Anda di halaman 1dari 9

ISSN 2337-6384

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus

2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN


MODEL PERBANDINGAN TEKS BERITA SISWA KELAS X SMA ISLAM
ADDASUQI PROBOLINGGO
Budi Sugeng Yuliawan
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Email: wawan_wones@yahoo.co.id
ABSTRAK: Penelitian ini dilaksanakan untuk memecahkan masalah dalam
pembelajaran eksposisi di kelas X SMA Islam Addasuqi Probolinggo,
khususnya yang berkaitan dengan hasil belajar sehingga hasil belajar siswa
dalam menulis karangan eksposisi dapat meningkat. Tujuan penelitian ini
untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi dengan
menggunakan model perbandingan teks berita pada siswa. Rancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan penelitian
tindakan kelas (PTK). Instrumen penelitian ini terdiri dari instrumen utama
dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu
peneliti, sedangkan instrumen penunjang dalam penelitian ini adalah lembar
observasi dan pedoman penilaian hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil
penelitian proses pembelajaran (observasi) pada siklus I, jumlah siswa yang
berhasil 22 (70,46). Bahkan setelah dilakukan tindakan pada siklus II,
jumlah siswa yang berhasil meningkat menjadi 31 (100%), di mana semua
siswa memperoleh nilai di atas 70%. Berdasarkan hasil penelitian pada
tindakan siklus I diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis
karangan eksposisi yaitu 76,07% dengan tingkat keberhasilan 74,19. Setelah
dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran menulis karangan eksposisi
dengan menggunakan model perbandingan teks berita, maka dilakukan
tindakan siklus II. Hasil postes siklus II ini ada peningkatan. Rata-rata kelas
mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 84,57% dengan tingkat
keberhasilan sebesar 100%.
Kata-kata kunci: kemampuan menulis, eksposisi, model perbandingan
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) yang semakin
maju dengan pesat membawa pengaruh
yang besar terhadap semua aspek
kehidupan bermasyarakat. Perkembangan
ini menuntut adanya sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas. Salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas SDM adalah

dengan meningkatkan mutu pendidikan.


Salah satu cara untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia adalah dengan
menyempurnakan kurikulum pendidikan.
Penyempurnaan
kurikulum
yang
berkelanjutan merupakan keharusan agar
sistem pendidikan nasional selalu relevan
dan kompetitif. Penyempurnaan kurikulum
30

ISSN 2337-6384

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus

yang berkelanjutan sejalan dengan UndangUndang Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas


pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya
peningkatan standar nasional pendidikan
sebagai acuan kurikulum secara berencana dan
berkala dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Dalam Standar Nasional Pendidikan
(SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Penyusunan KTSP dilaksanakan
oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan
dan berdasarkan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP merupakan revisi atau penyempurnaan
dari Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). (Mulyasa 2006:9) juga
mengatakan bahwa KTSP merupakan upaya
untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih
familiar dengan guru karena mereka banyak
dilibatkan sehingga diharapkan memiliki
tanggung jawab yang memadai. Dengan
demikian, guru adalah pemilik proses dan
pengendali proses pendidikan bersama-sama
dengan para siswanya. Unsur-unsur di luar itu
merupakan
support (dukungan), bukan
assurance (penjamin) karena mereka tidak
terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Keterampilan
menyampaikan
ide,
pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis
merupakan salah satu keterampilan yang harus
dikuasai siswa dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia sejak jenjang Sekolah Dasar
(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah
Aliyah (MA). Siswa SD/MI hingga SMA/MA
diharapkan dapat memiliki keterampilan
menulis dalam berbagai bentuk, termasuk
dalam
bentuk
karangan
eksposisi.
Pembelajaran menulis karangan eksposisi
khususnya pada siswa kelas X tertuang dalam
kurikulum bidang studi Bahasa Indonesia untuk

