Gastritis
Gastritis
PENDAHULUAN
adalah
istilah
yang
digunakan
untuk
menggambarkan
sekelompok kondisi dengan satu hal yaitu radang selaput perut. Peradangan ini
(gastritis) sering kali adalah hasil dari infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang
menyebabkan radang perut yang paling sering ditemukan. Di negara
berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori pada orang dewasa
mendekati angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi
lagi. Di Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test.
Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectional bertambahnya
prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini
adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva dan batang.
Namun, banyak faktor lain seperti cedera traumatis, penggunaan obat
penghilang rasa sakit tertentu atau minum alkohol terlalu banyak juga dapat
berkontribusi untuk terjadinya gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi
perlahan-lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus,
gastritis dapat menyebabkan bisul ( ulkus )pada lambung dan peningkatan
risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis tidaklah serius dan dapat
dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan.
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :
a. Bagaimana definisi sistem pencernaan ?
b. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari lambung ?
c. Bagaimana definisi dari gastritis ?
d. Bagaimana klasifikasi dari gastritis ?
e. Bagaimana etiologi dari gastritis ?
f. Bagaimana patofisiologi dari gastritis ?
g. Bagaimana manifestasi dari gastritis ?
h. Bagaimana pengobatan dari gastritis ?
i. Bagaimana pencegahan dari gastritis ?
j. Bagaimana komplikasi dari gastritis ?
k. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien gastritis ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :
a. Dapat mengetahui dan memahami tentang definisi sistem pencernaan.
b. Dapat mengetahui dan memahami tentang anatomi dan fisiologi dari
lambung.
c. Dapat mengetahui dan memahami tentang definisi dari gastritis.
d. Dapat mengetahui dan memahami tentang klasifikasi dari gastritis.
e. Dapat mengetahui dan memahami tentang etiologi dari gastritis.
f. Dapat mengetahui dan memahami tentang patofisiologi dari gastritis.
g. Dapat mengetahui dan memahami tentang manifestasi dari gastritis.
h. Dapat mengetahui dan memahami tentang pengobatan dari gastritis.
i. Dapat mengetahui dan memahami tentang pencegahan dari gastritis.
j. Dapat mengetahui dan memahami tentang komplikasi dari gastritis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Gastritis
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
Gastritis didefinisikan sebagai peradangan mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R,
1998). Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat
akut kronik, atau lokal (Soepaman, 1998). Gastritis merupakan suatu keadaan
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis,
difus, atau local (Patofisiologi, Sylvia A Price).
Berdasarkan pengetian di atas, penulis menyimpulkan bahwa inflamasi
yang terjadi pada mukosa lambung di tandai dengan adanya radang pada daerah
tersebut yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dapat
meningkatkan asam lambung (seperti makanan yang asam atau pedas) atau bisa
di sebabkan oleh merokok dan minum alkohol.
2.2 Jenis - Jenis Gastritis
Terdapat dua jenis gastritis yang paling sering terjadi yaitu gastritis superfisial
2.2.1
Penyakit
maag
akut
adalah
inflamasi
(reaksi
tubuh
terhadap
mikroorganisme dan benda asing yg ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan
gangguan fungsi organ tubuh) akut dari lambung, dan biasanya terbatas hanya
pada muklosa. Penyakit maag akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya
Gastritis akut adalah proses peradangan mukosa akut, biasanya bersifat
transien. Peradangan mungkin disertai perdarahan ke dalam mukosa dan pada
kasus yang lebih parah, terlepasnya epitel mukosa superfisial (erosi). Bentuk
erosive yang parah ini merupakan penyebab penting perdarahan saluran cerna
akut.
Satu atau lebih pengaruh berikut diperkirakan berperan dalam berbagai
situasi ini: gangguan lapisan mucus lekat, rangsangan sekresi asam disertai
difusi balik ion hydrogen ke dalam epitel superfisial, berkurangnya
pembentukan dapar bikarbonat oleh sel epitel superfisial, berkurangnya aliran
darah ke mukosa, dan kerusakan langsung pada epitel. Tidak mengherankan,
gangguan pada mukosa bekerja secara sinergistis. Akhirnya, infeksi akut oleh
H. pylori memicu peradangan neutrofilik mukosa lambung, tetapi proses ini
biasanya lolos dari perhatian pasien.
