Entalpi Pelarutan
Entalpi Pelarutan
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIK 1
Entalpi Pelarutan
NamaPraktikan
NIM
: 131810301008
Kelompok
: 4(Empat)
Fak/Jurusan
: MIPA/KIMIA
Nama asisten
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mengetahui pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat dan menentukan entalpi
kelarutannya.
1.2. Latar Belakang
Proses pelarutan tidaklah selalu bisa melarutkan suatu zat secara keseluruhan.
Terkadang proses pelarutan menyisakan kristal-kristal yang mengendap di bagian bawah
wadah. Kristal yang mengendap tersebut merupakan kristal yang belum larut.Ketika zat yang
ditambahkan ke dalam pelarut ternyata tidak terlarut seluruhnya dan membentuk dua fasa,
maka cara yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan cara
pemanasan. Melalui pemanasan yang dapat diukur temperaturnya, suatu zat yang kurang larut
yang terdapat dalam pelarut akan dapat larut dengan bantuan pemanasan. Disini dapat
dinyatakan bahwa energi panas yang diberikan dapat berpengaruh terhadap tingkat kelarutan
suatu zat. Besarnya energi panas yang menyertai peristiwa larutnya zat dalam pelarut dengan
sejumlah tertentu dalam termokimia disebut dengan entalpi pelarutan. Panas yang diberikan
atau panas yang dilepaskan dari suatu pelarutan zat dapat diukur menggunakan perubahan
temperatur dan kemudian dapat dihitung perubahan entalpi pelarutan dari zat tersebut.
Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah suhu.
Suhu dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat karena semakin besar suhu yang diberikan
pada suatu senyawa maka molekul, ion, ataupun atom-atom dari senyawa tersebut akan
memiliki energi kinetik rata-rata yang semakin besar, akibatnya reaksi yang terjadi semakin
semurna.
Campuran yang homogen sering disebut larutan. Larutan merupakan zat yang memiliki
komposisi yang sama (jumlah mol zat terlarut dan pelarut) pada setiap larutan, sehingga
membentuk satu fasa. Larutan dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan kemampuan
melarutkan zat terlarut, yakni larutan jenuh, belum jenuh dan lewat jenuh. Pada larutan jenuh
terjadi keseimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak larut, atau dengan
definisi yang lebih sederhana suatu zat dikatakan jenuh apabila konsentrasinya tetap, karena
kecepatan melarut dan mengendap sama sehingga mengakibatkan jumlah mol zat padat yang
berubah fasa menjadi cair sama dengan jumlah mol zat cair yang berubah fasa menjadi padat.
Bila jumlah zat terlarut kurang dari ini, disebut larutan belum jenuh dan
bila lebih disebut lewat jenuh.
massa molar: 39,9971 g.mol-1; kerapatan: 2,1 g.cm-3; titik leleh 318C
(591 K); titik didih: 1390C (1663 K); kelarutan dalam air: 111 g/100 ml
(20C) (Zee, 2012).
d. Indikator PP
Sifat Fisik dan Kimia: Massa molar pp adalah 318,32 g/mol, massa
jenisnya 1,277 g/mol pada suhu 32C dan titik lelehnya 262,5C. Keadaan
fisik dan penampilan berbentuk Cair, tidak berwarna, Memiliki PH (soln 1%
/ air) Netral.Suhu Kritis 243C, tekanan uapnya 5,7 kPa dan Kepadatan
uap: 1,59 (Udara = 1).
Kelarutan: Mudah larut dalam air dingin, air panas, metanol, dietil eter
dan larut dalam aseton.
Informasi toksikologi: Berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan),
menelan, inhalasi. Sedikit berbahaya dalam mempengaruhi bahan genetik
(mutagenik).
Penyebab
efek
reproduksi
buruk
dan
cacat
lahir
disebut
dengan
nama
yang
khas
pula,
misalnya
kalor
ditimbang labu erlenmeyer kosong yang kering dan bersih sebanyak 6 buah serta
dilengkapi dengan penanda suhu
dilarutkan dalam 100 ml akuades (berat jenis diketahui) dalam beaker gelas sedikit
demi sedikit sambil diaduk sampai keadaan jenuh.
diambil 10 mL larutan yang sudah jenuh dan dimasukkan dalam gelas beaker yang
dilengkapi dengan thermometer dan pengaduk, kemudian diletakkan dalam wadah
yang berisi es batu dan diatur sampai pada temperatur yang dikehendaki.
dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 M dengan menggunakan indikator pp sampai terjadi
perubahan warna
dilakukan duplo
hasil
V rata-rata
Oksalat
NaOH
Oksalat
NaOH
14,6
gram
N oksalat
Molaritas
Kelarutan (S)
Oksalat
(Pada oC)
8,5 mL
0.085 N
0.0425 M
0.0038 g/mL
(0 oC)
10,85 mL
1.085 N
0.543M
0.0488 g/mL
1.005 N
0.5025 M
0.0452 g/mL
(10oC)
11,3 mL
1.13 N
0.565 M
0.0508 g/mL
(15 oC)
18,6 mL
1.86 N
0.93 M
0.0838 g/mL
(5 oC)
10,05 mL
5 mL
0.5 N
(20 oC)
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul entalpi pelarutan yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh suhu terhadap suatu kelarutan zat dan mengetahui panas kelarutanya. Entalpi
menyatakan kandungan kalor suatu zat. Entalpi pelarutan adalah entalpi yang diperlukan atau
dilepaskan jika 1 mol zat dilarutkan dalam sejumlah pelarut sehingga diperoleh konsentrasi
tertentu dari larutan. Entalpi pelarutan menyatakan perubahan entalpi pada pelarutan 1 mol
zat untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar (STP). Entalpi suatu zat tidak dapat
diukur, yang dapat diukur hanya perubahannya saja. Perubahan entalpi berguna untuk
pengkajian termodinamika kimia karena banyak reaksi kimia yang berlangsung pada tekanan
tetap.