2013

SMA/MA kelas X dengan kompetensi dasar


yang berbunyi Menulis gagasan secara logis
dan sistematis dalam bentuk paragraf eksposisi
(BSNP, 2006:262). Pembelajaran menulis
karangan eksposisi juga dilaksanakan di SMA
Islam Addasuqi Liprak Kulon Banyuanyar
Probolinggo.
Meski telah dilaksanakan di sekolah,
pembelajaran menulis karangan eksposisi
belum dilaksanakan secara maksimal. Hal ini
berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan melalui wawancara dengan guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X. SMA
Islam Addasuqi Liprak Kulon Banyuanyar
Probolinggo. Hasil dari studi pendahuluan
yaitu: (1) pembelajaran menulis karangan
eksposisi masih dilaksanakan secara tradisional,
(2) guru tidak menggunakan model selama
pembelajaran berlangsung, dan (3) guru tidak
memberikan rubrik penilaian pada KD menulis
karangan eksposisi. Dalam hal ini guru hanya
mengajarkan pengertian karangan eksposisi
tanpa memberikan panduan kepada siswa
bagaimana cara menulis karangan eksposisi
yang baik. Hal inilah yang antara lain
menyebabkan kemampuan siswa kelas X SMA
Islam Addasuqi Liprak Kulon Banyuanyar
Probolinggo dalam menulis karangan eksposisi
masih kurang.
Dengan
tidak
maksimalnya
pembelajaran menulis karangan eksposisi, maka
akan berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran menulis karangan eksposisi.
Maksudnya adalah interaksi antara guru, siswa,
dan materi menulis karangan eksposisi tidak
dapat berlangsung secara positif. Indikasi
bahwa tidak terciptanya interaksi positif antara
guru dan siswa yaitu setelah guru menyajikan
materi, siswa tidak memberikan respon positif.
Contoh tidak terciptanya interaksi positif
misalnya siswa hanya diam dan terkesan malas
serta bosan dengan materi yang diberikan.
Tidak adanya interaksi yang positif antara guru
dan siswa seperti siswa hanya diam dan
terkesan malas akan berdampak terhadap
2

ISSN 2337-6384

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus

kemampuan siswa dalam menulis karangan


eksposisi. Maka dari itu, langkah awal yang
harus segera dicarikan pemecahannya yaitu
bagaimana dan apa yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran menulis karangan eksposisi
sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Penggunaan model perbandingan teks
berita sebagai model pembelajaran lebih
sederhana dan efisien. Oleh karena itu, sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan
menulis karangan eksposisi pada siswa kelas X
SMA Islam Addasuqi
Liprak
Kulon
Banyuanyar Probolinggo, maka dilaksanakan
penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan
Eksposisi Dengan Model Perbandingan Teks
Berita Siswa Kelas X SMA Islam Addasuqi
Liprak Kulon Banyuanyar Probolinggo.
Secara umum, rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu Bagaimanakah peningkatan
kemampuan menulis eksposisi pada siswa kelas
X SMA Islam Addasuqi Liprak Kulon
Banyuanyar Probolinggo dengan menggunakan
model pebandingan teks berita
Sesuai dengan masalah umum,
maka penelitian ini juga memiliki
tujuan untuk mengetahui proses dan
hasil
dalam
Meningkatkan
kemampuan
menulis
karangan
eksposisi siswa kelas X SMA Islam
Addasuqi Liprak Kulon Banyuanyar
Probolinggo model perbandingan teks
berita.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat
dapat dijadikan dasar untuk pengembangan
teori pembelajaran menulis karangan eksposisi
agar karangan eksposisi yang dihasilkan oleh
siswa mempunyai gagasan yang logis dan
sistematis
METODE
Penelitian yang berjudul Peningkatkan
Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi
dengan Model Perbandingan Teks Berita

