PVC Polivinil Klorida Makalah Kelompok 5 Pengetahuan Bahan
PVC Polivinil Klorida Makalah Kelompok 5 Pengetahuan Bahan
OLEH :
FEBRI IRAWAN ( 05091002006 )
MELIZA FITRIANTI ( 05091002012 )
PANGIDOAN SIMANUNGKALIT ( 05091002042 )
PUSPITA AYU INDAH SARI ( 05091002043 )
KATA PENGANTAR
yang telah
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................
BAB III
PENUTUP................................................................................................
18
A. Kesimpulan........................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Walau pertama kali ditemukan pada tahun 1872, ketika secara tak sengaja orang
menemukan serbuk putih dalam botol berisi gas vinil klorida yang terekspos oleh sinar
Matahari, orang harus menunggu 54 tahun berikutnya hingga ditemukannya teknik
pemanfaatan polivinil klorida, serbuk putih yang biasa disebut PVC itu. Usaha
pemanfaatan PVC pada awalnya banyak menemui jalan buntu karena sifatnya yang
mudah rusak jika dipanaskan padahal pemanasan merupakan cara pengolahan yang
paling logis, mengikuti analogi pengolahan besi, gelas serta beberapa bahan polimer
organik yang ketika itu sudah ditemukan.
Pada tahun 1926, seorang peneliti pada perusahaan ban BFGoodyear dalam usaha
mencari formulasi lem untuk merekatkan karet ke logam menemukan bahan elastomer
thermoplastik pertama di dunia (bahan elastis yang dapat diubah bentuknya jika
dipanaskan) ketika memanaskan PVC dalam cairan tricresyl phosphate atau dalam
dibutyl phthalate. Yang terjadi adalah bahwa PVC dapat bercampur secara sempurna
(miscible) dengan masing-masing zat yang kemudian lazim disebut sebagai plasticizer
itu, menghasilkan bahan baru dengan sifat yang dapat direkayasa, mulai dari yang keras,
ketika hanya sedikit plasticizer dicampurkan dengan PVC, hingga yang sangat elastis,
ketika komponen terbesar dalam campuran itu adalah plasticizer. Terobosan teknis ini
merupakan awal dari revolusi penggunaan PVC sebagai commodity plastics, yang
melibatkan penggunaan plasticizer (misalnya tricresyl phosphate atau dibutyl phthalate
seperti dalam kisah diatas) guna mempermudah pemrosesannya serta memberinya sifat
elastis yang cocok untuk berbagai aplikasi seperti kulit imitasi, plastik untuk alas meja,
dan sebagainya. Terobosan teknis kedua berupa berkembangnya teknologi formulasi
PVC dengan penggunaan zat-zat yang lazim disebut stabilizer, processing aid dan
sebagainya, dan yang tak kalah penting, perkembangan teknologi mesin pemroses PVC
sehingga dimungkinkan pemrosesan PVC tanpa kandungan plasticizer (rigid application).
Kini
plasticizer tersebut
terutama di bidang konstruksi, seperti berbagai jenis pipa untuk air bersih maupun
untuk air limbah domestik, pembungkus (isolator) berbagai macam kabel.
B. Tujuan
Bagaimana mengetahui bagian bagian dari PVC.
C. Rumusan Masalah
Dapat mengetahui bagian bagian dari PVC.
BAB II
PEMBAHASAN
POLIVINIL KLORIDA (PVC)
Polimer polivinil klorida (PVC) termasuk ke dalam jenis polimer thermoplastic:
suatu
kembali ketika didinginkan. Proses ekstrusi dan injection moulding bisa membentuk PVC
ke bentuk yang diinginkan. Karena sifatnya yang termoplastik, daur ulang secara fisik
PVC dapat dilakukan relatif mudah dimana material bisa dibentuk kembali dibawah
proses pemanasan.
Polimer polivinil klorida (PVC) yang juga dikenal dengan resin vinyl, didapatkan
dari polimerisasi senyawa vinil klorida pada suatu reaksi polimerisasi adisi radikal
bebas. Monomer
SEJARAH PVC
Senyawa vinil klorida yang memiliki rumus molekul C2H3Cl merupakan salah satu
produk senyawa Petrokimia yang memiliki aplikasi secara komersil yang cukup luas di
dunia terlebih di Amerika Serikat. Jika dilihat dari sejarah penemuannya, senyawa vinil
klorida ini ditemukan oleh seorang kimiawan berkebangsaan Jerman yang bernama
Justus Von Liebig dari Universitas Giessen karena pada sekitar tahun 1835 dialah orang
pertama yang mensintesis senyawa vinil klorida ini.