Percobaan ke 1 pada traktikum kali ini mempelajari tentang entalpi
pelarutan dari asam oksalat dalam pelarut air. Untuk dapat mengetahui
nilai entalpi pelarutan dari asam oksalat tersebut dilakukan variasi suhu,
yaitu 0, 5, 10, 15, 20, dan 25 .
faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat, oleh sebab itu dalam
praktikum ini dilakukan cara menentukan pengaruh temperatur terhadap
ini
untuk
menentukan
pengaruh
temperatur
terhadap
serta
diatur sampai
macam seperti yang sudah disebutkan diatas. Reaksi kesetimbangan yang terjadi
ketika asam oksalat dilarutkan dalam akuades yaitu :
H2C2O4(s) + H2O(l)
HC2O4-(aq) + H3O+(aq)
suhu
yang
diinginkan
menggunakan
pipet
mohr
dan
dimasukkan ke dalam gelas serta dijaga agar padatan asam oksalat yang
tidak larut tidak ikut tertuang. Proses ini sebaiknya dilakukan dengan
cepat karena apabila terlalu lama dalam menuangkan sampel maka
suhunya akan berubah sehingga kelarutannya juga ikut berubah. Oleh
sebab itu untuk mencegah hal itu maka penuangannya harus dilakukan
secepat mungkin dan hati-hati sehingga tidak terjadi perubahan kelarutan
yang besar dan tidak ada kristal asam oksalat yang tidak larut ikut
tertuang. Hasil ini sangat penting untuk perhitungan berikutnya dalam
gaya antara molekul tak sejenis dengan molekul sejenis. Pada peristiwa
pelarutan, kadang-kadang terjadi perubahan energi, hal ini disebabkan
adanya perbedaan gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Gaya ini
jauh lebih kecil daripada gaya tarik pada ikatan kimia, sehingga panas
pelarutan jauh lebih kecil daripada panas reaksi.
Pembuatan larutan dapat dilakukan dengan melarutkan suatu
padatan pada pelarutnya. Pelarutan dapat dipercepat dengan proses
pengadukan. Ketika suatu larutan diaduk maka partikel-partikel zat dalam
larutan akan bergerak semakin tidak beraturan yang memungkinkan
terjadinya keserbasamaan partikel zat dalam larutan. Keserbasamaan ini
dapat disebut dengan istilah homogen. Untuk memudahkan dalam
pelarutan suatu zat dapat juga dilakukan dengan merubah temperatur.
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas
pelarutan (H) negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila
panas pelarutan (H) positif, daya larut naik dengan naiknya temperatur.
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan cair,
tetapi berpengaruh pada daya larut gas. Berikut adalah gambaran reaksi
yang memiliki (H) negatif dan (H) positif beserta arah reaksinya
sehingga dapat mempengaruhi kelarutan.
A+B
C + D, Hreaksi = +
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Temperatur mempengaruhi kelarutan asam oksalat dalam air,
semakin
tinggi
temperatur
yang
diberikan
pada
larutan
yang
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Msds Asam Oksalat.[serial online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?
msdsId=9927133. [diakses 5 April 2015].
Anonim. 2015. Msds Garam Dapur.[serial online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?
msdsId=9927227. [diakses 5 April t 2015].
Anonim. 2015. Msds Natrium Hidroksida.[serial online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=992718. [diakses 5 April 2015].
Anonim. 2015. Msds Phenolftalein. [serial online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?
msdsId=9927062. [diakses 5 April 2015].
Alberty, R., A. 1991. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga.
Atkin, PW. 1999. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rinaka Cipta.
0
270
275
280
285
290
295
-1
-2
f(x) = 0.12x - 38.64
R = 0.65
-3
y
Linear (y)
-4
-5
-6
= 14.6 gram
Massa larutan
b. 5 oC
N2 . V2
0.5 N . 8.5 mL = N2 . 5 mL
N2
b.
= 0.085 N
N1 . V1
N2 . V2
0.5 N . 10.85 mL =
N2
c.
N2 . 5 m
= 1.085 N
N1 . V1
N2 . V2
0.5 N . 10.05 mL = N2 . 5 mL
N2
d. N1 . V1
= 1.005 N
=
N2 . V2
0.5 N . 11.3 mL = N2 . 5 mL
N2
e. N1 . V1
= 1.13 N
=
N2 . V2
0.5 N . 18.6 mL =
N2 . 5 mL
N2
= 1.86
a. M =
N
2
0.085 N
2
= 0.0425 M
b. M =
N
2
1.085 N
2
= 0.543M
c. M =
N
2
1.005
2
d. M =
N
2
1.13
2
= 0.565 M
e. M =
N
2
1.86
2
= 0.93 M
= 0.5025 M
m
V larutan
0.0191 gram
5 mL
b. S =
m
V larutan
0.244 gram
5 mL
= 0.0488 g/mL
c. S =
m
V larutan
0.226 gram
5 mL
= 0.0452 g/mL
d. S =
m
V larutan
0.254 gram
5 mL
= 0.0508 g/mL
e. S =
m
V larutan
0.419 gram
5 mL
= 0.0838 g/mL
= 0.00382 g/mL
Entalpi pelarutan
H
m=
R
0,004=
H
J
8,314
mol . k
H=0,0332 J/mol
Lampiran 2
Lampiran 3