Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan menulis sebuah karangan merupakan hasil dari ekspresi manusia
dalam menuangkan ide-idenya. Karangan adalah serangkaian gagasan yang menunjang
gagasan sentral dan tersusun secara logis. Tiap gagasan penunjang dituangkan ke dalam
serangkaian kalimat atau ke dalam paragraf-paragraf (Hastuti, 2010:142). Sebuah
karangan terdiri dari beberapa paragraf. Menurut Hastuti, (2010:144) paragraf
merupakan rangkaian beberapa kalimat yang saling bertautan dan mengungkapkan satu
ide atau gagasan (memiliki satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas).
Sebuah karangan yang baik dapat dilihat dari cara menyusun karangan menjadi
sebuah tulisan yang menarik. Dengan begitu karangan yang ditulis dapat dimengerti dan
dipahami maksud dari isi atau gagasan-gagasan yang dituangkan dalam sebuah
karangan. Dalam hal ini untuk memperoleh sebuah karangan yang baik diperlukan
sebuah rancangan atau kerangka sebagai penunjang pembuatan sebuah karangan. Bagi
pemula kerangka karangan diperlukan agar karangan yang dibuat tidak ke luar dari tema
yang sudah dipilih. Tema adalah sesuatu yang akan dibicarakan dalam sebuah karangan
(Hastuti, 2010:155). Dengan tidak ke luar dari tema maka karangan tersebut dapat
terlihat logis.
Kerangka karangan diperlukan dalam setiap penulisan karangan. Dengan adanya
sebuah kerangka karangan tulisan yang ada memiliki pola yang teratur dan sistematis.
Dengan begitu karangan yang dibuat mudah dipahami oleh pembaca dan tidak
menyimpang dari gagasan yang sudah ditentukan. Maka dari itu, suatu kerangka
karangan sangat diperlukan agar diperoleh sebuah tulisan yang bermakna dan mudah
dipahami oleh para pembaca.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1.

Apakah yang dimaksud dengan kerangka karangan?

2.

Apa manfaat kerangka karangan?

3.

Bagaimana cara menyusun kerangka karangan?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian dalam makalah ini sebagai berikut:
1.

Dapat mengetahui tentang kerangka karangan;

2.

Dapat mengetahui manfaat kerangka karanga;

3.

Dapat mengetahui cara menyusun kerangka karangan.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana kerja yang memuat garis-garis besar suatu
karangan (Kosasih, 2004:129). Kerangka karangan pada umumnya para penulis
pertama-tama harus membuat bagan atau rencana kerja, yang setiap kali dapat
mengalami perbaikan dan penyempurnaan hingga dicapai bentuk yang lebih Sempurna.
Untuk membuat perencanaan semacam itu diperlukan sebuah metode yang teratur,
sehingga pada waktu menyusun bagian-bagian dari topik yang akan digarap itu dapat
dilihat hubungan yang jelas antara satu bagian dengan bagian yang lain, bagaimana
yang sudah baik dan bagaimana yang masih memerlukan penyempurnaan (Keraf,
1980:132). Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kerangka karangan merupakan
suatu rancangan kerja yang terdiri dari topik-topik atau gagasan yang nantinya dapat
dikembangkan menjadi sebuah karangan.

2.2 Manfaat Kerangka Karangan


Menurut Hastuti, (2010:144) fungsi kerangka karangan yaitu:
1. Susunan karangan dapat teratur, logis, dan tertib;
2. Memudahkan dalam menyusun karangan;
3. Menghindari penyimpangan karangan dari tema atau gagasan yang sudah
direncanakan;
4. Memudahkan kita untuk melengkapi kalimat-kalimat penjelas.
Kemudian adapun manfaat lain dari kerangka karangan yaitu:
1. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda;
2. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih;
3. Memudahkan penulis mencari materi pembantu;
4. Memudahkan penempatan antara bagian karangan yang penting dengan yang kurang
penting.

2.3 Langkah-Langkah Menyusun Kerangka Karangan


Menurut Hastuti, (2010:142) langkah-langkah dalam membuat karangan adalah
sebagai berikut:
1.

Menentukan atau memilih tema;

2.

Membatasi tema yang dipilih agar dapat diuraikan dengan jelas dan menarik;

3.

Menentukan jenis karangan yang akan dibuat;

4.

Menyusun kerangka karangan;

5.

Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan.


Adapun langkah-langkah untuk menyusun kerangka karangan adalah sebagai

berikut:
1. Rumusan tema/masalah yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan
dicapai melalui topik tersebut. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu
kerangka karangan haruslah berbentuk tesis atau pengungkapan maksud;
2. Langkah yang kedua adalah inventarisasi topik-topik bahwasannya yang dianggap
merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud, dalam hal ini penulisan
boleh mencatat sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikirannya,
dengan tidak perlu langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi;
3. Langkah yang ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik
yang telah dicatat pada langkah kedua di atas.

2.4 Pola-Pola Penyusunan Kerangka Karangan


a. Pola Alamiah
Pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan
keadaan yang nyata di alam.

1. Urutan waktu (kronologis)


Urutan yang didasarkan runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian.

2. Urutan ruang (spasial)


Urutan penyajian suatu keadaan atau benda, yang disusun berdasarkan urutan
keruangan.

3. Topik yang ada


Suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan dalam pola alamiah adalah urutan
berdasarkan topik yang ada.

b.

Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan fikiran untuk menemukan landasan bagi

setiap persoalan, mampu dituang dalam suatu susunan atau urutan logis.

1. Urutan klimaks dan anti klimaks


Bila bagian penting itu ditempatkan dibagian akhir, maka urutan ini disebut klimaks.
Sebaliknya, Apabila bagian yang dianggap penting itu dikemukakan pada awal
pembahasan, Maka hal itu disebut urutan anti klimaks.

2. Urutan kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan sebab-akibat dan akibat-sebab. Pada pola yang
pertama, masalah utama dianggap sebagai sebab. Kemudian, dilanjutkan dengan
perincian-perincian yang merupakan akibat-akibatnya. Pola yang kedua masalah utama
dianggap sebagai akibat. dilanjutkan dengan perincian-perincian yang berusaha mencari
sebab-sebabnya.

3.Urutan pemecahan masalah


Penyusunan kerangka karangan dimulai dengan penyajian masalah kemudian bergerak
menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah itu.

4. Urutan umum - khusus


Terdiri dari dua corak yaitu dari umum ke khusus dan dari khusus ke umum. Urutan
yang bergerak dari umum ke khusus,pertama-tama diperkenalkan sesuatu yang umum
kemudian diikuti oleh uraian-uraian khusus. Urutan khusus umum merupakan kebalikan
dari pola di atas.

5.Urutan familiaritas
Dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian berangsurangsur pindah ke hal-hal yang kurang dikenal atau belum dikenal.

6. Urutan akseptabilitas
Mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh para pembaca, apakah
suatu pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca.

2.5 Macam-Macam Kerangka Karangan


a. Berdasarkan Perinciannya
1. Kerangka karangan sementara atau non formal
Kerangka karangan yang masih berubah sesuai dengan proses, baik pada saat dirujuk
kembali pada topik maupun pada saat proses menulis sedang berlangsung.

2. Kerangka karangan formal


Kerangka karangan yang sudah mantap,tidak akan berubah lagi.

b.

Berdasarkan Perumusan Teksnya

1. Kerangka kalimat
Kerangka kalimat yang unit-unitnya ditulis dalam perumusan kalimat.

2. Kerangka karangan topik


Kerangka karangan yang unit-unitnya ditulis dalam perumusan kata atau frasa.

2.6 Syarat-Syarat Kerangka yang Baik


1. tesis atau pengungkapan maksud harus jelas
Tesis atau pengungkapan maksud merupakan tema dari karangan yang akan
digarap. Sebab itu perumusan tesis atau pengungkapan maksud harus dirumuskan
dengan jelas dalam struktur kalimat yang baik, jelas menampilkan topik mana yang

dijadikan landasan uraian dan tujuan mana yang akan dicapai oleh landasan tadi. Tesis
atau pengungkapan maksud yang akan mengarahkan kerangka karangan itu.

2. tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan


Karena tiap unit dalam kerangka karangan, baik unit atasan maupun unit
bawahan, tidak boleh mengandung lebih dari satu gagasan pokok, maka akibatnya tidak
boleh ada unit yang dirumuskan dalam dua kalimat, atau dalam kalimat majemuk setara,
atau kalimat majemuk bertingkat, atau dalam frasa koordinatif. Bila ada dua atau tiga
pokok dimasukkan bersama-sama dalam satu symbol yang sama, maka hubungan
strukturnya tidak akan tampak jelas. Bila terjadi hal yang demikian maka unit itu harus
segera direvisi. Bila kedua gagasan itu berada dalam keadaan setara, maka masingmasingnya harus ditempatkan dalam urutan symbol yang sama derajatnya. Bila terdapat
gagasan-gagasan yang tidak setara, maka ide-ide yang berbeda tingkatnya itu harus
ditempatkan dalam simbol-simbol yang berlainan derajatnya.

3. pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis


Persoalan-persoalan atau topik-topik yang dicatat dibawah judul-judul atasan,
harus sungguh-sungguh bersifat bawahan dan tidak boleh sama atau lebih tinggi dari
judul atasannya. Lebih lagi tidak boleh ada sebuah pokok bawahan yang ditempatkan
dibawah sebuah pokok atasan tetapi sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan
pokok atasan itu. Tiap pokok bawahan harus secara langsung dan logis menunjang atau
memperkuat pokok atasannya.
Oleh sebab itu kerangka karangan yang disusun secara logis dan teratur
mempersoalkan tiga hal, yaitu :
1. apakah tiap unit yang lebih tinggi telah diperincih secara maksimal;
2. apakah tiap perincian mempunyai hubungan langsung dengan unit atasan
langsungnya;
3. apakah urutan perincian itu sudah baik dan teratur.

4. harus mempergunakan pasangan simbol yang konsisten


Penggunaan pasangan simbol yang konsisten mencakup dua hal yaitu pemakaian
angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit-unitnya, dan tipografi yaitu
penempatan angka dan huruf penanda tingkatan dan teks dari tiap unit kerangka
karangan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam membuat suatu karangan baik itu ilmiah maupun nonilmiah diperlukan
suatu rancangan atau kerangka karangan. Kerangka karangan adalah suatu rancangan
kerja yang memuat garis-garis besar suatu karangan. Dengan adanya kerangka karangan
sebuah karangan dapat teratur dan logis. Kerangka karangan juga memudahkan penulis
untuk mengembangkan kalimat utama dan dapat menghindarkan penyimpangan dari
tema atau gagasan yang sudah disusun. Dengan begitu karangan yang telah dibuat dapat
dipahami oleh para pembaca.
Dalam membuat kerangka karangan harus melalui tahap atau langkah-langkah
agar rencana pembuatannya bisa teratur dan mudah sehingga memudahkan penulis
untuk membuat kerangka karangan tersebut. Kerangka karangan dapat membatasi topiktopik yang akan dibahas dalam karangan yang dibuat. Maka dari itu, setiap penulis
memerlukan kerangka karangan dalam setiap tulisannya. Agar tulisan yang dibuat dapat
tersusun secara sistematis dan gagasan-gagasan yang ada dapat terurai dengan baik
dalam karangan yang akan ditulis.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: CV Akademika Pressindo.
Hastuti, Catarina Sri. 2010. Teori Ringkas Soal dan Pembahasan Bahasa Indonesia
SMP Kelas VII, VIII, IX Siap Ujian Nasional. Yogyakarta: Intersolusi Pressindo.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Flores : Nusa Indah.
Kosasih, E. 2004. Bimbingan Pemantapan. Bandung: Yrama Widia.

10

Anda mungkin juga menyukai