Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara hukum, hal tersebut telah ditegaskan
dalam pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia 1945. Dalam sebuah
negara hukum terdapat pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi manusia yang
secara tegas dilindungi oleh konstitusi. Tujuan dari hukum adalah untuk menjamin
adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Selain itu hukum bertujuan mengatur
masyarakat agar bertindak tertib dalam pergaulan hidup secara damai, menjaga
agar masyarakat tidak bertindak anarki dengan main hakim sendiri dan menjamin
keadilan bagi setiap orang akan hak-haknya sehinggga tercipta masyarakat yang
teratur, bahagia, dan damai1
Dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945 dijelaskan
bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut
pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan perlindungan terhadap
seluruh warga negara dalam berbagai bidang kehidupan. Selain tujuan tersebut,
pemerintah juga berkewajiban melaksanakan pembangunan diberbagai bidang
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan nasional. Berkaitan dengan hal tersebut,
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
yang ditujukan sebagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
melaksanakan pembangunan dalam bidang kesehatan.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2006 tentang Kesehatan dibentuk untuk
menggantikan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dibentuk
untuk menggantikan Undang-Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan yang dianggap telah usang dan tidak lagi memenuhi kebutuhan akan
pengaturan tentang kesehatan pada era dimana kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
teknologi kedokteran telah maju demikian pesatnya. Dalam bagian pertimbangan
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa
1

Wibowo, Edi, dkk Hukum dan Kebijakan Publik, Yogyakarta: Yayasan Pembaruan
Administrasi Publik Indonesia, 2004, hal 78

pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan, yang


besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia
dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya
adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia.2
Berkaitan

dengan

hal

tersebut,

pemerintah

berkewajiban

untuk

melaksanakan program dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan bagi


masyarakat. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan memuaskan kepada
masyarakat

yang

memberikan

perlindungan

hukum,

maka

pemerintah

mengeluarkan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.


Undang-undang
masyarakat,

tersebut

diharapkan

mempertahankan

dan

memberikan

meningkatkan

perlindungan
mutu

kepada

pelayanan,

dan

memberikan kepastian hukum.


UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyatakan
pengaturan praktik kedokteran bertujuan memberikan perlindungan kepada
pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan
dokter (dokter dan dokter spesialis) serta dokter gigi (dokter gigi dan dokter gigi
spesialis), memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter
gigi. Ada beberapa hal yang diatur dalam undang-undang tersebut, salah satunya
Pasal 37 ayat 2 dan 3 tentang Surat Izin Praktik (SIP) dokter dan dokter gigi yang
hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat serta satu Surat Izin Praktik
(SIP) hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat.
Dalam undang-undang No. 29 Tahun 2004 dikatakan bahwa Surat izin
praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter
gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan. 3
Berkaitan dengan masalah malpraktek, instrumen perizinan yang diatur dalam
hukum administrasi negara mempunyai hubungan dengan timbulnya perbuatan
malpraktek administrasi.

2
3

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


Pasal 1, Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Oleh karena itu instrumen perizinan menjadi salah satu faktor yang
penting ketika seorang dokter akan membuka praktek kesehatan, karena instrumen
perizinan tersebut dapat dijadikan sebagai bukti bahwa dokter yang bersangkutan
mempunyai kompeten untuk menjalankan praktik kedokterannya tersebut.
Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh
masyarakat. Penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari
berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh
dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan
kewenangan yang secara terus-menerus harus ditingkatkan mutunya melalui
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi, serta
pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan praktik
kedokteran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. untuk
memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima pelayanan
kesehatan, dokter, dan dokter gigi. Pada dasarnya tindakan medis yang dilakukan
oleh pihak rumah sakit/dokter merupakan tindakan yang sangat mulia yaitu
dengan segala upaya melakukan penyelamatan dan pertolongan terhadap pasien.
Berdasarakan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk lebih menulis
skripsi mengenai PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRAKTEK DOKTER
DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

tersebut

dapat

dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:


1. Bagaimana pengaturan izin praktek dokter ?
2. Bagaimana pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik dokter ?
3. Bagaimana prosedur perolehan izin praktek dokter ditinjau dari Hukum

Administrasi Negara ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis, maka


penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaturan izin praktik dokter.
2. Untuk mengetahui pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik
dokter.
3. Untuk mengetahui prosedur perolehan izin praktik dokter ditinjau dari
Hukum Administrasi Negara.

D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian
mengenai Prosedur Perolehan Izin Praktek Dokter Ditinjau Dari Hukum
Administrasi Negara belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli disusun sendiri dan bukan
plagiat atau diambil dari skripsi orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis
dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada skripsi
yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Perizinan
Pengertian izin (vergunning) berdasarkan Kamus Istilah Hukum dijelaskan
sebagai berikut4 :
Overheidstoestemming door wet of verordening vereist gesteld voor tal
van handeling waarop in het algemeen belang special toezicht vereist is, maar
die, in het algemeen, niet als onwenselijk worden beschouwd.
Izin dari pemerintah

berdasarkan undang-undang atau peraturan

pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan


pengawasan khusus, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal
yang sama sekali tidak dikehendaki. Ateng Syafrudin mengatakan bahwa izin
bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh,
4

S. J. Fockema Andreas, Rechtsgeleerd Handwoordenboek, Groningen : Tweede Druk, J.


B. Wolter Uitgevers-maatshappij N. V., 1951, hal.311.

dengan kata lain, Als opheffing van een algemene verbodsregel in het conrete
geval, sebagai peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret5.
Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara
bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal concreto berdasarkan
persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan. E. Utrecht mengatakan bahwa bilamana pembuat peraturan
umumnya tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya
asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka
keputusan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat
suatu izin. Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu
persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum
dilarang6. Pengertian izin pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu7 :
a.

Izin dalam arti luas


Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum
administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk
mengemudikan tingkah laku para warga.
Izin dalam arti luas adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan
undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan, dengan
memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Hal ini
menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum
mengharuskan pengawasan khusus atasnya.

b. Izin dalam arti sempit


Izin dalam arti sempit adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan. Izin
pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk
5

M. M. van Praag, Algemeen Nederlands Administratief Recht, s-Gravenhage : Juridischt


Boekhandel en Uitgeverij A. Jongbloed & Zoom, 1950, hlm.54.
6
Bagir Manan, Ketentuan-ketentuan Mengenai Pengaturan Penyelenggaraan Hak
Kemerdekaan Berkumpul Ditinjau dari Perspektif UUD 1945, Jakarta : Makalah Tidak
Dipublikasikan, 1995, hlm.8.
7
N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, disunting oleh Philipus
M. Hadjon, Surabaya : Yuridika, 1993, hlm. 2-3.

mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan


yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat
undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana ia
menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya.
Pada pokoknya izin dalam arti sempit ialah bahwa suatu tindakan dilarang,
terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang
disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas
tertentu bagi tiap kasus. Jadi persoalannya bukanlah untuk hanya memberi
perkenan dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar tindakantindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu (dicantumkan
dalam ketentuan-ketentuan).
Definisi izin mempunyai kesejajaran dengan beberapa istilah lain, yaitu 8:
a.

Dispensasi
Dispensasi adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan
suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan
tersebut. WF. Prins mengatakan bahwa dispensasi adalah tindakan
pemerintah yang menyebabkan suatu peraturan perundang-undangan
menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa (relaxatie legis).

b.

Konsesi
Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang
besar dimana kepentingan umum terlibat erat sekali. Pekerjaan itu
sebenarnya merupakan tugas dari pemerintah, tetapi oleh pemerintah
diberikan hak penyelenggaraannya kepada konsesionaris (pemegang
izin) yang bukan pejabat pemerintah. Bentuknya dapat berupa
kontraktual atau kombinasi antara lisensi dengan pemberian status
tertentu dengan hak dan kewajiban serta syarat-syarat tertentu. Bentuk
konsesi terutama digunakan untuk berbagai aktivitas yang menyangkut
kepentingan umum, lalu diserahkan kepada perusahaan-perusahaan
swasta.

hlm.1.

Ateng Syafrudin, Perizinan untuk Berbagai Kegiatan, Makalah Tidak Dipublikasikan,

Mengenai konsesi, E. Utrecht mengatakan bahwa kadang-kadang


pembuat peraturan beranggapan bahwa suatu perbuatan yang penting
bagi umum, sebaik-baiknya dapat diadakan oleh suatu subyek hukum
partikelir, tetapi dengan turut campur dari pihak pemerintah. Suatu
keputusan

administrasi

negara

yang

memperkenankan

yang

bersangkutan mengadakan perbuatan tersebut, memuat suatu konsesi


(concesie)9.
c.

Lisensi
Lisensi

adalah

suatu

izin

yang

memberikan

hak

untuk

menyelenggarakan suatu perusahaan10.


2. Unsur-unsur Perizinan
Izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan
perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkrit menurut prosedur
dan persyaratan tertentu. Pengertian ini mengandung beberapa unsur dalam
perizinan yaitu11 :
a.

Instrumen Yuridis
Berkaitan dengan tugas negara, terdapat perbedaan antara tugas dari negara
hukum klasik dan tugas negara hukum modern terutama dalam melaksanakan
tugasnya, perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
1)

Negara Hukum Klasik


Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan
keamanan merupakan tugas negara hukum klasik.

2)

Negara Hukum Modern


Tugas dan kewenangan pemerintah dalam negara hukum modern tidak
hanya

sekedar

menjaga

ketertiban

dan

keamanan

tetapi

juga

mengupayakan kesejahteraan umum.

Ibid.
Ibid
11
Rachmani Puspitadewi, Hukum Perizinan, Bandung : Fakultas Hukum, Universitas
Komputer Indonesia, 2005, hal 115
10

Pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, diberi wewenang


dalam bidang pengaturan dengan instrumen yuridis untuk menghadapi
peristiwa konkrit. Instrumen tersebut adalah dalam bentuk ketetapan
(Beschikking). Beschikking adalah instrumen hukum utama dalam
penyelenggaraan pemerintah. Salah satu bentuk ketetapan adalah izin.
Sesuai dengan jenis-jenis beschikking izin termasuk ketetapan konstitutif,
yang merupakan ketetapan yang menimbulkan hak baru untuk adresat
dalam izin tersebut. Izin disebut pula sebagai ketetapan yang
memperkenankan yang sebelumnya tidak diperbolehkan.
b.

Peraturan Perundang-undangan
Salah satu prinsip dari negara hukum adalah pemerintahan yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan, artinya setiap tindakan hukum pemerintah
dalam menjalankan fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan didasarkan pada
wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan
dan penegakan hukum positif memerlukan wewenang, karena wewenang
dapat melahirkan suatu intrumen yuridis, namun yang perlu diperhatikan oleh
pemerintah adalah izin yang diterbitkan harus berdasarkan wewenang yang
diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang berlaku (legalitas).
Penerimaan kewenangan tersebut adalah pemerintah atau organ pemerintah,
dari presiden sampai dengan lurah. Kewenangan pemerintah dalam
menerbitkan izin bersifat kewenangan bebas, artinya pemerintah diberi
kewenangan memberi pertimbangan atas dasar inisiatif sendiri. Pertimbangan
tersebut didasarkan oleh:
1)

Kondisi-kondisi

dari

pemohon

yang

dimungkinkan

untuk

dikeluarkan suatu izin


2)

Cara pertimbangan kondisi-kondisi yang ada

3)

Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul dari akibat penolakan


atau pemberian izin dikaitkan dengan pembatasan perundang-undangan

4)

Prosedur yang harus dilakukan pada saat dan sesudah keputusan


diberikan baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin.

c.

Organ Pemerintahan

Organ pemerintah adalah pihak yang memiliki kewenangan untuk


mengeluarkan beschikking, termasuk izin, organ pemerintah yang dimaksud
adalah organ yang menjalankan tugas, yaitu ditingkat pusat sampai yang
paling dasar. Banyaknya organ pemerintah yang memiliki wewenang untuk
menerbitkan izin, seringkali menghambat aktivitas dari pemohon izin. Hal
tersebut terjadi karena keputusan yang dibuat oleh organ pemerintah tersebut
memakan waktu yang panjang, yang dapat merugikan pemohon izin. Oleh
karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan deregulasi dan debirokratisasi
dengan batasan-batasan tertentu. Batasan-batasan tersebut adalah :
1)

Deregulasi dan debirokratisasi tersebut tidak menghilangkan


esensi dari sistem perizinan tersebut.

2)

Deregulasi hanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat teknis,


administrasif dan finansial.

3)

Deregulasi dan debirokratisasi tidak menghilangkan prinsip dalam


peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar perizinan.

4)

Deregulasi dan debirokratisasi harus memperhatikan asas-asas


umum pemerintahan yang layak (Good Corporate Governance).

d.

Peristiwa Konkrit
Izin sebagai salah satu jenis dari beschikking memiliki bentuk dan sifat yaitu12:
1)

Konkrit, artinya objek yang diputuskan dalam Keputusan Tata


Usaha Negara itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat
ditentukan.

2) Individual, artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak ditujukan untuk
umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju.
3) Final, artinya sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat
hukum.
Peristiwa konkrit adalah peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang
tertentu dan fakta hukum tertentu. Peristiwa konkrit yang dimohonkan izinnya
sangat beragam dan dalam peristiwa konkrit dapat diterbitkan atau diperlukan
beberapa izin, berdasarkan proses dan prosedurnya tergantung dari pemberi
12

C.S.T. Kancil, Kitab Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta : Pradnya
Paramita, 2003, hlm. 15

10

wewenang izin, macam izin serta struktur organisasi, organ pemerintah yang
berwenang menerbitkan izin. Berkaitan dengan wewenang organ pemerintah
dengan peristiwa konkrit, kewenangan tersebut diberikan untuk tujuan yang
konkrit yang didasarkan pada aspek yuridis perizinan yang meliputi 13:
1)

Larangan untuk melakukan aktivitas tanpa izin. Larangan


dirumuskan dalam norma larangan bukan norma perintah, maka
pelanggaran atas larangan itu dikaitkan dengan sanksi administrasi, pidana
dan perdata.

2)

Wewenang untuk memberi izin.

e. Prosedur dan Persyaratan


Pengajuan izin oleh pihak pemohon izin harus menempuh prosedur tertentu
yang ditentukan oleh organ pemerintah yang berkaitan secara sepihak,
persyaratan untuk memperoleh izin, memiliki 2 sifat, yaitu:
1)

Konstitutif, terdapat perbuatan atau tingkah laku tertentu


(perbuatan konkrit) yang harus dipenuhi, yang jika tidak dipenuhi dapat
dikenakan sanksi.

2)

Kondisional, penilaian dari suatu peristiwa yang akan diterbitkan


izin dapat terlihat dan dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang
disyaratkan terjadi.

3. Fungsi dan Tujuan Perizinan


Sebagai suatu instrumen yuridis dari pemerintah, izin yang dianggap
sebagai ujung tombak instrumen hukum berfungsi sebagai14 :
a.