Gambaran klinis gastritis akut mungkin sama sekali tidak bergejala, dapat
menyebabkan nyeri epigastrium dengan keparahan bervariasi disertai mual dan
muntah, atau bermanifestasi sebagai hematemesi, melena, dan pengeluaran
darah yang dapat mematikan, bergantung pada keparahan kelainan anatomic.
Secara keseluruhan, gastritis adalah salah satu penyebab utama hematemesis,
terutama pada pecandu alkohol. Bahkan pada situasi lain, penyakit ini cukup
sering ditemukan; hampir 25% orang yang minum aspirin setiap hari untuk
arthritis rematoid mengalami gastritis akut pada suatu saat selama pengobatan,
banyak yang mengalami perdarahan baik tersamar atau nyata. Risiko
perdarahan lambung pada gastritis akibat NSAID bergantung pada dosis,
sehingga kemungkinan penyulit ini meningkat pada pasien yang memerlukan
pemakaian jangka panjang obat ini.
2.2.2
Gastritis Kronik
klinis.
Gastritis
kronis
biasanya
tidak
atau
sedikit
menimbulkan gejala; dapat timbul rasa tidak enak di abdomen atas serta mual
dan muntah. Apabila pada gastritis autoimun terjadi banyak kehilangan sel
parietal, biasanya terdapat hipoklorhidria atau aklorhidria (mengacu pada kadar
asam hidroklorida di lumen lambung) dan hipergastrinemia. Pengidap gastritis
kronis akibat penyebab lain mungkin mengalami hipoklorhidria, tetapi karena
sel parietal tidak hilang sama sekal, para pasien ini tidak mengalami aklorhidria
atau anemia pernisiosa. Kadar gastrin serum biasanya dalam kisaran normal
atau hanya sedikit meningkat.
Jenis penyakit maag yang dilihat berdasarkan tingkat keparahan, dibedakan
menjadi:
a. Maag ringan
Maag ringan masih tergolong tahap ringan dimana biasanya setiap orang
sudah berada di tahap ini, jika dilakukan pemeriksaan akan terlihat asam
lambung berlebih di bagian dinding.
b. Maag sedang
Maag pada tahap ini sudah menyebabkan nyeri, sakit dan mual yang
menyakitkan.
c. Maag kronis
Maag kronis adalah maag yang sudah parah intensitasnya di bandingkan
maag biasa.
d. Kanker lambung
Kanker lambung terjadi akibat mikroorganisme yang merugikan, yaitu
Helycobacter pylori.
Gastritis Akut
a. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi
nonsteroid dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung.
b. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi
c.
d.
e.
f.
normal.
Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar.
Stress
Pola diet yang tidak benar
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada
2.3.2
lambung.
Gastritis Kronis
diberikan
secara
parenteral.
Bila
perdarahan
terjadi,
maka
makan,
atau
sebab
lain.
Biasanya
untuk
meredakan
atau
10
mencerna makanan sehingga sudah ternetralisir dan tidak akan melukai dinding
lambung. Obat-obatan yang biasanya digunakan:
1. Antasida (Menetralisir asam lambung dan menghilangkan rasa nyeri)
2. Pompa Proton pencegah pertumbuhan bakteri(Menghentikan produksi
asam lambung dan menghambat infeksi bakteri helicobacter pylori)
3. Agen Cytoprotektif (Melindungi jaringan mukosa lambung dan usus
halus)
4. Obat anti sekretorik (Mampu menekan sekresi asam)
5. Pankreatin (Membantu pencernaan lemak, karbohidrat, protein dan
mengatasi gangguan sakit pencernaan seperti perut kembung, mual,
dan sering mengeluarkan gas)
6. Ranitidin (Mengobati tukak lambung)
7. Simetidin (Mengobati dispepsia)
Selain itu penyakit ini dipercaya memiliki beberapa jenis minuman dan makanan
yang kurang baik untuk dikonsumsi yaitu :
1. Minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung antara lain : kopi,
anggur putih, sari buah sitrus, dan susu.
2. Makanan yang sangat asam atau pedas seperti cuka, cabai, dan merica
(makanan yang merangsang perut dan dapat merusak dinding lambung).
3. Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat pengosongan lambung.
Karena hal ini dapat menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang
akhirnya dapat meningkatkan asam lambung antara lain makanan berlemak,
kue tar, coklat, dan keju.
4. Makanan
yang
melemahkan
klep
kerongkongan
bawah
sehingga
11
Asuhan keperawatan
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awala dari proses keperawatan yang meliputi aspek
bio, psiko, sosio, dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari pengkajian
adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien. Data tersebut
berasal dari pasien (data primer) dari keluarga (data sekunder) dan data dari
catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan
medis, adapun data yang diperlukan pada klien Gastritis adalah sebagai berikut.
12
13
8. Pernafasan
Gejala : sedikit sesak
15
menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang
kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran
cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi
lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal
acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang
menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,
maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi
asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui
teradinya aklorhidria atau tidak.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul
diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data, pengelompokkan
data dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah
keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari hasil pengkajian
keperawatan.
1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
16
Rasional
Mengganti kehilangan cairan dan
sirkulasi
Hindari cairan yangbersifat asam yang Makanan atau minuman yang dapat
dapat meningkatkan asam lambung
merangsang
asam
lambung
dapat
17
untuk
menghambat
sekresi
asam
lambung
Diagnosa 2 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake asupan gizi (anoreksia).
Tujuan : Gangguan nutrisi teratasi
Kriteria Hasil :
1. Antoprometri: Berat badan, lingkar lengan atas kembali normal.
2. Albumin, hemoglobin normal.
3. Klinis : terlihat segar.
4. Porsi makan bertambah
Intervensi
Reduksi stress dan farmakoterapi
Rasional
Stress menyebabkan peningkatan
anatasida.
nutrisi
18
Diagnosa 3 :
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan: Intoleransi aktifitas teratasi
Kriteria Hasil: Klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
Intervensi
Tingkatkan tirah baring atau duduk
Rasional
Tirah baring dapat meningkatkan
indikasi.
19
nyaman.
dapat
beraktivitas
sehingga
tidak
secara
terjadi
Intervensi
pendidikan
kesehatan Pengkajian
Rasional
atau evaluasi
meningkatkan
pencegahan
secara
pengenalan
dini
terhadap
Memberikan
pengetahuan
dasar
20
BAB III
APLIKASI TEORI
KASUS 1
Ny. X 27 tahun, karyawan pada perusahaan garment yang mengharuskan bekerja
dengan target tertentu sehingga setiap hari di buru-buru tugas. Ia adalah karyawan
baru yang bertugas sebagai Quality Control (QC) dengan 60 pegawai yang
pekerjaanya harus di periksa kualitasnya. Semua pegawainya adalah perempuan dan
rata-rata bekerja lebih dari 4 th. Ny X sudah sejak lama mengeluh nyeri seperti
terbakar pada area epigastrium yang di rasakan lebih nyeri setelah makan, di sertai
perasaan mual dan kadang-kadang muntah. Ia sering juga mengeluh perutnya
kembung dan di sertai diare. Selama ini ia seringkali menggunakan aspirin saat ia
merasa tidak enak badan. Tadi pagi sekitar jam 09.05 saat ia berada di kantor tiba-tiba
ia merasa sakit hebat pada perut dan kemudian pingsan. Ny X segera di bawa ke Unit
Gawat Darurat RS Mutiara untuk mendapatkan pertolongan. Di UGD pada
pengkajian fisik TD= 130/80mmHg, N= 90x/menit, RR= 18x/menit, S=36,6 C BB
sblum MRS= 65 kg saat MRS : 50 kg, pemeriksaan darah 11,8 (103/l), uji nafas urea
21
positif, pemeriksaan fases positif, skala nyeri 6 dan pemerikasaan endoskopi positif
setelah dilakukan pemeriksaan dan meyakinkan ada sesuatu di lambungnya, pasien
merasakan ketakutan saat dia harus menjalani endoscopy. Perawat menyiapkan pasien
dan mencari keluarganya untuk minta persetujuan, tetapi tidak ada satupun
keluarganya yang bisa di hubungi padahal terapi bisa dilakukan setelah hasil
pemeriksaan selesai dan memberikan konstribusi penting dalam penentuan diagnosa.
PENGKAJIAN
1. Anamnese meliputi :
Identitas Pasien :
Nama
: Ny. X
Umur
: 27 thun
Alamat
: Jl. X
Pendidikan
:-
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Karyawan perusahaan
Status
: Menikah
Tanggal Masuk
: 03-11-2014
Tanggal Pengkajian
: 03-11-2014
No. Register
: 25.09.1995
Diagnosa Medis
: Gastritis
: Tn. Z
22
Umur
: 35 thun.
:-
Alamat
: Jl. Z
1) Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Klien merasakan mual dan kadang-kadang muntah
b. Riwayat Penyakit sekarang
P : klien mengatakan nyeri dirasakan setelah makan
Q :klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
R : klien mengatakan nyerinya di sekitar epigastrium
S: klien mengatakan nyerinya skala 6
T: klien mengatakan nyeri nya setelah makan
c. Riwayat penyakit terdahulu
Klien mengatakan sudah sejak lama mengeluh nyeri seperti terbakar
pada area epigastrium yang di rasakan lebih nyeri setelah makan.
d. Riwayat Keluarga.
e. Riwayat Pekerjaan
Klien bekerja di dalam ruangan
f. Riwayat geografi
Klien tinggal di daerah perumahan.
g. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
1) Kebiasaan Sosial
Klien mengatakan sering bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya.
2) Kebiasaan merokok
Klien tidak merokok
2) Pemeriksaan Fisik
23
a. B1 (Breathing)
Klien merasakan nyeri diperutnya
Skala nyeri 6
b. B2 (Blood)
TD= 130/80mmHg
N= 100x/menit
c. B3 (Brain)
Kesadaran Umum : Komposmetis
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
f. B6 (Bone)
Klien terlihat lemah
1. Pemeriksaan Diagnostik
. ANALISA DATA
No.
Data
Etiologi
Problem
DS : klien mengatakan
Kekurangan volume
aktif
cairan
Nyeri Epigastrium
disertai diare
DO : TD= 130/80 mmHg
N= 90x/menit
RR= 18x/menit
DS : klien mengatakan
susah makan karena nyeri
kebutuhan
DO : BB sebelum MRS:
65kg, BB setelah MRS:
50kg
24
pemeriksaan endoscopy
ansietas
menjalani pemeriksaan
endoscopy
Do : 100x/menit RR=
20x/menit
3.2 DIAGNOSA
1. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan nyeri epigastrium
3. Ansietas berhubungan dengan Takut akan menjalani pemeriksaan endoscopy
3.3 INTERVENSI
NO
TUJUAN
RENCANA
1.
KEPERAWATAN
Dalam waktu 3x24 jam 1. Pertahankan
:
Volume
RASIONAL
hidrasi
Kriteria hasil :
adekuat, tekanan
adekuat
2. TTV stabil
Nadi teraba
yang adekuat
keluar dari tubuh
cairan 2. Monitor
status 2. Membantu
terpenuhi
1. Volume
1. Mengontrol cairan
cairan
(nadi
kecepatan
kesembuhan.
darah)
3. Pantau TTV
3. Untuk
menjaga
keseimbangan
Kolaborasi
4. Berikan
IV
5. Berikan
tubuh
menjadi
adekuat
5. Mempertahankan
obat
keseimbangan
25
2.
sesuai indikasi
dalam tubuh
1. Berikan makanan 1. Menyeimbangkan
nutrisi
tubuh terpenuhi
Kriteriahasil:
1.BB ideal
3. Berikan
IV
3. cairan dalam tubuh
menjadi adekuat
Berikan 1.mempersiapkan
bimbingan antipasi
Kriteria hasil:
1. penuruan ansietas
Mencegah
terjadinya anemia
sesuaiindikasi
3.
dalam
tubuh
2.
B12
2. lingkarlengan normal
3. Hb normal
kebutuhan
pasien
menghadapi
krisis perkembangan
2.berikan penurunan 2.meminimalkan
ansietas
3.Berikan
kekhawatiran
teknik 3.meredakan
menenangkan diri
kecemasan
4.berikanpeningkata
4.membantupasien
n koping
untuk
beradaptasidengan
persepsi stresor
penenangan
26
3.4 IMPLEMENTASI
N
Tgl/Hari/Jam
Tindakan Keperawatan
Respon
Paraf
O.
Dx
1
03-11-2014/
07:00 WIB
08:30 WIB
1. mempertahankan
adekuat
2. Monitor status hidrasi
(nadi adekuat, tekanan
darah)
10:00 WIB
2. N:90x/menit
Klien merasa mualdan
muntah
Keke
3. memantau TTV
Kolaborasi
11:00 WIB
Keke
4. memberikan cairan IV
5. memberikan
obat
3. TD:130/80mmHg N:
90x/menit BB:65kg R:
20x/menit S:36.5c
Keke
sesuai indikasi
03-11-2014/
10.10 WIB
10.15 WIB
10.40 WIB
kolaborasi
2. memberikan
Vitamin B12
Keke
2. klien
mampumengonsumsin
Keke
ya
27
3. memberikan IV
sesuaiindikasi
3
3. klien
mampumenerima
cairan IV
03-11-2014/
06.00 WIB
antipasi
06.10 WIB
perkembangan
ansietas
06.40 WIB
3.memberikan
menurun
Keke
menenangkan diri
07.10 WIB
4.memberikanpeningkatan
koping
tindakan
pemeriksaan
yangakan dilakukan
5.memberikan dukungan
5.klien
masih
emosi
menghadapi tindakan
Keke
takut
Keke
28
3.5 Evaluasi
NO
Tgl/hari/ja
Dx
m
05-11-2014
08.00 WIB
EVALUASI
Paraf
08.30 WIB
P : tindakan dihentikan
S : klien mengatakan bisa makan karena Keke
nyeri mulai menghilang
O : BB
A : masalah sebagian teratasi
P : Tindakan no 1 dan 2dilanjutkan, dan
09.00 WIB
BABIV
PEMBAHASAN
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau local. Dua jenis gastritis yang paling
29
sering terjadi adalah gastritis superfisial akut dan gastritis atrofik kronis. Gastritis
superfisialis akut,merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
swarsirna,merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.
Endotoksin bakteri (stelahmenekan makanan terkontaminasi),kafein,alkohol,aspirin
merupakan agen pencetus yang lazim.Infeksi H.Pylori lebih sering di anggap sebagai
penyebab gastritis akut. Oraganisme tersebut melekat pada epitel lambung dan
menghancurkan lapisan mukosa pelindung,meninggalkan daerah epitel yang
gundul.obat
lain
juga
terlibat,misal
anti
inflamasi
nonsteroid
(misal
indomentasin,ibuprofen,naproxen),sulfunamida,steroid,digitalis.Asam empedu,enzim
pangkreas,dan etanoljuga diketahui mengganggu sawar mukosa.
30
BAB V
PENUTUP
31
5.1 Kesimpulan
Gastritis (dyspepsia atau penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan
oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung
sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung
seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa
perih dan nyeri.
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan kronis. Gatritis Akut
(inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis.
makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak
bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin,
refluks empedu atau terapi radiasi. Inflamasi lambung yang berkepanjangan
yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri
Helicobacter pylori.
Manifestasi klinis gastritis antara lain nyeri terbakar di epigastrium atau
rasa tidak enak yang bertambah berat dengan makan, dispepsia, anoreksia,
nausea atau muntah, dapat terjadi pedarahan yang mengakibatkan hematemesis,
melena. Penatalaksanaan dari penyakit adalah Mengurangi paparan obat-obat
yang bersifat iritan. Mengurangi produksi asam untuk melindungi mukosa
lambung dengan antagonis H2, inhibitor pompa proton, dan atau sukralfat.
Gastritis H. Pylori simtomatik diterapi dengan terapi tripel selama 2 minggu
(misalnya
omeprazole,
chlarithromyein,
dan
amoksilin;
bismuth,
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada perawat untuk membekali diri dengan pengetahuan
khususnya mengenai kasus yang dikaji, misalnya gastritis agar ditemukan
data yang akurat dan tepat.
32
DAFTAR PUSTAKA
Kumar V., Cotran R. S., Robbins S. L., 2007. Buku Ajar Patologi Volume 2 Edisi 7.
Jakarta : EGC
33
34