Oleh:
Mengetahui
Kepala TK Pertiwi 18 Pandansari,
MOTTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya, swhingga peneliti dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan
Kelas dengan judul Pemanfaatan Bahan Alam Lingkungan (BAL) untuk Meningkatkan
Kreatifitas Meronce dan Mengurutkan Pola melalui Metode Demonstrasi pada Anak Didik
TK Pertiwi 18 Kelompok B, Desa Pandansari, Kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen
Tahun Pelajaran 2015/2016
Penyusuna Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk perbaikan pembelajaran
di TK Pertiwi 18 Pandansari Kelompok B semester II, Desa Pandansari, Kecamatan
Sruweng, Kabupaten Kebumen.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini
dapat terlaksana atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terimakasih sebanyak banyaknya kepada :
1. Kepala TK TK Pertiwi 18 Pandansari .
2. Keluarga tercinta
3. Semua pihak yang telah membantu proses Penelitian Tindakan Kelas ini.
Sebagai akhir kata peneliti menyadari penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu peneliti sangat
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
ii
MOTTO ....
iii
ABSTRAK ....................................................................................................
iv
vi
1. Kreatifitas ...............................................................................
2. Meronce ..................................................................................
3. Pola .........................................................................................
4. Pemanfaatan............................................................................
5. Bahan ......................................................................................
6. Alam ......................................................................................
7. Demonstrasi ...........................................................................
11
12
12
14
14
45
45
45
51
54
E. Perbaikan ...........................................................................................
54
56
A. Kesimpulan ........................................................................................
56
B. Implikasi .............................................................................................
56
C. Saran ...................................................................................................
57
58
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
Rencana Kegiatan
6.
7.
8.
9.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya masa anak-anak usia
dan pengenalan
mengurutkan geometri ,sebagian bagian dari kecerdasan dan rasa seni yang sedapat
mugkin tertanam sejak dini. Kesenian merupakan salah satu potensi dasar anak sebagai
bentuk dari kecerdasan majemuk. Melaluipembelajaran potensi seni anak berarti juga
mengembangkan kecerdasan. Jika potensi ini tidak dikembangkan sejak dini maka masa
emas perkembangan potensi tersebut akan terlewat begitu saja. Meskipun dapat
dikembangkan pada tahun-tahun selanjutnta, namun hasil yang tercapai tidak akan
seoptimal mungkin seperti bila telah tertanam sejak kecil.
Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatanpembelajaran kemampuan seni anak salah
satunya adalah membuat gambar dengan teknik meronce . Menurut kamus besar bahasa
Indonesia meronce adalah seni dekorasi bidang dengan kepingan bahan keras berwarna
yang disusun dan ditempel dengan perekat. Dalam mengembangkan potensi anak tentang
membuat gambar dengan meronce
kertas yang berbentuk geometri atau bahan yang lain yang digunakan. Selain dalam
menyusun guntingan kertas juga sulit dalam memadukan warna. Untuk karya seni meronce
jarang menggunakan pewarna buatan tapi memakai warna langsung dari bahan yang akan
ditempel. Berawal dari hal tersebut peneliti mengidentifikasi masalah dari pembelajaran
yang dilaksanakan.
Dari hasil pembelajaran terungkap masalah yang dalam proses pembelajaran yaitu :
1. Hasil belajar anak dalam kegiatan membuat gambar dengan teknik meronce
masih sangat rendah.
2. Belum semua anak selesai dalam pengerjaan tugas kegiatan meronce ini.
3. Kurangnya kreatifitas anak dalam membuat gambar dengan teknik meronce
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas kemudian dianalisis ternyata kelemahankelemahan siswa tersebut di atas disebabkan oleh beberapa faktor yang disebabkan guru
antara lain :
1.
Guru kurang siap dalam menyampaikan materi karena guru belum memakai
media yang dapat menarik minat anak.
2.
Guru kurang memberikan bimbingan dan motivasi terhadap anak didik secara
maksimal.
3.
Guru belum mengarahkan pada anak cara menyusun meronce dengan jelas.
4.
Keadaan tersebut bila dibiarkan secara terus menerus maka pembelajaran tentang
kegiatanpembelajaran seni meronce ini khususnya pada anak usia dini akan kehilangan
kesempatan emas dalam membentuk individu yang sesuai dengan harapan di masa datang.
Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran melalui Peneliti Tindakan Kelas
(PTK). Adapun judul yang dipilih adalah Peningkatan Kreativitas Anak dan Hasil Belajar
dalam Pembelajaran Seni Meronce melalui Penerapan Penerapan pemanfaatan bahan alam
lingkungan pada Anak Kelompok B di TK PERTIWI 18 Pandansari Kecamatan Sruweng,
Kabupaten Kebumen
B. Rumusan Masalah
Dari hasil analisis peneliti dapat menyajikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan dapat
meningkatkan kreativutas anak dalam pembelajaran seni meronce
dan
dan
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi tuuan perbaikanpeneliti pada kegiatan
ini adalah :
1. Untuk memperbaiki pembelajaran seni meronce melalui penerapan penerapan
pemanfaatan bahan alam lingkungan pada anak sehingga kreativitas dan hasil
belajar meningkat.
2. Untuk memperbaiki pembelajaran mengurutkan pola melalui penerapan
penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan pada anak sehingga kreativitas
dan hasil belajar anak menjadi meningkat.
B. Manfaat Perbaikan
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak seperti:
1. Bagi anak :
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Kerangka Teori
1. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Merupakan hal yang sangat perlu mendapat perhatian dan harus disadari dari para orang
tua dan guru bahwa setiap anak memiliki potensi kreatif. Sebagian orang memilikinya
lebih dari orang lain, tetapi tidak ada orang kratif sama sekali. Terutama anak-anak usia
persekolahan sebetulnya yang sangat kreatif, karena mereka memiliki kreatifitas ilmiah.
Sayangnya bbanyak orang tua dan guru yang kurang menyadari dan kurang dapat
menghargai kreativitas anak. Mereka lebih menginginkan anak yang selalu patuh dan
melakukan hal-hal yang sama seperti anak lain. Orisinalis kurang dapat diterima, dianggap
menyulitkan, mencemaskan dan bahkan dapat berbahaya. Tanpa menyadari orang dewasa
yang bermaksud baik dengan dalih menanamkan disiplin dan kepatuhan, tidak memberikan
kesempatan bemih-benih kreatifitas amnak tumbuh dan berkembang. Ini tidak berate
bahwa disiplin dan kepatuhan tidak penting, tetapi sering terjadi kesalahapahaman tentag
arti dan makna dari kreativitas. Kreativitas tidak bertentangan dengan disiplin dan
mengikuti peraturan yang ditentukan.
Pengertian kreativitas menurut Kmus Besar Bahasa Indonesi berarti hasil dari kemampuan
mencipta. Banyak hal ang dilakukan manusia ada dua unsure kreativitasnya. Hal ini sesuai
dengan program yang dikembangkan di TK yaitu pegembangan daya cipta. Kreativitas
terjadi karena kebiasaan mencipta sesuai yang baru (Anggani Sudono:1997:1).
Dunia Tman Kanak-Kanak adalah dunia pendidikan kreativitas artinya guru senantiasa
dituntut kreativitasnya secara ideal, konseptual, Pendidikan di TK aalah proses
pembelajaran yang dirancang secara sadar dan sistematik untuk member peluang kepada
anak didik agar dapat mengembangkan potensi daya ciptanya untuk mengungkapkan apa
yang ada dalam diri ataupun apa yang ada di luar dirinya.
Kreativitas sebagai suatu produk dari hasil pemikiran atau perilaku suatu manusia.
Kreativitas dapat pula dilihat sebagai suatu proses dan mungkin inilah yang lebih esensial
dan yang perlu dibina pada anak didik sejak dini untuk bersibuk diri secara kratif ( Conny
Setiawa, AS, Munandar, SCU Munandar, 1998:8).
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu komposisi, produk
atau gagasan yang pada dasarnya baru (Hurlobk 1989 : 4). Kreativitas ini dapat berupa
kegiatan imaginative atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya rangkuman, tetapi
mencangkup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari
pengalaman sebelumnya yang dihubungkan dengan situasi. Krativitas ini mempunyai
maksud dan tujuan yang ditentukan bukan fantasi semata, tetapi merupakan hasil yang
sempurna dan lengkap. Kreativitas ini dapat berupa produk ilmiah bahan bersifat metologis
dan procedural.
Pendapat lain mengatakan bahwa kreativitas adalah merupakan kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru dan merupakan dalam pemecahan masalah. Kreativitas
ini meliputi fleksibilitas dan keluwesan, kelancaran, keaslian atau orisinallitas dalam
pemikiran. Kreativitas ini juga memiliki cara lain yaitu afektif, seperti rasa ingin tahu,
senang mengajukan pertanyaan dan ingin mencari pengalaman baru (Munandar, 1992 : 7).