Pengarah
Keinginan mengarahkan (mengendalikan) aktivitas-aktivitas tertentu
misalnya izin bangunan.

b.

Perekayasa
Kegiatan yang berhubungan dengan perancangan atau pembuatan izin.

13
14

Rachmani Puspitadewi, Op. Cit.


Ibid.

11

c.

Perancang masyarakat adil dan makmur


Sebagai upaya rancang atau desain yang dilakukan oleh penerintah
sebelum membangun suatu sistem dan sarana.

d.

Pengendali
Kegiatan untuk menentukan hubungan antara yang direncanakan dan
dengan hasilnya, guna mengambil tindakan yang diperlukan sehingga
kegiatan dilaksanakan serta tujuan tercapai sesuai dengan apa yang
direncanakan.

e.

Penertib masyarakat

Izin dimaksudkan juga sebagai suatu penertib masyarakat.Tujuan perizinan


harus dikaitkan dengan peristiwa konkrit yang dihadapi. Secara umum, tujuan dari
izin adalah15 :
a.

Mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu


Untuk menyeleksi aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan rank en horecawet,
dimana pengurus harus mempunyai syarat-syarat tertentu)

b.

Mencegah bahaya bagi lingkungan


Pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, dan pengawasan serta pencegahan atas kegiatan,
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga keletarian lingkungan.

c.

Melindungi objek-objek tertentu


Upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar tidak terjadi penyalahgunaan
atau perusakan terhadap objek-objek tertentu yang memiliki izin resmi.

d.

Membagi objek-objek yang sedikit


Memberikan kesempatan bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
tertentu dengan memberikan suatu objek untuk kegiatan dimaksud.

4. Mekanisme Perizinan

15

Ibid.

12

Surat Izin Praktik (SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah
kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah
memenuhi persyaratan. Sebelumnya para pemohon SIP harus mendapatkan Surat
tanda registrasi dokter dan dokter gigi karena dalam salah satu syarat untuk
mendapatakn SIP adalah STR itu sendiri. STR adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh

Konsil

Kedokteran

Indonesia

kepada

dokter

dan

dokter

gigi

yangtelah diregistrasi Perizinan Dokter Menurut UU 29/2004 Pasal 37 UU


29/2004 menyatakan dengan tegas bahwa Surat Izin Praktik (SIP) setiap dokter
yang melakukan praktik kedokteran dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan. Pada
ketentuan Pasal 37 itu, sangat jelas sekali bahwa yang memiliki kewenangan
untuk menolak atau menyetujui pemberian perizinan dokter adalah pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota. Dalam praktik sekarang ini, pejabat
kesehatan yang berwenang yang dimaksud adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Dalam penelitian ini, spesifikasi penelitian yang digunakan adalah
deskripif analitis. Yang dimaksud dengan deskriptif analitis, yaitu membuat
deskriptif atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta,
sifat dan hubungan antar fenomena atau gejala yang diteliti sambil
menganalisisnya, yaitu mencari hubungan sebab akibat dari suatu hal dan
menguraikannya secara konsisten dan sistematis serta logis.16
Selanjutnya, spesifikasi penelitian deskritif analitis ini digunakan untuk
menganalisis, yaitu mencari sebab akibat dari permasalahan yang terdapat pada
perumusan masalah dan menguraikannya secara konsisten, sistematis dan logis
sesuai dengan perumusan masalah yang menjadi focus dalam penelitian ini.
2. Metode Pendekatan

16

Moh. Nazar, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia, 1985), hal 63

13

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah


yuridis normatif. Yang dimaksud dengan metode pendekatan yuridis normatif
yaitu suatu cara meneliti dalam penelitian hukum yang dilakukan terhadap bahan
pustaka atau data sekunder belaka dan dengan menggunakan metode berpikir
deduktif, yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip dasar.17 Selanjutnya yang dimaksud
dengan metode berpikir deduktif adalah cara berpikir dalam penarikan kesimpulan
yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum yang sudah dibuktikan bahwa dia
benar dan kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya khusus.18
3. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan
dokumentasi, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang
sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumentasi yang biasanya
disediakan di perpustakaan.19
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdapat dalam suatu
aturan hukum atau teks otoritatif seperti peraturan perundang-undangan, putusan
hakim, traktat, kontrak, keputusan Tata Usaha Negara. Bahan hukum primer yang
dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari peraturan perundang-undangan
seperti Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan UndangUndang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran beserta peraturan
pelaksanaan dari perundang-undangan tersebut.
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku
teks, jurnal-jurnal, pendapat para sarjana, serta kasus-kasus hukum. Selain itu
dalam penelitian ini dipergunakan pula bahan hukum tersier. Bahan hukum tersier
adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna
terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia
dan lain-lain.

17

Peter MM.Penelitian Hukum. (Jakarta : Kencana, 2010), hal. 17


Sedarmayanti &Syarifuddin Hidayat, Metodologi Penelitian. (Bandung : Maju Mandar,
2002), hal 23
19
Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum
(Bandung : Mandar Maju, 1995), hal 65
18

14

Berdasarkan uraian mengenai metode penelitian tersebut di atas dapat


dijelaskan bahwa spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi
ini dalah deskriptif analitis sehingga metode pendekatan yang adekurat digunakan
dalam penelitian skripsi ini adalah metode pendekatan yuridis normatif, maka
jenis jenis data yang dapat digunakan adalah data sekunder yang bersifat
kualitatif. Data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan
tersier tersebut diperoleh dengan cara atau melalui suatu kegiatan yang dinamakan
studi kepustakaan / library research
4. Teknik Pengumpulan Data
Oleh karena data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang bersifat kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang
dipergunakan adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu kegiatan
(praktis dan teoritis) untuk mengumpulkan dan mempelajari serta memahami data
yang berupa hasil pengolahan orang lain, dalam bentuk teks otoritas (peraturan
perundang-undangan, putusan hakim, traktat, kontrak, keputusan tata usaha
Negara, kebijakan publik dan lainnya), literatur atau buku teks, jurnal, artikel,
arsip atau dokumen, kamus hukum, ensiklopedia dan lainnya.
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
normatif. Metode kualitatif normatif ini digunakan karena penelitian ini tidak
menggunakan konsep-konsep yang diukur / dinyatakan dengan angka atau
rumusan statistic. Dalam menganalisis data sekunder tersebut, penguraian data
disajikan dalam bentuk kalimat yang konsisten, logis dan efektif serta sistematis
sehingga memudahkan untuk interprestasi data dan konstruksi data serta
pemahaman akan analisis yang dihasilkan, yaitu mencari seba akibat dari suatu
masalah dan menguraikannya secara konsisten, sistematis dan logis sesuai dengan
perumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini.
G. Sistematika Penulisan

15

Dalam skripsi yang berjudul Prosedur Perolehan Izin Praktek Dokter


Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara sistematika penulisannya adalah
sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan
kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II

PENGATURAN IZIN PRAKTIK DOKTER


Pada bagian ini akan membahas tentang Pihak-Pihak Yang
Berwenang Mengeluarkan Izin, Peraturan undang-undang yang
mengatur tentang izin Praktik Dokter dan Ketentuan Sanksi Dalam
Izin Praktik Dokter

BAB III

PELAYANAN PENGURUSAN IZIN PENYELENGGARAAN


PRAKTIK DOKTER
Bab ini akan membahas Tinjauan Tentang Izin Praktik Dokter,
Jenis dan Bentuk Izin, Izin Praktik Dokter, Pelayanan Perizinan
dalam Perspektif Negara Kesejahteraan, Restrukturisasi dan
Revitalisasi Pelayanan Perizinan, Birokrasi Pelayanan Perizinan,
Orientasi Kebijakan Pelayanan Perizinan, Konsepsi Peningkatan
Pelayanan Perizinan yang Optimal dan Penataan Kelembagaan
yang menangani Perizinan

BAB IV

PROSEDUR

PEROLEHAN

IZIN

PRAKTIK

DOKTER

DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


Pada bab ini akan membahas mengenai Peraturan Daerah Kota
Medan Tentang Izin Praktik Dokter. Proses dan Prosedur Perolehan
Izin Praktik Dokter, Hambatan dalam Perolehan Izin Tempat
Praktik Dokter dan Upaya yang dilakukan dalam mengatasi
perolehan Izin Praktik Dokter
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

16

Pada bagian akhir akan membahas tentang Kesimpulan dan Saran


dari hasil penelitian yang dilakukan

BAB II
PENGATURAN IZIN PRAKTIK DOKTER
A. Pihak-Pihak Yang Berwenang Mengeluarkan Izin
Secara langsung pada bagian ini dapat dikatakan pihak yang berwenang
mengeluarkan izin tersebut adalah Pemerintah. Hanya saja dalam hal yang
dernikian harus dapat dilihat izin bagaimanakah yang dimohonkan oleh
masyarakat, sehingga dengan demikian akan dapat diketahui instansi pemerintah
yang berwenang mengeluarkan izin tersebut. Misalnya izin keramaian atau izin
mengeluarkan pendapat di muka umum, maka izin tersebut didapatkan rnelalui
kepolisian setempat dimana keramaian akan dilakukan. Dalam kajian pihak-pihak
yang berwenang mengeluarkan izin maka dasarnya yang perlu dikaji adalah
kedudukan aparatur pemerintah yang melakukan tugasnya di bidang administrasi
negara pemberian izin kepada masyarakat.
Agar aparatur pemerintah sebagai bagian dari unsur administrasi negara
dapat melaksanakan fungsinya, maka kepadanya harus diberikan keleluasaan.
Keleluasaan ini langsung diberikan oleh undang-undang itu sendiri kepada
penguasa setempat. Hal seperti ini biasanya disebut dengan kekeluasaan delegasi
kepada pemerintah seperti Gubernur, Bupati/Walikota untuk bertindak atas dasar
hukum dan atau dasar kebijaksanaan. Di samping keleluasaan itu, kepada aparatur
pemerintah selaku pelaksana fungsi dalam administrasi negara juga diberikan
suatu pembatasan agar pelaksanaan perbuatan-perbuatannya itu tidak menjadi apa
yang disebut sebagai "onrechtmatig overheidsdaad". Setidaknya perbuatan itu
tidak boleh melawan hukum baik formil maupun materiil. Tidak boleh melampaui
penyelewengan-kewenangan menurut undang-undang (kompetentie).
Adapun bentuk-bentuk dari perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu
dalam bentuk memberikan izin secara garis besar dapat dibagi atas :

1. Perbuatan membuat peraturan


2. Perbuatan melaksanakan peraturan.
Sementara itu menurut Van Poelje sebagaimana dikutip Victor Situmorang
perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu adalah sebagai berikut :
17

18

1. Berdasarkan faktor (Feitlijke handeling).


2. Berdasarkan hukum (Recht Shandeling).
a. Perbuatan hukum privat.
b. Perbuatan hukum publik, yang kemudian perbuatan ini dapat dibagi
atas :
1. Perbuatan hukum publik yang sepihak
2. Perbuatan hukum publik yang berbagai pihak.20
Kemudian Amrah Muslimin mengatakan bahwa dalam bidang eksekutif
ada 2 (dua) macam tindakan/perbuatan administrasi negara/pemerintah, yakni :

1. Tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan yang secara tidak langsung


menimbulkan akibat-akibat hukurn.

2. Tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan yang secara langsung


menimbulkan akibat-akibat hukum.
Pendapat lain tentang perbuatan hukum dari administrasi negara ini adalah
seperti yang dikemukakan oleh Prajudi Admosudirjo. Menurutnya perbuatan itu
dibagi ke dalam 4 (empat) macam perbuatan hukum administrasi negara, yakni :

1. Penetapan (beschiking), administrative dicretion). Sebagai perbuatan


sepihak yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat atau
instansi penguasa (negara) yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu.
Perbuatan hukum tersebut harus sepihak (eenzijdig) dan harus bersifat
administrasi negara. Artinya realisasi dari suatu kehendak atau ketentuan
undang-undang secara nyata kasual, individual.

2. Rencana (Planning).
Salah satu bentuk dari perbuatan hukum Administrasi Negara yang
menciptakan hubungan-hubungan hulcuin (yang
penguasa dan para warga masyarakat.

20

Victor Situmorang, Op.Cit, hal. 4

mengikat) antara

19

3. Norma jabatan (Concrete Normgeving).


Merupakan suatu perbuatan hukum (rechtshandeling) dari penguasa
administrasi negara untuk membuat agar supaya suatu ketentuan undangundang mempunyai isi yang konkret dan praktis serta dapat diterapkan
menurut keadaan waktu dan tempat.

4. Legislasi Semu (Pseudo Weigeving)


Adalah penciptaan dari aturan-aturan hukum oleh pejabat administrasi
negara yang berwenang sebenarnya dimaksudkan sebagai garis-garis
pedoman pelaksanaan policy (kebijaksanaan suatu ketentuan undangundang) akan seperti yang dikemukakan oleh Prajudi Admosudirjo.
Menurutnya perbuatan dibagi ke dalam 4 (empat) macam perbuatan
hukum administrasi negara, yakni:
a. Penetapan (beschiking, administrative dicretion). Sebagai perbuatan
sepihak yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat atau
instansi penguasa (negara) yang berwenang dan berwajib khusus untuk
itu. Perbuatan hukum tersebut harus sepihak (eenzijdig) dan harus
bersifat administrasi negara. Artinya realisasi dari suatu kehendak atau
ketentuan undang-undang secara nyata kasual, individual.
b. Rencana (Planning).
Salah satu bentuk dari perbuatan hukum Administrasi Negara yang
menciptakan hubungan-hubungan hukum (yang mengikat) antara
penguasa dan para warga masyarakat.
c. Norma jabatan (Concrete Normgeving).
Merupakan suatu perbuatan hukum (rechtshandeling) dari penguasa
administrasi negara untuk membuat agar supaya suatu ketentuan
undang-undang mempunyai isi yang konkret dan praktis serta dapat
diterapkan menurut keadaan waktu dan tempat.

20

d. Legislasi Semu (Pseudo Weigeving).


Adalah penciptaan dari aturan-aturan hukum oleh pejabat administrasi
negara yang berwenang sebenarnya dimaksudkan sebagai garis-garis
pedoman pelaksanaan policy (kebijaksanaan suatu ketentuan undangundang) akan tetapi dipublikasikan secara meluas.21
Memperhatikan batasan, ruang lingkup serta perbuatan-perbuatan dari
Administrasi Negara di atas jelaslah bahwa Hukum Administrasi Negara itu
adalah merupakan suatu perangkat ketentuan yang memuat sekaligus memberikan
cara bagaimana agar organ-organ di dalam suatu organisasi yang lazim disebut
"negara" dapat melaksanakan fungsi dan kewenangannya demi terwujudnya suatu
tujuan yang dikehendaki bersama. Dalarn praktik kehidupan sehari-hari acapkali
kita menyebutkan bahwa peristiwa-peristiwa pada saat kewenangan aparatur
pemerintah itu direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu "Keputusan
Pemerintah".

