Ulat Grayak Belalang Kayu Belalang Daun
Ulat Grayak Belalang Kayu Belalang Daun
daun saja dan ulat yang besar memakan tulang daun dan buahnya.
Gejala serangan pada daun rusak tidak beraturan, bahkan kadangkadang hama ini juga memakan tunas dan bunga. Pada serangan berat
menyebabkan gundulnya daun. Serangan berat umumnya terjadi pada
musim kemarau (Wikipedia, 2007).
Ekologi Pendukung :
Spodoptera litura merupakan salah satu serangga hama penting yang
sangat polifag. Salah satu jenis hama terpenting yang menyerang
tanaman palawija dan sayurandi Indonesia.
Siklus Hidup OPT :
Serangga ini merusak pada stadia larva, yaitu memakan daun,
sehingga menjadi berlubang-lubang. Biasanya dalam jumlah besar ulat
garayak bersama-sama pindah dari tanaman yang telah habis dimakan
daunnya ke tanaman lainnya (Pracaya, 1995). Seekor ngengat betina
dapat meletakkan 2000-3000 telur.Ulat berkepompong dalam tanah,
membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat
kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar
antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari, larva yang terdiri dari 5
instar : 20-46 hari, pupa : 8-11 hari) (Ardiansyah, 2007).
a. Pengendalian Serangan :
Musuh Alami
Beberapa musuh alami yang menyerang ulat ini yaitu Apenteles
sp. Telenomeus sp, Brachymeria sp, Charops longiventris,
Chelonus sp, Euplecectrus platyphenae, Microplitis manilae,
Nythobia sp, Tachinidae, Podomya setosa dan Harpactor sp
(Sudarmo, 1987).
b. Agen hayati yang berperan penting sebagai pengendali hama
secara alamiah adalah Nucleopolyhedrovirus (NPV) yang
merupakan agensi hayati ulat grayak. ). Virus ini memiliki sifat
yang menguntungkan, antara lain :
memiliki inang spesifik dalam genus/famili yang sama,
sehingga aman terhadap organisme bukan sasaran.
Tidak mempengaruhi parasitoid, predator dan serangga
berguna lainnya.
Dapat mengatasi masalah resistensi ulat grayak terhadap
insektisida kimia.
Siklus Hidup
Belalang ini merupakan belalang yang endemik yang habitatnya
kebanyakan terdapat pada daerah perkebunan, pada daerah perkebunan
jagung yang telah diamati banyak terdapat belalang Atractomorpha
crenulata , belalang Atractomorpha crenulata memiliki tubuh yang terdiri atas
caput, toraks, dan abdomen, pada bagian toraks terdiri atas satu pasang
mata majemuk, satu pasang antenna, dan satu pasang alat-alat mulut
(mandible, maksila, dan labium), seluruh bagian tubuhnya berwarna hijau.
Kumpulan organ-organ tersebut berguna untuk mengunyah makanan, indera
persepsi, koordinasi aktivitas tubuh, dan menjaga pusat-pusat koordinasi
tubuh.
Pada kepala berbentuk lancip dan terdapat seta dan sepasang antena
yang berfungsi sebagai alat indera untuk mencium, penunjuk jalan,
(http://nuzulularipin.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html)
3. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
Klasifikasi
Filum
: Arthropoda
Kelass
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Famili
: Acrididae
Genus
: Valanga
Species
: nigricornis
Scientific N.: Valanga nigricornis
Author
: Burmeister, 1838
Common N. : Grasshopper
Siklus hidup :
Valanga nigricornis (Burm) adalah belalang berukuran besar yang
hidup di semak-semak dan pepohonan. Belalang ini dapat melakukan
reproduksi dengan cepat dan melakukan migrasi secara besar-besaran.
Secara morfologis belalang ini dapat dikenali dari duri yang tumbuh di
bagian bawah dari prosternum dan lebih kecil pada bagian anterior
dibandingkan posterior (Rukmana, 1997).
Pada bagian femur biasanya terdapat sepasang bercak hitam
(Kalshoven, 1981). Antena pendek, hypognatus tidak memanjang ke
belakang. Femur kaki belakang membesar, ukuran tubuh betina lebih
besar di banding dengan yang jantan, panjang tubuh betina 58-71 mm
sedangkan jantan 49-63 mm(Rukmana, 1997).
Belalang ini bertelur pada awal musim kemarau dan akan
menetas pada awal musim hujan yaitu bulan Oktober dan November.
Telur dimasukkan dalam tanah dengan kedalaman 5-8 cm, bungkusan
berisi massa berbusa yang kemudian memadat dan kering berwarna
coklat. Telur ini berukuran 2-3 cm(Sudarmo, 2000).
Belalang ini hidup di daerah panas yang banyak tumbuhtumbuhannya, menyukai tanaman tunggal misalnya kopi, karet, dan
sawah atau lading terbuka. Pusat penyebarannya belum diketahui
pasti, tetapi banyak tersebar di Indonesia bagian barat pada dataran
rendah 0-600 m dpl (Borror dan White, 1970).
Daur Hidup Belalang Kayu (Valanga nigricornis Burm.)
Daur hidup Valanga nigricornis termasuk pada kelompok
metamorfosis tidak sempurna. Pada kondisi laboratorium (temperatur
yang diserang. Jika serangan tanaman ini serius, daun tanaman jagung
yang diserang akan rusak bahkan habis dimakan (Surachman dan
Agus, 1998).
Hama belalang kayu (Valanga nigricornis Burm.) menyerang
terutama pada bagian daun, daun terlihat rusak karena terserang oleh
hama tersebut. Jika populasinya banyak dan belalang sedang dalam
keadaan kelaparan, hama ini bisa menghabiskan daun-daun sekaligus
dengan tulang-tulangnya (Surachman dan Agus, 1998).
Pengelolaan Hama Terpadu Belalang Kayu (Valanga
nigricornis Burm.)
Kembali pada perumusan masalah bahwa metode yang
dibutuhkan adalah metode yang tepat guna serta aman bagi
lingkungan, serta berorientasi pada sistem-Berkelanjutan maka metode
yang direkomendasikan membutuhkan waktu yang lama untuk
berproses sampai secara nyata berhasil dalam penanggulangan hama
(Bailey, 2004).
Menurut Cranshaw dan Capinera (2003) ada beberapa cara yang
dapat dijadikan alternatif penyelesaian belalang tersebut yakni :
f. Pembersihan lahan
Mengingat bahwa secara ekologi hama belalang ini
mempunyai siklus hidup hidup awal di sekitar hutan, maka dapat
dilakukan pembersihan lahan. Pembersihan lahan dilakukan
dengan pembakaran sampah ataupun seresah di sekitar hutan.
Tindakan ini dilakukan mengingat bahwa sebagian besar
belalang meletakkan telur -di dalam tanah. Pembersihan lahan
dilakukan dengan tindakan pengawasan karena dapat
menyebabkan kebakaran hutan.
g. Peningkatan keanekaragaman tanaman.
Peningkatan kenekaragaman merupakan suatu cara untuk
mengalihkan kesukaan makan dari belalang. Belalang juga suka
makan gulma. Melalui pengamatan, dapat ditemukan gulma
mana yang menarik hama serangga. Gulma tersebut dapat
ditumbuhkan dengan sengaja untuk menarik belalang menjauh
dari tanaman pertanian Anda. Kemudian, hama berikut gulma
tersebut bisa dibuang, digunakan sebagai pakan ternak, atau
dijadikan kompos.
h. Penggunaan agen pengendali hayati (predator alami)
Secara ekologi, tumbuh pesatnya suatu populasi dari
mahluk hidup akan merangsang ataupun memicu pesatnya
pertumbuhan populasi dari predator mahluk hidup tersebut.
Dalam hal ini kita harus memanfaatkan peranan alami dari