Dari pendapat ini menunjukan bahwa kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan
suatu yang baru. Kreativitas sebagai objek dalam suatu dari dua konsep tersebut dapat
berupa sesuatu yang abstrak atau kongkrit yaitu berupa produk atau jasa. Cara serta think
atau metodologi.
b.Aspek-aspek Kreativitas
1) Kreativitas dari aspek pribadi, muncul dari keunikan pribadi individu dalam
bakat interaksi dengan lingkungannya. Setiap anak mempunyai bakat kreatif,
namun masing-masing dalam bidang dan kadar berbeda-beda. Kreativitas
sebagai kemampuan berfikir meliputi kelancaran, kelenturan orisinalitas dan
elaborasi.
Kelancaran
disini
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
c.Ciri-ciri Kreativitas
Ciri-ciri kreatifitas dapat dibedakan dalam cirri kognitif dan cirri-ciri non kognitif.
Menurut Munandar (1990: 50) menyatakan bahwa pemanduan cri kognitif dan efektif
dalampembelajaran kreatifitas dimaksudkan agar kreativitas yang dimiliki individu itu
dapat terwujud secara nyata.
Pegembangan kreatifitas individu tidak hanya membutuhkan keterampilan untuk berfikir
kreatif saja tetapi juga memerlukanpembelajaran pembentukan sikap, perasaan dan
kepribadian yang mencerminkan yang berhubungan dengan efektif dan kognitif anatara
lain:
1) Ciri kreativitas yang berhubungan dengan efektif meliputi rasa ingin tahu,
bersifat imajinasi, merasa tergantung oleh kemajemukan sikap berani
mengambil resiko, sikap menghargai.
2) Ciri kreativitas yang berhubungan dengan kognitif meliputi keterampilan
berfikir luwes atau fleksibel. Keterampilan berfikir erasional, keterampilan
merinci atau mengalaborasu serta keterampilan menilai.
Ciri kreativitas digolongkan ke dalam dua bagian yaitu yang kreativitasnya tinggi dan anak
yang kreatifitasnya rendah. Anak yang kreatifitasnya tinggi cenderung lebih ambisius,
mandiri, otonom, cenderung percaya diri, efisien dalam berfikir, tertarik pada hal-hal yang
komplek dan perspektif, mampu mengambil resiko. Sedangkan yang rendah kreatifitasnya
kurang memiliki kesadaran diri akan arti hidup sehat dalam berfikir. Pada dasarnya
seseorang akan selalu mencontoh orang tua dan ingin tahu seperti apa yang diperbuat
orang tua.
Dengan meniru orang tua anak akan menunjukan kreativitasnya, anak yang kreatif
biasanya lebih percaya diri, penuh inisiatif, terbuka terhadap pengalaman baru, luwes
dalam berfikir dan selalu ingin mandiri. Anak yang ingin mandiri pada dasarnya ingin
mendapatkan pengakuan dari orang tua bahwa pada diri anak sudah tumbuh menuju kearah
kedewasaan. Anak sudah mulai tidak senang diatur dan dikekangi apalagi dipaksa.
Kebebasan merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam diri anak. Bahwa tujuan anak
melakukan sesuatu yang menarik perhatian orang lain karenaa anak ingin mengetahui
bagaimana reaksi orang lain karena anak tersebut ingin memperhatikan kepada orang tua
maupun orang yang ada disekelilingmya bahwa kehadirannya perlu di ditakuti. Hal itu
mencerminankan kreativitas alamiah anak usia dini.
Menurut Freeman dan Munandar (1996) bahwa ada beberapa cirri perilaku yang
mencerminkan kreativitas alamiah anak usia prasekolah menjadi nyata, contohnya seperti:
1) Senang menjajaki lingkungan
2) Mengamati dan memegang segala sesuatu, mendekati segala macam tempat
atau pojok, seakan akan harus ada pengalaman
3) Rasa ingin tau mereka besar, Karenna itu mereka suka mengajukan
pertanyaan dan seakan akan tidak pernah puas dengan jawaban yang
diberikan
4) Anak usia prasekolah bersifat spontan dan cenderung menyatakan pikiran
dan perasaannya sebagai adanya, tanpa merasakan hambatan seperti tampak
seperti seorang dewasa
mempunyai/ menghargai rasa keindahan, menonjol atau dalam satu atau lebih bidang studi,
dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi, mempunyai rasa humor, mempunyai
daya imajinasi ( memikirkan hal-hal baru yang tidak biasa ) mampu mengajukan pikiran
gagasan pemecahan yang berada dari orang lain ( orisinil) kelancaran dalam menghasilkan
bermacam macam gagasan, serta mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut
pandang. (Hawadi, Wiharjo, dan Wiyono,2001:14).
Dari beberapa pandangan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kreativitas merupakan
suatu kemampuan yang dapat menghasilkan keadaan yang baru, yang berupa gagasangagasan atau pemikiran-pemikiran yang masih abstrak serta dapat pula benda-benda yang
kongkrit.
Hal ini dilakukan oleh anak agar mendapatkan pengakuan tentang keberasaan dirinya dan
di anggap sejajar dengan orang dewasa, sehigga anak akan selalu menampilkan kreativitas
yang sangat membantu perkembangan jiwanya. Dari kreativitas tersebut anak mampu
berpandangan jauh kedeapan dan mempunyai motifasi yang tinggi untuk hidup tanpa
selalu menggantungkan diri dari orang lain.
d.Perkembangan kreatifitas
Hidup dalam suatu masa dimana ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat, suatu
adaptasi kreatif merupakan satu-satunya kemungkinan bagi suatu bangsa yang sedang
berkembang untuk dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi untuk dapat
menghadapi problema-problema yang semakin kompleks. Oleh karena itupembelajaran
kreativitas sejak usia dini menjadi sangat penting untuk terus dipupuk dalam anak didik,
mengapa demikian?
Pertama karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya
dan akulturasi merupakan kebutuhan pokok dalam hidup manusia (Maslow, 1967)
kreativitas merupakan manivestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.
Kedua kreatifitas atau berfikir sebagai kemampuan untukm melihat bermacam-macam
kemungkinan dalam menyelesaikan suatu masalah.
Ketiga bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat ( bagi diri pribadi dan bagi
lingkungan), tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.
Keempat kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Dalam era pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan Negara
bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, pemenuan-penemuan baru, dan
teknologi baru (Munandar, 1999: 31)
Perkembangan kreativitas anatara anak yang satu dengan yang lain berbeda-beda baik jenis
maupun derajatnya. Karena perkembangan kreativitas muncul dalam setiap tahapan
perkembangan manusia dari bayi sampai tahap perkembangan lanjut usia. Karena
munculnya kreativitas sejak bayi maka kreativitas ini perlu di rangsang dan di kembangkan
sejak awal mungkin. Perkembangan kreativitas ini harus sesuai dengan tahapan individu.
Oleh karena itu rangsangannya perlu di sesuaikan dan jangan di paksakan. Karena
pemaksaan kreativitas yang tidak sesui dengan tahap perkembangan justru akan
membebani individu, sehingga individu tersebut tidak berkembang normal.
Kreativitas akan tampak pada awal kehidupan dan pertama-tama terlihat pada permainan
anak, lalu secara bertahap menyebar keberbagai kehidupan lainnya, seperti sekolah atau
pendidikan, rekreasi dan pekerjaan. Kreativitas mencapai puncaknya pada usia tiga
puluhan sampai empat puluhan.
Pada diri anak sering terjadi kegelisahan dan gejolak karena pada masa ini anak akan mulai
menemukan identitasnya. Pada saat yang demikian, anak membutuhkan kreativitas untuk
menemukan identitasnya. Dalam mencapai identitas tersebut anak di tuntut untuk berkarya
melalui daya cipta kreativitasnya. Dan kegiatan tersebut memperoleh jati diri serta hal
yang cocok maupun yang bertanggung jawab bagi anak. Secara tidak langsung anak akan
belajar untuk mengendalikan diri dari kegiatan yang kurang bermanfaat. Oleh karena itu
perlu terus di kembangkan kreativitas pada diri anak, perlu di pelihara rasa ingin tahu dan
di salurkan melalui kesempatan mendapatkan pengalaman berharga dan melalui model
atau tiruan yang ada di lingkungan anak sehingga akan memunculkan pengalamanpengalaman baru pada diri anak.
Tugas perkembangan anak yang mendukung kreativitas adalah bahwa anak harus mampu
mengembangkan
keterampilan-keterampilan
baru
sesuai
dengan
tuntutan
hidup.
pandai lebih banyak mempunyai gagasan baru untuk menyelesaikan konflik sosial dan
mampu merumuskan penyelesaikan konflik tersebut.
4) Tingkat pendidikan orang tua
Anak yang orang tuanya berpendidikan tinggi cenderung lebih kreatif di bandingkan
pendidikan yang rendah. Hal ini di sebabkan karena banyaknya prasarana serta tingginya
dorongan dari orang tua sehingga memupuk anak untuk menampilkan daya inisiatif dan
daya kreatifitasnya.
Dari uraian tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa kreatifitas tumbuh dan berkembang
karena faktor internal dan eksternal.
