakan kata singkat, simpel, sambil memperlihatkan benda kongkrit.
2. Gunakan penekanan pada kata kunci (mengeraskan suara).
3. Memperlambat ucapan, ulangi dan ada jeda, jangan kaku seperti robot
karena anak akan meniru.
4. Menempel gambar pada dinding sehingga anak akan menunjukkannya
jika menginginkannya.
5. Gunakan alat bantu visual untuk belajar.

3. EVALUASI
a. Menanyakan kemampuan anak selama di rumah pada orang tua.
b. Mengobservasi kemampuan anak untuk berkomunikasi, kemampuan
berinteraksi sosial dan perilaku yang aneh atau hiperaktif.

Anda mungkin juga menyukai