Anda di halaman 1dari 15

PKM-P

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA


JUDUL PROGRAM
PEMANFAATAN Calliandra calothyrsus SEBAGAI KOMPONEN RANSUM GUNA
MENGURANGI POPULASI CACING DALAM USUS KAMBING

Diusulkan oleh:
Satria Budi Kusuma

(10/298027/PT/05814)

(2010)

Muhsin Al Anas

(10/302117/PT/05930)

(2010)

Lovin Dika Antari

(10/305268/PT/05961)

(2010)

Eko Yasin Prasetyo Muslim (09/285648/PT/05753)

(2009)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011

HALAMAN PENGESAHAN
1 Judul Kegiatan

: PEMANFAATAN Calliandra calothyrsus SEBAGAI KOMPONEN


RANSUM GUNA MENGURANGI POPULASI
CACING DALAM USUS KAMBING
2 Bidang Kegiatan
: () PKM-P
3 Bidang Ilmu
: () Pertanian
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
: Satria Budi Kusuma
b. NIM
: 10/298027/PT/05814
c. Jurusan
: Ilmu dan Industri Peternakan
d. Universitas/Institut/Politeknik
: Universitas Gadjah Mada
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jalan Mawar Barat VIII B155 Perumahan Fajar
Indah, Karanganyar / 08386463078
f. Alamat email
: satria.budi.k@mail.ugm.ac.id
5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis
: 4 orang
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
: Bambang Suwignyo, S.Pt., M.P.,Ph.D
b. NIP
:197512312003121003
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Kepak Rt 49, Rw 21, Pengasih, Kulon Progo
D.I.Yogyakarta. 085878728488
7. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti
: Rp 10.000.000,00
b. Sumber lain
: Rp 8. Jangka Waktu Pelaksanaan
: 1 Bulan
Yogyakarta, 20 September 2011
Menyetujui
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan,
Alumni dan Pengembangan Usaha
Fakultas Peternakan

(Ir. Edi Suryanto M.Sc. Ph.D.)


NIP. 196007071986031003
Direktur Kemahasiswaan UGM

(Drs. Haryanto, M.Si.)


NIP. 19580502 198703 1 002

Ketua
Pelaksanaan Kegiatan

(Satria Budi Kusuma)


NIM. 10/ 298027/ PT/ 05814
Dosen Pendamping

(Bambang Suwignyo, S.Pt., M.P.,Ph.D)


NIP. 197512312003121003

A. JUDUL PROGRAM
Pemanfaatan Calliandra calothyrsus Sebagai Komponen Ransum Guna
Menggurangi Populasi Cacing dalam Usus Kambing.

B. LATAR BELAKANG
Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan
sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan
pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan
rata-rata pendapatan penduduk, dan penciptaan lapangan pekerjaan. Hal ini juga
sejalan dengan kebijakan revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan yang telah
dicanangkan oleh pemerintah. Besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki,
memungkinkan pengembangan sub sektor peternakan menjadi sumber pertumbuhan
baru perekonomian Indonesia.
Agribisnis di bidang peternakan yang memiliki potensi untuk dikembangkan
yaitu agribisnis ruminansia seperti kambing dan sapi. Ruminansia dapat menjadi
pangsa pasar yang besar mengingat kebutuhan manusia dari hari ke hari tentunya akan
meningkat, belum lagi ditambah dengan faktor budaya atau adat istiadat yang
menjadikan komoditas tersebut selalu dicari. Peternakan ruminasia diharapkan dapat
mendongkrak pemenuhan kebutuhan protein hewani bangsa ini.
Pakan ternak merupakan hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian
khusus dalam usaha pemeliharaan ternak, hal tersebut dikarenan pakan merupakan
salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan produktivitas ternak secara
maksimal. Kebutuhan pakan juga perlu memperhatikan kuantitas maupun kualitasnya
agar diperoleh hasil yang optimal. Pemanfaatan pakan lokal merupakan objek yang
perlu dikembangkan karena masyarakat petani atau peternak dapat menanam dan
mengembangkannya sendiri.
Saat ini leaf meal sudah mulai diterapkan pada ternak ruminansia seperti
kambing bahkan sampai unggas. Sebagai bahan pembuatan leaf meal, pada umumnya
menggunakan hijauan yang mengandung protein tinggi, antara lain seperti
leguminosa. Kaliandra merupakan leguminosa yang dapat digunakan sebagai sumber
protein tinggi dan banyak ditanam pada daerah perdesaan di Indonesia serta mudah
perkembangbiakannya. Evaluasi ketersediaan nutrien secara riil pada ternak dapat
dilakukan secara in vivo. Penggunaan leguminosa untuk ruminansia pada umumnya