2. Pembelajaran
a. hakikat pembelajaran
Pembelajaran bagi anak usia dini memiliki kekhasan tersendiri. Pembelajaran pada
usia dini mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Secara
alamiah bermain sangat memotifasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam, dan
secara spontan anak mengembangkan kemampuannya. Bermain pada dasarnya
mementingkan proses dari pada hasil. Menurut Froebel, bermain sebagai bentuk kegiatan
belajar di TK adalah bermain yang kreatif dan menyenangkan.
b. Pengalaman belajar:
Guru merencanakan berbagai pengalaman yang kongkrit dengan cara menediakan bahanbahan dan peralatan yang relevan dengan pengalaman hidupnya, dan membangkitkan
minat, serta mengaitkannya dengan pengalaman belajar.
c. Pengertian perencanaan belajar
1.
Perencanaan
belajar
adalah
memproyeksikan
tindakan
apa
yang
akan
Sesuai pendapat Robert Mager (1996) jika kita tidak memiliki gagasan yang
jelas tentang tujuan yang harus di capai oleh anak, maka kita tidak akan dapat
membuat perencanaan yang baik untuknya.
d. Komponen pembelajaran:
1. Tujuan pembelajaran
a. Mengintegrasikan seluruh aspek perkembangan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran pada hakekatnya memiliki potensi untuk
aktif dan berkembang dan pembangun aktif pengetahuannya sendi dan yang berpusat pada
anak banyak di warnai paham konstruktifis yang di motori Piyaget dan Vigotsky.
3. Mengurutkan geometri
a. Pengertian
Geometri berasal dari dua kata yaitu ge dan matria yang secara bahasa berarti pengukuran
bumi. Secara estimologis, istilah geometri adalah hal-hal yang di jadikan rujukan sampai
sekarang adalah The Element yang di susun oleh Euclid. Jadi geometri yaitu cabang
matematika yang mempelajari tentang bentuk, bangun, dan ukuran, (Belsuhandra,
2006:153).
Devinisi geometri yaitu cabang matematika yang mempelajari tentang titik koma garis
bidang dan benda-benda ruang dan sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya hubungan dengan
yang lain tentang pola-pola visual. Seorang guru matematika dari belanda yaitu Vanhiele,
berdasarkan penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat 5 tahap perkembangan mental
dalam memahami geometri:
1. Tahap pengenalan, yaitu tahap ketika seseorang mulai mengurutkan pola dan
nama-namanya, tetapi belum memahami sifatnya.
2. Tahap analisis yaitu tahap dimana seseorang sudah mengetahui dan
memahami sifat-sifat konsep/ bentuk geometri, tapi belum memahami
hubungan anatara mengurutkan geometri tersebut.
3. Tahap pengurutan, tahap ketika sudah mengklasifikasikan, mengurutkan dan
menggeneralisasikan mengurutkan geometri berdasarkan sifat-sifatnya.
4. Tahap dedukasi yaitu mulai berfikir secara dedukatif dan mengembangkan
mengurutkan melalui devinisi aksiaoma, postulat, dan dalil, tapi belum
memahami pentingnya suatu system dedukatif.
5. Tahap keakuratan/rigor, tahap dapat memahami bahwa ketepatan dari suatu
yang mendasar itu penting, dan juga dapat bekerja dalam system geometri.
Berdasar tahapan di ata untuk anak PAUD para siswa belajar masih pada tahap pengenalan
dan melalui benda-benda geometri yang sudah sering mereka lalui setiap hari.
4. Meronce
a. Hakikat meronce
Pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan meronce merupakan hal yang sangat
penting bagi seorang guru taman kanak-kanak karena proses keterampilan meronce bagi
anak taman kanak-kanak merupakan kegiatan bermain sekaligur berseni dalam kegiatan
anak. Sedangkan bermain adalah naluri bagi setiap anak terlebih pada anak-anak usia dini
yang akhirnya dapat ikut serta berperan dalam mematangkan emosional bagi anak
sehingga dapat memenuhi kebutuhan setiap fase perkembangan psikologi anak. Meronce
merupakan bagian atau cabang dari seni rupa yang agak kurang di perhatikan
keberadaannya bahkan kurang di mengerti oleh masyarakat umum, karena meronce masih
di anggap sebagai seni lukis, seni patung, seni gambar. Apabila di lihat dari bentuk hasil
karyanya meronce merupakan perpaduan dari berbagai seni rupa. Meronce terdiri dari
kolaborasi seni lukis, seni karya, seni dekorasi, dan menggambar.
b. Pengertian meronce
Menurut kamus besar bahasa Indonesia meronce adalah seni dekorasi bidang dengan
kepingan bahan keras berwarna yang disusun dan ditempelkan dengan pelekat (Depdiknas,
2001. 756) dari definisi tersebut dapat diuraikan pengertiannya yaitu; pembuatan karya
seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material atau bahan dari kepingankepingan yaqng sengaja dibuat dengan cara dipotong-potong atau berbentuk potongan
kemudian disusun dan ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem. Kepingan bendabenda tersebut antara lain: kepingan pecahan keramik, potongan kaca, potongan kertas,
potongan daun, potongan kayu tetapi untuk sebuah tema gambar menggunakan pecahan
kaca semua, hanya berbeda-beda warnanya baik warna alam maupun warna buatan
kemudian diusun sesuai pola yang diinginkan dengan cara ditempel. Setelah siap bahan
yang akan ditempel atau dipakai maka pola yang sudah ada kemudian kita isi dengan
pecahan kaca, pecahan keramik, potongan kertas dan lain sebagainya dengan dilem atau
dengan cara lain.
Susunan pecahan atau potongan harus sesuai dengsn bentuk tema yang kita inginkan,
untuk membuat garis kontur yang membatasi ruangan (bidang) tidak menggunakan
pewarna yang dioleskan tetapi menggunakan tempelan-tempelan yang berbeda warna.
Meronce banyak digunakan pada seni arsitektur romawi masih terlibat menggunakan
meronce bahan Negara Romawi terkenal karya-karya meronce nya.
Untuk idekarya meronce
merancang dahulu idenya, yaitu tema yang akan di buat. Setelahtema gambar di tentukan
kemudia membuat pola yang di teruskan dengan material apa yang akan di tempel sebagai
media meronce tersebut jadi untuk menentukan tema meronce hamper sama dengan seni
lukis.
c. Manfaat meronce dalam pengertian umum
Alat yang digunakan pada pembuatan karya sulit disebutkan satu persatu, karena setiap
yang disebutkan diatas bahwa pembuatan karya meronce sangat beraneka ragam sehingga
disamping material yang sulit disebutkan satu persatu juga tidak mudah menyebutkan alatalat yang digunakan dalam pembuatan karya seni meronce . Aadapun karya yang dapat
disebutkan adalah: gunting, gergaji, jarum, kuas, bor, palet, pisau, dan lain sebagainya.
4. Bahan pewarna untuk meronce
Dalam pembuatan tidak banyak menggunakan bahan pewarna bersupa cat, karena pada
pembuatan meronce seringkali menggunkan pewarna yang sudah jadi, artinya pewarna
yang sudah terdapat pada benda tersebut sebagai bahan, sehingga hampir tidak perlu lagi
menambah cat sebagai bahan pewarna material tersebut, contoh: kertas pewarna tidak perlu
diberi pewarna lagi, kaca meronce tidak perlu diwarnai lagi, karena kaca itulah nantinya
yang akan membuat warna warni meronce tersebut. Potongan keramik itu menjadi sebuah
gambar yang bagus. Jadi pewarna untuk meronce tidak banyak dibutuhkan karena sudah
banyak menggunakan warna asli. Dari warna asli yang suddah ada justru akan tidak bagus
apabila dioles dengan bahan pewarna lain.
Ada ahli-ahli yang mencoba membandingkan warna gambar dengan suasana jiwa anak,
pada saat anak memilih warna. Lauyer bersaudara misalnya, menemukan anak berusia 4
tahun memilih warna kuning untuk mengisi meronce , berarti anak sedang gembira, dan
anak mengambil warna coklat berarti suasana anak sedang sedih ( geraham, 1997: 6).
5. Fungsi pembelajaran meronce
Sepanjang sejarah perkembangan peradaban manusia, kontribusi dan peran seni dalam
kehidupan sosial manusia sangatlah nyata. Bahkan menurut Agus Soehari (2004) bahwa
seni dapat berfungsi sebagai indicator tanda-tanda zaman yang berlangsung pada satu
kurun waktu tertentu, baik menjadi monument budaya, gaya hidup masyarakat, selera
masyarakat, maupun sebagai cirri peradaban yang sedang berlangsung. Merupakan proses
sikologi yyang terjadi dalam diri seseorang pada saat stimulus di terapkan oleh seorang
melalui proses pengamatan, pemusatan perhatian, dan kesadaran estetika terhadap objek
yang kemudian di ekspresikan sehingga memperoleh rancangan yang bersifat internal yang
berasal dari interaksinya atau yang berasal dari luar dirinya. Stimulus yang berupa
ransangan ini menimbulkan semacam getaran atau dalam istilah cicelia sensasi indrawi
(2006). Sensasi ini pada awalnya belum memiliki makna, tetapi lama kelamaan menjadi
bermakna karena pertambahan pengalaman personal yang selalu berdekatan dengan seni.