2013

Siswa Kelas X.SMA Islam Addasuqi Liprak


Kulon Banyuanyar Probolinggo ini merupakan
penelitian tindakan kelas (PTK).
Ancangan penelitian yang akan
dilaksanakan ini menggunakan penelitian
tindakan kelas karena memiliki beberapa
karakteristik yaitu sebagai berikut. Pertama,
adanya permasalahan praktis yang ditemui oleh
guru pengajar pelajaran Bahasa Indonesia yaitu
masalah menulis karangan eksposisi. Kedua,
penelitian ini dilakukan secara kolaboratif
antara guru dan peneliti dalam kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
penilaian pembelajaran. Ketiga, dapat
digunakan sebagai refleksi oleh publik.
Tahap-tahap penelitian ini dibagi
menjadi lima tahap yaitu (1) studi pendahuluan,
(2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan
tindakan, (4) pengamatan, dan (5) refleksi.
Studi pendahuluan dilaksanakan dengan
mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi
dalam
pembelajaran
menulis
karangan
eksposisi di kelas X. Pada tahap perencanaan
tindakan, peneliti bersama guru secara
kolaboratif berdiskusi untuk merancang,
menetapkan,
dan
menyusun
rancangan
perbaikan terhadap pembelajaran menulis
karangan eksposisi dengan menggunakan
model perbandingan teks berita. Pelaksanaan
tindakan mengacu pada perencanaan yang telah
disusun sebelumnya. Tindakan dilaksanakan
dengan berpedoman pada rambu-rambu yang
telah ditetapkan pada tahap perencanaan yaitu
setiap siklus terdiri dari tiga fase yang harus
ditempuh oleh siswa yaitu meliputi fase
prapenulis, menulis, dan pascamenulis.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan pada saat
pelaksanaan pembelajaran dengan tujuan agar
diperoleh informasi yang lebih mendalam
tentang data aktivitas siswa dan data hasil
belajar siswa. Refleksi dilakukan oleh guru dan
peneliti untuk intropeksi dan evaluasi secara
total tentang tindakan yang telah dilakukan
untuk menjawab pertanyaan, apakah tindakan
3

ISSN 2337-6384

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus

yang telah dilakukan sudah berhasil apa masih


membutuhkan perbaikan.
Instrumen dalam penelitian ini terdiri
dari dua jenis instrumen, yaitu instrumen utama
dan instrumen penunjang. Instrumen utama
dalam penelitian ini adalah peneliti, sedangkan
instrumen
penunjangnya
berupa
hasil
pengamatan
dengan
lembar
observasi,
wawancara, dan dokumentasi hasil karangan
siswa. Data penelitian ini terdiri dari data awal
(pratindakan) atau data pretes, data pelaksanaan
tindakan, dan data hasil tindakan (postes).
Seperti yang telah dijelaskan di atas,
instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua
jenis instrumen, yaitu instrumen utama dan
instrumen penunjang. Instrumen utama dalam
penelitian ini yaitu peneliti, sedangkan
instrumen
penunjangnya
berupa
hasil
pengamatan
dengan
lembar
observasi,
wawancara, dan dokumentasi hasil karangan
siswa. Kegiatan observasi, wawancara, dan
dokumentasi
dilaksanakan
pada
saat
pengumpulan data yaitu ketika pelaksanaan
penelitian kelas, khususnya ketika sebelum,
saat, dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung.
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis data secara induktif.
Setelah ditemukan skor masing-masing
subaspek yang diperoleh siswa, kemudian
dihitung persentasenya dengan rumus sebagai
berikut.
Skor yang diperoleh
N=
X 100
Skor Maksimal
Peningkatan
kemampuan
menulis
karangan eksposisi dengan menggunakan
model perbandingan teks berita pada siswa
kelas X SMA Islam Addasuqi dikatakan
berhasil apabila tingkat penguasaan siswa
mencapai 70 84 dengan kategori baik atau 85100 dengan kategori sangat baik.
Akan tetapi jika siswa memperoleh
tingkat penguasaan di bawah 70, maka siswa
belum dikatakan berhasil. Data yang sudah