dalam bentuk segar, meskipun tidak menutup kemungkinan pembuatan leaf meal pada
ruminansia.
Calliandra calothyrsus merupakan jenis pohon serba guna yang populer
karena mudah ditanam, cepat tumbuh dan bertunas kembali setelah dipangkas
berulang kali. Di berbagai tempat diIndonesia, pohon ini ditanam untuk kayu bakar
dan hijauan ternak, konservasi dan perbaikan kualitas tanah, serta sebagai pohon
peneduh bagi jenis tumbuhan lainnya. Karena Calliandra calothyrsus berbunga
sepanjang tahun, jenis ini sangat penting untuk produksi madu. Keberhasilan
pemanfaatan jenis ini di Indonesia menumbuhkan minat bagi kalangan yang lebih
luas, dan banyak penelitian yang sedang dilakukan di negara lain untuk mengevaluasi
potensi jenis tanaman ini, khususnya untuk perbaikan kualitas tanah dan untuk hijauan
ternak.
Seperti kebanyakan hijauan ternak dari jenis pohon dan perdu lain, Calliandra
calothyrsus kaya protein, tetapi kandungan energi yang dapat dicerna relatif rendah.
Bagian yang dapat dimakan mengandung 20-25% protein mentah sehingga sesuai
sebagai tambahan protein bagi ternak yang makanan utamanya rumput atau jenis
makanan lain yang kualitas proteinnya rendah. Pemanfaatan kaliandra sebagai pakan
ternak karena dapat meningkatkan berat badan ternak pedaging pada sapi dan
kambing. Penggantian konsentrat makanan komersial dengan daun kaliandra akan
menghemat pengeluaran peternak, tetapi jumlah kaliandra yang diperlukan untuk
menggantikan 1 kg makanan buatan bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya,
bergantung pada banyak faktor khususnya mutu konsentrat.
Banyak pakan lokal yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam pembuatan
pakan untuk penggemukan ruminansia yang berkualitas sehingga dapat menghemat
beaya produksi yang dikeluarkan, oleh karena itu diperlukan pengkajian dan
penelitian yang lebih luas serta mendalam terkait masalah tersebut.

C. PERUMUSAN MASALAH
1.

Apa pengaruh penambahan Calliandra calothyrsus terhadap cacing dan


coccidia dalam saluran pencernaan kambing bligon?

2.

Bagaimana pengaruh pemberian Calliandra calothyrsus terhadap pertambahan


berat tubuh kambing?

D. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Calliandra
calothyrsus pada kandungan cacing dan coccidian yang terdapat pada saluran
penceranaan kambing dan untuk mengetahui pengaruh pemberian kaliandra terhadap
perkembangan dan pertumbuhan (berat tubuh) kambing.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN


Calliandra calothyrsus merupakan jenis tanaman yang sangat mudah
ditemukan di Indonesia. Calliandra calothyrsus merupakan pakan ternak yang
memilliki kandungan protein tinggi dan dapat dijadikan sebagai anti nutrisi yang
dapat mempengaruhi kandungan cacing dalam saluran pencernaan ruminansia.
Kaliandra yang dapat digunakan sebagai anthelmintika (obat cacing) (Nguyen et al
2005), dikarenakan terdapat zat aktif atau anti nutrisi yaitu: tannin dan linamarin
yang termasuk cyianogenic-glucosida sehingga dapat meningkatakan pemanfaatan
pakan ternak dalam saluran pencernaan dan sekaligus meningkatkan nafsu makan
pada ternak. Dengan demikian kaliandra dapat dijadikan pakan alternatif ruminansia
(kambing) yang dapat meningkatkan produktivitas berat tubuh dan menghemat biaya
yang dikeluarkan untuk pengadaan pakan.