Pada mulanya Justus Von Liebig mereaksikan Dikloroetana yang sering disebut
minyak oleh kimiawan Belanda dengan alkohol untuk membuat Vinyl Chlorida. Dalam
penelitiannya ia dibantu oleh muridnya yang bernama Victor Regnault yang pada
akhirnya mereka berdua mempublikasikannya pada tahun 1835. Pada tahun 1872, E.
Baumann menemukan bahwa hujan serpihan putih akan terjadi jika senyawa vinil
klorida lama disinari cahaya matahari pada tabung yang tertutup. Ketika itu E.
Baumann menemukan adanya padatan putih dari vinil klorida ketika terkena sinar
matahari. Padatan putih ini bersifat sangat kuat karena tahan terhadap senyawa KOH atau
air dan baru dapat meleleh dengan proses degradasi pada temperatur diatas 1300C.
Pada awal tahun 1926 senyawa vinil klorida mulai diproduksi secara besarbesaran
untuk membentuk PVC yang beberapa tahun sebelumnya Fritz Klatte menemukan
proses pembuatan vinil klorida dengan mereaksikan HCl dengan Asetilena menggunakan
katalis Merkuri Klorida (HgCl) yang memperoleh hak paten pada tahun 1912. Melalui
penemuan Klatte inilah industri vinil klorida pertama kali menjadi populer hingga saat ini.
PEMBUATAN PVC
PVC dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama: minyak bumi dan garam dapur
(NaCl). Minyak bumi diolah melalui proses pemecahan molekul yang disebut cracking
menjadi berbagai macam zat, termasuk etilena ( C2H4 ), sementara garam dapur diolah
melalui proses elektrolisa menjadi natrium hidroksida (NaOH) dan gas klor (Cl2). Etilena
kemudian direaksikan dengan gas klor menghasilkan etilena diklorida (CH2Cl-CH2Cl).
Proses cracking/pemecahan molekul etilena diklorida menghasilkan gas vinil klorida
(CHCl=CH2)
(penggabungan molekul yang disebut monomer, dalam hal ini vinil klorida) dihasilkan
molekul raksasa dengan rantai panjang (polimer): polivinil klorida (PVC), yang berupa
bubuk halus berwarna putih. Masih diperlukan satu langkah lagi untuk mengubah resin
PVC menjadi berbagai produk akhir yang bermanfaat.
Penampakan resin PVC sangat mirip dengan tepung terigu. Dan resin PVC
memang dapat dianalogikan seperti tepung terigu: keduanya tidak dapat digunakan dalam
bentuk aslinya. Seperti halnya tepung terigu yang harus diolah dengan mencampurkan
berbagai kandungan lain hingga menjadi kue tart dan berbagai jenis roti yang menarik,
resin PVC juga harus diolah dengan mencampurkan berbagai jenis zat aditif hingga dapat
menjadi
berbagai jenis
produk
yang
sehari-hari.
Satu tahap penting lagi sebelum resin PVC bisa ditransformasikan menjadi
berbagai produk akhir adalah pembuatan compound/adonan (compounding). Compound
adalah resin PVC yang telah dicampur dengan berbagai aditif yang masing-masing
memiliki fungsi tertentu, sehingga siap untuk diproses menjadi produk jadi dengan sifatsifat yang diinginkan. Sifat-sifat yang dituju meliputi warna, kefleksibelan bahan,
ketahanan terhadap sinar ultra violet (bahan polimer/plastik cenderung rusak jika terpapar
oleh sinar ultra violet yang terdapat pada cahaya matahari), kekuatan mekanik
transparansi, dan lain-lain. PVC dapat direkayasa hingga bersifat keras untuk aplikasiaplikasi seperti pipa dan botol plastik, lentur dan tahan gesek seperti pada produk sol
sepatu, hingga bersifat fleksibel/lentur dan relatif tipis seperti aplikasi untuk wall paper
dan kulit imitasi. PVC dapat juga direkayasa sehingga tahan panas dan tahan cuaca untuk
penggunaan di alam terbuka. Dengan segala keluwesannya, PVC cocok untuk jenis
produk yang nyaris tak terbatas dan setiap compound PVC dibuat untuk memenuhi
kriteria suatu produk akhir tertentu.
juga
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, wujudnya juga dapat berupa bubuk putih
atau padatan krim yang berwarna. PVC memiliki range berat molekul dari 60000
hingga 140000 gram/mol.