Selanjutnya

menurut

Hukum

Administrasi

Negara

bahwa

Pemerintah itu mempunyai tugas-tugas istimewa, yakni tugas yang dapat


dirumuskan secara singkat sebagai suatu tugas "Penyelenggaraan Kepentingan
Umum".
Pengaturan Pemberian Ijin Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter
Gigi tertuang dalam UU Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. di
dalamnya memberikan amanat untuk membuat sebuah badan yang akan disebut
KKI (Konsil Kedokteran Indonesia). Disini Konsil Kedokteran Indonesia
mempunyai tugas :
a. melakukan registrasi dokter dan dokter gigi;
b. mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi; dan
c. melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran
yang dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing.
Undang-Undang No 29/2004 baru akan berlaku setelah satu tahun sejak
diundangkan, bahkan penyesuaian STR dan SIP diberi waktu hingga dua tahun
sejak Konsil Kedokteran terbentuk.

21

Prajudi Admosoedirjo, Op.Cit, hal. 102.

21

Diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


1419/MENKES/PER/X/2005 tentang penyelengaraan Praktik Dokter dan Dokter
gigi. Di dalamnya juga termuat formulir untuk mendapatkan STR ataupu SIP.
Juga Kemudian KKI membuat peraturan yang tertuang dalam Peraturan
Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tentang Registrasi Dokter dan
Dokter Gigi
B. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang izin Praktik
Dokter
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran yang mengatur tentang izin praktik dokter adalah
Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.
Pasal 37
(1) Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dikeluarkan oleh
pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan.
(2) Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat.
(3) Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.
Pasal 38
(1) Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36, dokter atau dokter gigi harus :
a. memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter
gigi yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal
31, dan Pasal 32;
b. mempunyai tempat praktik; dan
c. memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.
(2) Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang :
a. surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi
masih berlaku; dan
b. tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin
praktik.

22

Ketentuan lebih lanjut mengenai surat izin praktik diatur dengan Peraturan
Menteri. Surat Izin Praktik (SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah
kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah
memenuhi persyaratan. Sebelumnya para pemohon SIP harus mendapatkan Surat
tanda registrasi dokter dan dokter gigi karena dalam salah satu syarat untuk
mendapatakn SIP adalah STR itu sendiri. STR adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh

Konsil

Kedokteran

Indonesia

kepada

dokter

dan

dokter

gigi

yangtelah diregistrasi Perizinan Dokter Menurut UU 29/2004 Pasal 37 UU


29/2004 menyatakan dengan tegas bahwa Surat Izin Praktik (SIP) setiap dokter
yang melakukan praktik kedokteran dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan. Pada
ketentuan Pasal 37 itu, sangat jelas sekali bahwa yang memiliki kewenangan
untuk menolak atau menyetujui pemberian perizinan dokter adalah pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota. Dalam praktik sekarang ini, pejabat
kesehatan yang berwenang yang dimaksud adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

C. Ketentuan Sanksi Dalam Izin Praktik Dokter


Pada Pasal 75 dinyatakan bahwa:
(1) Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi

23

bersyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan


pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 76 dinyatakan bahwa:
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 77 dinyatakan bahwa:
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau
bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda
registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi dan/atau surat izin
praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 78 dinyatakan bahwa:
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan
seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah
memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi
atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 79 dinyatakan bahwa:
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau
dokter gigi yang :
a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 ayat (1);

24

b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 46 ayat (1); atau
c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.
Pasal 80 dinyatakan bahwa:
(1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau dokter gigi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara
paling

lama

10

(sepuluh)

tahun

atau

denda

paling

banyak

Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).


Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh korporasi, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan
berupa pencabutan izin. Sebagai suatu instrumen yuridis dari pemerintah, izin
yang dianggap sebagai ujung tombak instrumen hukum berfungsi sebagai22 :
a.

Pengarah
Keinginan mengarahkan (mengendalikan) aktivitas-aktivitas tertentu
misalnya izin bangunan.

b.

Perekayasa
Kegiatan yang berhubungan dengan perancangan atau pembuatan izin.

c.

Perancang masyarakat adil dan makmur


Sebagai upaya rancang atau desain yang dilakukan oleh penerintah
sebelum membangun suatu sistem dan sarana.

d.

Pengendali
Kegiatan untuk menentukan hubungan antara yang direncanakan dan
dengan hasilnya, guna mengambil tindakan yang diperlukan sehingga
kegiatan dilaksanakan serta tujuan tercapai sesuai dengan apa yang
direncanakan.

e.

22

Penertib masyarakat

Ibid.

25

Izin dimaksudkan juga sebagai suatu penertib masyarakat.Tujuan perizinan


harus dikaitkan dengan peristiwa konkrit yang dihadapi. Secara umum, tujuan dari
izin adalah23 :
e.

Mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu


Untuk menyeleksi aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan rank en horecawet,
dimana pengurus harus mempunyai syarat-syarat tertentu)

f.

Mencegah bahaya bagi lingkungan


Pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, dan pengawasan serta pencegahan atas kegiatan,
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga keletarian lingkungan.

g.

Melindungi objek-objek tertentu


Upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar tidak terjadi penyalahgunaan
atau perusakan terhadap objek-objek tertentu yang memiliki izin resmi.

h.

Membagi objek-objek yang sedikit


Memberikan kesempatan bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
tertentu dengan memberikan suatu objek untuk kegiatan dimaksud.

23

Ibid.

BAB III
PELAYANAN PENGURUSAN IZIN PENYELENGGARAAN
PRAKTIK DOKTER
A. Tinjauan Tentang Izin Praktik Dokter
1. Jenis dan Bentuk Izin
Amrah Muslimin, bahwa izin tersebut dibaginya ke dalam tiga bahagian
bentuk perizinan (vergunning) yaitu : 24
a. Lisensi, ini merupakan izin yang sebenarnya (Deiegenlyke). Dasar
pemikiran mengadakan penetapan yang merupakan lisensi ini ialah bahwa
hal-hal yang diliputi oleh lisensi diletakkan di bawah pengawasan
pemerintah, untuk mengadakan penertiban. Umpamanya : Izin rumah
sakit, izin apotek.
b. Dispensasi, ini adalah suatu pengecualian dari ketentuan umum, dalam hal
mana pembuat undang-undang sebenamya dalam prinsipnya tidak berniat
mengadakan pengecualian.
c. Konsesi, disini pemerintah menginginkan sendiri clan menganjurkan
adanya usaha-usaha industri gula atau pupuk dengan memberikan fasilitasfasilitas kewenangan kewajiban.
Bentuk dan isi dari izin harus mengandung unsur kepastian hukum.
Penerbitan suatu izin harus tertulis dan secara umum memuat hal-hal sebagai
berikut25 :
a. Organ yang berwenang
Pada umumnya pembuat aturan akan menunjuk organ berwenang
dalam sistem perizinan, organ yang paling berbekal mengenai materi
dan tugas bersangkutan dan hampir selalu yang terkait adalah organ
pemerintahan.

24

Muchsan, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Liberty, Yogyakarta,


1982, hal. 12.
25
Ibid.

26

27

b. Alamat harus lengkap


Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan. Biasanya izin
dikeluarkan setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan,
sehingga keputusan yang memuat izin akan dialamatkan kepada pihak
yang memohon izin.
c. Diktum (substansi dari izin harus dimuat dalam diktum)
Keputusan yang memuat izin, demi alasan kepastian hukum harus
memuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan. Diktum
terdiri atas keputusan pasti yang memuat hak-hak dan kewajibankewajiban yang dituju oleh keputusan tersebut.
d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat
Keputusan

umumnya

mengandung

ketentuan,

pembatasan-

pembatasan dan syarat-syarat merupakan substansi yang diputuskan


dalam suatu izin
e. Pemberian alasan
Berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan yang harus sesuai
dengan kondisi objektif dari peristiwa atau fakta serta subjek hukum.
f. Pemberitahuan tambahan
Berisi tentang kemungkinan sanksi, kebijaksanaan yang akan
dikeluarkan dan lain-lain.
Hal-hal penting dalam perizinan, antara lain adalah26 :
b. Penolakan izin dapat dilakukan jika berkaitan dengan masalah
pembangunan yang menyangkut kepentingan negara, lingkungan
hidup, pertahanan keamanan, ideologi dan lain-lain. Masalah
kompetisi tidak dapat dijadikan alasan untuk menolak izin.
c. Beberapa izin khusus dimungkinkan untuk dipindahtangankan
d. Adanya

pembebasan

bersyarat

yang

memiliki

pengambilan keputusan atas suatu izin.


e. Perumusan izin harus jelas sesuai tujuan dari izin.
26

Ibid.

ukuran

untuk

28

f. Dalam hal izin lingkungan hidup, dapat ditetapkan persyaratan


perlindungan terhadap pembangunan yang berkelanjutan.
g. Izin harus sesuai dengan hukum positif yang berlaku. Izin

dapat

dicabut secara menyeluruh atau sebagian, jika suatu kegiatan yang


diizinkan berdampak negatif terhadap lingkungan dan tidak cukup
hanya dicegah dengan ketentuan atau penambahan persyaratan baru.
h. Kegiatan usaha musnah oleh sebab tertentu.
i. Pembatasan dari segi jangka waktu berlakunya suatu izin (pemohon
tidak melakukan perpanjangan).
2. Izin Praktik Dokter
Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang
diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang
telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.
Surat Izin Praktik
Pasal 36 dinyatakan bahwa:
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.
Pasal 37 dinyatakan bahwa:
1. Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dikeluarkan
oleh pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat
praktik kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan.
2. Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat
3. Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk I (satu) termpat praktik.
Pasal 38 dinyatakan
1. Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36, dokter atau dokter gigi harus:
a. memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter
gigi yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal
31,danPasal32
b. mempunyai tempat praktik; dan
c. memiliki rekomendasi dan organisasi profesi.

29

2. Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang;


a. surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi
masih berlaku; dan
b. tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin
praktik.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai surat izin praktik diatur dengan

Peraturan Menteri.
Pelaksanaan Praktik Pasal 39 dinyatakan bahwa:
Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara
dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan
kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pasal 40 dinyatakan bahwa:
1. Dokter atau dokter gigi yang berhalangan menyelenggarakan praktik
kedokteran harus membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau
dokter gigi pengganti;
2. Dokter atau dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dokter atau dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik.
Pasal 41 dinyatakan bahwa:
1. Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan
menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 wajib memasang papan nama praktik kedokteran.
2. Dalam hal dokter atau dokter gigi berpraktik di sarana pelayanan
kesehatan, pimpinan sarana kesehatan wajib membuat daftar dokter
gigi yang melakukan praktik kedokteran.
Pasal 42 dinyatakan bahwa:
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau
dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan praktik
kedokteran di sarana pelayanan kesehatan tersebut.
Pasal 43 dinyatakan bahwa:
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan praktik kedokteran diatur
dengan Peraturan Menteri.

30

3. Pelayanan Perizinan dalam Perspektif Negara Kesejahteraan


Indonesia adalah negara yang memiliki sumberdaya alam yang luar biasa,
negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dan negara dengan jumlah
penduduk pluralis yang besar.
Indonesia juga negara yang mempunyai landasan filosofis ketatanegaraan
Pancasila yang di dalamnya mengandung nilai-nilai dasar kemanusiaan
berdasarkan pada agama, budaya dan adat istiadat setempat.
Pertumbuhan ekonomi dewasa ini begitu cepat berkembang. Tuntutan
untuk mencapai kemakmuran material menjadi prioritas kehidupan manusia.
Segala cara dilakukan untuk meraih kemakmuran material. Dukungan pembiayaan
dari lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan non bank terus menjadi
incaran masyarakat, baik masyarakat kalangan atas maupun bawah.
Di Indonesia pemenuhan kebutuhan masyarakat dilindungi dan dijamin
oleh hukum. Oleh karena itu, seluruh lapisan masyarakat Indonesia mempunyai
hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan, melakukan
kegiatan usaha dan untuk mendapatkan lapangan kerja.
Namun, sampai sekarang Indonesia adalah negara yang masih menghadapi
persoalan kesejahteran yang serius. Ironisnya, kontribusi negara sebagai institusi
yang seharusnya memiliki peran penting dalam mensejahterakan warganya,
ternyata masih jauh dari harapan. Berbagai masalah ekonomi, sosial dan politik di
Indonesia seringkali disebabkan oleh kegagalan negara dalam memainkan
perannya dengan baik. Seakan-akan negara tidak pernah dirasakan kehadirannya
terutama oleh mereka yang lemah (dhaif) atau dilemahkan (mustadhafin), yang
miskin atau dimiskinkan.
Seringkali masyarakat merasa tidak puas atas jasa yang diberikan oleh
instansi penyedia jasa (service provider). Namun, ketidakpuasan itu tidak
terungkap dalam ruang publik. Hanya saja, dampak negatif ketidakpuasan itu
yang tanpa diragukan lagi sangatlah nyata. Sebagian besar masyarakat yang tidak
puas atas suatu pelayanan di toko atau bank, misalnya, jarang mengajukan
keluhannya secara resmi kepada penyedia jasa. Mereka lebih memilih beralih ke
penyedia jasa lainya. Kalaupun ada yang mengungkapkan ketidakpuasannya
secara langsung kepada penyedia jasa, mereka pada akhirnya juga bernasib sama.
Namun, pemerintah sebagai penyedia (provider) pelayanan publik nyaris tanpa

31

kompetitor sama sekali karena kewenangan (otoritas) yang diberikan kepadanya


oleh undang-undang. Namun, layak diperdebatkan jika dikatakan bahwa
ketidakpuasan masyarakat tidak berdampak atau berimplikasi pada penyedia jasa
di sektor publik. Justru sebaliknya, kendatipun diketahui kalau pelayanan publik
sektor nirlaba dan praktik jarang mendapat tekanan pasar, ketidakpuasan
masyarakat cenderung menimbulkan dampak negatif dalam berbagai bentuk
terhadap pemerintah.
Perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan publik.
Perizinan, kendatipun tidak dibutuhkan setiap hari, sangatlah berperan penting
bagi kehidupan kita. Tanpanya, banyak yang tidak dapat kita lakukan karena izin
adalah bukti penting secara hukum. Tidak ada bagian lain dalam domain publik
tempat interaksi antara pemerintah dan masyarakatnya begitu jelas dan langsung
selain pada bagian pelayanan perizinan. Sebagai garda terdepan atas pelayanan
pemerintah terhadap masyarakat, dapat dikatakan kinerja pemerintah secara
keseluruhan benar-benar dinilai dari seberapa baik pelayanan unit perizinan ini.
Banyak aspek kehidupan sebagai warga negara diatur melalui sistem
perizinan. Demikian juga perizinan yang terkait dengan dunia usaha terkait
investasi. Proses perizinan usaha yang tidak efisien tidak tepat waktu dan berbiaya
tinggi pada akhirnya akan menurunkan jumlah investasi dan kegiatan wiraswasta.
Hal ini tentu saja berdampak serius terhadap upaya menciptakan lapangan kerja
dan masalah-masalah ketenagakerjaan lainnya. Izin pengelolaan limbah,
penggalian air tanah, Iokasi industri, keamanan kerja, serta bahan beracun dan
berbahaya sernuanya berdampak pada dunia industri dan masyarakat sekitar yang
berisiko mengalami bencana, kecelakaan, dan berdampak jangka panjang terhadap
kesehatan mereka.
Pemerintah sebagai provider memiliki otoritas penuh sesuai undangundang yang ada untuk menentukan apakah sebuah izin usaha diperkenankan
untuk masuk atau tidak dalam sebuah lingkungan ekonomi. Bila pemerintah tidak
mengizinkan maka argumen yang melandasinya diantaranya adalah pemihakan
pada pelaku lokal, perlindungan domestik, konservasi lingkungan ataupun alasan
pertahanan/keamanan. Bila pemerintah mengizinkan haruslah dilandasi bahwa