F. KEGUNAAN
1. Sebagai bahan informasi pada petani/peternak tentang pemanfaatan Calliandra
calothyrsus sebagai pakan berpotensi untuk penggemukan kambing sehingga
dapat menghemat beaya produksi.
2. Alternatif untuk dipertimbangkan dengan kebijakan lingkungan sebagai bahan
pakan.

G. TINJAUAN PUSTAKA
Leguminosa merupakan tanaman kacang-kacangan yang banyak digunakan
sebagai pakan ternak. Jenis legume pohon yang banyak ditanam di Indonesia antara
lain glicidia, turi dan legume pangan (kacang panjang, kedelai dsb). Leguminosa
mempunyai banyak kelebihan antara lain dapat digunakan sebagai pakan sumber
protein, karena pada umumnya memiliki kandungan protein yang cukup tinggi (2226%) dan dapat ditanam pada lereng bukit dan sungai sehingga mampu digunakan

sebagai penahan erosi. Selain digunakan sebagai sumber protein, pemberian


leguminosa antara lain turi, gliricidia, dapat digunakan sebagai anthelmintika (obat
cacing) (Nguyen et al 2005), hal tersebut dikarenakan beberapa leguminosa
mengandung zat aktif atau anti nutrisi yaitu: tannin dan linamarin yang termasuk
cyianogenic-glucosida, dsb. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa efek positif dari
anti nutrisi tersebut pada turi bunga putih dan bunga merah, gliricidia adalah
berfungsi sebagai anthelmintika (Daryatmo et al, 2008, kustantinah et al., 2008),
meskipun demikian masih banyak leguminosa yang belum diinvestigasi, antara lain
kaliandra, yang masih banyak ditanam di daerah dingin, lereng bukit, dan sungai.
Penggunakaan tepung daun (leaf meal) leguminosa sudah banyak dilakukan
pada ternak antara lain pada ayam petelur, kambing, sapi dsb. Leguminosa yang
sering digunakan adalah lamtoro (Leucaena leucocephala), gliricidia maculate
maupun turi (Sesbania grandiflora). Kaliandra merupaka tanaman leguinosa yang
banyak ditanam didaaerah

dengan temperature yag sejuk (25 0C) di pegunungan

maupun di dataran rendah dengan ketinggian 1500 m dpl. Tinggi tanaman kaliandra
dapat mencapai 8 m. kandungan proteinnya cukup tinggi yaitu sekita 22%. Pemakaian
tepung kaliandra (kaliandra leaf meal) belum banyak dilakukan sehingga diperlukan
studi penggunaannya untuk ternak.
Calliandra calothyrsus tumbuh alami di sepanjang bantaran sungai, tetapi
dengan cepat akan menempati areal yang vegetasinya terganggu (misalnya, tepi-tepi
jalan). Jenis ini tidak tahan naungan dan cepat sekali kalah bersaing dengan vegetasi
sekunder lain. Di Meksiko dan Amerika Tengah tanaman ini tumbuh di berbagai
habitat dari ketinggian permukaan laut sampai 1860 m. Jenis ini terutama terdapat di
daerah yang curah hujannya berkisar antara 1000 dan 4000 mm, meskipun populasi
tertentu terdapat di daerah yang curah hujan tahunannya hanya 800 mm. Jenis ini
terutama terdapat di daerah yang musim kemaraunya berlangsung selama 2-4 bulan
(dengan curah hujan kurang dari 50 mm per bulan). Namun pernah ada juga spesimen
yang ditemukan di daerah yang musim kemaraunya mencapai 6 bulan. Jenis ini
tumbuh di daerah dengan suhu minimum tahunan 18-22 C. Jenis ini tidak tahan
terhadap pembekuan. Di tempat tumbuh aslinya, jenis ini hidup pada berbagai tipe
tanah dan tampaknya tahan terhadap tanah yang agak masam dengan pH sekitar 4,5.
Jenis ini tidak tahan terhadap tanah yang drainasenya buruk dan yang tergenang
secara teratur.

