Makalah Pengelolaan Das
Makalah Pengelolaan Das
240110090024
Egi Rahmat
240110090028
240110090050
Daniel Olovan
240110090084
Adnan Mulyawan
240110090098
Rikky Triyadi
240110097001
Annisa Triani
240110080055
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki jutaan hektar lahan kritis dan daerah aliran sungai (DAS)
yang terdegradasi, sehinga perlu dilakukan upaya perbaikan. Salah satu cara untuk
memperbaiki DAS terdegradasi adalah melalui kampanye penanaman pohon. Selain
itu, diperlukan pula upaya untuk memperbaiki kebijakan yang berkaitan dengan tata
guna dan pengelolaan lahan kritis dan DAS.
Berhasil tidaknya masyarakat dalam mengelola lanskap suatu DAS
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut yang saling berinteraksi:
1. Jumlah penduduk (beserta ternak) dan bagaimana mereka saling berinteraksi,
termasuk interaksinya dengan pemerintah daerah.S ebagai contoh, apakah
mereka mempunyai aturan adat dan apakah aturan adat tersebut masih mereka
terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Sistem penggunaan lahan atau jenis tutupan lahan dapat berbentuk hutan
alam, hutan bekas tebangan, tanaman pangan, pohon bernilaiekonomis,
padang rumput dan pematang yang ditanami makanan ternak, jalan dan jalan
setapak serta perumahan.
3. Kondisi tanah, seperti tingkat kepadatan tanah, tingkat penutupan tanah oleh
lapisan seresah, organisme tanah dan perakaran tumbuhan yang berperan
dalam menjaga struktur tanah dari pemadatan
4. Topografi lahan dan geologi tanah yang berkaitan dengan kecuraman lereng,
bukti adanya pergerakan tanah, sejarah geologi, gempa bumi dan gunung
meletus, keseimbangan antara pembentukan tanah danerosi
5. Iklim dan cuaca yang berkaitan dengan curah hujan dan pola musim,siklus
harian cahaya matahari dan intensitas hujan (hujan lebat,gerimis), pola aliran
sungai yang mengikuti pola bebatuan dan perbukitan, ada tidaknya
'meandering' (pembetukan kelokan sungai) yang menyebabkan sedimentasi.
tanah yang mungkin berasal dari erosi dan tanah longsor, yang dianggap
merusak di masa lalu, namun akhirnya menjadi lahan yang subur.
Fungsi DAS dapat ditinjau dari dua sisi yaitu sisi ketersediaan (supply)
yangmencakup kuantitas aliran sungai (debit), waktu, kualitas aliran sungai, dansisi
permintaan (demand) yang mencakup tersedianya air bersih, tidakterjadinya bencana
banjir,
1.2 Indentifikasi Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dan untuk membatasi cakupan
bahasan, pada makalah ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana jenis-jenis sistem pengelolaan vegetasi pada DAS
1.2.2 Bagaimana fungsi DAS yang dipengaruhi oleh alih guna lahan dengan
criteria tramsimi air dengan indikator hasil air per curah hujan tahunan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.3.1
DAS
1.3.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan
suatu
nilai/besaran
yang
mencerminkan
Secara sederhana ada tiga jalur hidrologis yang dapat dilalui air untuk
mencapai sungai: secara langsung melalui aliran permukaan tanah (dalam waktu
kurang lebih satu jam setelah turun hujan, tergantung pada jarak ke sungai), melalui
lapisan dalam tanah ('aliran dalam tanah' atau 'aliran cepat dalam tanah' dalam
waktu kurang lebih satu hari) atau aliran dalam tanah (air tanah) (dalam hitungan
waktu mingguan atau bulanan).
Penutupan/penggunaan lahan dapat mempengaruhi besarnya perbandingan
antara berbagai aliran air, yakni dengan melalui:
1. Pemadatan tanah, yang khususnya akan mempengaruhi makroporositas
tanah. Makroporositas berkaitan dengan perbedaan antara 'kejenuhan' dan
'kapasitas lapang', (atau volume air yangakan hilang dari tanah selama 24
jam, seperti digunakan dalamdefinisi kapasitas lapang), kerapatan isi tanah
yang memilikihubungan kuantitatif dengan makroporositas, fungsi
pedotransfer(yang menghitung pengaruh tekstur tanah dan bahan organik
tanahberdasarkan kerapatan isi tanah 'acuan'). Proses pemadatan tanah
tidak dapat dipulihkan dengan mudah.