32

investasi ini akan menghadirkan dampak pengganda yang berlipat bagi


masyarakat.
Perizinan yang terkait dengan dunia usaha merupakan salah satu elemen
penting dalam lingkungan investasi. Proses perizinan usaha yang tidak efisien,
tidak tepat waktu, dan berbiaya tinggi pada akhirnya akan menurunkan jumlah
investasi dan kegiatan wiraswasta.
Banyaknya agen swasta yang menawarkan jasa untuk mengurus proses
perizinan merupakan tanda adanya gap antara pemerintah sebagai penyedia
layanan publik dan masyarakat sebagai pengguna layanan. Agen-agen penyedia
jasa seperti ini tumbuh subur karena adanya kesan masyarakat bahwa proses
pengurusan izin beserta aparatnya dianggap sulit dan memakan waktu. Sebagian
masyarakat bersedia membayar lebih untuk kepastian (waktu, persyaratan, biaya)
dan transparansi lebih dapat diperoleh dari agen-agen tersebut.
Masyarakat tidak mampu memperoleh langsung melalui pemerintah.
Karena memiliki kewenangan untuk mengeluarkan izin, pemerintah tidak
kehilangan revenue apa pun dari maraknya agen-agen ini. Namun, pemerintah
kehilangan kepercayaan, kredibilitas, dan dukungan politis dari masyarakat.
Sebenarnya, harapan masyarakat terhadap proses perizinan tidak berbeda
dengan harapan pemerintah, yakni sederhana, murah, adanya kepastian waktu,
pelayanan yang berkualitas, kepastian hasil, transparansi dan sah secara hukum.
Proses perizinan yang sederhana mencakup tidak saja menghilangkan birokrasi
yang panjang, tetapi juga menghindari prosedur dan persyaratan yang berlebihan
serta

memberikan

informasi

yang

akurat

kepada

pemohon

perizinan.

Dari sisi masyarakat, murah berarti biaya yang wajar dan dapat diverifikasi, yang
disertai dengan kuitansi secukupnya. Walaupun pelayanan publik seyogyanya
tidak dipungut biaya atau paling tidak seminimal mungkin dengan alasan bahwa
pendapatan negara seharusnya berasal dari pajak dan retribusi dan bahwa operasi
pelayanan publik telah didanai oleh APBN atau APBD. Kepastian waktu
merupakan elemen penting lainnya yang diharapkan masyarakat dari pemerintah.
Kepastian tersebut mencakup lamanya waktu yang dibutuhkan untuk proses
pengurusan serta kapan izin dapat dikeluarkan. Lamanya pengurusan izin

33

seharusnya diketahui oleh para pemohon sehingga bermanfaat bagi proses


perencanaan dan penjadwalan mereka, dan pemerintah sebagai penyedia
pelayanan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat ini. Masyarakat tentu
saja berharap bahwa lamanya proses pengurusan izin tidak berlarut-larut.
Kualitas pelayanan secara khusus berkaitan dengan tingkat kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan. Bagi pimpinan instansi
pemerintah yang memberikan pelayanan publik, kepuasan masyarakat ini harus
menjadi kriteria penting dalam mengevaluasi kinerja, kemajuan, dan perbaikan.
Tingkat kepuasan masyarakat secara keseluruhan dipengaruhi oleh tingkat
kepuasan pada tiap tahap proses perizinan yang mereka jalani dan bagaimana
tingkat kepuasan tersebut berubah. Ketika memulai proses perizinan, masyarakat
(baca pelanggan) telah memiliki persepsi, kesan, dan harapan akan pelayanan
yang mereka butuhkan. Kepuasan pelanggan akan meningkat jika setiap
kebutuhan mereka dapat dipenuhi secara memadai sesuai dengan harapannya,
demikian juga sebaliknya.27
Berbagai kebutuhan ini mungkin berbeda untuk setiap pelanggan, tetapi
secara umum tingkat kepuasan ini dapat diukur. Berkaitan dengan tingkat
kepuasan masyarakat, transparansi adalah aspek penting lain dalam proses
perizinan.

Transparansi

sangat

penting

dalam

membangun

kepercayaan

masyarakat terhadap pemerintah sebagai penyedia pelayanan publik dan elemen


penting yang menerimakan kredibilitas pemerintah di mata publik. Secara umum,
transparansi mengharuskan penyampaian informasi kepada pelanggan dalam
sciiap tahapan proses perizinan yang mereka ajukan. Aspek penting dahm proses
yang transparan adalah bahwa informasi yang disampaikan haruslah dapat
diverifikasi dan tersedia bagi pelanggan pada setiap tahapan proses pengurusan
izin. Penyedia layanan sangat perlu untuk menyadari bahwa pada dasarnya
merupakan kepentingan dan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang
akurat mengenai aplikasi perizinan yang mereka ajukan. Hal ini karena informasi
yang lengkap dan akurat merupakan bagian dari pelayanan secara keseluruhan
yang diharapkan masyarakat dari aparat penyedia pelayanan.
27

Ibid.

34

Kepastian hasil yang diharapkan dari penyedia pelayanan publik berarti


bahwa setelah pemohon memenuhi segala persyaratan yang diminta dan telah
mengikuti seluruh tahapan yang telah ditetapkan, izin yang mereka ajukan dapat
dikeluarkan. Kalaupun aplikasi yang diajukan ternyata tidak memenuhi syarat
untuk dikeluarkannya izin yang dimaksud, alasan penolakan seyogiyanya cukup
jelas bagi pemohon dengan surat resmi yang di dalamnya menyatakan mengapa
aplikasi yang diajukan gagal dan ticlak sesuai dengan peraturan yang berlaku.28
Peran pemerintah daerah dalam pelayanan perizinan mungkin yang
terbesar dalam pengertian interaksinya secara langsung dengan masyarakat, baik
sebagai penyedia pelayanan, maupun sebagai kepanjangan tangan pemerintah
pusat di daerah. Kepentingan pemerintah daerah terhadap pelayanan perizinan
juga sangat tinggi karena perizinan mempengaruhi pendapatan dan iklim investasi
daerah. Kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi serta penerbitan izin
diserahkan kepada pemerintah daerah menurut undang-undang clan peraturan
yang berlaku. Lebih jauh lagi, pemerintah daerah juga clapat membuat pajak
lokal, retribusi, dan perizinan melalui peraturan daerah. Namun, khususnya untuk
mencegah terjadinya pungutan pajak clan retribusi yang berlebihan serta perizinan
yang menghambat, pemerintah pusat tetap memegang kendali terhadap peraturan
daerah melalui kajian kesesuaian kebijakan akan dan peraturan daerah dengan
undang-undang dan peraturan nasional yang berlaku.29.
Saat ini terdapat banyak jenis pelayanan perizinan yang diberikan oleh
pemerintah daerah, baik yang dimandatkan oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah sendiri. Izin khusus tertentu berbeda antarsatu daerah dengan
daerah lainnya, tetapi jenis perizinan secara umum yang berlaku di hampir setiap
daerah clapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berikut. Berbagai
pelayanan perizinan publik ini dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten,
sehingga selain menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, desentralisasi, dan
kebijakan berbagai dinas di lingkungan pemerintah daerah memberikan pelayanan

28
29

12

Ibid.
Wibawa, Fahmi, Panduan Praktis Perizinan Usaha Terpadu. Jakarta: PT. Grasindo, hal

35

perizinan publik. Semakin banyaknya tugas perizinan yang didelegasikan kepada


dinas-dinas ini tentu saja menambah beban kerja yang cukup signifikan.
Salah satu isu penting yang patut diperhatikan adalah banyaknya jenis
pelayanan perizinan ini membutuhkan keahliah teknis dalam bidang tertentu.
Keahlian teknis ini mungkin sudah atau mungkin belum dimiliki aparat di instansi
tertentu. Generalisasi terhadap isu ini tidak mungkin dapat dilakukan untuk semua
instansi di seluruh pemerintahan kabupaten/kota karena ketersediaan sumberdaya
manusia dan tingkat keahlian teknis yang dibutuhkan dalam satu bidang sangat
berbeda dari satu instansi dengan instansi lainnya dan dari satu kabupaten/kota
dengan kabupaten/kota lainnya.
Pendekatan pelayanan terpadu satu pintu dalam pelayanan perizinan usaha,
merupakan pendekatan inovatif dalam sektor pemerintahan, yang bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik dalam bentuk outlet
pelayanan perizinan yang terintegrasi. Langkah inovasi ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan publik pada sektor ini serta untuk meningkatkan dampak
positif pelayanan perizinan dalam upaya menarik investasi yang pada akhirnya
bermuara pada kesejahteraan sosial secara umum.
Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, pendekatan perdu menawarkan
perbaikan tidak saja pada proses pelaksanaan pelayanan (service delivery) yang
dapat lebih memuaskan harapan masyarakat, tetapi juga menawarkan manfaat
lain, yakni meningkatkan kualitas tata pemerintahan dan secara internal
meningkatkan kapasitas pernerintahan dalam menghadapi tantangan dan tekanan
dari luar. Perdu menawarkan proses perizinan yang relatif sederhana, lebih cepat,
transparan, hemat waktu dan biaya dengan cara menyederhanakan prosedur dan
menempatkan berbagai penyedia pelayanan (service provider) yang berwenang
mengeluarkan berbagai perizinan pada satu tempat pelayanan (servicepoint). Perlu
juga meningkatkan nilai tambah skalabilitas perizinan yang dikeluarkan melalui
satu titik pelayanan. Dengan demikian, perdu merupakan upaya untuk menjawab
perkembangan dunia usaha di masa depan dengan cara yang lebih efisien dari sisi
biaya dan lebih efektif dari sisi waktu30.
30

Ibid. hal. 10

36

Manfaat lain dari pendekatan perlu yang efektif adalah bahwa prosedur
untuk mendirikan usaha yang sederhana, pasti, dan murah akan menarik minat
para investor untuk menanamkan modal mereka di daerah tersebut. Namun, secara
rasional janganlah mengasumsikan kalau pendekatan perdu akan berfungsi seperti,
"sapu jagat" yang serta merta dapat meningkatkan investasi suatu daerah.
Perangkat peraturan yang sederhana, keamanan berinvestasi, sistem pendukung
yang andal, serta kepastian hukum tetaplah menjadi faktor utama yang akan
mempengaruhi dinamika iklim investasi di suatu daerah.
Di dalam Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 disebutkan bahwa
penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:31
a. Kesederhanaan, prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan,
b. Kejelasan,kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal: Persyaratan teknis
dan administratif pelayanan publik;Unit kerja/pejabat yang berwenang dan
bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan /persoalan/ sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik;
Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
c. Kepastian waktu, pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi, produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan Baik.
e. Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman
dan kepastian hukum.
f. Tanggung jawab, pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat
yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/ persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
g. Kelengkapan sarana dan prasarana, tersedianya sarana dan prasarana kerja,
peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
h. Kemudahan akses, tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informatika.

31

Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan

37

i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan. Pemberi pelayanan harus


bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan
dengan ikhlas.
j. Kenyamanan, lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan
ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat
serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir,
toilet, tempat ibadah dan lain-lain.32

B. Restrukturisasi dan Revitalisasi Pelayanan Perizinan


1. Birokrasi Pelayanan Perizinan
Birokrasi adalah entitas penting suatu negara. Apa yang dimaksud dengan
birokrasi? Secara etimologis, birokrasi berasal dari kata Biro (meja) dan Kratein
(pemerintahan), yang jika disintesakan berarti pemerintahan Meja. Tentu agak
'lucu' pengertian seperti ini, tetapi memang demikianlah hakikat birokrasi oleh
sebab lembaga inilah tampak kaku yang dikuasai oleh orang-orang di belakang
meja.
Di dalam pendekatan institusional (kelembagaan setiap kebijakan negara
yang yang diselenggarakan pihak eksekutif diterjemahkan ke dalam bentuk
kebijakan administrasi negara, di mana pelaksanaan dari administrasi tersebut
dilakukan oleh lembaga birokrasi. Kita mungkin mengenal badan-badan seperti
Departemen, Kanwil, Kantor Kelurahan, Kantor Samsat, di mana kantor-kantor
tersebut

semua

merupakan

badan-badan

birokrasi

negara

yang

mengimplementasikan kebijakan negara dan bersifat langsung berhubungan


dengan masyarakat.
Michael G. Roskin, et al., menyebut pengertian birokrasi. Bagi mereka
birokrasi adalah "setiap organisasi yang berskala besar yang terdiri atas para
32

Ratminto & Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan. Pengembangan Model


Konseptual, Penerapan Citizens Charter dan Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.2008. hal 22-23

38

pejabat yang diangkat, di mana fungsi utamanya adalah untuk melaksanakan (to
implement) kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh para pengambil
keputusan (decision makers). Idealnya, birokrasi merupakan suatu sistem rasional
atau struktur yang terorganisir yang dirancang sedemikian rupa guna
memungkinkan adanya pelaksanaan kebijakan publik yang efektif dan efisien.33
Birokrasi juga dioperasikan oleh serangkaian aturan serta prosedur yang
bersifat tetap. Terdapat rantai komando berupa hirarki kewenangan di mana
tanggung jawab setiap bagian-bagiannya 'mengalir' dari 'atas' ke 'bawah.'
Selain itu, birokrasi juga disebut sebagai badan yang menyelenggarakan
Civil Service (pelayanan publik). Birokrasi terdiri dari orang-orang yang diangkat
oleh eksekutif, dan posisi mereka ini 'datang dan pergi.' Artinya, merekamereka duduk di dalam birokrasi kadang dikeluarkan atau tetap dipertahankan
berdasarkan prestasi kerja mereka. Seorang pegawai birokrasi yang malas
biasanya akan mendapat teguran dari atasan, yang jika teguran ini tidak digubris,
ia kemungkinan besar akan diberhentikan dari posisinya. Namun, jika seorang
pegawai menunjukkan prestasi kerja yang memuaskan, ada kemungkinan ia akan
dipromosikan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi (tentunya dengan gaji dan
kewenangan yang lebih besar pula).
Masyarakat yang membutuhkan pelayanan selalu berhubungan dengan
pejabat, pegawai dan para pelaku birokrasi pemerintahan, kerena pejabat birokrasi
memiliki

kekuasaan

untuk

mendistribusikan

pelayanan

tersebut

kepada

masyarakat. Sehingga birokrasi sebagai organisasi kekuasaan menjadi lebih kuat


dan menempati hirarki atas. Kekuasaan birokrasi yang diwujudkan dalam jabatan.
Para pejabat bisanya sangat menakutkan dan tidak bisa di tembus oleh lapisan
masyarakat lemah. Hal ini menyebabkan pelayanan-pelayanan dalam masyarakat
sering kali di tempatkan pada posisi yang tidak lagi pada posisi penting.
Masyarakat Indonesia semakin sadar apa yang menjadi hak dan
kewajibanya sebagai warga negara. Di era reformasi masyarakat sekarang berani
mengajukan tuntutan dan aspirasi mereka kepada pemerintah. Demo, unjuk rasa
33