Domba dan kambing akan tumbuh lebih baik bila disuplementasi dengan
kaliandra dibandingkan bila hanya diberi rumput. Tingkat suplementasi yang baik
adalah 30% dari total ransum karena pemberian yang lebih tinggi tidak mempunyai
pengaruh lagi (Tangendjaja et al., 1992; Bulo et al., 1992). Bila kaliandra segar
diproses menjadi bentuk lain maka nilai nutrisinya akan berubah. Pengeringan dengan
oven akan menurunkan secara nyata kecernaan bahan kering dan protein. Turunnya
kecernaan protein lebih drastis dibandingkan dengan kecernaan bahan kering
(pengurangan sebesar 50% dibanding 19%) karena kadar tanin yang tinggi dalam
daun kaliandra akan mengikat protein lebih kuat bila kaliandra dikeringkan dari pada
dalam bentuk segar. Ikatan protein tanin ini sangat kuat sehingga tidak mudah dipecah
di rumen maupun di saluran pencernaan setelah rumen sehingga protein menjadi tidak
dapat dimanfaatkan oleh ternak karena keluar bersama feses. Selain proses
pengeringan yang memberikan efek negatif, proses pelayuan di bawah naungan
selama semalam sudah cukup untuk memberikan efek negatif. Terlihat dari hasil
pemberian kaliandra layu setiap hari sebanyak 30% dapat menurunkan pertambahan
bobot badan harian domba secara nyata. Proses pengeringan yang kurang memberikan
efek negatif yaitu pengeringan secara anaerobik atau tanpa oksigen tetapi dalam
pelaksanaannya hal ini sangat sukar dilakukan (Palmer et al., 2000).
Bila kaliandra dijadikan silase yaitu dengan menyimpannya dalam kantong
plastik hitam selama beberapa minggu maka nilai nutrisi kaliandra dapat
dipertahankan dan ini terbukti dengan tidak adanya perbedaan dalam PBB domba
yang diperoleh dengan membandingkan antara pemberian kaliandra segar dengan
silase kaliandra. Metode pengawetan ini akan sangat berguna untuk mempertahankan
ketersediaan pakan selama musim kemarau panjang. Silase kaliandra dapat dibuat
pada saat akhir musim hujan dan digunakan pada musim kemarau. Ada alternative
lain bila ketersediaan rumput lapang sudah terbatas, yaitu dengan memotong batang
yang empuk dan cabang-cabang pohon kaliandra menjadi potongan-potongan kecil
dan diberikan dengan dicampur daun kaliandra beserta pakan konsentrat tanpa
rumput. (Wina et al., 1996).
Kandungan tanin dalam daun kaliandra merupakan salah satu yang tertinggi
dibandingkan dengan daun legum lain yang sudah dikenal peternak seperti lamtoro
atau gamal (Wina et al., 2000). Kandungan tanin ini dapat dikurangi dengan beberapa
cara, dan yang paling populer yaitu dengan polyethylene glycol (PEG). Pemberian
PEG dapat dengan cara larutan PEG disemprotkan ke daun kaliandra atau larutan PEG