2013

diperoleh peneliti dalam penelitian ini harus


diperiksa keabsahannya. Tenik pengecekan
ulang ini biasa disebut dengan triangulasi data.
Pengecekan keabsahan data ini bertujuan untuk
memperoleh data yang sahih dan absah yang
diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
studi dokumentasi.
Pengecekan keabsahan data dalam
penelitian ini menggunakan dua cara yaitu
ketekunan pengamatan dan pemeriksaan mitra
peneliti (kolaborator). Ketekunan pengamatan
maksudnya adalah pengecekan keabsahan data
dengan cara menyesuaikan antara tahapan yang
harus ditempuh dengan tindakan yang
dilakukan
dalam
proses
pembelajaran.
Pengecekan keabsahan data dengan mitra
peneliti maksudnya yaitu berdiskusi dengan
mitra peneliti karena ketika pelaksanakan
penelitian, peneliti dibantu oleh mitra untuk
memperoleh data sebanyak mungkin saat proses
pembelajaran berlangsung.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Kriteria ketuntasan minimum (KKM)
untuk kompetensi dasar menulis karangan
eksposisi di SMA Islam Addasuqi yaitu 70%.
Ada tiga aspek yang dinilai dalam pembelajaran
menulis karangan eksposisi ini yaitu aspek
judul,
pengembangan
paragraf,
serta
penggunaan ejaan dan tanda baca. Untuk aspek
judul, terdiri dari satu subaspek yaitu
kesesuaian antara judul dengan isi karangan dan
tujuan penulisan. Untuk aspek pengembangan
paragraf eksposisi terdapat empat subaspek
yaitu: (1) pemaparan informsi, (2) kepaduan
atau kekoherensian setiap unsur karangan
dengan gagasan utama, (3) keterpautan atau
ketepatan penggunaan piranti kohesi, dan (4)
ketegasan isi karangan. Sedangkan untuk aspek
ejaaan dan tanda baca hanya terdiri satu
subaspek yaitu kesesuaian penggunaan EYD
dan tanda baca pada karangan eksposisi.
Analisis kemampuan awal (pretes) siswa
dilakukan dengan menilai karangan siswa yang
4

ISSN 2337-6384

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus

ditugaskan pada pretes berdasarkan rubrik


penilaian menulis karangan eksposisi yang telah
dibuat. Ada enam hal yang dinilai dalam sebuah
karangan eksposisi, yaitu (1) judul, (2)
pemaparan informasi, (3) kesatupaduan, (4)
keterpautan, (5) ketegasan, serta (6) ejaan dan
tanda baca. Setelah dilakukan penilaian
terhadap karangan eksposisi tahap pretes
ternyata diperoleh hasil bahwa kemampuan
siswa dalam menulis karangan eksposisi
menunjukkan hanya 9 siswa atau 29,02 % yang
mampu (berhasil) menulis karangan eksposisi
dengan nilai A dan B. Sedangkan siswa yang
belum berhasil mencapai kriteria ketuntasan
belajar (KKM) sebanyak 22 siswa atau 70,46%.
Rata-rata skor kelas yaitu 63,73 % dengan nilai
C (cukup). Hal ini menunjukkan bahwa taraf
kemampuan siswa dalam menulis karangan
eksposisi masih di bawah KKM.
Hasil pretes siswa yang dilakukan pada
23 Mei 2013 menunjukkan bahwa siswa masih
belum memahami unsur-unsur dalam sebuah
karangan eksposisi dan siswa cenderung
bingung mau menulis apa. Hal ini terbukti dari
kemampuan siswa dalam membuat judul dan
memaparkan informasi yang tergolong kurang.
Bahkan ada tulisan yang berupa narasi. Untuk
pengembangan paragraf (isi), juga masih
kurang. Hal ini terbukti dari hasil tulisan siswa
yang hanya satu paragraf. Padahal sebuah
karangan eksposisi menuntut adanya kejelasan
sehingga paling tidak terdapat tiga paragraf
yaitu paragraf pembuka, paragraf penjelas, dan
paragraf penutup. Maka dari itu, dipilihlah
model perbandingan teks berita sebagai
rangsangan munculnya ide-ide yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran menulis
karangan eksposisi secara logis dan sistematis
di SMA Islam Addasuqi pada tindakan siklus I.
Siklus Pertama
Kegiatan penelitian siklus I dimulai
dengan merencanakan tindakan yang dilakukan
oleh peneliti di bantu oleh guru bidang studi
Bahasa Indonesia. Peneliti merencanakan 5 x