Dari uraian d atas dapat di simpulkan bahwa meronce memiliki nilai praktis, edukatif, dan
ekspresi bagi anak TK.
2) Bagaimana bekerjanya?
3) Bagaimana mengerjakannya?
4) Terdiri dari apa?
b. Manfaat dan tujuan penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan
1) Manfaat penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan dandeminstrasi
Manfaat psikologis pedagogis dari Penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan
dandeminstrasi secara eristiumum adalah sebagai berikut:
a. Perhatian anak dapat lebih dipuaskan
b. Proses belajar anak lebih terarah
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melihat
dalam diri anak.
Manfaat tersebut seirama dengan cara berfikir anak usia dini yang bersifat reaslistik dan
konkerit sehingga dapat mempelajari secara langsung dan jelas melalui pengamatan, selain
tentunya akan menarik perhatiannya.
Selain itu penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan memiliki 2 fungsi yaitu sebagai
berikut:
a) Dapat dipergunakan untuk memberi ilustrasi dalam menjelaskan
informasi kepada anak. Bagi anak melihat langsung bagaimana
suatu pwa terjadi akan lebih menarik,merangsang perhatian, dan
menantang
daripada
hanya
mendengar
penjelasan
guru.
berfikir
konvergen
dan
berfikir
kesalahan-kesalahan
yang
mungkin
terjadi
didik
terkadang
sukar
melihat
dengan
jelas
system
kelompok
dan
kurang
efektif
apabila
menggunakan klasikal.
2) Tidak semua benda dapat di demonstrasikan
3) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang
menguasaikan yang didemonstrasikan.
4) Apabila tidak dilanjutkan dengan eksperimen atau percobaan
biasanya anak lupa dan materi akan hilang atau tidak bermakna
karena tidak dijadikan pengalaman belajar bagi anak.
D. Seni
Fungsi pendidikan seni sesuai ( Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini 2004,Diknas)
Pendidikan Seni di taman kanak-kanak bertujuan mengembangkan kemampuan fisik,
bahasa, sosial, emosional, moral dan nilai-nilai agama, kognitif seni. Pendidikan ini
mulanya definisi atau makna seni yang digunakan dalam budaya masyarakat Indonesia
merupakan adaptasi definisi atau makna seni dari konsep seni di barat. Menurut Soedarso
SP (1988) kata seni yang mudah lazim digunakan di Indonesia mempunyai makna yang
dekat dengan istilah.
Menurut Aristoteles techne berarti kemampuan untuk membuat atau mengerjakan sesuatu
disertai dngan pengertian yang betul tentang prinsip-prinsipnya ( Soedarso, 1988:18).
Dalam versi yang lain disebut cipta yang berarti berwarna ( kata sifat) atau pewarna (kata
benda) kemudian berkembang menjadi Cilpasastra yang berarti segala macam kekriyaan (
hasil keterampilan tangan yang astistik) ( Shoedarso:16-17).
Bertitik tolak dari kenyataan ini, lalu bagaimana seyognyanya pembelajaran seni
dilaksanakan di sekolah. Dalam konteks pendidikan, Viktor Lomenfeld (1983)
mengutamakan pentingnya fungsi dan peran pendidikan seni sebagai sarana ekspresi diri
akanpembelajaran kreativitas yang terwujud dalam proses dan hasil pembelajaran seni.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seni merupakan kemampuan mengembangkan
fisik, bahasa, sosial emosional, moral dan nilai-nilai agama, kognitif serta seni.
Kondisi
anak
awal
belum
anak
Belum menggunakan
belajar rendah
penerapan
pemanfaatan bahan
alam lingkungan
danyang tepat
Tindakan perbaikan
Siklus I dan II
Menggunakan penerapan pemanfaatan
bahan alam lingkungan
c.Hipotetisi tindakan
Berdasarkan pada kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas disusun hipotesis
tindakan:
1) Penerapan penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan dapat meningkatkan
kreativitas anak dalam pembelajaran seni meronce dan mengurutkan pola.
2) Penerapan penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan dapat meningkatkan
hasil belajar anak dalam pembelajaran seni meronce dan mengurutkan pola.
d.Criteria keberhasilan
Indikator yang digunakan adalahpembelajaran kognitif dan seni yaitu pembelajaran
meronce dan mengurutkan pola. Criteria keberhasilan untuk mengukur tingkat pencapaian
perbaikan pembelajaran, peneliti menargetkan sebagai berikut:
3) Proses perbaikan dinyatakan mencapai tujuan jika tingkat keberhasilan anak
telah di atas 75%
4) Symbol nilai yang digunakan yaitu :
Sedang (S) berupa tanda (V) = anak semangat mengerjakan dan hasil
cukup.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian
1. Setting penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelompok B Taman Kanak-Kanak Pertiwi 18 Desa Pandansari
dengan jumlah 17 anak. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa taman
kanak-kanak tersebut belum pernah sama sekali dilakukan penelitian. Penelitian juga
sebagai guru TK Pertiwi 18 Pandansari, sehingga sangat memungkinkan dilakukan
penelitian tentang pembelajaran terutama dalam pembelajaran meronce dan mengurutkan
pola yang masih perlu ditingkatkan kreativitas dan hasil belajarnya terutama dalam seni
motorik halus dalam kegiatan masih belum berhasil dan perlu ditingkatkan.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas dimulai masa
pembelajaran 2015/2016. Adapula jadwal pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
a. Judul
: Pekerjaan
c.
Kompetensi dasar
d. Semester
: 2 (satu)
e. Waktu pelaksanaan
Siklus I
Table 3.1
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan
NO
Uraian
Januari
1
Perencanaan
Februari
4
Maret
4
siklus I
2
Pelaksanaan
siklus I
a) Pelaksanaan
perbaikan
V
5
RKH
b) Observasi
c) Refleksi
Mengidentivikasi
kelemahan
dan
kelebihan siklus
4
Perencanaan
siklus II
5
Pelaksanaan
siklus II
a) Pelaksanaan
perbaikan
V
5
SKH
b) Observasi
c) Refleksi
Penyusunan
Laporan
5) Karakteristik anak
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di TK Pertiwi 18 kelompok B dengan jumlah 17
anak yang laki-laki 10, yang perempuan 7. Mereka kebanyakan lahir dari keluarga
ekonomi menengah ke bawah, karena sebagian mereka bekerja sebagai petani dan dagang.
Siklus I
1. Perencanaan tindakan penelitian tindakan kelas diperlukan perencanaan yang
matang sehingga dapat terlaksana sesuai yang diharapkan. Perencanaan
perbaikan untuk meningkatkan kreativitas
Studi pendahuluan
Persiapan penelitian
1. Menetapkan solusi
1. Dokumen laporan
pendidikan anak.
Ide awal
3. Menyusun
lembar
observasi
2. Wawancara
dengan
2. Menyusun RKH
anak
4. Menyusun
lembar
evaluasi
didik
3. Observasi
dan
Tindakan Siklus
5. Pelaksanaan
kreativitas
Replaining
Belum Berhasil
Siklus II
perbaikan penerapan
pemanfaatan bahan
alam
lingkungan
pada
pembelajaran
meronce
dan
mengurutkan pola.
6. Observasi
7. Diskusi refleksi
Bagan 3.1 Prosedur perbaikan siklus
: Tuminah
Pekerjaan
: Kepala Sekolah
Tugas
a) Kegiatan inti:
(1) Guru telah menyapkan alat peraga berupa batang daun papaya.
(2) Guru memberikan penjelasan kegiatan meronce dan cara mengurutkan pola
dengan bahan alam lingkungan (batang daun papaya) yang akan digunakan
dengan menggunakan metode demonstrasi.
(3) Guru menugaskan pada anak untuk meronce dengan bahan alam di atas, anak
mengikuti kegiatan yang didemonstrasikan guru.
(4) Guru menanyakan kembali akan penjelasan yang telah diutarakan bila mana ada
yang belum jelas.
5).Kegiatan diarahkan pada kegiatan individu dari masing-masing kelompok
6).Guru memberikan motivasi bagi anak pasif dalam mengerjakan tugas.
7).Guru memberi penghargaan bagi anak yang berhasil mengerjakan tugasnya dengan
penguatan kata.
b) Kegiatan akhir
(1) Bermain pesan berantai..
(2) Bercerita tentang Khasiat Basmalah
(3) Mengulas kegiatan hari ini
(4) Menyanyi, doa pulang dan salam
RKH ke-II
a) Kegiatan awal
(1) Baris, salam, doa, dan mengabsensi kehadiran siswa
(2) Berbagi ceita
(3) Mengkondisikan anak agar siap menerima pembelajaran
(4) Memberikan apersepsi dan menyanyi lagu sesuai tema dan melaksanakan
kegiatan fisik motorik untuk menyegarkan badan
b) Kegiatan inti
(1) Guru telah menyiapkan dan memberikan alat peraga berupa benang, bahan
alam berupa biji jenitri .
(2) Guru memberikan penjelasan kegiatan meronce dan cara mengurutkan polanya
yang akan digunakan dengan penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan
tadi
(3) Guru menugaskan pada anak untuk
disampaikan.
(4) Guru menanyakan kembali akan penjelasan yang telah diutarakan bila mana ada
yang belum jelas
(5) Guru memberikan motivasi bagi anak pasif dalam mengerjakan tugas.
(6) Guru memberi penghargaan bagi anak yang berhasil mengerjakan tugasnya
dengan penguatan kata.
c) Kegiatan akhir
(1) Bertepuk tiga pola Tepuk Gembira.
(2) Bercerita tentang si Kancil yang Malang
(3) Mengulas kegiatan hari ini
(4) Menyanyi, Doa pulang dan Salam
RKH ke-III
a) Kegiatan awal:
(1) Baris, salam, doa, dan mengabsensi kehadiran siswa
(2) Berbagi cerita
(3) Mengkondisikan anak agar siap menerima pembelajaran dengan menyanyi lagu
sesuai tema.
(4) Memberika apersepsi berupa tanya jawab tentang sub tema.
(5) Kegiatan fisik membungkukkan badan meniru gerakan petani menanam padi
Kegiatan inti:
disampaikan.
(4) Guru menanyakan kembali akan penjelasan yang telah diutarakan bila mana ada
yang belum jelas.
(5) Guru memberikan motifasi bagi anak yang pasif dalam mengerjakan tugas.
(6) Guru memberikan penghargaan bagi anak yang berhasil mengerjakan tugasnya
dengan penguatan kata.
d) Kegiatan akhir
(1) Mengucap sajak Petani.
RKH ke-IV
a). Kegiatan awal
(1) Baris, salam, doa, dan mengabsensi kehadiran siswa
(2). Berbagi cerita
(3) Mengkondisikan agar anak siap menerima pelajaran dengan menyanyi
lagu sesuai
tema.
(4).Memberika apersepsi berupa tanya jawab tentang sub tema
(5).Melaksanakan kegiatan fisik kegiatan fisik memindah bola menurut warnanya
b) Kegiatan inti
1) Guru telah menyiapkan alat peraga berupa, bahan alam berupa batang daun
singkong .
2) Guru memberikan penjelasan dan mendemonstrasikan kegiatan meronce
dengan menggunakan penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan tadi.
(3). Guru menugaskan pada anak untuk meronce sesuai pejelasan yang
telah
disampaikan
(4). Guru menanyakan kembali akan penjelasan yang telah diutarakan bila mana ada yang
belum jelas
(5). Guru memberikan motivasi bagi anak yang pasif dalam mengerjakan.
(6).Guru memberikan penghargaan bagi anak yang berhasil mengerjakan tugasnya
dengan penguatan kata.
c). Kegiatan akhir:
(1). Menyebutkan nama benda yang diperlihatkan oleh guru
(2). Mengulas kegiatan hari ini
(3). Bercerita tentang Pesan dari Seorang Pengemis
(4). Menyanyi, doa pulang dan salam
RKH ke-V
a). Kegiatan awal
(1) Baris, salam, doa, dan mengabsensi kehadiran siswa
(2) Berbagi cerita/ pengalaman
telah
disampaikan
(4). Guru menanyakan kembali akan penjelasan yang telah diutarakan bila mana ada yang
belum jelas
(5). Guru memberikan motivasi bagi anak yang pasif dalam mengerjakan.
(6).Guru memberikan penghargaan bagi anak yang berhasil mengerjakan tugasnya
dengan penguatan kata.
a) Kegiatan akhir
(1) Menirukan kembali 4-5 urutan kata
(2) Mengulas kegiatan hari ini
(3) Bercerita sesuai kreasi guru untuk menyampaikan pesan dan harapan.
(4) Menyanyi, doa pulang dan salam
1) Observasi/ Pengamatan
Data merupakan bagian pertama yang sangat menentukan, sebuah kualitas penelitian
sangat ditentukan oleh kualitas data yang diperoleh (Saciati,2007:8). Berdasrkan data dan
pengamatan, perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah:
a. Sumber data anak didik adalah tentang kreativitas dalam meronce
dan
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara untuk engumpulkan data dan informasi
yang diujikan (Arya Jalil,2007:3). Pengumpulan data merupakan langkah yang penting
dalam prosedur penelitian, karena pada umumnya data yang dikumpulkan selain untuk
penelitian eksploratif. Juga untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan ke dalam
variable. Kecermatan dalam memlih objektivitas dan kualitas penelitian. Pada penelitian
ini teknik pengumpulan data yaitu teknik pengumpulan data non tes untuk mengetahui
kreativitas dalam meronce dan mengurutkan pola melalui penerapan pemanfaatan bahan
alam lingkungan.
Selain terkumpul data, maka langkah selanjutnya adalah teknik analisis data. Menurut
Suharsimi Arikunto, secara garis besar pekerjaan analisis dan data meliputi tiga langkah,
yaitu: persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai dengan perolehan penelitian
(Suharsimi Arikunto,2000:238). Teknik analisis data yaitu dengan membandingkan
persiklus antar siklus.
Adapun tahapan observasi sebagai berikut:
a. Pertemuan 1
Pada pertemuan 1 kegiatan pengamatan difokuskan pada persiapan guru dan alat peraga
pada kegiatan yang akan dilakukan.
b. Pertemuan 2
Observasi melakukan pengamatan terhadap respon anak pada kegiatan meronce melalui
penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan dan cara peneliti menyampaikan materi.
c. Pertemuan 3
Pengamatan ke 3 observasi mengganti persiapan peneliti pada alat peraganya dan langkahlangkah yang digunakan dalam kegiatan meronce .
d. Pertemuan ke 4
Observasi memfokuskan pada penerapan langkah-langkah dalam penerapan pemanfaatan
bahan alam lingkungan pada kegiatan yang dilaksanakan.
e. Pertemuan 5
Observasi memfokuskan pada cara anak melakukan kegiatan dan kreativitas anak.
2) Refleksi
Pembelajaran meronce dilaksanakan setiap hari selama lima hari. Pelaksanaan pada
siklus I keterampilan anak dalam membuat meronce
bahan alam lingkungan belum berhasil karena hanya 4 anak atau 29% namun dalam
kreatifias dan hasil belajar baru mencapai 11 anak (64%) anak-anak pada awalnya dalam
menyusun belum selesai dan hasilnya juga belum rapi menyusun didalam pola dan belum
sesuai harapan guru.
Setelah peneliti melakukan diskusi dengan observer tentang pemberian meronce pada
anak-anak ternyata kreativitas dan hasil belajar anak belum muncul dikarenakan banyak
anak yang kurang memperhatikan pada saat peneliti menjelaskan.
Pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus ke II perlunya mengoptimalkan anak dalam
kegiatan menggambar dengan teknik meronce melalui penerapan pemanfaatan bahan alam
lingkungan dengan kegiatan yang lebih bervariasi dan alat yang lebih menarik.
dan
prosedur
Studi pendahuluan
Dokumen laporan
Siklus
1. Pelaksanaan perbaikan
pendidikan anak
pembelajaran meronce
Observasi Pelaksanaan
perbaikan pembelajaran
alam lingkungan
meronce melalui
2. Observasi
3. Diskusi
lingkungan
Kesimpulan
Tindakan siklus II
Persiapan penelitian
Menetapkan solusi
kelompok
Menyusun RKH
kehadiran siswa
(2) Mengatur
tempat
(4) Mengkondisikan
menerika
duduk
anak
pembelajaran
dalam
agar
siap
dengan
disampaikan.
(4) Guru menanyakan kembali akan penjelasan yang telah diutarakan bila mana ada
yang belum jelas
(5) Guru memberikan motivasi bagi anak pasif dalam mengerjakan tugas.
(6) Guru memberi penghargaan bagi anak yang berhasil mengerjakan tugasnya
dengan penguatan kata.
c). Kegiatan akhir
(1) Menujukkan beberapa gambar yang diminta
(2). Mengulas kegiatan hari ini
(3). Bercerita tentang Cita- Cita Rio
(4). Menyanyi, doa pulang dan salam
RKH ke-II
a) Kegiatan awal
(1) Baris, Salam, Doa, dan Mengabsensi kehadiran siswa
(2) Mengatur tempat duduk dalam kelompok
(3) Berbagi cerita/ pengalaman
(4) Mengkondisikan agar anak siap menerima pembelajaran dengan mengajak anak
bernyanyi lagu sesuai tema, tanya jawab dan dilanjutkan kegiatan fisik.
b) Kegiatan inti
(1). Guru telah menyiapkan alat peraga bahan alam berupa biji jagung dan biji jali.
(2).Guru memberikan penjelasan dan mendemonstrasikan cara pelaksanaan kegiatan
meronce dan urutan polanya dengan menggunakan bahan alam lingkungan tadi.
(3). Guru menugaskan pada anak untuk meronce sesuai pejelasan yang telah disampaikan.
(4). Guru menanyakan kembali akan penjelasan yang telah diutarakan bila mana ada yang
belum jelas
(5). Guru memberikan motivasi bagi anak pasif dalam mengerjakan tugas.
(6). Guru memberi penghargaan bagi anak yang berhasil mengerjakan tugasnya dengan
penguatan kata.
c). Kegiatan akhir
(1). Pantomim
(2). Mengulas kegiatan hari ini
(3). Bercerita sesuai kreasi guru dengan alat peraga wayang karton
(4). Menyanyi, doa pulang dan salam
RKH ke-III
a. Kegiatan awal
(1) Baris, Salam, Doa, dan mengabsensi kehadiran siswa
RKH ke-IV
a) Kegiatan awal
(1) Baris, Salam, Doa, dan mengabsensi kehadiran siswa
(2) Mengatur tempat duduk dalam kelompok
(3) Berbagi cerita/ pengalaman
(4) Mengkondisikan anak agar siap menerima pembelajaran dengan mengajak anak
bernyanyi lagu sesuai tema, tanya jawab sub tema dan melaksanakan kegiatan fisik.
b) Kegiatan Inti
(1). Guru telah menyiapkan alat peraga bahan alam berupa pupus daun pisang, batang daun
papaya, bunga ganyong,
(2).Guru memberikan penjelasan dan mendemonstrasikan cara pelaksanaan kegiatan
meronce dan urutan polanya dengan menggunakan bahan alam lingkungan tadi.
(3). Guru menugaskan pada anak untuk meronce sesuai pejelasan yang telah disampaikan.
(4). Guru menanyakan kembali akan penjelasan yang telah diutarakan bila mana ada yang
belum jelas
(5). Guru memberikan motivasi bagi anak pasif dalam mengerjakan tugas.
(6). Guru memberi penghargaan bagi anak yang berhasil mengerjakan tugasnya dengan
penguatan kata.
c) Kegiatan akhir
(1). Menyebutkan macam- macam gerakan
(2). Mengulas kegiatan hari ini
(3). Bercerita tentang Anak yang Budiman
(4). Menyanyi, doa pulang dan salam
RKH ke-V
a) Kegiatan awal
(1) Baris, Salam, Doa, dan mengabsensi Kehadiran Siswa
(2) Mengatur tempat duduk
(3) Mengkoordinasi agar anak siap menerima kegiatan dan mengajak anak bernyanyi
lagu sesuai tema, tanya jawab sub tema dan melaksanakan kegiatan fisik.
b) Kegiatan inti
(1). Guru telah menyiapkan alat peraga bahan alam berupa gronong, biji jali, jenitri,
kembang ganyong
(2).Guru memberikan penjelasan dan mendemonstrasikan cara pelaksanaan kegiatan
meronce dan urutan polanya dengan menggunakan bahan alam lingkungan tadi.
(3). Guru menugaskan pada anak untuk meronce sesuai pejelasan yang telah disampaikan.
(4). Guru menanyakan kembali akan penjelasan yang telah diutarakan bila mana ada yang
belum jelas
(5). Guru memberikan motivasi bagi anak pasif dalam mengerjakan tugas.
(6). Guru memberi penghargaan bagi anak yang berhasil mengerjakan tugasnya dengan
penguatan kata.
c) Kegiatan akhir
(1). Menyebutkan macam- macam ciptaan Tuhan
(2). Mengulas kegiatan hari ini
(3). Bercerita tentang Hari Minggu ke Rumah Nenek
(4). Menyanyi, doa pulang dan salam
Observasi/Pengamatan
Adapun tahapan observasi sebagai berikut:
a. Pertemuan 1
Pada pertemuan 1 kegiatan pengamatan difokuskan pada persiapan guru dan alat peraga
pada kegiatan yang dilakukan.
b. Pertemua 2
Observasi melakukan pengamatan terhadap respon anak pada kegiatan meronce
dan
mengurutkan pola melalui penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan dan cara
peneliti menyampaikan materi.
c. Pertemuan 3
Pegamatan ke 3 observasi mengamati persiapan peneliti terhadap pada alat peraganya dan
langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran meronce dan mengurutkan pola.
d. Pertemuan 4
Observasi memfokuskan pada penerapan langkah-langkah dalam penerapan pemanfaatan
bahan alam lingkungan pada kegiatan pembelajaran seni meronce dan mengurutkan pola
e. Pertemuan 5
Observasi memfokuskan pada cara anak melakukan kegiatan dan kreativitas anak serta
penerapan langkah-langkah penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan.
1) Refleksi
Pertemuan I
Hasil refleksi pertemuan pertama pada kegiatan pembelajara meronce dan mengurutkan
pola adalah persiapan yang telah dilakukan guru dengan baik, namun pemanfaatan alat
peraga masih belum maksimal.
b. Pertemuan II
Pada pertemuan kedua alat-alat peraga telah berfungsi dengan baik dan anak-anak pun
telah aktif malakukan kegiatan pembelajaran meronce, namun guru dalam memotivasi
anak belum mampu sehingga anak cepat lelah.
c. Pertemuan III
melalui penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan sudah berhasil maka kreativitas
dan hasil anak sudah cukup sampai siklus kedua ini.
Setelah dilakukan pembelajaran di siklus yang kedua, ternyata telah sampai kriteria
keberhasilan kreatifitas anak dalam pembelajaran meronce dan penerapan pemanfaatan
bahan alam lingkungan . Dari 17 anak yang berhasil ada 16 anak (94%), maka perbaikan
pembelajaran telah berhasil dan selesai pada siklus yang kedua.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
melalui penerapan
pemanfaatan bahan alam lingkungan. Pada siklus ke-1 perbaikan pembelajaran belum
berhasil karena masih ada 6 anak (34%) yang belum berhasil dalam kegiatan..
2. Siklus Kedua
Pada siklus kedua, anak diberi kegiatan yang lebih bervariatif dengan alat pembelajaran
yang dilengkapi pola-pola baru. Dalam perbaikan pembelajaran disiklus kedua ini sudah
tercapai karena anak yang sudah berhasil dalam menyusun meronce dan mengurutkan pola
mencapai 94% (16 anak). Hal ini menandakan bahwa perbaikan pembelajaran meronce
berhasil dan berakhir pada siklus kedua. Tujuan perbaikan adalah untuk meningkatkan
kreativitas melalui pemanfaatan bahan alam lingkungan dalam pembelajaran meronce
pada anak.
B. Pembahasan Hasil Tiap Siklus
1. Pembahasan Tiap Siklus
a. Siklus pertama
1) Perencanaan
Berdasarkan rumusan hipotesa yang telah dibuat peneliti mempersiapkan untuk membuat 5
rencana kegiatan harian beserta scenario perbaikan yang mencangkup lagkah-langkah guru
dan anak dalam perbaiakan pembelajaran. Terkait dengan 5 RKH, peneliti mempersiapkan
lembar observasi, alat pembelajaran serta mengajak anak untuk melaksanakan kegiatan di
dalam kelas dengan didemonstrasikan guru.
2) Pelaksanaan
Berdasarkan perbaikan pembelajaran dilaksanakan setelah 5 (lima) kali dengan jadwal
sebagai berikut:
a. Hari pertama
b. Hari keedua
c. Hari ketiga
d. Hari keempat
e. Hari kelima
Anak-anak dikenalkan dengan alat peraga yang akan di gunakan untuk membuat meronce
seperti: biji jenitri, biji jali, dan bahan alam lainnya.
b) RKH ke-2
Pada pertemuan kedua peneliti menggunakan penerapan pemanfaatan bahan alam
lingkungan kegiatan meronce ternyata dapat meningkatkan keberhasilan anak sehingga
anak kreatif dalam membuat meronce bertambah 2 anak menjadi 4 anak namun baru 36%.
Untuk itu perlu diperbaiki metode, sarana dan media yang digunakan.
c) RKH ke-3
Pada pertemuan ketiga peneliti mendemonstrasikan kegiatan meronce berkali-kali dan
pelan sehingga anak lebih jelas dalam mengikuti kegiatan yang di demonstrasikan peneliti
dan peneliti juga memberi bimbingan pada anak yang pasif. Pada kegiatan hari ketiga
kreativitas anak bertambah 2 menjadi 6 anak (59%).
d) RKH ke-4
Pada pertemuan hari keempat guru mendemonstrasikan dengan mencoba menggunakan
bahan yang berbeda-beda dalam pola meronce . Mungkin dengan ukurannya lebih kecil
dan warna berbeda dapat memunculkan kreatifitas anak, sehingga anak mampu
mengoordinasikan anatar mata, tangan, dan otak. Ternyata kreatifitas anak dalam kegiatan
meronce bertambah anak menjadi 9 anak (63%).
e) RKH ke-5
Hari kelima pada hari kelima guru menugaskan pada anak untuk membuat meronce dari
ukuran lebih kecil lagi. Anak yang bisa mengerjakan meronce dengan benar dan kreatif
bertambah menjadi 11 anak (64%).