diinfus langsung ke dalam rumen domba atau padatan PEG dicampur langsung
dengan pakannya. PEG dapat mengikat tanin sehingga ikatan tanin dengan protein
dapat pecah, dan protein dapat dipecah serta dimanfaatkan oleh ternak. Biasanya
kecernaan DM dan protein kaliandra meningkat drastis (Wina et al., 1994). Tetapi
karena harga PEG cukup mahal, maka harus dicari cara lain yang lebih murah.
Perendaman dalam air kapur dapat meningkatkan kecernaan tetapi tidak dapat
meningkatkan PBB domba.
Palmer et al. (1995) menunjukkan bahwa daun Calliandra calothyrsus
memiliki nilai pakan yang tinggi untuk ternak, khususnya sebagai sumber protein.
Penulis tersebut juga mengemukakan bahwa pengeringan daun akan mengurangi
pengambilan secara voluntir (voluntary intake) oleh biri-biri yang disebabkan oleh
penurunan kecernaan in sacco bahan kering dibandingkan daun segar. Pada kasus ini,
tannin dalam daun kaliandra diduga merupakan penyebab utama penurunan
pengambilan. Untuk menetralkan pengaruh tannin di daun kaliandra, telah diteliti
pengaruh penambahan PEG (Polyethylene glycol) sampai 20 g per biri-biri per hari.
Pada penelitian tersebut, penambahan PEG kepada biri-biri yang diberi 40 % bahan
kering kaliandra dan 60 % jerami Brachiaria humidicola secara nyata meningkatkan
kecernaan kaliandra kering, tetapi pada daun kaliandra segar tidak meningkat. Cara
lain untuk mengurangi pengaruh tannin kaliandra juga dengan penggunaan spesies
ternak lain. Kambing dilaporkan mempunyai kemampuan mencerna tannin karena
memiliki enzim tannase pada mukosa ruminal (Begovic et al., 1978). Kehadiran
protein kaya proline yang berfungsi sebagai penghambat perncernaan tannin pada air
liur rusa telah dilaporkan oleh Robin et al. (1987). Pencampuran kaliandra dengan
daun yang tidak memiliki tannin seperti Sesbania grandiflora juga dilaporkan berguna
untuk mengurangi pengaruh tannin pada kaliandra (Lowry, 1990).
Kaliandra digunakan secara luas untuk pakan ternak karena 1) daun, bunga,
dan tangkai mempunyai kandungan protein 20-25% dan 2) cepat tumbuh dan
kemampuan bertunas tinggi setelah pemangkasan. Permasalahan kaliandra sebagai
pakan ternak adalah kadar tannin yang tinggi sehingga mempunyai tingkat kecernaan
yang rendah (30-60%). Ada anggapan bahwa untuk pakan harus digunakan bahan
yang segar sebab pakan yang kering kurang diminati ternak. Kambing dan biri-biri
akan segera mengkonsumsi kaliandra. Ternak memerlukan periode penyesuaian bila
kaliandra akan digunakan sebagai pakannya. Kaliandra dapat memenuhi 30 % atau
lebih kebutuhan pakan kambing, biri-biri, dan ternak lainnya.

H. METODE PENELITIAN
Penelitian yang diusulkan ada dua bagian. Bagian pertama merupakan evaluasi
bahan pakan yang telah mengalami pengeringan dengan dua cara, yaitu pengeringan
di bawah sinar matahari secara langsung dan tidak langsung. Setelah evaluasi
dilakukan maka penelitian menginjak ke bagian kedua, yaitu penerapan penggunaan
daun kaliandra sebagai pakan kambing bligon.
Bagian I. Evaluasi ketersediaan nutrien Kaliandra untuk ruminansia
Dalam evaluasi ini akan dilakukan secara in vivo menggunakan ternak
kambing yang dipelihara pihak Fakultas peternakan UGM.
Materi dan Metode
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, akan dilakukan oleh kelompok
pengusul PKM-P. Penelitian dilakukan selama 4 (empat) minggu. Analisis sampel
akan dilakukan di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Bagian Nutrisi Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan UGM.
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing bligon jantan
sebanyak 12 ekor, umur 1 - 1,5 tahun dan rerata berat badan 22 kg. Kedua belas ekor
kambing tersebut kemudian dikelompokkan secara acak menjadi tiga kelompok
perlakuan, masing-masing terdiri dari 4 (empat) ekor. Kelompok kambing pertama,
pakan terdiri dari pakan yang biasa diberikan petani tanpa mengandung kaliandra.
Kelompok kambing kedua diberikan pakan yang biasa diberikan dan kaliandra
sebanyak 500 gram. Kelompok kambing ketiga diberikan pakan yang biasa diberikan
dan kaliandra sebanyak 1000 gram.
Pelaksanaan
Penelitian dilakukan selama 4 (empat) minggu, yang terdiri dari masa adaptasi
selama 1 minggu dan perlakuan selama 3 minggu. Dua minggu terakhir akan
dilakukan koleksi sampel pakan, sisa pakan, dan feses.
Variabel yang diamati adalah : konsumsi pakan, perubahan berat badan, dan
jumlah telur cacing yang ada dalam feses. Pengamatan konsumsi pakan, dilakukan
dengan mengambil sampel pakan dan sisa pakan yang dipisahkan terlebih dulu sesuai
dengan spesies tanamannya. Sampel dikeringkan, di bawah sinar matahari selama dua
hari, kemudian dimasukkan ke dalam koran dan dikeringkan menggunakan oven 55 0
C sampai beratnya konstan dan digiling, untuk kemudian dianalisis komposisi
kimiawinya.