2013

45 menit ( tiga pertemuan). Pelaksanaan


tindakan mengacu pada perencanaan yang telah
disusun sebelumnya. Tindakan dilaksanakan
dengan berpedoman pada rambu-rambu yang
telah ditetapkan pada tahap perencanaan yaitu
setiap siklus terdiri dari tiga fase yang harus
ditempuh oleh siswa yaitu meliputi fase: (1)
pramenulis, (2) menulis, dan (3) pascamenulis.
Observasi dilakukan pada waktu
pembelajaran berlangsung pada siklus I .
kegiatan ini diarahkan pada penngamatan yang
ada di lapangan pada saat pelaksanaan tindakan
sedang berlangsung. Pengambilan data melalui
observasi ini bertujuan untuk mengetahui potret
perilaku
siswa
selama
pembelajaran
berlangsung. Dengan demikian observasi ini
dilakukan peneliti dan dipertajam oleh
pengamatan rekan peneliti bersamaan proses
pembelajaran ada lima aspek yang dinilai dalam
pembelajaran menulis karangan eksposisi
dengan menggunakan model perbandingan teks
berita yaitu kegiatan pendahuluan, fase
pramenulis, fase menulis, fase pascamenulis
dan fase pascamenulis.
Setelah dilakukan penilaian terhadap
proses kemampuan siswa dalam menulis
karangan eksposisi pada siklus I ternyata
kemampuan siswa dalam menulis karangan
eksposisi menunjukkan 22 siswa (70,46%) telah
berhasil menulis karangan eksposisi dengan
nilai di atas 70, sedangkan 6 siswa (19,36)
masih memperoleh nilai di bawah 70.
Sedangkan untuk hasil penilaian
kemampuan siswa dalam menulis karangan
eksposisi
dengan
menggunakan
model
perbandingan teks berita menunjukkan 23 siswa
(74,19%) telah berhasil menulis karangan
eksposisi dengan nilai di atas 70, sedangkan 8
siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah
70. Rata-rata nilai kelas yaitu 76,07% dengan
kualifikasi B (baik). Kegiatan analisis
dilakukan untuk menemukan masalah yang
dihadapi pada siklus I.
Permasalahan-permasalahan yang ada
dijadikan acuan bagi guru dan peneliti untuk
5

ISSN 2337-6384

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus

merencanakan pembelajaran menulis karangan


eksposisi pada siklus II. Rencana pembelajaran
siklus
II
merupakan
perbaikan
dari
permasalahan yang ada pada siklus I. Berikut
hasil analisis dari perolehan nilai hasil belajar.
Pada siklus I, ada siswa masih belum
memperhatikan perumusan judul untuk
karangan
sehingga
ada
judul
yang
menggunakan bahasa tidak baku. Pada siklus I,
siswa
belum
memperhatikan
subaspek
kesatupaduan dan keterpautan. Pada siklus I,
masih ada paragraf yang terdiri dari satu
kalimat. Pada siklus I ada beberapa siswa masih
mengulang kata, kalimat, atau gagasan yang
pernah ditulis. Pada siklus I ada beberapa siswa
masih salah dalam menggunakan tanda baca
dan ejaan.
Dari hasil refleksi dan hasil belajar
siswa, kesulitan siswa dalam menulis karangan
eksposisi yaitu ketika mengembangkan tulisan
dalam kalimat-kalimat. Ada siswa yang belum
mampu menciptakan kekoherensian dan
kekohesifan dalam karangan eksposisinya.
Untuk itu, pada siklus II ini akan lebih
ditekankan pada bagaimana menyusun kalimatkalimat dalam karangan dan bagaimana
penggunaan piranti kohesi yang tepat. Untuk
itu, pada pembelajaran siklus II ini siswa akan
membuat draf awal untuk disunting dan
direvisi.
Siklus Kedua
Kegiatan penelitian siklus II dimulai
dengan merencanakan tindakan yang dilakukan
oleh peneliti dengan dibantu oleh guru bidang
studi Bahasa Indonesia. Peneliti menyusun RPP
menulis karangan eksposisi secara logis dan
sistematis dengan menggunakan model
perbandingan teks berita untuk siklus II
berdasarkan refleksi dan identifikasi masalah
hasil tindakan pada siklus I.
Dari hasil refleksi dan hasil belajar
siswa, kesulitan siswa dalam menulis karangan
eksposisi yaitu ketika mengembangkan tulisan
dalam kalimat-kalimat. Ada siswa yang belum

2013

mampu menciptakan kekoherensian dan


kekohesifan dalam karangan eksposisinya.
Untuk itu, pada siklus II ini akan lebih
ditekankan pada bagaimana menyusun kalimatkalimat dalam karangan dan bagaimana
penggunaan piranti kohesi yang tepat. Untuk
itu, pada pembelajaran siklus II ini siswa akan
membuat draf awal untuk disunting dan
direvisi.
Pada siklus II ini, alokasi waktu
pembelajaran menulis karangan eksposisi
dengan menggunakan model perbandingan teks
berita yaitu 5 x 45 menit (tiga kali pertemuan).
Berbeda dengan siklus I, pada siklus II ini tidak
dibentuk kelompok. Hal ini supaya siswa
mempunyai usaha sendiri dalam mencari
sumber bahan sehingga informasi yang
diperoleh
akan
bervariasi.
Kerjasama
antarsiswa
dilakukan
ketika
proses
perbandingan, revisi dan penyuntingan pada
draf awal. Berikut skenario pembelajaran siklus
II.
Seperti pada siklus I observasi dilakukan
pada saat pembelajaran berlangsung di siklus
II . Pelaksanaan observasi mengacu pada
perencanaan yang telah disusun sebelumnya,
observasi dilakukan dengan berpedoman pada
rambu-rambu yang telah ditetapkan pada tahap
perencanaan yaitu setiap siklus terdiri dari 5
aspek yaitu meliputi: (1), kegiatan pendahuluan,
(2), fase Pramenulis, (3), fase menulis, (4), fase
Pascamenulis, dan (5), kegiatan Penutup.
Setelah dilakukan penilaian terhadap
proses
pembelajaran
menulis
karangan
eksposisidengan model perbandingan teks
ternyata kemampuan siswa dalam proses
pembelajaran menulis karangan eksposisi
dengan menggunakan model perbandingan teks
menunjukkan 31 siswa (100%) telah berhasil
dalam proses pembelajaran dengan nilai diatas
70.
Selanjutnya Setelah dilakukan penilaian
terhadap karangan siswa pada siklus II ternyata
diketahui ada 31 siswa (100%) telah berhasil
menulis karangan eksposisi dengan logis dan
6