Michael G. Roskin, et al., Political Science: An Introduction, Bab 16

39

dan aksi masa yang sering di lakukan anggota masyarakat untuk mennyampaikan
aspirasi mereka kepada masyarakat adalah contoh dari kesadaran masyarakat atas
hak-hak mereka. Dalam kondisi seperti ini, birokrasi pemerintah harus dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesianal, transparan, terbuka,
tepat waktu, responsif dan adaptif. Suatu pemerintahan pada hakekatnya adalah
pelayanan kepada masyarakat,
Keberadaanya tidak untuk melayani diri pribadi tetapi untuk melayani
masyarakat serta untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi setiap
anggota masyarakat untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi
menciptakan tercapainya tujuan bersama. Sehingga birokrasi berkewajiban untuk
menyelenggarakan pelayanan yang berkulitas dan memuaskan. Birokrasi yang ada
di indonesia wajib memberikan pelayanan publik yang memuaskan dan
demokratis. Negara indonesia merupakan negara yang demokratis, dan
pemerintahan yang demokrtis lahir untuk melayani masyarakatnya.34
Birokrasi sebagai organisasi dan institusi yang berhubungan dengan
masyarakat, maka birokrosi yang ada tersebut harus mampu menjalankan peran
dan fungsinya secara bertanggung jawab. Di harapkan birokrasi pemerintahan
yang ideal merupakan sekumpulan orang yang terorganisir dan berfungsi untuk
melayani dan menyelenggarakan administrasi yang ada di masyarakat. Oleh
karena itu untuk mewujudkan birokrasi yang ideal tidak luput dari dukungan
aparatur pemerintahan yang memiliki dedikasi yang tinggi dan moral yang baik.
Michael G. Roskin, et al. meneyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada 4
fungsi birokrasi di dealam suatu pemerintahan modern. Fungs-fungsi tersebut
adalah :
1. Administrasi
Fungsi

administrasi

pemerintahan

modern

meliputi

administrasi,

pelayanan, pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi. Dengan fungsi


administrasi

dimaksudkan

bahwa

fungsi

sebuah

birokrasi

adalah

mengimplementasikan undang-undang yang telah disusun oleh legislatif serta


penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif. Dengan demikian, administrasi berarti
34

http://mosiolog.blogspot.com/2011/02/pelayanan-birokrasi-pemerintahan-yang.html.
diakses tanggal 28 Mei 2013

40

pelaksanaan kebijaksanaan umum suatu negara, di mana kebijakan umum itu


sendiri telah dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan negara secara
keseluruhan.
2. Pelayanan
Birokrasi sesungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat atau
kelompok-kelompok khusus. Badan metereologi dan Geofisika (BMG) di
Indonesia merupakan contoh yang bagus untuk hal ini, di mana badan tersebut
ditujukan demi melayani kepentingan masyarakat yang akan melakukan
perjalanan atau mengungsikan diri dari kemungkinan bencana alam. Untuk batasbatas tertentu, beberapa korporasi negara seperti PJKA atau Jawatan POS dan
Telekomunikasi juga menjalankan fungsi public service ini.
3. Pengaturan (regulation)
Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya dirancang demi
mengamankan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini, badan
birokrasi biasanya dihadapkan anatara dua pilihan: Kepentingan individu versus
kepentingan masyarakat banyak. Badan birokrasi negara biasanya diperhadapkan
pada dua pilihan ini.
4. Pengumpul Informasi (Information Gathering)
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah suatu
kebijaksanaan mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat
kebijakan-kebijakan baru yang akan disusun oleh pemerintah berdasarkan situasi
faktual. Badan birokrasi, oleh sebab itu menjadi ujung tombak pelaksanaan
kebijaksanaan negara tentu menyediakan data-data sehubungan dengan dua hal
tersebut. Misalnya, pemungutan uang yang tidak semestinya (pungli) ketika
masyarakat membuat SIM atau STNK tentunya mengalami pembengkakan.
Pungli tersebut merupakan pelanggaran atas idealisme administrasi negara, oleh
sebab itu harus ditindak. Dengan ditemukannya bukti pungli, pemerintah akan
membuat prosedur baru untuk pembuatan SIM dan STNK agar tidak memberi
ruang bagi kesempatan melakukan pungli.
Selain Roskin, et.al., Andrew Heywood juga mengutarakan sejumlah
fungsi yang melekat pada birokrasi. Bagi Heywood, fungsi dari birokrasi adalah:

41

1.Pelaksanaan Administrasi.
Fungsi ini serupa dengan yang diutarakan Roskin, et.al, bahwa fungsi
utama birokrasi adalah mengimplementasikan atau mengeksekusi undang-undang
dan kebijakan negara. Sehubungan dengan fungsi ini, Heywood membedakan 2
peran di tubuh pemerintah. Pertama, peran pembuatan kebijakan dalam mana
peran ini ada di tangan politisi. Kedua, peran pelaksanaan kebijakan dalam mana
peran ini ada di tangan birokrat. Sebab itu, kerap disebut bahwa suatu rezim
pemerintahan disebut dengan administrasi. Misalnya administrasi Gus Dur,
administrasi Sukarno, administrasi SBY, atau administrasi Barack Obama. Ini
akibat kenyataan, suatu kebijakan baru akan terasa jika telah dilaksanakan.
Fungsi administrasi, oleh karena itu, merupakan fungsi sentral dari birokrasi
negara.
2.Nasehat Kebijakan (Policy Advice)
Birokrasi menempati peran sentral dalam pemberian nasehat kebijakan
kepada pemerintah. Ini akibat birokrasi merupakan lini terdepan dalam
implementasi suatu kebijakan, mereka adalah pelaksananya. Sebab itu, masalah
dalam suatu kebijakan informasinya secara otomatis akan terkumpul di birokrasibirokrasi. Heywood membedakan 3 kategori birokrat yaitu (1) top level civil
servants, (2) middle-rangking civil servants, dan (3) junior-ranking civil servants.
Top Level Civil Servant banyak melakukan kontak dengan politisi, sementara
middle dan junior civil servants lebih pada pekerjaan-pekerjaan rutin di
lapangan. Top Level Civil Servants dapat bertindak selaku penasehat kebijakan
bagi para politisi, dalam mana informasi pelaksanaan kebijakan mereka peroleh
dari middle dan junior civil servants.
3.Artikulasi Kepentingan
Kendati bukan fungsi utamanya guna mengartikulasi kepentingan (ini
fungsi partai politik), tetapi birokrasi kerap mendukung upaya artikulasi dan
agregasi kepentingan. Dalam tindak keseharian mereka, birokrasi banyak
melakukan kontak dengan kelompok-kelompok kepentingan di suatu negara. Ini
membangkitkan kecenderungan korporatis dalam mana terjadi kekaburan antara
kepentingan-kepentingan yang terorganisir dengan kantor-kantor pemerintah

42

(birokrasi). Kelompok-kelompok kepentingan seperti perkumpulan dokter, guru,


petani, dan bisnis kemudian menjadi kelompok klien yang dilayani oleh
birokrasi negara. Pada satu ini klientelisme ini positif dalam arti birokrasi secara
dekat mampu mengartikulasikan kepentingan kelompok-kelompok tersebut yang
notabene adalah rakyat yang harus dilayani. Namun, pada sisi lain
klientelisme ini berefek negatif, utamanya ketika birokrasi berhadapan dengan
kepentingan-kepentingan bisnis besar seperti Bakri Group (ingat kasus Lapindo),
kelompok-kelompok percetakan dalam kasus Ujian Nasional di Indonesia, dalam
mana keputusan pemerintah berbias kepentingan kelompok-kelompok tersebut.
4.Stabilitas Politik
Birokrasi berperan sebagai stabilitator politik dalam arti fokus kerja
mereka adalah stabilitas dan kontinuitas sistem politik. Peran ini utamanya kentara
di negara-negara berkembang dalam mana pelembagaan politik demokrasi mereka
masih kurang handal. (sb)
Karakteristik birokrasi yang umum diacu adalah yang diajukan oleh Max
Weber. Menurut Weber, paling tidak terdapat 8 karakteristik birokrasi, yaitu:
1. Organisasi yang disusun secara hirarkis
2. Setiap bagian memiliki wilayah kerja khusus.
3. Pelayanan publik (civil sevants) terdiri atas orang-orang yang
diangkat, bukan dipilih, di mana pengangkatan tersebut didasarkan
kepada kualifikasi kemampuan, jenjang pendidikan, atau pengujian
(examination).
4. Seorang pelayan publik menerima gaji pokok berdasarkan posisi.
5. Pekerjaan sekaligus merupakan jenjang karir.
6. Para pejabat/pekerja tidak memiliki sendiri kantor mereka.
7. Setiap pekerja dikontrol dan harus disiplin.
8. Promosi yang ada didasarkan atas penilaiaj atasan (superior's
judgments).
Ditinjau secara politik, karakteristik birokrasi menurut Weber hanya
menyebut hal-hal yang ideal. Artinya, terkadang pola pengangkatan pegawai di

43

dalam birokrasi yang seharusnya didasarkan atas jenjang pendidikan atau hasil
ujian, kerap tidak terlaksana. Ini diakibatkan masih berlangsungnya pola
pengangkatan pegawai berdasarkan kepentingan pemerintah.

2. Orientasi Kebijakan Pelayanan Perizinan


Birokrasi mengandung pengertian adanya pengaturan agar sumber daya
yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Birokrasi, sebagaimana dikemukakan oleh Weber merupakan sistem dalam,
organisasi. Sebagai sebuah sistim dalam organisasi birokrasi haruslah diatur
secara

rasional,

impresonal

(kedinasan),

bebas

prasangka

dan

tidak

memihak. Dengan pengaturan tersebut diharapkan organisasi akan dapat


memanfaatkan sumber daya manusia aparatur secara maksimal untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Dalam konteks seperti yang diuraikan di atas
birokrasi sebenarnya bermakna positif. Birokrasi tidak seperti yang dikenal umum
seperti saat ini. Birokrasi terlalu sering dimaknai negatif dengan proses yang
berbelit-belit, panjang, penuh ketidakpastian, penuh formalitas, feodal dan high
cost economy, penghambat investasi dal lain sebagainya.
Birokrasi Indonesa dapat diibaratkan dengan sebuah bangunan yang
mempunyai enam pilar utama. Pilar-pilar tersebut adalah individu aparatur,
kepemimpinan, struktur dan institusi, sistem dan prosedur, budaya masyarakat dan
kesejahteraan. Namun demikian apabila dicermati satu persatu ternyata pilar-pilar
tersebut sangat rapuh. Pilar-pilar tersebut tidak cukup kokoh dan tidak akan
mampu menopang bagi terciptanya birokrasi yang profesional. Individu aparatur
mempunyai beberapa kelemahan mendasar yaitu kurangnya kompetensi,
lemahnya internalisasi nilai-nilai dan etos kerja, bekerja lebih banyak berdasarkan

44

perintah daripada inisiatif dan inovasi. Hal ini dapat terjadi karena rendahnya
tingkat kesejahteraan aparatur.Sistem dan prosedur birokrasi mempunyai
kelemahan yang mendasar yaitu kurangnya sistim pemantauan, pengendalian,
pengawasan dan penilaian aparatur yang terukur, sistim karir yang tidak pasti,
prosedur mutasi dan promosi yang tidak transparan. Dari aspek struktur dan
institusi terdapat kelemahan yang mendasar yaitu struktur yang besar dan
kewenangan yang tidak fokus.
Administrasi pemerintahan disejajarkan / dipakai secara silih berganti dan
dipergunakan sebagai sinonim dari pelayanan perijinan , terjemahan dari
Administrative Service. Sedang pelayanan umum lebih sesuai jika dipakai untuk
menterjemahkan konsep Public Service, yang dapat dipadankan dengan istilah
Pelayanan publik.
Pelayanan Umum menurut Kepmen PAN No. 81 / 1993 yang
disempurnakan dengan Kepmen PAN No. 63 / 2003 adalah : Segala bentuk
pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di
lingkungan BUMN atau BUMD dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan pelayanan administrasi pemerintahan atau pelayanan perijinan
adalah Segala bentuk jasa pelayanan yang pada prinsipnya menjadi tanggung
jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di
lingkungan BUMN atau BUMD, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan, yang bentuk produk pelayanannya adalah ijin atau warkat.
Faktor-faktor Manajerial Penentu Kualitas Pelayanan Perijinan.
Hal yang paling esensial dalam peningkatan kualitas pelayanan adalah
adanya kesenjangan hubungan antara masyarakat pengguna jasa dengan aparat
yang bertugas memberikan jasa pelayanan. Pelayanan publik hanya akan menjadi
baik/berkualitas apabila masyarakat yang mengurus suatu jenis pelayanan
mempunyai posisi tawar yang sebanding dengan posisi tawar petugas memberi

45

pelayanan. Dengan demikian masyarakat harus diberdayakan. dan pemberi


pelayanan harus dikontrol, baik pemerintah, swasta maupun LSM.
Pemberdayaan tersebut akan dapat diwujudkan apabila terdapat:
a.

Mekasnisme exit; artinya pengguna jasa pelayanan mempunyai

pilihan untuk menggunakan penyedia jasa layanan perijinan yang lain


apabila dia tidak puas dengan sesuatu penyedia jasa.
b.

Mekanisme

voice;

artinya

pengguna

jasa

dapat

menyampaikan/mengekspresikan ketidak puasan terhadap pelayanan yang


diberikan oleh instansi penyelenggara pelayanan perijinan.