Data konsumsi dan kecernaan yang diperoleh akan dianalisis variansi


menggunakan rancangan acak lengkap pola searah, kemudian akan dilanjutkan
dengan uji DMRT. (Astuti,1981)
I. JADWAL KEGIATAN
Jadwal Kegiatan Program
Tahapan Kegiatan

Minggu Ke1

Pendahuluan dan Adaptasi

Persiapan alat dan bahan penelitian

Persiapan kandang

Pembelian kambing dan pemesanan kaliandra

Penimbangan semua ternak

Pengambilan feses dalam rektum semua ternak

Pengkodean ternak

Perlakuan

Penyusunan ransum (rumput + kaliandra)

Perawatan

Koleksi sampel pakan, sisa pakan, dan feses

Pengolahan variabel yang digunakan

Penimbangan

X
X

Penyelesaian

Data hasil penelitian

Analisis data

Penarikan kesimpulan

Pembuatan laporan

Penyerahan laporan

J. RENCANA ANGGARAN
Jenis Pengeluaran

Anggaran

Pembelian 12 ekor kambing


@ Rp 500.000,00

Rp

6.000.000,00

Kaliandra @ Rp 30.000,00 x 30

Rp

900.000,00

Rumput @ 15.000 x 30

Rp

450.000,00

Analisis Proksimat 10 sampel


@ Rp 100.000,00

Rp

1.000.000,00

Analisis cacing dan coccidi Rp 25.000,00

Rp

125.000,00

Sewa kandang

Rp

500.000,00

Operasional

Rp

241.000,00

Rp

100.000,00

Ember pakan 5 x @ Rp 15.000,00

Rp

75.000,00

Sabit 2 x @ Rp 15.000,00

Rp

30.000,00

Sapu 2 x@ Rp 10.000,00

Rp

20.000,00

Nampan kotoran 5 x @ Rp 5.000,00

Rp

25.000,00

Ember kotoran 5 x @ Rp 15.000,00

Rp

75.000,00

Ember minum 5 x @ Rp 10.000,00

Rp

50.000,00

Besek 14 x 12 @ Rp 1.000,00

Rp

168.000,00

Plastik 15 x 30 @ Rp 250,00

Rp

112.500,00

Sarung tangan lab 4 x4@ Rp 1.000,00

Rp

16.000,00

Plastik klep 15 x 30 @ Rp 250,00

Rp

112.500,00

/analisis x5

Lain-lain

Dokumentasi dan poster

Peralatan

Total anggaran

Rp 10.000.000,00

K. DAFTAR PUSTAKA

Akyeampong E and K Muzinga. 1994. Cutting management of Calliandra calothyrsus in the


Wet season to maximize dry season fodder production in the central highlands of
Burundi. Agroforestry Systems 27(2): 101-105.
Ahn JH, BM Robinson, R Elliot, RC Gutteridge and CW Ford. 1989. Quality assessment of
Tropical browse legumes: Tannin content and protein degradation. Animal Feed
Science and Technology 27:147-156.
Barry TN and CSW Reid. 1984. Nutritional effects attributable to condensed tannins,
Cyanogenic glycosides, and oestrogenic compounds in New Zealand. In RF Bames,
RW Brougham and DJ Minson, eds. Forage legumes for energy effect: Animal
production. United States.
Chamberlain JR and RJ Rajaselvam. 1996b. Calliandra calothyrsus pollinator behavior and
seed production. In D0 Evans, ed. International Workshop on the Genus Calliandra.
Forest, Farm, and Community Tree Research Reports (Special issue). Winrock
International. Moffilton, Arkansas, USA. p. 34-40.
Chamberlain, J R (Ed). 2001. Calliandra calothyrsus: an agroforestry tree for the humid
tropics. Tropical Forestry Paper 40. Oxford Forestry Institute, Oxford, UK.
DMello, J P F. 1995. Leguminous leaf meals in non-ruminant nutrition. In J P F DMello
and C Devendra, eds. Tropical legumes in animal nutrition. CAB
International.Wallingford, UK.
Department of Agriculture. Beltsville, Maryland. D'Mello, JPF. 1995. Leguminous leaf meals
in non-ruminant nutrition. In JPF D'Mello and C Devendra, eds. Tropical legumes in
animal nutrition. CAB International.Wallingford, UK.
Evans, ed. International Workshop on the Genus Calliandra. Forest, Farm, and Community
Tree Research Reports (Special issue). Winrock International. Morrilton, Arkansas, USA.
p. 234-244.
Kaitho RJ, S Tamminga and J Bruchem. 1993. Rumen degradation and in-vivo digestibility
Of dried Calliandra calothyrsus leaves. Animal Feed Science and Technology 43:19
30.
Kashay B and Mohamed Saleem. 1996. The potential of Calliandra calothyrsus as a fodder
Tree on acidic Nitosols of the southern, western, and southwestern highlands of
Ethiopia. In D0
Macqueen DJ. 1992. Calliandra calothyrsus: implications of plant taxonomy, ecology, and
biology for seed collection. Commonwealth Forestry Review 71:20-34.
Macqueen DJ. 1993a. Calliandra series Racemosae: Taxonomic information, OFI seed
collections, trial design. Oxford Forestry Institute. Oxford, UK.