ISSN 2337-6384

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus

sistematis. Hal ini ditandai dengan nilai yang


diperoleh siswa dalam menulis karangan
eksposisi. Semua siswa (31 siswa) memperoleh
nilai di atas 70. Rata-rata kelas pun mengalami
peningkatan pada siklus II ini. Rata-rata kelas
dalam menulis karangan eksposisi pada siklus
II yaitu 84,57%.
Untuk mengetahui ada peningkatan atau
tidak ada peningkatan, maka perlu dilihat hasil
belajar dari pretes, siklus I, hingga siklus II.
Dan hasil observasi siklus I dan siklus II. Tabel
1 di bawah ini merupakan tabel hasil observasi
siklus I.
Dari Tabel 3 dapat diketahui seberapa
besar peningkatan untuk tiap aspek maupun
subaspek penilaian dari pretes ke postes siklus
I. Untuk aspek perumusan judul, subaspek
pemaparan informasi, subaspek keterpautandan
subaspek ketegasan mengalami peningkatan.
Kemudian untuk aspek ejaan dan tanda baca
mengalami penurunan sebesar 22,6%.
Peningkatan untuk setiap aspek maupun
subaspek dari postes siklus I ke postes siklus II
dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Dari tabel 3 di atas dapat diketahui
peningkatan untuk tiap aspek maupun subaspek
penilaian dari siklus I ke siklus II, kecuali
pemaparan informasi tidak ada kenaikan.
Dalam penelitian ini telah dilaksanakan
proses menulis karangan eksposisi dari fase
pramenulis hingga fase pascamenulis. Pada fase
pramenulis,
siswa
diarahkan
untuk
mengungkapkan pengetahuan mereka mengenai
karangan
eksposisi.
Selanjutnya,
siswa
ditugaskan untuk membaca teks berita. Hal ini
bertujuan supaya siswa memperoleh informasi
tambahan yang nantinya dapat digunakan
sebagai model untuk memperoleh ide. Hal ini
sejalan dengan pendapat Cleary dan Linn
(dalam Rahaor, 2006:34) bahwa temuan yang
paling mengejutkan dari penelitian mutakhir
tentang tulisan adalah adanya korelasi antara
membaca luas yang baik dengan menulis yang
baik. Untuk itu, agar siswa mampu menulis
karangan eksposisi dengan baik maka siswa

2013

perlu membaca sebuah informasi. Salah satu


sumber informasi yaitu dari koran, bahkan dari
internet.
Pelaksanaan
penelitian
dalam
pembelajaran menulis karangan eksposisi ini
berdasarkan urutan yang telah direncanakan di
awal pada setiap siklus. Pada masing-masing
siklus, yaitu siklus I dan siklus II terdapat
beberapa tahapan, mulai dari perencanaan
hingga refleksi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Arikunto (2007:16) bahwa secara garis besar,
PTK dibagi ke dalam empat tahap yang
meliputi tahap: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Kemampuan
menulis
karangan
eksposisi pada fase penulisan merupakan
kegiatan lanjutan yang berkaitan erat dengan
kegiatan prapenulisan. Pada fase menulis ini,
siswa mengembangkan kerangka karangan
yang telah dibuat pada fase pramenulis.
Kegiatan menulis karangan eksposisi terdiri
atas aspek pembuatan judul, pengembangan
paragraf dan aspek tata bahasa. Untuk aspek
pengembangan paragraf ini, terdapat subaspek
yang terdiri dari pemaparan informasi,
kesatupaduan, keterpautan, dan ketegasan (Gie,
2002:62-63).
Bahasan hasil temuan penelitian ini
tentang hasil observasi siklus I, hasil observasi
siklus II , hasil belajar sebelum tindakan
(pretes), hasil belajar tindakan siklus I, dan
hasil belajar tindakan siklus II. Kemampuan
siswa dalam menulis karangan eksposisi
sebelum tindakan hasilnya dinilai rendah. Hal
ini dapat terlihat dari peningkatan yang
signifikan pada proses pembelajaran siswa
dalam menulis karangan eksposisi. Pada siklus
I, jumlah siswa yang berhasil 22 (70,46) atau
dengan tingkat keberhasilan siswa dalam satu
kelas (74,19%). Bahkan setelah dilakukan
tindakan pada siklus II, jumlah siswa yang
berhasil meningkat menjadi 31 (100%), atau
dengan tingkat keberhsilan siswa dalam satu
kelas (100%), di mana semua siswa
memperoleh nilai di atas 70%. Jadi terjadi
7