Kualitas pelayanan perijinan sangat dipengaruhi oleh 5 hal, yaitu;


a.

kuatnya posisi tawar pengguna jasa pelayanan;

b.

berfungsi mekanisme voice;

c.

adanya birokrat yang berorientasi pada kepentingan masyarakat

pengguna jasa;
d.

terbangunnya kultur pelayanan dalam organisasi pemerintah yang

bertugas untuk memberikan pelayanan perijinan;


e.

diterapkannya system pelayanan yang mengutamakan kepentingan

masyarakat pengguna jasa pelayanan


Sesuai dengan UU No. 22 Thn 1999 tentang Pemda dapat disimpulkan
dengan Otonomi Daerah telah diberikan kewenangan dan keluasan kepada daerah
untuk menyelenggarakan pemerintahan. Kewenangan tersebut semestinya
dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat (lebih lancar, lebih mudah, lebih murah).
Meskipun UU tersebut direvisi dengan UU No. 32 dan 33 Th.2004, yang
menarik sebagian kewenangan tersebut, tetapi tanggung jawab dan kewenangan
pemda masih sangat besar dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Sehingga

46

secara teoritis pelaksanaan otda akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan


publik, karena :
1. Otda akan memperpendek tingkatan / jenjang hirarkhi pengambilan
keputusan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara lebih
cepat.
2. Otda akan memperbesar kewenangan dan keleluasaan daerah sehingga
pemda kabupaten / kota dapat merumuskan dan mengimplementasikan
kebijakan yang lebih sesuai dengan kebutuhan daerah dan tuntutan
masyarakat.
3. Otda

akan

memperdekat

konstituennya

sehingga

penyelenggaraan

penyelenggaraan

pemerintahan

pemerintah

akan

dengan
dapat

merespons tuntutan masyarakat secara tepat.


4. Kedekatan

dengan

konstituen

tersebut

juga

akan

meningkatkan

akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan karena masyarakat lebih


dekat dan memiliki akses yang lebih besar untuk mengontrol jalannya
pemerintahan.
Ada 3 prinsip dasar dalam penyelenggaraan pelayanan pemerintahan dan
perijinan, yaitu :
1.

Prinsip dasar penghapusan

Penghapusan terhadap ijin-ijin yang sifatnya tidak prinsip dan memang


tidak perlu, sehingga ijin yang berlaku dan harus diurus oleh masyarakat
adalah ijin yang memang sangat diperlukan
2.

Prinsip dasar penggabungan

Apabila penghapusan ijin belum dapat dilakukan, maka dapat dilakukan


minimalisasi dan penggabungan ijin, beberapa ijin dapat digabung jadi
satu, bersifat komposit (satu ijin untuk berbagai keperluan/urusan)

47

3.

Prinsip dasar desentralisasi

Diupayakan sejauh mungkin wewenang pemberian ijin diberikan kepada


instansi pemerintah yang paling bawah. Terkait dengan berlakunya PP no.
8/2003, khususnya tentang eselonisasi camat, maka sudah selayaknya jika
wewenang pemberian ijin diberikan kepada camat. Kecamatan diberikan
kewenangan untuk memproses dan menyelesaikan semua pelayanan
perijinan.

3. Azas Pelayanan

Beberapa azas yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pelayanan


pemerintahan dan perijinan :
1.

Empati dengan customer ; pegawai yang melayani urusan perijinan

dari instansi penyelenggara jasa perijinan harus dapat berempati terhadap


masyarakat pengguna jasa pelayanan dengan melakukan :
a.

Identifikasi momen kritis pelayanan yang menjadi tanggung jawab

dan kewenangannya, misalnya pada saat customer :


1)

Masuk ruang

2)

Mencoba mencari informasi

3)

Menunggu giliran dipanggil

4)

Menggunakan toilet

5)

Membayar biaya perijinan

48

b.

Merumuskan lingkaran pelayanan bagi setiap urusan perijinan tertentu

dan juga lingkaran pelayanan organisasi penyelenggara jasa pelayanan


tertentu

Institusi yang yang ada terjadi terjadi tumpang tindih ruang lingkup
pekerjaan, kurang koordinasi dan terjadi ego sektoral dan institusi yang tinggi.
Sementara itu budaya masyarakat masih bertumpu pada beberapa kebiasaan lama.
Misalnya lebih baik berdamai dengan polisi daripada kena tilang. Atau memberi
uang sogok agar urusannya dipercepat, tidak mau melaporkan bila ada
penyimpangan dan lain-lain. Setiap organisasi birokrasi dimanapun selalu
mempunyai nilai-nilai dasar yang menjadi pedoman aparatur dalam bekerja. Tata
nilai yang ada dalam birokrasi tersebut menjadi acuan ukuran dan standar moral
dalam menunaikan hak dan kewajibannya.
Tujuan pelayanan publik adalah menyediakan barang dan jasa yang terbaik
bagi masyarakat. Barang dan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi apa yang
dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian
pelayanan publik yang terbaik adalah yang memberikan kepuasan terhadap
publik, kalau perlu melebihi harapan publik. Dalam arti luas konsep pelayanan
publik (public service) identik dengan public administration yaitu berkorban atas
nama orang lain dalam mencapai kepentingan publik. Dalam konteks ini
pelayanan publik lebih dititikberatkan kepada bagaimana elemen-elemen
administrasi publik seperti policy making, desain organisasi dan proses
manajemen dimanfaatkan untuk mensukseskan pemberian pelayanan publik,
dimana pemerintah merupakan pihak provider yang diberi tanggung jawab.35
Dalam dunia administrasi publik atau etika pelayanan publik diartikan
sebagai filsafat dan profesional standar (kode etik) atau moral atau right rules of
conduct (aturan berperilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi dalam
pemberian pelayanan publik atau administrator publik. Berdasarkan konsep dan
etika pelayanan publik tersebut, yang dimaksud dengan etika pelayanan publik
35

http://bakpiajogja.blogspot.com/2009/01/pelayanan-sebagai-orientasi-pns.html, diakses
tanggal 1 September 2013

49

adalah suatu praktek administrasi publik dan atau pemberian pelayanan publik
(delivery system) yang didasarkan atas serangkaian tuntutan perilaku (rules of
conduct) atau kode etik yang mengatur hal-hal yang baik yang gharus dilakukan
atau sebaliknya yang tidak baik agar dihindarkan.
Dalam pemberian pelayanan publik di Indonesia pelanggaran moral dan
etika dapat diamati mulai dari proses kebijakan publik (pengusulan program,
proyek dan kegiatan yang tidak didasarkan atas kenyataan) desain organisasi
pelayanan publik (pengaturan struktur, formalisasi, dispersi otoritas yang sangat
bisa terhadap kepentingan tertentu, proses manajemen pelayanan publik yang
penuh rekayasa dan kamuflase (mulai dari perencanaan teknis, pengelolaan
keuangan, sumber daya manusia, informasi dan sebagainya). Yang semuanya itu
nampak dari bersifat tidak transparan, tidak responsif, tidak akuntabel dan tidak
mencerminkan keadilan. Semua kondisi tersebut telah diungkapkan sebagai salah
satu penyebab melemahnya pemerintahan kita, dan melemahnya kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah dan bila tidak dilakukan upaya yang sistimatis
untuk memecahkan masalah tersebut akan berpengaruh pada pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan secara umum atau pemberian pelayanan umum,
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan daya saing.
3. Konsep Peningkatan Pelayanan Perizinan yang Optimal
Proses pelayanan perizinan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
yang berbelit-belit, tidak transparan, tidak ada kejelasan besarnya biaya dan
kepastian waktu dalam proses dan penyelesaian, lokasi atau tempat yang tersebar
dan adanya biaya ekstra yang dikeluarkan, menjadi sorotan dan keluhan
masyarakat umum dan swasta/dunia usaha baik ditingkat lokal, nasional maupun
internasional. Penyelenggaraan pelayanan publik yang tidak sesuai dengan
harapan masyarakat akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat
dan dapat menghambat masuknya investasi serta pengembangan perekonomian
daerah. Pada gilirannya, tidak menguntungkan daerah dan akan melemahkan atau
mengganggu kemampuan daerah untuk membiayai otonominya.

50

Perubahan paradigma kebijakan otonomi daerah, menjadi keharusan untuk


ditindaklanjuti oleh daerah. Perubahan pola pikir dan komitmen dari pimpinan
dan pimpinan manajerial daerah yang lebih progresif sangat dibutuhkan dan
menentukan dalam melakukan perubahan kebijakan dan strategi meningkatkan
pelayanan publik. Perubahan strategi dan kebijakan pelayanan publik menjadi
prioritas

untuk

dilakukan,

dalam

upaya

memberikan

solusi

mengatasi

permasalahan buruknya pelayanan publik, dan upaya meningkatkan investasi dan


perekonomian daerah dengan tujuan mensejahterakan masyarakat.
Kebijakan pelayanan publik diarahkan untuk; pertama, penyederhanaan
penyelenggaraan pelayanan publik, melalui restrukturisasi kelembagaan; kedua,
melakukan penyederhanaan pelayanan perizinan yang berkaitan dengan
persyaratan, prosedur, proses dan penyelesaian perizinan.
Pemerintah daerah telah mengambil langkah kebijakan penyederhanan
penyelenggaraan pelayanan perizinan dengan membentuk lembaga unit pelayanan
terpadu (UPT). Bercermin dari pengalaman pelaksanaan UPT, penyederhanaan
penyelenggaraan pelayanan perizinan tidak sesederhana teori dan semudah
membuat konsepnya. Penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan perizinan
merupakan proses kegiatan berkelanjutan yang harus dilaksanakan secara
bertahap dan terpadu dengan program lain, dan dilandasi komitmen serta
kerjasama untuk meningkakan kualitas pelayanan publik. Dalam praktek
pelaksanaannya, penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu, mengalami
pasang surut, bahkan dibeberapa daerah UPT tidak berfungsi sebagaimana
diharapkan, dan penyelenggaraan pelayanan kembali dilakukan secara tradisional
di masing-masing dinas/instansi.
Di beberapa daerah, penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu satu
atap/pintu atau one stop servive, telah berhasil dilaksanakan dengan baik, bahkan
keberhasilan praktek terbaik dalam penyelenggaraan pelayanan diakui dan
mendapat penghargaan dari pemerintah dan lembaga internasional (ISO). Dalam
proses perkembangannya, daerah-daerah tersebut telah mampu menciptakan iklim
kondusif bagi kegiatan dunia usaha mengembangkan usaha dan meningkatkan

51

investasi. Disisi lain, dampak positifnya adalah meningkatnya kepercayaan


masyarakat terhadap kinerja pelayanan pemerintahan daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 24 tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, memperjelas dan mempertegas
bahwa kebijakan penyelenggaraan pelayanan perizinan di daerah harus
dilaksanakan secara terpadu one stop service. Namun demikian, dari ratusan
pemerintah daerah yang telah berusaha untuk mengimplementasikan pelayanan
satu atap, ternyata hanya sebagian kecil saja yang telah berhasil menerapkan
kebijakan tersebut. Artinya, masih sangat banyak pemerintah daerah yang
gagal/belum berhasil. Kegagalan tersebut sebagian besar menyangkut tentang
kesiapan SDM aparatur, orientasi pelayanan yang sangat kental nuansa
peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), dan dukungan komitmen pihak
eksekutif dan legislatif yang relatif masih rendah untuk mengimplementasikan
kebijakan pelayanan one stop service.36
4. Penataan Kelembagaan yang menangani Perizinan
Menurut Marbun (2004), pemerintah atau pejabat / badan tata usaha
negara, dapat melakukan tindakan atau perbuatan hukum dalam 3 (tiga) bentuk
atau dimensi sebagai berikut:37
a.

Tindakan Nyata (feitelijke handelingen). Sengketa yang timbul dari


tindakan hukum ini diselesaikan melalui Peradilan Umum berdasar pasal
1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum dan merugikan

b.

orang lain.
Keputusan Tata Usaha Negara atau KTUN (beschikking). Sengketa yang

c.

timbul dari tindakan hukum ini diselesaikan melalui PTUN.


Peraturan (regeling). Sengketa yang timbul dari tindakan hukum ini
diselesaikan melalui Hak Uji Materiil (judicial review) kepada MA (atau
Mahkamah Konstitusi).

36

Fernandes, Joe, dkk. Otonomi Daerah di Indonesia Masa Reformasi: Antara Ilusi dan
Fakta, Jakarta: IPOS dan Ford Fondation. 2002. Hal 27
37
Marbun, SF., 2004, Alternatif Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara, makalah
disampaikan pada Diklat Peningkatan Pengetahuan SDM Aparatur Dalam Bidang HAN,
diselenggarakan oleh PKP2A I LAN, 3 Desember, Bandung.

52

d.

Freies ermessen / beleids regel / pseudo wetgeving, misalnya dalam


pembuatan Surat Edaran, Juklak dan Juknis, dan sebagainya. Produkproduk hukum seperti ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai sebuah
regeling, apalagi beschikking; dan bukan pula sebuah tindakan nyata.
Oleh karenanya, sengketa yang mungkin muncul dari perbuatan ini tidak
dapat diselesaikan melalui Peradilan Umum, PTUN, maupun MA. Namun
sebagai panduan norma dalam mengeluarkan dan/atau menetapkan suatu
beleids regel, pemerintah harus berpedoman pada asas-asas umum
pemerintahan yang baik (algemene beginselen van behoorlijk bestuur).
Perizinan sendiri dapat dikelompokkan kedalam produk keputusan

(beschikking). Sebab, suatu perizinan memenuhi kriteria atau komponenkomponen dari sebuah keputusan, yakni bersifat konkrit, individual dan final.
Disamping itu, perizinan juga adalah KTUN yang bersegi satu (bersifat istimewa).
Artinya, substansi dan butir-butir klausul dalam perizinan bukan merupakan
kesepakatan antara pemerintah dan penerima perizinan. Disini, pihak penerima
(surat) perizinan dianggap menundukkan diri terhadap ketentuan-ketentuan dan
persyaratan yang ditetapkan secara sepihak oleh pemerintah.
Selain
mengeluarkan

itu,

dalam

keputusan

melakukan
tentang

suatu

perizinan

tindakan
tertentu),

hukum

(termasuk

pemerintah

atau

pejabat/badan TUN harus dianggap benar menurut hukum (asas het vermoeden
van rechtmatigheid). Dalam khazanah hukum pidana, asas ini sama dengan asas
praduga tak bersalah. Itulah sebabnya, sepanjang belum dinyatakan sebaliknya
(bersalah / melanggar hukum / menyalahgunakan kewenangan), tindakan hukum
pejabat / badan TUN memiliki akibat hukum yang sah. Dengan kata lain,
keputusan pemerintah tentang perizinan langsung memiliki kekuatan hukum yang
pasti pada saat dikeluarkan, hingga ada keputusan lain yang menyatakan
sebaliknya. Asas seperti ini adalah bentuk adanya jaminan hukum terhadap
perbuatan / tindakan hukum yang dikeluarkan oleh pejabat pemerintah.
Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa suatu keputusan perlu
dipertimbangkan secara matang sebelum ditetapkan. Selama ini terdapat
kebiasaan dalam penyusunan keputusan dengan menyertakan klausul yang

53

berbunyi: jika dalam keputusan ini ditemukan kesalahan, akan dilakukan


perubahan sebagaimana mestinya (vleigheid clausule). Menurut kaidah HAN,
klausul ini tidak dapat dibenarkan dengan alasan:
1. Suatu keputusan tidak dimaksudkan untuk ditinjau kembali setiap saat
diperlukan. Justru suatu keputusan harus dapat memberi rasa kepastian
hukum. Keputusan yang siap untuk diubah sewaktu-waktu, jelas tidak
memiliki kepastian hukum yang kuat.
2. Klausul seperti itu bisa menjadi faktor yang memudahkan pejabat / badan
TUN untuk mengeluarkan keputusan secara sembarangan dan tidak teliti.
Padahal idealnya, suatu aturan / keputusan harus dipertimbangkan secara
matang dan komprehensif, sehingga tidak menimbulkan potensi konflik
dan tuntutan perubahan.
3. Pejabat/badan TUN harus bertanggungjawab atas keputusan yang
dikeluarkan dan ternyata mengandung cacat / kesalahan. Perubahan /
penggantian dengan keputusan baru, bukanlah wujud pertanggungjawaban
yang baik dan benar.
Dalam beberapa hal, vleigheid clausule tadi justru akan membuka
terjadinya

sengketa

dalam

lapangan

tertentu

yang

berkaitan

dengan

dikeluarkannya perizinan. Selain itu, vleigheid clausule tadi juga dapat


mengantarkan atau menjadi sumber terjadinya tind akan hukum pejabat
pemerintah yang menyimpang. Dalam hal ini, Sjachran Basah38 menulis bahwa
secara teoretis paling tidak terdapat 3 (tiga) bentuk tindakan hukum pejabat/badan
tata usaha negara (TUN) yang menyimpang, yaitu perbuatan melanggar hukum
(onrechmatige

overheidsdaad),

perbuatan

menyalahgunakan

wewenang

(detournement de pouvoir), serta perbuatan yang sewenang-wenang (abus de


droit).
Berbagai bentuk penyimpangan tersebut dapat dipelajari dari seluk beluk
tentang pemerintah, atau dari anatomi dan jenis-jenis wewenang (kewenangan)
pemerintah. Dari dimensi pemerintah, entry points yang menjadi sumber
penyimpangan adalah karakteristik kontrak yang struktur dan proses operasi
38

Basah, Sjachran, 1985, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di
Indonesia, Bandung: Alumni.