Jika ditinjau dari segi kestabilan, senyawa ini sangat stabil karena berbentuk
polimer sehingga fasanya
berpengaruh (tak
berbentuk
padatan
hampir tidak
berpotensi mencemari udara, air maupun tanah. Selain itu, senyawa ini juga bersifat
mudah terbakar. PVC memiliki beberapa karakteristik dalam morfologi (bentuk) sebagai
sebuah polimer. Morfologi yang
kemampuan prosesnya (processability) dan properti fisik yang dihasilkan. Dibawah ini
disajikan tabel mengenai beberapa bentuk dari PVC:
Bentuk PVC
Ukuran
droplet
30 150 m
Deskripsi
Terjadi karena adanya pendispersian
monomer selama polimerisasi suspense
membran
(diameter)
0,01
0,02 m
(ketebalan)
grains
100 200 m
Alkohol)
Sesudah polimerisasi, freeflowing powder
biasanya
skins
membuat
droplet
menjadi
(diameter)
0,5 5 m
(ketebalan)
Partikel utama
1 m (diameter)
Terbentuk
sebagai
tempat
polimerisasi
(primary
particles)
massa
oleh
presipitasi
polimer
dari
Aglomerasi dari
3 10 m
partikel utama
(diameter)
domains
0,1 m
(diameter)
microdomains
0,01 m
Secondary
(spacing)
0,01 m
criystallinity
(spacing)
menjadi gelatine
Dari uraian pada tabel diatas PVC memiliki struktur yang dibangun di atas struktur
lainnya yang akhirnya membentuk sebuah molekul raksasa yang disebut polimer.
Lapisan yang saling terbentuk akan mempengaruhi performa dan semuanya saling
berhubungan.
Kebanyakan dari PVC akan membentuk polimer yang bersifat kaku (rigid), tetapi ada
PVC yang bersifat plastis dimana secara umum keduanya memiliki sifat struktur yang
sama hanya saja perbedaanya adalah pada PVC yang plastis, plasticiser masuk pada fasa
amorphous PVC yang menjadikan molekul elastomer berbentuk seperti dasi. Selanjutnya
grains akan hancur menjadi partikel utama yang berukuran 1 m yang menjadi unit
melt flow. Akhirnya melting unit tadi membentuk belitan pada batas flow unit
diikuti
oleh
proses
rekristalisasi
selama
pendinginan
yang
yang
membentuk struktur
berfasa
cair jika
sekitar 15% produksi PVC di dunia menggunakan polimerisasi emulsi dan polimerisasi
kopolimer, dimana produknya dalam bentuk dispersi lateks encer dari PVC dengan
diameter partikel 0,12 mm, sedangkan yang menggunakan teknologi polimerisasi bulk
adalah sekitar 10% dimana produknya didapat dengan cara mengeliminasi molekul air.
Berikut beberapa metode umum polimerisasi VCM menjadi PVC:
1. Polimerisasi Suspensi
Monomer VCM didispersikan ke dalam air kemudian ditambahkan stabilizer antara lain
talc atau bentonite. Inisiator ditambahkan di dalam suspensi monomer. PVC yang
dihasilkan lebih murni, memiliki sifat isolasi listrik dan ketahanan panas yang baik serta
lebih jernih dari PVC emulsi.
2. Polimerisasi Emulsi
Monomer VCM dicampur dengan air dan ditambahkan stabilizer (sabun) dan
inisiator. Campuran dimasukkan ke dalam reaktor sehingga monomer teremulsi
masuk ke dalam soapmicelle. Inisiator akan terurai menjadi radikal bebas sehingga
berdifusi ke dalam soapmicelle untuk memulai polimerisasi PVC. Produk berbentuk
lateks yang halus. Proses ini berlangsung relatif lebih cepat pada temperatur yang lebih
rendah dibandingkan dengan metode lain. Produk yang dihasilkan memiliki daya
tahan listrik rendah sehingga tidak dapat dipakai untuk isolasi listrik.
