Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang tidak adanya gaya
kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi
tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan
yang tepat.
Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi
bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan.
Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam
suatu situasi yang unik.
Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya
terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada
dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok
sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.
Follower Readiness
R1: Readiness 1 Kesiapan tingkat 1 menunjukkan bahwa pengikut tidak mampu dan tidak
mau mengambil tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas. Pada tingkat ini, pengikut
tidak memiliki kompetensi dan tidak percaya diri (dikatakan Ken Blanchard sebagai The
honeymoon is over).
R2: Readiness 2 Menunjukkan pengikut tidak mampu melakukan suatu tugas, tetapi ia
sudah memiliki kemauan. Motivasi yang kuat tidak didukung oleh pengetahuan dan
keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas.
R3: Readiness 3 Menunjukkan situasi di mana pengikut memiliki pengetahuan dan
keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas. Tetapi pengikut tidak
mau melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpinnya.
kompetensi dan komitmen akan menciptakan tingkat perkembangan seperti yang disebutkan
dalam notasi dibawah ini:
D1 Kompetensi rendah dan komitmen yang tinggi
D2 Kompetensi rendah dan komitmen yang rendah
D3 Kompetensi tinggi dan komitmen yang rendah
D4 Kompetensi tinggi dan komitmen yang tinggi
Dalam rangka untuk membuat siklus yang efektif, seorang pemimpin perlu memotivasi
pengikutnya dengan benar.
Kepemimpinan Situasional II
Hersey dan Blanchard terus bersepakat dengan teori aslinya hingga 1977. Ketika mereka
sepakat untuk menjalankan pemahaman masing-masing pada akhir 1970-an, Hersey merubah
nama dari kepemimpinan situasional menjadi teori kepemimpinan situasional dan Blanchard
menawarkan Teori Kepemimpinan Situasional sebagai Pendekatan Situasional untuk
Mengelola Orang. Blanchard dan rekan-rekannya terus merevisi pendekatan situasional untuk
mengelola orang, dan pada tahun 1985 diperkenalkan Kepemimpinan Situasional II (SLII).
Pada tahun 1979, Ken Blanchard mendirikan Blanchard Training & Development Inc,
(kemudian menjadi The Ken Blanchard Companies) bersama-sama dengan istrinya Margie
Blanchard dan dewan pendiri. Seiring waktu, kelompok ini membuat perubahan konsep dari
teori kepemimpinan situasional awal pada beberapa bidang utama, termasuk penelitian dasar,
gaya kepemimpinan, dan kontinum tingkat perkembangan individu.
Model penelitian kepemimpinan situasional II (SLII) mengakui penelitian yang ada dari teori
kepemimpinan situasional dan merevisi konsep berdasarkan umpan balik dari klien, manajer,
dan karya peneliti terkemuka pada bidang pengembangan kelompok.