ISSN 2337-6384

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus

peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu


sebesar 9,68% dan tingkat keberhasilan siswa
dalam satu kelas mengalami peningkatan
sebesar 25,81%.
Untuk hasil pembelajaran hal ini
terbukti dengan nilai rata-rata yang hanya
63,73% (kualifikasi C) yang terdiri dari 1 siswa
memperoleh kualifikasi A, 8 siswa memperoleh
kualifikasi B, 21siswa memperoleh kualifikasi
C, dan 1 siswa memperoleh kualifikasi D.
Sedangkan pada siklus I, kemampuan kelas
mengalami peningkatan dalam menulis
eksposisi. Hal ini terbukti dengan naiknya nilai
rata-rata menjadi 76,07% yang terdiri dari 10
siswa memperoleh kualifikasi A, 13 siswa
memperoleh kualifikasi B, dan 8 siswa
memperoleh kualifikasi C. Kemudian untuk
siklus II, rata-rata menjadi 84,57% yang terdiri
dari 14 siswa memperoleh kualifikasi A dan 17
siswa memperoleh kualifikasi B. Dengan
demikian, pencapaian tingkat keberhasilan
siswa dalam satu kelas yaitu 100% berhasil.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
paparan
data
dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menulis karangan eksposisi
dengan menggunakan model perbandingan teks
berita dapat meningkatkan proses pembelajaran
siswa. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan
yang signifikan pada proses pembelajaran siswa
dalam menulis karangan eksposisi. Pada siklus
I, jumlah siswa yang berhasil 22 (70,46) atau
dengan tingkat keberhasilan siswa dalam satu
kelas (74,19%). Bahkan setelah dilakukan
tindakan pada siklus II, jumlah siswa yang
berhasil meningkat menjadi 31 (100%), atau
dengan tingkat keberhsilan siswa dalam satu
kelas (100%), di mana semua siswa
memperoleh nilai di atas 70%. Jadi terjadi
peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu
sebesar 29,54% dan tingkat keberhasilan siswa
dalam satu kelas mengalami peningkatan
sebesar 25,81%.

2013

Untuk hasil penilaian kemampuan siswa


kemampuan rata-rata siswa dalam menulis
karangan eksposisi meningkat dari 66,06%
menjadi 78,56% pada siklus I dan meningkat
sebesar 4,65% menjadi 83,21% pada siklus II.
Pencapaian
tingkat
keberhasilan
pun
mengalami peningkatan yang signifikan.
Tingkat keberhasilan siswa dalam menulis
karangan eksposisi pada siklus I meningkat dari
41,18% menjadi 79,41% dan meningkat sebesar
20,59% menjadi 100% pada siklus II.
Adapun beberapa saran yang bisa
peneliti sampaikan sehubungan dengan
pembelajaran menulis eksposisi dengan
menggunakan model perbandingan teks berita
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
perbaikan proses pembelajaran. Bagi guru
sebaiknya menggunakan model perbandingan
teks berita dengan topik yang sesuai dengan
minat siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, khususnya pembelajaran menulis
karangan eksposisi, alokasi waktu untuk
pembelajaran menulis perlu dipertimbangkan
mengingat pembelajaran menulis karangan
eksposisi merupakan kompetensi dasar yang
membutuhkan proses. Bagi siswa sebaiknya
untuk melakukan penilaian terhadap tugas yang
telah dikerjakan sehingga siswa mengetahui dan
lebih memperhatikan aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam menulis.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
BSNP. 2006. Standar Isi: Keputusan Menteri
No. 22, 23, 24 Tahun 2006.
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang.
Yogyakarta: Andi.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Rahor, Petrus P. 2006. Upaya Peningkatan
Kemampuan Menulis Eksposisi melalu
8

ISSN 2337-6384

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 3, Agustus

STAD dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia Siswa Kelas V SDN

2013

Sumbersari II Malang. Tesis tidak


diterbitkan. Malang: Program Pasca
Sarjana Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai