Disusun Oleh :
AYON DINIYANTO
8111413146
PENDAHULUAN
Jika kita mendengar kata etika, maka yang ada dipikiran kita tentu
berkaitan dengan perilaku, sopan santun, kebiasaan atau adat istiadat, norma dan
moral. Namun sebenarnya etika lebih cenderung sama dengan moral walaupun
pada hakikatnya juga mempunyai kesamaan dengan norma, nilai dan tradisi atau
kebiasaan. Secara etimologis etika dapat pula disamakan dengan moral. Moral
berasal dari bahasa latin mos yang juga berarti sebagai adat kebiasaan.
Lawrence Konhberg (1927-1987) juga menyatakan bahwa, etika dekat dengan
moral. Lawrence juga menyatakan bahwa pendidikan moral merupakan integrasi
berbagai ilmu seperti psikologi, sosiologi, antropologi budaya, filsafat, ilmu
pendidikan, bahkan ilmu politik. Itu yang dijadikan dasar membangun sebuah
etika. Sedangkan jika dikaji lebih dalam lagi, beberapa ahli membedakan etika
dengan moralitas. Menurut Sony Keraf (1991), moralitas adalah sistem nilai
tentang bagaimana kita harus hidup dengan baik sebagai manusia. Nilai-nilai
moral mengandung petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah turuntemurun melalui suatu budaya tertentu. Sedangkan etika merupakan refleksi kritis
dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud
dalam sikap dan perilaku hidup manusia. Sehingga tidak jarang jika etika juga
merupakan suatu pengetahuan.
Telaah etika sebagai suatu pengetahuan dapat ditelusuri sampai kurang
lebih 2500 tahun silam pada saat Socrates (seorang filsuf) mengungkapkan etika
itu sebagai sesuatu yang diatur oleh prinsip-prinsip yang mendapat pengakuan
umum masyarakat, yaitu bahwa sesuatu yang dianggap baik oleh seseorang
juga baik bagi semua orang, dan apa yang menjadi kewajiban tetangga juga
menjadi kewajiban saya (Socrates 470-347 SM adalah ahli pikir/filosof Yunani
yang meletakkan dasar-dasar filsafat). Bukan berarti bahwa pada zaman Yunani
kuno itu diciptakan pengetahuan tentang etika. Telah diketahui pula bahwa jauh
sebelum zaman itu masyarakat kuno telah mengenal kebiasaan-kebiasaan,
peradaban, ritus dan upacara-upacara yang menunjukkan bahwa mereka telah
menyadari adanya ketentuan-ketentuan alam dan masalah perilaku individu,
kelompok atau suku bangsa. Masyarakat zaman dahulu telah mempelajari bahwa
kelangsungan hidup, kedamaian dan kebahagiaan bagi setiap individu atau
kelompok hanya dapat dijamin dengan cara hidup sesuai aturan yang telah
ditetapkan oleh kelompok itu. Adanya berbagai ritus dan upacara membuktikan
bahwa mereka telah mempunyai aturan perilaku dan moral yang dianggap perlu
demi untuk kesejahteraan masyarakat secara umum. Oleh karena itu etika sangat
berkaitan baik dengan nilai, moral, norma, tradisi atau kebiasaan dan hukum.
Kemudian apa hubungan antara etika dengan nilai, moral, norma, tradisi atau
kebiasaan dan hukum khususnya berdasarkan dari pendapat para ahli?
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Telah dijelaskan diatas bahwa etika sangat berkaitan dengan nilai, moral,
norma, tradisi atau kebiasaan dan hukum. Oleh karena itu maka perlu dijelaskan
khususnya menurut pendapat para ahli.
Hubungan Etika dengan nilai
1. Menurut K.Bertens bahwa etika adalah norma, nilai atau pola tingkah laku
kelompok profesi tertentu dalam memberikan jasa pelayanan kepada
Masyarakat Hubungannya sangat erat dan sama-sama mengandung unsur
nilai (Bertens K 2007).
2. Menurut Fraenkel, sebagaimana dikutip oleh Soenarjati Moehadjir dan
Cholisin nilai pada dasarnya disebut sebagai standar penuntun dalam
menentukan sesuatu itu baik, indah, berharga atau tidak (Soenarjati dan
Colisin 1989).
3. Robert W. Richey sebagaimana dikutip oleh T. Sulistyono membagi nilai
menjadi tujuh macam, yaitu (1) nilai intelektual, (2) nilai personal dan fisik,
(3) nilai kerja, (4) nilai penyesuaian, (5) nilai sosial, (6) nilai keindahan, dan
(7) nilai rekreasi (Sulistiyono 1991).
Analisis
Nila pada dasarnya merupakan cikal bakal terbentuknya etika dimana nilai
merupakan suatu kaidah dan indikator untuk terciptanya sebuah etika.
Berbagai macam nilai yang ada akan terbentuk menjadi sebuah etika. Jadi
seseorang dapat mempunyai etika manakala seseorang tersebut telah
mempunyai nilai baik nilai-nilai yang saling berkaitan maupun nilai-nilai yang
tergabung untuk membentuk etika.
Analisis
Norma-norma yang berlaku didalam kehidupan bermasyarakat juga
merupakan etika kehidupan bermasyarakat. Dalam tatanan kehidupan masyarakat
seseorang dituntut untuk mempunyai etika. Oleh karenanya seseorang tersebut
harus mempunyai norma-norma yang ada didalam kehidupan bermasyarakat. Agar
etika yang lahir dari norma-norma tersebut dapat diterima dalam kehidupan
bermasyarakat. Jadi ketika norma-norma telah menjadi sebuah etika maka normanorma tersebut harus dijalnkan melalui sebuah etika.
Hubungan antara etika dengan tradisi atau kebiasaan
1. Menurut Sumaryono bahwa hubungan antara etika dengan kebiasaan atau
adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi
kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap
masyarakat yang memilikinya. Adat istiadat dapat dimaksudkan dengan
etika perangai yang diartikan sebagai kebiasaan yang menggambarkan
perangai manusia dalam kehidupan bermasyarakat di daerah-daerah
tertentu, pada waktu tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui dan
tujuan
untuk
3. Menurut pendapat Brandels yang dikutip oleh A.Pattern Jr, dikutip dari
Supriadi, dimana hubungan antara etika dengan hukun adalah sebuah
hukum berhasil menentukan berbagai ketentuan yang merupakan kode
etik, serta pula bertanggung jawab dalam memajukan dan penyebaran
profesi yang bersangkutan yang distandarisasai melalui aturan hukum
(Supriadi 2006).
Analisis
Ketika hukum dikaitkan dengan etika maka yang harus dilakukan adalah
bagaimana keduanya dapat saling bersinergi untuk menciptakan kebenaran.
Karena ketika kita melanggar hukum belum tentu melanggar etika, begitupula
sebaliknya ketika kita mlanggar etika belum tentu kita melanggar hukum. Oleh
karena itu etika dan hukum harus saling bersama-sama agar menciptakan sebuah
kemanfaatan. Penggabungan antara etika dengan hukum atau transformasi
menjadi sebuah kode etik merupakan sesuatu yang amat baik, dimana seseorang
dapat dikatakan berselah ketika tidak menjalankan hukum saja melainkan juga
karena tidak menjalankan etika yang berlaku. Jadi hukum akan bekerja manakala
terjadi pelanggaran terhadap etika. Begitu pula dengan etika yang akan bekerja
untuk menegakan hukum.
SIMPULAN
Norma memiliki sebuah nilai yang mempunyai arti atau bobot yang sangat
berharga. Dimana dalam norma memuat sebuah aturan dasar yang mengatur tata
cara dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu nilai dan norma dapat
membentuk suatu etika. Maka adanya nilai dan norma yang merupakan kelanjutan
dari suatu budaya ini dapat membuat lingkungan yang menganut nilai dan norma
tersebut bertindak sesuai dengan apa yang telah diatur. Dengan kata lain dapat
bertindak sesuai etika yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Kaitan antara
etika dengan nilai dan norma akan sangat terindikator pada sifat positif dan
negatif. Seseorang yang besifat positif akan memiliki etika yang benar, dimana
dalam melakukan tindakan berupa tindakan positif. Begitu sebaliknya seseorang
yang bersifat negaatif akan memeiliki etika yang tidak benar atau akan melakukan
tindakan yang bersifat negatif. Kemudian terkait etka dengan moral bahwa etika
itu hampir sama dengan moral, dengan kata lain ketika seseorang beretika maka
seseorang tersebut bermoral. Selanjutnya hubungan etika dengan kebiasaan yang
mana sangat berkaitan karena etika merupakan kebiasaan, jadi etika lahir dari
tradisi atau kebiasaan atau budaya. Sedangkan hubungan antara etika dengan
hukum adalah
Supriadi. 2006. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika.
Sulistyono, T. 1991. Pendidikan Nilai Untuk Sekolah Dasar. Cakrawala
Pendidikan. Majalah Ilmiah Kependidikan Nomor 2 Tahun X Juni 1991.
Yogyakarta : Pusat Pengabdian Masyarakat IKIP Yogyakarta.