Macqueen DJ. 1993b. Exploration and collection of Calliandra calothyrsus. Final Report,
ODA Research Scheme R.4585. Oxford Forestry Institute. Oxford, UK.
NAS (National Academy of, Sciences). 1983. Calliandra: A versatile small tree for
the humid tropics. National Academy Press.Washington, DC.
Rajaselvam RJ, HPM Gunasena and JR Chamberlain. 1996. Reproductive biology of
Calliandra calothyrsus in relation to its seed production in Sri Lanka. In D0 Evans,
ed. International Workshop on the Genus Calliandra. Forest, Farm, and Community
Tree Research Reports (Special issue). Winrock International. Morrilton, Arkansas,
USA. p. 41-48.

LAMPIRAN

L. NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK

1.

2.

Ketua Pelaksana Kegiatan


a. Nama Lengkap

: Satria Budi Kusuma

b. NIM

: 10/298027/PT/05814

c. Fakultas/Program Studi

: Peternakan/ Ilmu dan Industri Peternakan

d. Perguruan Tinggi

: Fakultas Peternakan UGM

e. Nomor Seluler

: 08386463078

f. E-mail

: satria.budi.k@mail.ugm.ac.id

g. Waktu untuk kegiatan PKM

: 4 minggu

Anggota Pelaksana
a. Nama Lengkap

: Muhsin Al Anas

b. NIM

: 10/302117/PT/05930

c. Fakultas/Program Studi

: Peternakan/ Ilmu dan Industri Peternakan

d. Perguruan Tinggi

: Universitas Gadjah Mada

e. Nomor Seluler

: 081802654085

f. E-mail

: muhsin_alanas@mail.ugm.ac.id

e. Waktu untuk kegiatan PKM

: 4 minggu

a. Nama Lengkap

: Lovin Dika Antari

b. NIM

: 10/305268/PT/05961

c. Fakultas/Program Studi

: Peternakan/ Ilmu dan Industri Peternakan

d. Perguruan Tinggi

: Universitas Gadjah Mada

e. Nomor Seluler

: 085732342750

f. E-mail

: lovindika@gmail.com

e. Waktu untuk kegiatan PKM

: 4 minggu

a. Nama Lengkap

: Eko Yasin Prasetyo Muslim

b. NIM

: 09/285648/PT/05753

c. Fakultas/Program Studi

: Peternakan/ Ilmu dan Industri Peternakan

d. Perguruan Tinggi

: Universitas Gadjah Mada

e. Nomor Seluler

: 085729621304

f. E-mail

: ekoyasinpm@yahoo.com

e. Waktu untuk kegiatan PKM

: 4 minggu

NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING


1. Nama Lengkap dan Gelar

: Bambang Suwignyo, S.Pt., M.P.,Ph.D

2. Golongan Pangkat dan NIP

: Penata 3C/197512312003121003

3. Jabatan Fungsional

: Asisten Ahli

4. Jabatan Struktural

: Penata

5. Fakultas/Program Studi

: Peternakan/Ilmu dan Industri Peternakan

6. Perguruan Tinggi

: Universitas Gadjah Mada

7. Bidang Keahlian

: Nutrisi Pakan Ternak

8. Nomor Seluler

: 085878728488

9. Alamat

: Kepak Rt 49, Rw 21, Pengasih, Kulon Progo


D.I.Yogyakarta.

8. Waktu untuk kegiatan PKM

: 4 minggu

Anda mungkin juga menyukai