S09076fk Pola Resistensi Literatur
S09076fk Pola Resistensi Literatur
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bakteri
2.1.1 Definisi
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak mempunyai
selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik
berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak ada
membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut
nukleoid. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas
ekson saja. Bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomal yang tergabung
menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan sirkuler.3
2.1.2 Struktur
Universitas Indonesia
mempunyai
aktivitas
endotoksin
yang
tidak
spesifik,
yaitu
Flagel: Berbentuk seperti benang, yang terdiri dari protein berukuran 1230 nanometer. Flagel adalah alat pergerakan. Protein dari flagel disebut
flagelin.4
Pili/fimbriae: Berperan dalam adhesi bakteri dengan sel tubuh hospes dan
konjugasi 2 bakteri.4
2.1.3 Klasifikasi
Untuk memahami beberapa kelompok organisme, diperlukan klasifikasi. Tes
biokimia, pewarnaan Gram, merupakan kriteria yang efektif untuk klasifikasi.
Hasil pewarnaan mencerminkan perbedaan dasar dan kompleks pada permukaan
sel bakteri (struktur dinding sel), sehingga dapat membagi bakteri menjadi 2
kelompok, yakni Gram-positif dan Gram-negatif.3
Prosedur pewarnaan Gram dimulai dengan pemberian pewarnaan basa,
crystal violet. Semua bakteri akan terwarnai biru pada fase ini kemudian dicuci
dengan air. Larutan iodin kemudian ditambahkan, dicuci kembali dengan air dan
dilanjutkan dengan pemberian alkohol. Sel Gram-positif akan tetap mengikat
senyawa crystal violet-iodine, tetap berwarna biru; sel Gram-negatif warnanya
hilang oleh alkohol. Sebagai langkah terakhir, counterstain (misalnya safranin
pewarna merah) ditambahkan, sehingga Gram-negatif yang tidak berwarna, akan
mengambil warna merah; sedangkan sel Gram-positif terlihat sebagai warna biru.3
1. Bakteri Gram-negatif
banyak
jenis
(Escherichia,
Shigella,
Salmonella,
aeruginosa
bersifat
invasif
dan
toksigenik,
dan
merupakan
patogen
nosokomial
yang
penting.
Vibrio,
Campylobacter,
Helicobacter,
dan
Bakteri
lain
yang
berhubungan.
Mikroorganisme ini merupakan spesies berbentuk batang Gram-negatif
yang tersebar luas di alam. Vibrio ditemukan di daerah perairan dan
permukaan air. Aeromonas banyak ditemukan di air segar dan
terkadang pada hewan berdarah dingin. Plesiomonas terdapat pada
hewan berdarah dingin dan panas. Campylobacter ditemukan di
banyak spesies hewan, termasuk hewan peliharaan.3
2. Bakteri Gram-positif
Bakteri
Gram-positif
Corynebacterium,
Tidak
Membentuk
Propionibacterium,
Spora:
Listeria,
Spesies
Erysipelothrix,
Actinomycetes
Beberapa anggota genus Corynebacterium dan kelompok spesies
Propionibacterium merupakan flora normal pada kulit dan selaput
lendir manusia. Corynebacterium diphtheriae memproduksi eksotoksin
yang sangat kuat dan menyebabkan difteria pada manusia. Listeria
monocytogenes dan Erysipelothrix rhusiophathiae ditemukan pada
binatang dan kadang menyebabkan penyakit yang berat pada manusia.