3. Polimerisasi Bulk.
Proses ini tidak menggunakan suspending agent atau emulsifier sehingga produk
yang dihasilkan mempunyai kemurnian yang tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, proses pembuatan PVC dari VCM mencakup tahap - tahap
berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada
tahap
ini
dilakukan
pelarutan
VCM
di
dalam
air,
kemudian
Pada proses ini telah dicapai derajat yang telah ditentukan kemudian dilakukan
pengambilan produk dengan penyemprotan dan pengeringan dengan cara koagulasi
(penambahan asam).
Tujuan dari proses polimerisasi itu sendiri adalah untuk menghasilkan resin dengan
cara aman dan efisien, sehingga dapat ditangani dan diproses dengan mudah yang kemudian
akan membentuk produk akhir dengan sifat - sifat yang diinginkan.
Sifat- sifat polimer yang harus dioptimalkan adalah:
1. Berat molekul; menentukan proses polimerisasi dan sifat - sifat produk.
2. Komposisi kimia; berhubungan dengan pembentukan kopolimer dan menentukan sifat
aliran pada saat pencairan polimer.
3. Ukuran butir dan lebarnya; menentukan cara penanganan bubuk dan prosesnya.
4.
Sifat menyerap dari butir harus maksimal unutk memudahkan pemindahan reaksi
VCM.
5. Kemurnian; resin harus bebas dari kotoran.
6. Warna yang bagus dan stabilitas termal dibutuhkan untuk memungkinkan polimer tidak
terdegradasi dan untuk memaksimalkan bentuk akhir produk.
PVC Rigid
44,4
PVC Fleksibel
9,6
2,75
181
293
Density (g/cm3)
1,4
1,4
34
25,6
KEGUNAAN PVC
Produk PVC amat beragam. Namun secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu
unplasticised PVC (uPVC atau PVCU) yang bersifat rigid dan plasticised PVC yang
bersifat fleksibel.
Aplikasi PVC Rigid
PVC Rigid itu keras dan kaku. Salah satu penggunaan uPVC yang paling besar
adalah untuk frame jendela (profil). Material ini mudah untuk dilas dan ditempelkan,
bahkan dengan
bumi, sekitar 50% berat PVC adalah dari komponen klor-nya, yang
menjadikannya sebagai bahan plastik yang paling sedikit mengkonsumsi minyak bumi
dalam proses pembuatannya. Relatif rendahnya komponen minyak bumi dalam PVC
menjadikannya secara ekonomis lebih tahan terhadap krisis minyak bumi yang akan
terjadi di masa datang serta menjadikannya sebagai salah satu bahan yang paling ramah
lingkungan.
Walaupun PVC merupakan bahan plastik dengan volume pemakaian kedua
terbesar di dunia, sampah padat di negara-negara maju yang paling banyak menggunakan
PVC-pun hanya mengandung 0,5% PVC. Hal ini dikarenakan volume pemakaian terbesar
PVC adalah untuk aplikasi-aplikasi berumur panjang, seperti pipa dan kabel. Sampah
PVC juga dapat diolah secara konvensional, seperti daur-ulang, ditanam dan dibakar
dalam insinerator (termasuk pembakaran untuk menghasilkan energi).
PVC juga dianggap menguntungkan
untuk
aplikasi
sebagai
pembungkus
(packaging). Suatu studi pada tahun 1992 tentang pengkajian daur-hidup berbagai
pembungkus/wadah dari gelas, kertas kardus, kertas serta berbagai jenis bahan plastik
termasuk PVC menyimpulkan bahwa PVC ternyata merupakan bahan yang memerlukan
energi produksi terendah, emisi karbon dioksida terendah, serta konsumsi bahan bakar
dan bahan baku terendah diantara bahan plastik lainnya. Bahkan sebuah kelompok
pecinta lingkungan Norwegia, Bellona, menyimpulkan bahwa pengurangan penggunaan
bahan PVC secara umum akan memperburuk kualitas lingkungan hidup.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Polimer polivinil klorida (PVC) yang juga dikenal dengan resin vinyl, didapatkan
dari polimerisasi senyawa vinil klorida pada suatu reaksi polimerisasi adisi
radikal bebas.
ethylene
Monomer
vinil
dengan chlorine
klorida
untuk
didapatkan
membentuk
dari
mereaksikan
1,2dichloroethane.
gas
1,2
DAFATAR PUSTAKA
Charless A. Harper, Modern Plastics Handbook, (McGraw Hill: New York, 1999). Hlm. 1.75
Charles E Wilkes. et al, PVC Handbook (Munich: Hanser Publishers, 2005). Hlm. 7
Ibid hlm. 95