2. Pembentukan kerak permukaan tanah ('surface sealing'),berhubungan
langsung dengan hilangnya mineral permukaan tanah karena sinar
matahari dan curah hujan langsung setelah hilangnya atau rusaknya
lapisan seresah; pembentukan kerak tanah dapat dipulihkan dengan
mudah, dengan memadukan dan memanfaatkan pengaruh penutup tanah
dan biota tanah.
Jika pemadatan tanah terjadi karena proses 'degradasi', pengaruh pemadatan
tanah ini relatif lebih kecil selama periode awal musim hujan, karena tanah masih
mampu menyimpan air. Pada akhir musim penghujan, ketika tanah hampir jenuh,
mulai terjadi perbedaan yang nyata pada kemampuan penyimpanan air pada tanah.
sehingga terjadi pergeseran dari aliran dalam tanah sub surface flow menjadi
aliran permukaan tanah quick flow dan mengakibatkan puncak aliran yang lebih
tajam bila digambarkan dengan hidrograf.
sungai relatif pada kondisi 25% dan 75% curah hujankumulatif, dihitung selama
periode satu tahun. Rasio ini dapat digunakansebagai indikator penyebab utama
terjadinya 'aliran cepat': apakah berkaitan dengan kondisi permukaan tanah atau
karena keterbatasan kemampuanpenyimpanan air dalam tanah. Apabila 'aliran cepat'
terjadi karena kondisipermukaan tanah, maka proyek 'rehabilitasi lahan' dengan
penanamanpohon
mempunyai
peluang
untuk
berhasil
dan
efektif
dalam
Gambar 4 Lima Faktor yang mempengaruhi partisi air hujan menjadi konponen debit
sungai dan evavorasi
Pengaruh tutupan pohon terhadap aliran air adalah dalam bentuk:
1. Intersepsi air hujan.
Selama kejadian hujan, tajuk pohon dapat mengintersepsi dan menyimpan
sejumlah air hujan dalam bentuk lapisan tipis air (waterfilm) pada permukaan daun
dan batang yang selanjutnya akan mengalami evaporasi sebelum jatuh ke tanah.
Banyaknya air yang dapat diintersepsi dan dievaporasi tergantung pada indeks luas
daun (LAI), karakteristik permukaan daun, dan karakteristik hujan. Intersepsi
merupakan komponen penting jika jumlah curah hujan rendah, tetapi dapat
diabaikan jika curah hujan tinggi. Apabila curah hujan tinggi, peran intersepsi pohon
penting dalam kaitannya dengan pengurangan banjir.
2. Daya pukul air hujan.
Vegetasi dan lapisan seresah melindungi permukaan tanah dari pukulan
langsung tetesan air hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah, sehingga terjadi
pemadatan tanah. Hancuran partikel tanah akan menyebabkan penyumbatan pori
permukaan tanah
yang
hidrologi DAS. Pada hutan alami, perlintasan hewan biasanya meninggalkan jalan
setapak yang merupakan pemicu petama terbentuknya jalur aliran permukaan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengelolaan vegetasi dan Pengaruhnya terhadap Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai merupakan catchment area yang berfungsi sebagai
daerah tangkapan air hujan. Air hujan yang jatuh pada suatu DAS dapat berbentuk
dalam berbagai macam seperti infiltrasi, runn-off, perkolasi, intersepsi dan lainnya
serta dalam jumlah yang bervariatif tergantung tutupan lahan DAS tersebut. Dalam
suatu DAS dapat terdiri dari berbagai macam tutupan lahan atau tata guna lahan
mulai dari kawasan hutan sebagai wilayah konservasi, lahan pertanian, dan
pemukiman serta lainnya yang akan berpengaruh terhadap besarnya aliran air pada
DAS tersebut.
Hutan merupakan bagian penting dari suatu DAS dalam menjaga stabilitas
transmisi air dari hulu hingga hilir yang berfungsi sebagai daerah tampungan dan
penyimpanan air hujan yang selanjutnya akan menjadi mata air, atau aliran
permukaan yang dialirkan pada sungai. Setidaknya ada enam fungsi hutan dalam
terhadap fungsi hidrologis wilayah (Calder, 1998), yaitu sebagai berikut :
1. Hutan meningkatkan curah hujan
2. Meningkatkan aliran sungai
3. Mengatur fluktuasi aliran sungai
4. Mengurangi erosi
5. Mengurangi banjir
6. Meningkatkan mutu air
Tata guna lahan untuk bidang pertanian dan pemukiman akan mengurangi
tutupan lahan yang menyebabkan berbagai dampak bagi fungsi-fungsi DAS terutama
dalam mempengaruhi aliran air run-off, infiltrasi dan perkolasi. Pada saat lahan hutan
atau vegetasi hijau dialih fungsi lahan menjadi lahan pertanian atau untuk pemukiman
maka yang terjadi akan adanya perubahan jumlah aliran air permukaan (runn-off )
menjadi lebih besar dibandingkan aliaran inviltrasi, perkolasi, dan lain sebagainya.
3.2 Pengaruh alih guna lahan terhadap fungsi DAS dalam proses tramsimi air .
Pengelolaan suatu wilayah DAS akan mempengaruhi waktu dan penyebaran
aliran air. Kekeringan dan banjir akan menjadi fenomena yang ditemui pada perilaku
aliran air sebagai akibat perubahan kondisi tataguna lahan dan faktor meteorology,
terutama curah hujan. Salah satu fungsi adanya vegetasi dalam suatu DAS adalah
untuk menyimpan air saat musim hujan dan melepasnya dalam bentuk mata air pada
saat musim hujan. Sehingga apabila terjadi alih fungsi lahan akan menyebabkan
terganggunya kedua proses tersebut, pada akhirnya akan terjadi banjir pada musim
hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Berbagai penelitian menyatakan bahwa untuk meningkatkan hail air dari
suatu DAS dapat dilakukan dengan penebangan hutan dikarenakan air yang berasal
dari curah hujan akan diuapkan kembali melalui proses evavotranspirasi sehingga
untuk mengurangi kehilang air tersebut dilakukan penebangan hutan. Hasil penelitian
Bosch dan Hewlett tahun 1982 ; Hamilton dan King , 1984; bruijnzeel, 1990 dan
Malmer 1992 menunjukan bahwa secara umum kenaikan aliran air disebabkan oleh
penurunan penguapan air oleh vegetasi dengan menghilangkan atau mengurangi
vegetasi dalam jumlah cukup besar. Penelitian lain dilakukan pada daerah tropis oleh
Salati , 1979 dan Shukla , 1990 menunjukan bahwa penebangan hutan akan
mempengaruhi jumlah dan penyebaran hujan karena mengurangi besarnya
evapotransvirasi sebagai sumber air di atmosfer. Sehingga dengan demikian
perubahan tata guna lahan pada DAS akan mempengaruhi jumlah curah hujan
wilayah tersebut.
Penelitian lain mengenai perubahan tataguna lahan terhadap aliran air adalah
dilakukan peneilitan di Quensland (Australia) yang melakukan perubahan lahan hutan
hujan tropis menjadi padang rumput, menunjukan bahwa adanya peningkatan aliran
air sebesar 10 % (Gilmour et al., 1982). Selain itu terjadi juga peningkatan debit
aliran terkecil dari 14 menjadi 60 % setelah penebangan hutan dan diikuti oleh
pertumbuhan padang rumput. Sementara itu perubahan hutan hujan tropis menjadi
perkebunan the di Kenya memperlihatkan pengaruh yang kecil terhadap aliran air
tahunan, air larian, maupu besarnya tingkat sidimentasi (Edwars dan Blackie, 1981).
Kebanyakan pengelolaan dan aktivitas penebangan hutan dalam suatu DAS
diperkirakan tidak akan mempengaruhi aliran air dalam beberapa tahun. Sedangkan
perubahan tataguna lahan hutan menjadi lading pertanian atau padang rumput dapat
menigkatkan aliran air dalam jangka panjang. Semakin besar persentase DAS yang
dirubah, semakin besar kenaikan aliran air yang terjadi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Kelayakan dari suatu fungsi DAS dapat dilihat dari perbandingan debit
maksimum dan minimumnya.
2. Tata guna lahan akan berpengaruh terhadap aliran air pada suatu DAS
3. Perubahan tataguna lahan pada suatu DAS akan berpengaruh terhadap
besarnya aliran runn-off, infiltrasi, perkolasi dan lainnya.
4. Pengelolaan vegetasi dan tataguna lahan akan mempengaruhi waktu dan
sebearab aliran air.
DAFTAR PUSTAKA
Chay Asdak, 2007. Hidrologi dan Pnegelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah mada University Press.
Noordwijk, dkk. Peranan Agroforestri dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi
Daerah Aliran Sungai (DAS). World Agroforestry Centre, ICRAF SE Asia
Pawitan Hidayat. Perubahan penggunaan lahan dan Pengaruhnya terhadap Hidrologi
DAS. Bogor : FMIPA IPB