Golongan Listeria dan Erysipelothrix tumbuh dengan baik di udara.3
Staphylococcus
Merupakan sel Gram-positif berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam
bentuk bergerombol yang tidak teratur seperti anggur. Beberapa
spesies merupakan anggota flora normal pada kulit dan selaput lendir
manusia; yang lain menyebabkan supurasi dan bahkan septikemia
fatal. Staphylococcus yang patogen sering menghemolisis darah,
mengkoagulasi plasma dan menghasilkan berbagai enzim ekstraseluler
Staphylococcus
epidermidis
dan
Staphylococcus
Streptococcus
Streptococcus merupakan bakteri Gram-positif berbentuk bulat, yang
mempunyai karakteristik dapat membentuk pasangan atau rantai
selama pertumbuhannya. Bakteri ini beberapa di antaranya merupakan
anggota flora normal manusia; sedang Streptococcus yang lain
berhubungan dengan penyakit pada manusia.3
Ada 20 jenis streptococcus, di antaranya Streptococcus pyogenes
(Group
A),
Streptococcus
agalactiae
(Group
B)
dan
jenis
2.2
Antibiotik
Antibiotik adalah suatu substansi kimia yang diperoleh dari, atau dibentuk oleh
berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme
lain.
Ada
tiga
cara
antibiotik
yang
bakterisid,
misalnya
penisilin,
sefalosporin,
Penisilin
Semua penisilin mempunyai struktur dasar yang sama. Terdapat
cincin tiazolidin yang melekat pada cincin beta laktam, yang membawa
gugus amino sekunder. Radikal asam dapat dilekatkan pada gugus amino
dan dipisahkan dari gugus amino oleh bakteri atau amidase lainnya.
Interaksi struktur inti asam 6-aminopenisilinat penting untuk aktivitas
biologik molekul.8 Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang
10
11
Sefalosporin
Jamur Cephalosporium menghasilkan beberapa antibiotik yang
dikembangkan
metode
untuk
menghasilkan
asam
7-
telah
mencapai
generasi
keempat.
Mekanisme
kerja
12
Antibiotik
betalaktam
lainnya:
monobaktam,
karbapenem,
Polimiksin
Antibodi ini dihasilkan oleh Bacillus polymixa. Anggota kelompok
Poliena
Poliena merupakan antibiotik makrolid yang secara selektif
13
Kuinolon
Bentuk double helix DNA harus dipisahkan menjadi dua rantai
menimbulkan negative
supercoiling.
Golongan
kuinolon
Rifampisin
Mekanisme kerja dari antibiotik ini adalah dengan cara memblok
14
Dihidropteroat
sintetase
Dihidrofolat
reduktase
Trimethoprim
Aminoglikosida
Cara
kerja
aminoglikosida,
pertama
terjadi
penambahan
mikroba.
Kedua,
aminoglikosida
memblokir
aktivitas
15
Tetrasiklin
Tetrasiklin berikatan dengan ribosom subunit 30S mikroba.
Kloramfenikol
Kloramfenikol
berikatan
dengan
subunit
50S
ribosom.
Makrolida
Obat ini berikatan dengan subunit 50S ribosom dan tempat
Linkomisin (klindamisin)
Klindamisin berikatan dengan subunit 50S ribosom; reseptor,
2.3
16
mengkonsumsi suatu obat antibakteri dengan tidak tepat, hal ini dapat
mengakibatkan bakteri tersebut resisten. Bakteri ini dapat berpindah ke orang lain
yang tinggal di lingkungan sekitarnya, dan dapat menimbulkan infeksi dengan
pilihan terapi yang terbatas.2
Untuk memahami bagaimana suatu bakteri dapat menjadi resisten terhadap
suatu obat antibakteri, kita harus memahami terlebih dahulu bagaimana
mekanisme kerjanya. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, yang menjadi sasaran
obat-obat antibakteri yaitu sintesis dinding sel bakteri, sintesis protein bakteri dan
replikasi DNA bakteri.2
Resistensi antibiotik dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu:
resistensi alami dan resistensi yang didapat.
Resistensi alami merupakan sifat dari antibiotik tersebut yang memang
kurang atau tidak aktif terhadap suatu bakteri dan bersifat diturunkan. Contohnya
Pseudomonas aeruginosa yang tidak pernah sensitif terhadap chloramphenicol,
juga 25% Streptococcus pneumoniae secara alami resisten terhadap antibiotik
golongan makrolid (erythromycin, clarithromycin, azithromycin). Masalah
resistensi ini dapat diprediksi, sehingga dalam pemberian antibiotik dapat dipilih
antibiotik dengan cara kerja yang berbeda.9,10
Resistensi yang didapat apabila bakteri tersebut sebelumnya sensitif
terhadap suatu antibiotik kemudian berubah menjadi resisten. Terdapat 2
mekanisme kemungkinan terjadinya kejadian ini, yaitu karena adanya mutasi pada
kromosom DNA bakteri, atau terdapat materi genetik baru yang spesifik dapat
menghambat mekanisme kerja antibiotik. Contoh resistensi yang didapat ialah
Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap ceftazidin, Haemophillus influenzae
resistan terhadap imipenem, Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap
ciprofloxacin, Haemophillus influenzae resisten terhadap ampicilin, dan
Escherichia coli resisten terhadap ampicilin. Resisten antibiotik yang didapat
dapat bersifat relatif atau mutlak.9,10
Salah satu hal yang menjadi perhatian para praktisi kesehatan adalah
diketahuinya bahwa bakteri dengan strain yang resisten terhadap antibiotik
memiliki kemampuan berkembang dan memindahkan segmen DNA kepada
bakteri lain; sehingga meningkatkan aktifitas bakteri atau virulensinya.
17
18
terhadap imipenem dan cilastatin. Akan tetapi, obat antibakteri lainnya, misalnya
penisilin antipseudomonas tidak terpengaruh, karena menggunakan tipe kanal
porin yang berbeda untuk melalui membran sel bakteri.2
2.3.3. Enzim
Ketika berada di dalam membran sel luar, obat antibakteri dapat bertemu dengan
berbagai macam enzim yang berfungsi merubah struktur obat dan menjadikannya
inefektif.
Resistensi terhadap antibiotik golongan -laktam. Salah satu mekanisme
timbulnya resistensi terhadap antibiotik golongan -laktam (terutama pada bakteri
Gram-negatif) adalah dengan diproduksinya enzim -laktamase. Enzi mini dapat
memecah cincin -laktam, sehingga antibiotik tersebut menjadi tidak aktif. Betalaktamase disekresi ke rongga periplasma oleh bakteri Gram-negatif dan ke cairan
ekstraselular oleh bakteri Gram-positif.9
19
20
D-ala-D-hydroxybutirate
sebagai
pengganti
D-ala-D-ala
21
2.4.
22
23
2.5
Terdapat berbagai faktor penyebab terjadinya resistensi bakteri yaitu faktor primer
adalah penggunaan agen antibiotik, munculnya strain bakteri yang resisten
terhadap antibiotik, dan penyebaran strain tersebut ke bakteri lain. Selain itu,
faktor pejamu, seperti lokasi infeksi, kemampuan antibiotik mencapai organ target
infeksi sesuai dengan konsentrasi terapi, flora normal pasien, dan ekologi
lingkungan merupakan factor-faktor yang perlu diperhatikan.2 Penggunaan
antibiotik secara berlebihan, memiliki andil besar dalam menyebabkan
peningkatan resistensi terhadap antibiotik, terutama di rumah sakit. Peresepan
antibiotik yang kurang perlu dan banyak terjadi di negara industri juga ditemukan
pada banyak negara berkembang. Faktor yang juga berpengaruh adalah
penyalahgunaan antibiotik oleh praktisi kesehatan yang tidak ahli,
karena
kurangnya perhatian pada efek merusak dari penggunaan antibiotik yang tidak
tepat.1,2,9,10
2.6
24
2.7
25
CA-MRSA
menyebabkan
lunak, pustulosis,
terapi
antimicrobial
vancomycin
oral,
cephalosporin
atau
metronidazole.10
26
Hampir
seluruh
Acinetobacter
baumanii
resisten
terhadap
10
2.8
27
perlu
memindahkan/mencabut
material
asing
untuk