Pada siklus pertama perbaikan pembelajaran belum berhasil karena masih 6 anak (34%)
yang belum kreatif dalam kegiatan meronce (64%) yang sudah kreatif dalam menyusun
meronce 11 anak. Oleh karena itu pada siklus kedua dibuat kegiatan dengan teknik dan
alat yang lebih menarik dan menggunkan penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan.
b. Siklus Kedua
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi peneliti mempersiapkan dan menetapkan rencana pembelajaran
untuk siklus kedua bersama skenario perbaikan. Skenario perbaikan berisi langkah-langkah
yang akan dilakukan oleh peneliti kepada anak dalam kegiatan perbaikan-perbaikan
pembelajaran. Peneliti juga mempersiapkan alat peraga dan alat evakuasi.
2) Pelaksanaan
Kegiatan disusun pada RKH dengan jadwal sebagai berikut :
a) Hari pertama
b) Hari kedua
c) Hari ketiga
d) Harii keempat
e) Hari kelima
3) Refleksi
a) RKH ke-1
Guru mendemonstrasikan kegiatan meronce dengan bahan alam berupa jenitri dan jali
dengan pelan-pelan dan sejelas- jelasnya ternyata hasil belajar anak meningkat dalam
membuat meronce sehingga anak yang berhasil dalam membuat meronce bertambah 1
anak menjadi 12 anak.
b) RKH ke-2
Pada pertemuan kedua peneliti mendemonstrasikan kegiatan meronce
dengan ukuran
besar dan anak yang kreatif bertambah 1 anak sehingga menjadi 13 anak. Ternyata dihari
kedua disiklus ke-2 kreativitas anak dalam membuat meronce belum mencapai kriteria
yang diharapkan maka diadakan perbaikan lagi dihari ketiga.
c) RKH Ke-3
Pada pertemuan ketiga peneliti mendemonstrasikan kegiatan meronce dengan bahan alam
berupa batang gelagah, kara dan gronong untuk menggugah kreatifitas anak. Ternyata pada
pertemuan ketiga hasilnya bertambah 1 lagi anak yang kreatif menjadi 14 anak. Maka
dilanjutkan perbaikannya dihari ke-4.
d) RKHKe-4 :
Pada pertemuan keempat peneliti mendemonstrasikan cara menyusun bahan alam berupa
pupus daun pisang, batang daun papaya, dan bunga ganyong, anak lebih kreatif dan
nyatanya yang kreatif bertambah 1 anak dihari ke-4 menjadi 15 anak.
e) RKH Ke-5
Pada hari kelima peneliti tidak mendemonstrasikan pada anak karena dianggap sudah bisa
dalam membuat meronce , dipertemukan kelima dalam membuat meronce dengan
pemanfaatan bahan alam berupa gronong, biji jali, jenitri dan kembang ganyong hasil anak
yang kreatif juga tambah 1 jadi jumlahnya menjadi 16 anak (94%).
Setelah dilakukan perbaikan di siklus kedua ternyata sudah mencapai kriteria keberhasilan
dalam membuat meronce dan mengurutkan pola. Dari 17 anak jumlah anak yang berhasil
16 anak (94%) dan yang belum berhasil 1 anak ( 6%) maka dari itu pembelajaran
perbaikan dinyatakan selesai pada siklus kedua.
HASIL PENILAIAN
Data awal
Siklus I
Siklus II
Aina Septiani
Faris Barlinton
10
11
12
13
14
Sawar Pujiyanto
15
16
Tusifa Rahmadhani
17
Wahid Saputra
Criteria Penilaian
jumlah
Kurang (0)
Sedang (v)
Berhasil (.)
jumlah %
jumlah
jumlah
Kondisi awal
13
76
24
17
Siklus I
36
11
64
17
Siklus II
16
94
17
Dari table IV.1 dapat diketahui adanya peningkatan keterampilan anak didik pada setiap
siklus. Pada saat studi awal anak yang kratif mengerjakan meronce 4 anak (24%). Dari
studi awal ke siklus I ke siklus II meningkat menjadi 16 anak (94%). Berdasarkan hasil
tersebut dapat dilihat dapat dilihat bahwa anak sangat kreatif dalam mengerjakan meronce
sesuai kriteria keberhasilan, yaitu setiap siklus hasilnya selalu meningkat. Apabila data
tersebut dipindahkan dalam siklus hasilnya selalu meningkat. Apabila data tersebut
dipindahkan dalam diagram batang akan terlihat sebagai berikut:
18
16
14
12
Kurang
10
Sedang
Baik
6
4
2
0
studi awal
siklus I
siklus II
Tabel.IV.I
Kreatifitas anak dalam meronce dengan teknik melalui penerapan pemanfaatan bahan
alam lingkungan. Berikut ini menjelaskan data anak yang sangat kreatif (bernilai baik)
hasil perolehan tindakan perbaikan sebagai berikut:
a. Siklus Ke-I, anak yang sangat terampil sebanyak 11 anak (64%) dari 17 anak.
b. Siklus ke-II, anak yang belum berhasil sebanyak 1 anak dari 17 anak (94%)
Sedangkan anak yang belum kreatif, hasil peroleh tindakan perbaikan sesuai dengan kriteri
pada setiap siklusnya mengalami penurunan yaitu:
a. Siklus ke-1, anak yang belum berhasil sebanyak 6 dari 17 anak (36%)
b. Siklus ke-2, anak yang belum berhasil sebanyak 1 anak dari 17 anak (6%)
c. Gravik.IV.2 Jumlah siswa yang berhasil dalam meronce dengan teknik meronce
pada siklus ke-1 dan ke-2
100%
90%
80%
Axis Title
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Sedang;
Kurang; 0
studi awal
siklus I
siklus II
Dari grafik tersebut disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran yang telah dilaksankan
dari siklus I dan siklus II selalu mengalami kenaikan. Meskipun dalam kenaikan tersebut
persentasnya belum maksimal.
Hasil tersebut peneliti anggap sebagai suatu kewajaran dimana tipe belajar masing-masing
siswa berbeda dan siswa mempunyai latar belakang yang berbeda pula. Peneliti sudah
berusaha seoptimal mungkin untuk memberikan informasi dan melaksanakn pembelajaran
yang efektif.
D. Deskripsi Temuan dan refleksi
Setelah meneliti melaksanakan kegiatan membuat meronce
Faktor waktu ini akan menjadi kendala besar karena peneliti sebagai guru harus
membagi waktunya untuk melaksanakan tugas rutinnya dan melakukan penelitian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dari hasil yang diperoleh berdasarkan data pengamatan selama
melaksanakan perbaikan pada siklus I dan siklus II maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Penggunaan
penerapan
pemanfaatan
bahan
alam
lingkungan
dapat
B. Implikasi
Implikasi berdasarkan kesimpulan yaitu kegiatan pembelajaran seni meronce dan
mengurutkan pola melalui penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan untuk
meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar anak dilakukan secara berulang-ulang dengan
menggunakan alat yang berbeda dan bervariasi serta menarik. Pelaksanaan persiapan
kegiatan belajar mengajar diberikan secara terpadu dalam pembelajaran kopetensi dasar
dalam hal ini pembangunan fisik motorik halus dan kognitif.
C. Saran
1. Mengingat pelaksanaan penelitian ini baru 2 siklus maka peneliti lain
diharapkan dapat melanjutkan temuan yang lebih signifikan.
2. Guru hendaknya selalu memberi bimbingan dan perhatian juga kesempatan
yang lebih melalui pemanfaatan bahan alam lingkungan pada anak dalam
DAFTAR PUSTAKA
Cut Kamasih,dkk. 2007. Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan Tangan. Jakarta: Universitas
terbuka
JG AK Wardani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Universitas Terbuka
Moeslichatoen R.1999.Penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan danPengajaran di
Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rinika Cipta
Oho Graha. 1983. Seni Rupa Media Pengajaran Dengan Kreativitas. Jakarta: Depdikbud
Pamadhi Hajar, Mareti Pokok Keterampilan Anak.1-9/PAUD 4403. Jakarta: Universitas
Terbuka
Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas: PT. Absana
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Surat ijin penelitian
2. Surat keterangan telah melaksanakan tugas
3. Surat keterangan pengamat
4. Rancangan satu siklus
5. Rencana kegiatan
6. Skenario perbaikan siklus I
7. Skenario perbaikan siklus II
8. RKH
9. Lembar pengamat teman sejawat siklus I dan II
10. Lembar wawancara anak
11. Hasil observasi terhadap perilaku guru saat kegiatan
12. Catatan harian observasi
13. Foto kegiatan dan hasil kegiatan
SURAT KETERANGAN
No : 3 / TK /PDS / II / 2016
dan
Mengurutkan Pola melalui Metode Demonstrasi pada anak didik TK Pertiwi 18 Kelompok
B Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen
Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
SURAT KETERANGAN
No : 2 / TK /PDS / I / 2016
Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala TK Pertiwi 18 Pandansari Kecamatan Sruweng,
Kabupaten Kebumen menerangkan bahwa :
Nama
: TUMINAH, S. Pd.AUD
Jabatan
: Kepala TK
: SUPARTI, S. Pd.AUD
Alamat Rumah
Lampiran 2
RANCANGAN SATU SIKLUS
Siklus
:I
Tema
: PEKERJAAN
Kelompok
:B
Tanggal
Tujuan perbaikan
Identivikasi masalah :
1. Kreatifitas anak dalam kegiatan seni meronce dan mengurutkan pola rendah
2. Rendahnya hasil belajar anak dalam kegiatan meronce dan mengurutkan pola
3. Belum adanya pemanfaatan bahan alam lingkungan dalam kegiatan meronce dan
mengurutkan pola
4. Belim semua anak selesai dalam mengerjakan kegiatan meronce dan mengurutkan
pola
5. Kurangnya minat anak dalam kegiatan meronce dan mengurutkan pola
Dari keempat masalah tersebut yang teridentivikasi masalah yang akan di perbaiki adalah
Kurangnya kreativitas dan Pemanfaatan bahan alam lingkungan dalam kegiatan meronce
dan mengurutkan pola.
Analisis masalah :
1. Guru dalam menyampaikan pelajaran terlalu cepat
2. Guru belum menggunakan media yang tepat
3. Guru belum menggunakan media yang menarik
4. Anak dalam menyusun meronce belum diarahkan oleh guru
5. Guru terlalu kecil dalam memberi contoh
6. Guru belum menggunakan penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan
Rumusan masalah :
1. Apakah
penerapan
pemanfaatan
bahan
alam
lingkungan
dapat
RENCANA KEGIATAN
SIKLUS 1
RKH
Pembukaan
INTI
PENUTUP
KE
1
2. Berbagi cerita
3. Berlari
ruangan
2. Diskusi
daun pepeya
m-
lompati rintangan
tanda
warna
kegiatan
sehari
3. Bercerita
tentang
Khasiat
Basmalah
Tuhan
II
1. Menirukan
sebagai tanda
baju
2. Berbagi cerita
2. Meronce
3. Menangkap
dan
melambungkan bola
tangan
dengan 3 pola
dengan
biji 2. Diskusi
jenitri
kegiatan
sehari
tentang
si Kancil
yang
Malang
III
2. Berbagi cerita
daun talas
3. Mengecap dengan batang
menanam padi
daun talas
1. Menyany
lagu
Bapak Tani
2. Cerita
tentang
Kerbau
dan
Burung Jalak
3. Diskusi
kegiatan
sehari
IV
daun singkong
2. Bermain
merangkai gerbong
3. Berbagi cerita
zag
3. Mengerjakan maze
1. Menirukan
urutan
kata
sederhana
2. Bercerita
tentang
Pesan
dari
Seorang
Pengemis
3. Diskusi
kegiatan
sehari
1. Menceritakan
pengalamannya
2. Berbagi cerita
3. Melompat
tangga
1. Menirukan
kalimat
benang
3. Meronce
kara
sederhana
2. Menyanyi
dengan
biji
laguDoa
3. Diskusi sehari
Skenario Perbaikan
Tujuan perbaikan : : Meningkatan Kreativitas Meronce dan Mengurutkan Pola melalui
Pemanfaatan Bahan Alam Lingkungan (BAL) dengan Metode Demonstrasi di Kelompok B
TK Pertiwi 18 Desa Pandansari, Kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen.
Siklus
: 1
Hari/tanggal
g. Guru mengawasi anak dan memberi bimbingan serta motivasi dan jika perlu
membantu anak yang pasif
h. Guru mengefaluasi proses dan hasil karya anak
4. Pengelolaan kelas
a. Tiap kelompok dengan penataan kelas anak-anak duduk saling berhadapan
dengan teman lain
b. Guru mengatur anggota kelompok agar seimbang
c. Posisi anak di ubah agar anak-anak lebih nyaman, dan konsentrasi dalam
melaksanakan kegiatan.
Skenario Perbaikan
Tujuan Perbaikan
:2
Hari/tanggal
f. Guru memberikan tugas pada anak untuk meronce dan cara mengurutkan pola,
dan memberi motivasi pada anak yang pasif
g. Guru mengawasi anak dan memberi bimbingan serta motivasi jika perlu
membantu anak yang pasif agar semangat dan mandiri
h. Guru memberikan penguatan dan penghargaan pada anak yang telah
mengerjakan kegiatan dengan baik dan rapi
i. Guru mengevaluasi proses dan hasil karya anak
4. Pengelolaan kelas
a. Tiap kelompok dalam penataan kelas anak-anak duduk saling berhadapan
dengan teman lain.
b. Guru mengatur anggota kelompok agar seimbang.
c. Posisi anak diubah agar nyaman, dan lebih konsentrasi dalam kegiatan.
: II
Tema
: Pekerjaan
Kelompok
:B
Tanggal
Tujuan Perbaikan
Dari keempat masalah tersebut yang teridentifikasi masalah yang akan diperbaiki adalah
kurangnya kreativitas anak dalam kegiatan seni meronce dan mengurutkan pola.
Analisi Masalah:
1. Guru dalam menyampaikan pelajaran terlalu cepat.
2. Guru belum menggunakan media yang tepat
3. Guru belum menggunakan media yang menarik
4. Anak dalam menyusun meronce belum diarahkan oleh guru
5. Guru terlalu kecil dalam memberi contoh
6. Guru belum menggunakan penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan
Rumusan masalah :
1. Apakah penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan dapat meningkatkan
kreativitas anak dalam pembelajaran meronce pada anak kelompok B di TK Pertiwi
18 Pandansari?
2. Apakah penerapan penerapan pemanfaatan bahan alam lingkungan dapat
meningkatkan kreatifitas mengurutkan pola pada anak kelompok B di TK Pertiwi
18 Pandansari?
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Uraian Pelaksanaan
Guru merencanakan langkah
kegiatan apa saja yang akan
dilakukan bersama anak.
Guru mengajak anak tanaya
jawab
Guru meminta anak untuk
membagi kelompok menjadi 3
kelompok.
Guru memperlihatkan contoh
dan media
Guru
menjelaskan
dan
mendemonstrasikan
cara
meronce
dan
mengurutkan
polanya
Guru meminta anak untuk
melaksanakan kegiatan meronce
Guru memberi motivasi pada
anak
Guru memberi penguatan pada
kemampuan anak
Guru memberi penilaian pada
proses dan hasil karya anak
Ya
V
V
V
Tidak
Keterangan
Sebagai
persiapan
pelaksanaan perbaikan
Untuk mengaitkan kegiatan
dengan tema
Untuk
pengorganisasian
kelas
Anak memperhatiakan
Anak
melaksanakan
kegiatan dengan semangat
Anak bersemangat dalam
melaksanakan kegiatan
Anak merasa senang karena
dihargai
Untuk mengetahui tingkat
keberhasilan
kteativitas
anak
Untuk
mempersiapkan
kegiatan berikutnya
V
V
V
Mengetahui,
Kepala TK Pertiwi 18 Pandansari
Observer
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Uraian Pelaksanaan
Guru merencanakan langkah
kegiatan apa saja yang akan
dilakukan bersama anak.
Guru mengajak anak menyanyi
sesuai tema
Guru meminta anak untuk
membagi kelompok menjadi 3
kelompok.
Guru memperlihatkan contoh
dan media yang akan digunakan
Guru
menjelaskan
dan
mendemonstrasikan
cara
meronce dan mengurutkan pola.
Guru meminta anak untuk
melaksanakan kegiatan meronce
Guru memberi motivasi pada
anak
Guru memberi penguatan pada
kemampuan anak
Guru memberi penilaian pada
proses dan hasil karya anak
Ya
V
V
V
Tidak
Keterangan
Sebagai
persiapan
pelaksanaan perbaikan
Untuk mengaitkan kegiatan
dengan tema
Untuk
pengorganisasian
kelas
Anak memperhatiakan
Anak
melaksanakan
kegiatan dengan semangat
Anak bersemangat dalam
melaksanakan kegiatan
Anak merasa senang karena
dihargai
Untuk mengetahui tingkat
keberhasilan
kteativitas
anak
Untuk
mempersiapkan
kegiatan berikutnya
V
V
V
Mengetahui,
Kepala TK Pertiwi 18 Pandansari
Observer
URAIAN
KETERANGAN
YA
TIDAK
V
melalui V
melalui V
URAIAN
KETERANGAN
YA
melalui V
Observer
Tuminah, SPd.AUD
TIDAK
Observer
Tuminah, SPd.AUD
Materi
: Membuat Meronce
Pelaksanaan
Evaluasi
Materi
: Meronce
Pelaksanaan
dalam membuatnya.
Evaluasi
FOTO-FOTO
BAHAN MERONCE
FOTO-FOTO
KEGIATAN ANAK MERONCE
FOTO-FOTO
HASIL MERONCE