54

kewenangannya bersifat sentralistis dan monopolistis, serta output kewenangan


(kebijakan dan program) pemerintah yang tidak partisipatif dan demokratis.
Sementara dari dimensi hukum administrasi negara (ajaran kewenangan atau
competentie leer), hal-hal yang berpotensi mendorong pemerintah keluar dari
rambu-rambu hukum antara lain adalah rumusan wewenang pemerintahan yang
tidak bersifat limitatif, tidak adanya ketentuan dalam konstitusi tentang batasbatas / rambu-rambu kewenangan, mekanisme kontrol dari unsur kekuasaan
negara yang lemah, tidak adanya atribusi dari peraturan perundang-undangan,
serta kurang jelasnya proses pendelegasian kewenangan dari suatu badan/pejabat
yang kepada badan/pejabat lain yang lebih rendah. Mengingat hal tersebut, maka
suatu tindakan hukum pejabat pemerintah hendaknya tidak lagi mengandung
unsur ketidakpastian sebagaimana terkandung pada vleigheid clausule tadi.
Dalam suatu perizinan, pada umumnya (dan semestinya) berisi 3 (tiga) hal,
yaitu ketentuan / persyaratan / kewajiban, larangan, dan persetujuan. Misalnya
dalam izin investasi atau pendirian perusahaan, ke-3 hal tersebut berbentuk
klausul sebagai berikut:
a. Persyaratan: perusahaan termaksud harus memperhatikan kelestarian
lingkungan, mempekerjakan penduduk sekitar, serta membayar retribusi /
pajak usaha kepada pemerintah (daerah). Klausul-klausul seperti ini pada
dasarnya merupakan tindakan yang berupa pembatasan.
b. Larangan: perusahaan termaksud dilarang menyelenggarakan aktivitas
selain dari tujuan pendirian perusahaan, dilarang menggunakan bahan
baku dari luar negeri, dilarang memproduksi barang lebih dari ketentuan
yang berlaku. Klausul-klausul seperti ini pada dasarnya merupakan
tindakan yang berupa pengendalian.39
c. Persetujuan: memberikan izin mendirikan bangunan untuk usaha tertentu,
memberikan izin untuk menjalankan jenis usaha tertentu, dan lain-lain.
Klausul-klausul seperti ini pada dasarnya merupakan tindakan yang berupa
legalisasi.
Secara filosofis, perizinan hanya dikeluarkan untuk hal-hal yang dilarang.
Sedangkan tindakan-tindakan hukum lain yang tidak dilarang dalam peraturan
39

Ibid

55

perundang-undangan, tidak membutuhkan perizinan khusus. Sebagai contoh, jika


ada aturan yang melarang pendirian bangunan di bantaran sungai, maka dengan
perizinan khusus dapat dilakukan pendirian bangunan di wilayah yang semula
dilarang tadi. Sedangkan mendirikan bangunan di tanah hak milik yang tidak
mengganggu orang lain dan/atau kepentingan tertentu, semestinya tidak perlu
disertai dengan izin.40
Dalam prakteknya, praktik perizinan sudah menyimpang jauh dan
dimanfaatkan sebesar mungkin untuk menggali pemasukan bagi pemerintah
(daerah). Itulah sebabnya, hampir semua aktivitas ekonomi masyarakat harus
mendapat izin pemerintah sebelum dapat berjalan. Disamping itu, dalam
perspektif negara demokrasi, politik perizinan telah menyalahi prinsip kebebasan.
Perizinan saat ini telah menyebabkan terkonstruksinya sebuah tata kehidupan
dimana kehidupan masyarakat semakin terbatas, sementara kekuasaan pemerintah
makin kokoh. Padahal menurut paham demokrasi, justru kebebasan masyarakat
harus didorong, sedangkan kekuasaan pemerintah haruslah dibatasi (limitation of
power).

40

Ibid

BAB IV
PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRAKTEK DOKTER DITINJAU
DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
A. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Retribusi
Pelayanan Dan Perizinan di Bidang Kesehatan
Pada Pasal 2 dan 3 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 15 Tahun 2002
Tentang Retribusi Pelayanan Dan Perizinan di Bidang Kesehatan dinyatakan
bahwa Pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat
dimaksudkan untuk promosi, pembinaan kesehatan masyarakat, kesehatan kerja
dan untuk pengawasan serta pengendalian terhadap pendirian maupun
penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan baik secara individual atau
kelompok.41 Pemberian pelayanan atau perizinan dibidang kesehatan bertujuan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Pemerintah Daerah memberikan pelayanan dalam hal :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pemeriksaan kesehatan.
Pengobatan penyakit.
Rawat inap.
Pengobatan pencegahan.
Pemeriksaan laboratorium klinis.
Pemeriksaan air.
Pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan kesehatan lingkungan tempat usaha.
Pemeriksaan, pengobatan tenaga kerja.
Pemerintah Daerah melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

terhadap semua kegiatan dan atau urusan pelayanan kesehatan dalam rangka
memelihara kesehatan masyarakat.
Pada Pasal 6 dinyatakan bahwa :42
(1) Setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan dan atau menyelenggarakan
sarana pelayanan kesehatan dan yang akan bekerja pada pelayanan kesehatan
di Daerah wajib memiliki izin dari Kepala Daerah.
41

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan dan
Perizinan di Bidang Kesehatan
42
Ibid

56

57

(2) Izin penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan terdiri dari :


a. Izin Balai Pengobatan.
b. Izin Rumah Bersalin.
c. Izin optic
d. Izin tukang gigi
e. Izin Rumah Sakit
f. Izin tanda Nomor Sertifikat Penyuluhan Industri Rumah Tangga, Makanan
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

dan Minuman.
Izin Toko Obat
Izin Apotik
Izin Salon
Izin Praktik Dokter Umum
Izin Praktik Dokter Spesialis.
Izin Praktik Bidan.
Izin Fisiotrapi.
Izin Praktik Sinshei, Tabib, Akupuntur, Pengobatan Tradisional dan

Pengobatan Alternatif.
o. Izin Laboratorium
p. Izin praktik berkelompok dokter Spesialis/Dokter gigi Spesialis.
q. Izin Operasional Pest control, termite control dan fumigasi.
(3) Izin kerja petugas kesehatan terdiri dari :
a. Izin Apoteker.
b. Izin Asisten Apoteker.
c. Izin Refleksi
d. Izin Perawat
e. Izin Analis.
f. Izin Bidan.
g. Izin Optisi.
h. Izin Tekniker Gigi.
(4) Surat keterangan, rekomendasi setara izin :
a. Surat Keterangan Laik Sehat.
b. Surat Keterangan Lahir
c. Rekomendasi Perizinan Institusi Kesehatan.
d. Rekomendasi Perizinan Alat-alat, Bahan sanitasi di bidang kesehatan.
(5) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) di atas, si
pemohon harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala
Daerah dengan persyaratan yang akan diatur lebih lanjut dengan keputusan
Kepala Daerah.
(6) Permohonan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (4) dipersamakan dengan
SPTRD.
(7) Izin sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) di atas baru dapat diberikan
setelah jumlah retribusi yang ditetapkan dilunasi ke Kas Daerah.

58

(8) Apabila dianggap perlu permohonan izin sebagaimana dimaksudkan pada ayat
(4) dapat disertai perjanjian yang berhubungan dengan norma-norma sosial
yang berlaku.
Dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 15 Tahun 2002
Tentang Retribusi Pelayanan Dan Perizinan di Bidang Kesehatan dinyatakan
bahwa: (1) Jangka waktu berlakunya izin ditetapkan selama usaha berjalan dan
atau tenaga kerja yang bersangkutan masih bekerja. (2) Dalam rangka pengawasan
dan pengendalian atas izin, wajib dilakukan pembaharuan izin setiap 5 (lima)
tahun sekali. Pasal 8 dinyatakan bahwa (1) Izin diberikan atas nama pemohon. (2)
Dalam surat izin dimuat ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dan dipatuhi
oleh pemegang izin. (3) Izin tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain
kecuali atas persetujuan Kepala Daerah atau petugas yang ditunjuk. (4) Syaratsyarat dan pengalihan izin diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.
Dalam Pasal 9 dinyatakan bahwa: Pemegang izin sebagaimana
dimaksudkan pada pasal 6 ayat (1) diwajibkan :
a. Membayar retribusi ke Kas Daerah melalui Bendahara Pembantu Khusus
Penerima Dinas.
b. Mematuhi segala ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku berkaitan
dengan masalah kesehatan.
c. Melayani dan membantu petugas dalam hal kelancaran pemeriksaan.
Selanjutnya dalam Pasal 10 dinyatakan bahwa : 43
(1) Izin penyelenggaraan saran pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksudkan
pada Pasal 6 ayat (2) dapat dialihkan atau dipindah tangankan kepada pihak
ketiga apabila akan dilakukan pengganitan nama/merk usaha, pengembangan
sarana dan penambahan tenaga kerja kesehatan, setelah mendapat persetujuan
dari Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.

43

Ibid

59

(2) Setiap persetujuan yang diberikan oleh Kepala Daerah atau izin sebagaimana
dimaksudkan pada ayat (1) dipungut retribusi sebesar 75 % (tujuh puluh lima
perseratus) dari tarif retribusi itu.
Izin penyelenggaraan sarana Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 6 ayat (2) dapat dicabut apabila :
a. Pemegang izin memperoleh izin secara tidak sah.
b. Terjadi memindahan letak atau lokasi.
c. Pemegang izin tidak memenuhi kewajiban yang telah ditentukan.

Pada Pasal 12 dinyatakan bahwa; Pencabutan atas izin sebagaimana


dimaksud pada pasal 11, pemegang tidak dapat mengajukan pengembalian
retribusi yang telah dibayar dan atau menuntut ganti rugi kepada Kepala Daerah.

B. Proses dan Prosedur Perolehan Izin Praktik Dokter


Pemohon

Mengambil dan mengisi

Berkas dikembalikan kepada

Formulir pengajuan izin

Pemohon izin untuk

Praktik dokter

Berkas permohonan pengajuan


izin yang diisi dan dilengkapi
oleh pemohon, diteliti oleh
petugas Dinas Kesehatan Kota
Medan

Berkas
lengkap

Berkas Tidak
lengkap

dilengkapi kembali

60

SIP Siap diajukan kepada


Dinas Kesehatan Kota Medan
Untuk ditanda tangani

SIP Dokter
Umum/gigi/Spesial

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan, Tahun 2013


Setiap calon dokter yang ingin membuka praktik, baik untuk dokter
Puskesmas, rumah sakit umum, speasialis, bahkan dokter swasta, wajib
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) dari Ikatan Dokter Indonesia. SIP diurusi
oleh calon dokter yang ingin berpaktik, setelah mereka lulus kuliah, lulus uji
kompetensi Ikatan Dokter Indonesia Pusat, dan mendapatkan Surat Tanda
Registrasi dari konsil kesehatan pusat (KKP).
Namun, setelah mendapatkan beberapa persyaratan, baik STR dan
sertifikat uji kompetensi, tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah meminta
rekomendasi IDI setempat (cabang Banjarmasin), guna mendapatkan Surat Izin
Praktik (SIP) dokter dari dinas kesehatan setempat.
Adapun biaya untuk mendapatkan rekomendasi ini, sambungnya
dikenakan sebesar Rp 100.000. "Setelah itu baru menlanjutkan prosesnya ke
Dinas Kesehatan Kota untuk SIP keseluruhan
Adapun syarat syarat pengajuan izin praktik dokter swasta :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Surat Permohonan izin Praktik dokter.


Foto Copy Ijazah
Foto Copy NPWP
Rekomendasi dari Organisasi terkait.
Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter gigi yang dilegalisir
Rekomendasi dari Kepala puskesmas setempat

61

7. Surat Pernyataan tunduk dan patuh terhadap peraturan Perundangundangan yang berlaku, bermaterai Rp.6000,8. Surat Pernyataan lebih mementingkan praktik kedinasan(bagi pemohon
PNS/PTT /kontrak), bermateri Rp.6000,9. Foto copy KTP
10. Foto copy SK Penempatan/SK Pasca PTT/ SK Pensiun(bagi Pemohon
PNS/PTT/ Kontrak/Purna Tugas.
11. Surat persetujuan dari atasan (Dekan/Direktur RS/Kepala Instansi) bagi
pemohon yang bekerja di Instansi kedinasan/Swasta.
12. Foto copy SIP lama bagi dokter yang sudah punya SIP.
13. Pas Foto berwarna ukuran 4 X 6 sebanyak 4 lembar (berseragam
IDI/PDGI).
Syarat syarat pengajuan izin praktek dokter kedinasan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Surat permohonan izin praktik dokter


Rekomendasi dari organisasi profesi yang terkait,
Surat Tanda Registrasi Dokter/Dokter gigi yang di legalisir.
Foto Copy Izajah.
Foto Copy SK Penempatan.
Pas Foto berwarna sukuran 4 X 6 sebanyak 4 lembar (berseragam
IDI/PDGI).

C. Hambatan dalam Perolehan Izin Praktik Dokter


Proses dan prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan
perizinan, proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses internal yang
dilakukan oleh aparat atau petugas. Dalam setiap tahapan pekerjaan tersebut,
masing-masing dalam proses penyelesaian perizinan.
Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang
ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Di samping harus menempuh
prosedur tertentu, permohonan izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin.
Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda bergantung jenis izin, tujuan
izin dan instansi pemberi izin.
Dalam pelaksanaan perizinan lack of competencies sangat mudah untuk
dijelaskan. Pertama proses perizinan membutuhkan adanya pengetahuan tidak
hanya sebatas pada aspek legal dari proses perizinan, tetapi lebih jauh dari aspek

62

tersebut. Misalnya untuk memberikan izin, pihak pelaksana juga harus


mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan dari izin tersebut baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
Kedua, proses perizinan memerlukan dukungan keahlian aparatur tidak
hanya dalam mengikuti tata cara urutan prosedurnya, tetapi hal-hal yang sangat
mendukung kelancaran proses perizinan itu sendiri. Pengoptimalan penggunaan
teknologi informasi, misalnya dianggap menjadi solusi yang sangat tepat untuk
mengefisiensikan prosedur perizinan. Dengan demikian hampir di semua sektor
perizinan dituntut untuk menggunakan sistem komputerisasi dan aparat yang tidak
memeliki keahlian untuk mengoperasikan teknologi tersebut akan menjadi
ganjalan.
Ketiga, proses perizinan tidak terlepas dari interaksi antara pemohon dan
pemberi izin. Dalam interaksi tersebut terkadang muncul perilaku yang
menyimpang baik yang dilakukan oleh aparatur maupun yang dipicu oleh
kepentingan bisnis pelaku usaha, sehingga aparatur pelaksana perizinan dituntut
untuk memiliki perilaku yang positif dengan tidak memanfaatkan situasi demi
kepentingan pribadi.
Inti dari regulasi proses perizinan adalah pada tata cara dan prosedur
perizinan. Untuk itu, isi regulasi dan deregulasi haruslah memenuhi nilai-nilai
berikut, sederhana, jelas, tidak melibatkan banyak pihak, meninimalkan tidak
melibatkan fisik antar pihak yang melayani dengan yang dilayani, memiliki
prosedur operasional standard dan wajib dikomunikasikan secara luas
Perizinan memiliki fungsi sebagai pengaturan yaitu menjadi instrumen
pengaturan tindakan dan perilaku masyarakat. Perizinan hanya dapat dilakukan
melalui peraturan perundang-undangan. Terkait dengan perizinan praktik dokter,
banyak peraturan yang baru mengaturnya. Hal ini, justru menjadi kendala bagi
dinas kesehatan untuk melaksanakan perizinan dokter. Banyak peraturan mengatur
ketumpangtindih peraturan tersebut.
Penyelenggaraan perizinan kaitan dengan sistem administrasi negara dan
merupakan bentuk dari pelayanan publik. Sebagai sebuah sistem, administrasi
negara terdiri dari subsistem lainnya seperti subsistem ekonomi, hukum, politik,

63

sosial, dan budaya. Keseluruhan subsistem tersebut secara langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi tugas negara dalam memberikan layanan publik dan
pemenuhan hak-hak sipil warga.
Untuk dapat memperpanjang izin praktik, dokter wajib melakukan
registrasi ulang STR (Surat Tanda Registrasi) setiap 5 tahun, kendala yang
dihadapi selama proses registrasi ulang, di antaranya adalah akses bagi dokter
yang bertugas di daerah terpencil dan persyaratan sertifikat kompetensi.44
Di Indonesia, Sistem Administrasi Negara yang menjadi pilar pelayanan
publik menghadapi masalah yang sangat fundamental. Struktur birokrasi, norma,
nilai dan regulasi yang ada sekarang masih berorientasi pada pemenuhan
kepentingan pengusaha daripada pemenuhan hal sipil warga negara. Tidak
mengherankan jika struktur dan proses yang dibangun merupakan instrumen
untuk mengatur dan mengawasi perilaku masyarakat sebagai pelayan, bukan
sebaliknya untuk mengatur pemerintahan dalam tugas memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
Padahal, berdasarkan UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
pelayanan publik dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dalam
hubungan antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik (Pasal 2).
Pasal 3 UU ini menyatakan, tujuan pelayanan publik:
1. Terwujud batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab,
kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan publik;
2. Terwujudnya sistem penyelenggara pelayanan publik yang layak sesuai
dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik;
3. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan
4. Terwjudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
Ketidakmampuan pemerintah untuk melakukan perubahan struktur, norma,
nilai, dan regulasi yang berorientasi kolonial menyebabkan gagalnya upaya untuk
memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Kualitas dan kinerja birokrasi
44

http://ramadan.detik.com/read/2011/07/21/130226/1685963/763/bqs_microsite.php
pukul 16.00

64

dalam memberikan pelayanan publik masih jauh dari harapan. Belum terciptanya
budaya pelayanan publik yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat.
Praktik semacam ini jelas sangat kontraproduktif dengan upaya untuk
menciptakan pelayanan publik yang efisien (baik waktu ataupun biaya), efektif,
dan berkeadilan. Setiap warga negara seharusnya memiliki kesempatan yang sama
unutk mendapatkan pelayanan publik. Bukan sebaliknya, hanya masyarakat yang
kaya dan mampu membayar lebih bisa mendapatkan pelayanan yang baik dan
cepat. Padahal, Negara hukum kesejahteraan seperti Indonesia, peran pemerintah
seharusnya dominin untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Melalui
penyelenggaraan perizinan, pemerintah berperan untuk menyelenggarakan
birokrasi perizinan untuk kepentingan masyarakat.
Kondisi sistem pelayanan publik tersebut, secara langsung telah
mempengaruhi sistem perizinan dan memperburuk iklim investasi di Indonesia.
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi,
perlu dilakukan penyedehanaan penyelenggaraan pelayanan terpadu. Upaya ini
dilakukan dengan memperkenalkan konsep pelayanan terpadu satu pintu (PTSP).
Melaluai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu satu pintu, konsep ini mulai
diterapkan.
Berbagai persoalan selalu mengiringi implementasi dari peraturan
perundang-undangan yang baru. Hal ini juga dialami oleh Dinas Kesehatan Kota
Medan yang merupakan dinas uang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
peraturan perundang-undangan terkait dengan izin praktik dokter. Penegakan
hukum perlu dilakukan secara transparan dan tanpa pandang bulu sehingga
undang-undang tersebut dapat berlaku ditengah-tengah masyarakat.
Perizinan dokter pada umumnya melibatkan dinas-dinas yang terkait.
Keterkaitan antar Dinas ini sehingga akan memperoleh perizinan yang berkualitas.

65

D. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi perolehan Izin Praktik Dokter


Kebijakan memperbaiki pelayanan publik perlu membentuk suatu iklim
usaha yang dapat meminimalkan risiko berusaha. Terdapat dua risiko yang
menjadi patokan awal, yaitu risiko politis dan risiko pengaturan. Kompetisi
dalam pemberian pelayanan dapat menciptakan pelayanan yang efisien.
Kecenderungan penyalahgunaan kewenangan akan merendahkan mutu
pelayanan. Harapan masyarakat sebagai pelanggan memiliki peranan yang besar
sebagai standar perbandingan dalam evaluasi kepuasan maupun kualitas.
Dukungan Pemerintah Dalam Peningkatan Pelayanan Publik. Dukungan
pemerintah terhadap pelaksanaan pelayanan publik dapat diberikan kepada
pemberi layanan dalam bentuk subsidi atau kemudahan. Penataan kualitas
pelayanan publik secara prima yang cepat, pasti, mudah, biaya layak, transparan
dan akuntabel, dengan program perbaikan manajemen, sistem, ketentuan
peraturan perundang-undangan, prosedur serta petugas pelayanan publik, dsna
pencegahan praktik penyimpangan prosedur pelayanan.
Upaya merupakan suatu usaha untuk mengatasi berbagai masalah dari
suatu proses, harus masalah yang ada. Setiap masalah dari suatu proses, harus
segera diperoleh solusi atau upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Diakui
oleh dinas kesehatan ada beberapa hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
perizinan.
Dari hambatan tersebut harus ada upaya pemecahannya. Salah salah satu
upaya yang dilakukan oleh dinas kesehatan yaitu mengeluarkan peraturanperaturan internal dan kebijakan-kebijakan yang bisa diterapkan di perizinan
praktik dokter. Diharapkan dengan diterbitkannya peraturan internal dan kebijakan
maka pelaksanaan perizinan praktik dokter akan lebih mudah. Secara umum
peraturan berfungsi untuk mengatur suatu substansi untuk memecahkan masalah
yang ada dalam masyarakat.
Jhonson dan Sheles Cit Hikmatin, dalam perundangan. Regulasi serta
aturan-aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh badan regulasi harus memiliki
kesesuaian dengan peraturan dan perundangan yang telah ditetapkan sebelumnya,

sehingga jelas ketetapan yang diformulasikan antara satu bagian dengan bagian
yang lain, terutama dalam mengesepsikan suatu kondisi tertentu.45
Artinya, peraturan yang dibuat oleh dinas kesehatan untuk mengatasi
hambatan tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang sebelumnya. Peraturan
yang sebelumnya harus menjadi acuan dalam menyusun peraturan yang baru.
Selain pembuatan peraturan internal, dinas kesehatan juga selalu
mensosialisasikan terkait dengan peraturan-peraturan yang baru ataupun
perubahan-perubahan peraturan. Dengan sosialisasi ini diharapkan dokter akan
mengetahui peraturan yang baru sehingga dokter dapat melakukan penyesuaian
terkait peraturan tersebut.
Selain itu diharapkan dokter akan memiliki kesadaran dan memiliki
kepatuhan dalam memenuhi standar perizinan dokter. Selain itu, dokter juga selalu
berkonsultasi dengan dinas kesehatan terkait dengan kendala yang dialami oleh
pihak dokter.
Konsultasi ini juga diharapkan akan memperoleh suatu solusi untuk
masalah yang dihadapi terkait perizinan. Dengan konsultasi juga diharapkan
dokter akan memperoleh informasi yang tepat berkaitan dengan perizinan.
Hikmatin, bahwa informasi merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah
terjadinya konflik antara pihak yang meregulasi dan pihak yang diregulasi.46
Konsil Kedokteran Indonesia telah melakukan beberapa upaya untuk
mempermudah pengurusan registrasi ulang yaitu dengan menjamin waktu untuk
memproses registrasi ulang tidak akan lebih dari 3 bulan, bahkan beberapa sudah
ada yang selesai hanya dalam waktu 18 hari kerja.

45

Jhonson dan Sheles dalam Hikmatin, Studi Deskriptif Efektifitas Pelaksanaan Regulasi
Perizinan, 2006 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, vol. 9 No. 3
46
Ibid. hal. 213

66

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1.
Pengaturan pemberian izin penyelenggaraan praktik dokter
dan dokter gigi tertuang dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang praktik kedokteran didalamnya memberikan amanat
untuk membuat sebuah badan yang akan disebut KKI (Konsil
Kedokteran Indonesia). Disinii Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai
tugas: melakukan registrasi dokter dan dokter gigi; mengesahkan standar
pendidikan profesi dokter dan dokter gigi; dan melakukan pembinaan
terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran yang dilaksanakan bersama
2.

lemnbaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing


Pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik dokter adalah
pelayanan SIP, dimana konsep pelayanannya menerapkan asas desentralisasi,
yaitu kewenangan untuk mengeluarkan SIP tersebut diberikan kepada daerah
Kabupaten/Kota, telah menimbulkan persoalan hukum yang sangat serius.
Otonomi daerah telah diartikan secara membabi buta dan kebablasan.
Ketentuan dalam undang-undang tidak lagi dipatuhi dalam menyelenggarakan
pemerintahan yang kewenangannya telah diberikan kepada daerah. Tulisan ini
mengkaji secara yuridis permasalahan pelayanan SIP yang menjadi

3.

kewenangan daerah Kabupaten/Kota. .


Prosedur perolehan izin praktik dokter merupakan komponen
utama dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemberian
pelayanan

kesehatan

secara

langsung

kepada

masyarakat.

Dalam

melaksanakan tugas / pekerjaannya, dokterdiperbolehkan melakukan tindakan


berupa intervensi medis pada tubuh manusia. Untuk itu, sebelum
melaksanakan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter harus memiliki Surat
Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP). STR dan SIP dapat
diberikan kepada seorang dokter setelah memenuhi persyaratan yang
ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Disamping ketentuan persyaratan perizinan bagi dokter, peraturan perundang-

67

68

undangan

juga

mengatur

siapa

pejabat

yang

berwenang

untuk

mengeluarkan/menandatangani STR dan SIP tersebut. Untuk pelayanan STR,


dikarenakan konsep pelayanan STRnya dilakukan secara sentralisasi, hanya
oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), tidak menimbulkan permasalahan
dalam praktiknya, kecuali terkait hal teknis dalam uji kompetensinya.
2. Saran
1.

Untuk menghindari terjadinya malpraktik dan pelanggaran ketentuanketentuan hukum oleh para dokter, pengaturan izin penyelenggaraan
praktik dokter agar lebih diperketat dan hendaknya pemerintah khususnya
pemerintah Kota Medan menindak para dokter yang membuka praktek
yang tidak sesuai dengan ketentuan izin penyelenggaraan praktik dokter
dan dokter gigi tertuang dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang praktik kedokteran agar tidak terjadi lagi malpraktek yang
dilakukan oleh dokter . Beberapa peraturan lanjutan tampaknya harus
dibuat oleh Konsil Kedokteran dan/atau oleh Menteri Kesehatan untuk
memperjelas ketentuan yang belum jelas, yaitu tentang perijinan yang
dikaitkan dengan tempat dan jam praktik, penempatan dokter untuk
kepentingan pemerataan pelayanan dalam era telah dicabutnya UU WKS,
peraturan ijin praktik medis untuk perawat di Balai Pengobatan, ketentuan
kelengkapan rekam medis, manfaat informed consent, tanggungjawab
hukum, prosedur pengaduan, persidangan dan sanksi, dan lain-lain.
Demikian pula perangkat lunak lain seperti standar pendidikan, standar
kompetensi, tata-laksana ujian kompetensi, standar perilaku, standar
pelayanan medis, standar prosedur operasional, pedoman pengawasan,
pedoman audit medis, dll.

2.

Hendaknya Pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik dokter


disosialisasikan kepada masyarakat luas sehingga masyarakat tahu
mengurus perizinan khususnya perizinan dokter.

3.

Agar perizinan tidak lagi dianggap suatu prosedur yang rumit dan
merugikan, sebaiknya semua pihak atau aparat yang berkaitan dengan Izin

69

Praktik Dokter harus bisa lebih informatif dan dapat memudahkan


masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai