Anda di halaman 1dari 17

1

Konsep Life Review Therapy/Terapi Telaah Pengalaman Hidup


Definisi
Wheeler (2008) menjelaskan bahwa Telaah Pengalaman Hidup merupakan
peninjauan retrospectif atau eksistensi, pebelajaran kritis dari sebuah kehidupan,
atau melihat sejenak kehidupan lampau seseorang. Molinari (1999) menyebutkan
bahwa Telaah Pengalaman Hidup adalah membangun kembali peristiwa hidup ke
dalam cerita hidup yang lebih positif (Wheeler, 2008). Telaah pengalaman hidup
lebih memberi kesempatan pada lansia untuk melakukan evaluasi dan analisis
peristiwa hidup di masa lampau ataupun saat ini yang berkesan bagi lansia
sehingga penerimaan diri dan rasa damai dapat terpenuhi.
Terapi telaah pengalaman hidup menjelaskan bahwa terapi telaah
pengalaman hidup mempunyai fungsi positif psikoterapeutik dengan memberikan
kesempatan kepada lansia untuk menyelesaikan masalah, mengorganisasi dengan
tahapan ventilasi (mengekspresikan) atau usaha awal untuk penyelesaian masalah,
eksplorasi dengan lebih menjelaskan kejadian-kejadian yang lampau (menggali
lebih dalam masalahnya), elaborasi atau meluaskan dengan difokuskan pada
gambaran yang lebih rinci dari masalah, ekspresi perasaan yang disupresikan
sehingga energi psikis tersebut dilepaskan, menerima masalahnya bila ekspresi
perasaan tersebut sempurna dan memadai,mengintegrasikan kejadian yang
dikenang dalam salah satu nilai sistem, kepercayaan, dan fantasi. Hasil akhir dari
mengenang kehidupan yang lalu adalah untuk melepaskan energi (emosi dan
intelektual sehingga dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
pada saat ini) (Keliat dkk, 1995).
Terapi telaah pengalaman hidup menurut Stuart (2009) merupakan
pedoman secara progresif kembali pada kesdaran di masa lalu. Telaah pengalaan
hidup dapat dilakukan dalam bentuk kelompok ataupun individu. Dalam terapi

2
secara kelompok telaah pengalaman hidup dapat mendorong setiap anggota
kelompok untuk secara positif saling mendukung dan saling belajar yang
menguntungkan dari anggota kelompok yang lain. Kekohesifan dala kelompok
dan adanya saling berbagi dala kelompok dapat meningkatkan rasa harga diri dan
perasaan saling memiliki (Stuart, 2009).
Telaah pengalaman hidup merupakan terapi yang terstruktur dengan
menekankan dan memperhatikan analisa peristiwa hidup, dimana perawat
membantu pasien untuk melihat arti dari pengalaman hidup dan memecahkan
konflik dan perasaan tentang kehidupan. Telaah pengalaman hidup membantu
lansia untuk mencapai integritas ego dan identitas kebijaksanaan diri sebagai
tujuan dari tahap akhir kehidupan (Stuart, 2009). Sirey dan Kenzie (2007)
menjelaskan bahwa terapi telaah pengalaman hidup merupakan intervensi yang
berkaitan dengan pencapaian tahap kehidupan psikososial Erickson, dimana
individu berjuang untuk menyeimbangkan konflik kehidupan pada tahapan hidup
untuk mencapai keberhasilan tahap kehidupan sehingga mampu mencapai tahap
kehidupan berikutnya dengan menyelesaikan konflik. Pada taap akhir kehidupan
dewasa, individu berusaha mencapai integritas diri. Terapi telaah pengalaman
hidup membuat individu mengenal seberapa baik mereka mengatur konflik pada
tiap tahap kehidupan dan memberi arti pada tiap tahap keidupan.
Terapi telaah pengalaman hidup mengintegrasikan

pengalaman-

pengalaman pada masa kini dan masa yang akan datang. Hasil dari integrasi ini
adalah penerimaan diri, identitas diri yang kuat dan memberi arti dan makna
hidup. Terapi telaah pengalaman hidup sangat efektif diberikan pada masalahmasalah perilaku, depresi dan penurunan perhatian pada populasi lanjut usia.
Tujuan Terapi Telaaah Pengalaman Hidup

3
Tujuan terapi telaah penglaman hidup menurut Wheeler (2008) yaitu untuk
pencapaian integritas pada lansia, meningkatkan harga diri, menurunkan depresi
meningkatkan kepuasan hidup dan perasaan damai, sedangkan menurut Keliat dkk
(1995) tujuan terapi telaah pengalaman hidup adalah untuk melepaskan energi
(emosi dan intelektual sehingga dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi pada saat ini) dan menurut Sirey dan Kenzie (2007) tujuan akhir dari
terapi telaah pengalaman hidup adalah penerimaan diri, identitas diri yang kuat
dan memberi arti dan makna hidup. Terapi telaah pengalaman hidup merupakan
proses yang berguna untuk mencapai kepuasan hidup, integritas diri, menerima
konflik dalam hidup seseorang (Gallagher, Marie, 1993).
Prinsip Life Review Therapy / Terapi Telaah Pengalaman Hidup
Terapi telaah pengalaman hidup menolong individu untuk melihat jauh ke
dalam masa-masa perkembangan mereka dan melihat ciri menjadi individu seperti
apakah mereka saat ini. Telaah pengalaman hidup membantu individu untuk
menyatakan dan mengenali apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman
negatif dan positif melalui proses penyelesaian masalah dan makna hidup mereka
(Westerhof, Bohlmeijer & Webster, 2010).
Menurut Butler 1963 prinsip paling penting pada terapi telaah pengalaman
hidup adalah konflik yang belum diselesaikan dimana telaah pengalaman hidup
merupakan kesempatan terakhir bagi individu untuk menyelesaikan konflik dan
untuk memahami konflik-konflik kehidupan sebelumnya.
Kunci dari terapi telaah pengalaman hidup adalah memberikan kesempatan
untuk klien mengulang kembali pengalaman dari ingatan masa lalu, dengan
berbagi ingatan dan mengulang kembali pengalaman masa lalu dapat membantu
lansia untuk menyampaikan emosi positif mereka dan meningkatkan kesadaran
diri mereka melalui penerimaan hidup (Michaell, 2009).

4
Michaell (2009) menggambarkan telaah pengalaman hidup merupakan
sebuah proses yang terdiri dari 4 bagian komponen yang akan saling berkaitan
yaitu:
1. Mengingat (remembering), dimana menjadi sadar akan adanya ingatan
yang menyenangkan dalam hidup.
2. Memanggil kembali (recall), berbagi memori dengan orang lain baik
secara verbal maupun nonverbal.
3. Meninjau ulang (review), melakukan evaluasi ingatan lampau.
4. Membangun kembali (reconstruction), mewakili memori dalam bentuk
yang dimodifikasi.
Keliat dkk (1995) menyebutkan tahapan pada telaah pengalaman hidup yaitu
dengan:
1. Ventilasi (mengekspresikan) atau usaha awal untuk penyelesaian
masalah.
2. Eksplorasi dengan lebih menjelaskan kejadian-kejadian yang lampau.
3. Elaborasi atau meluaskan dengan difokuskan pada gambaran yang lebih
rinci dari masalah.
4. Katarsis yaitu ekspresi perasaan yang disupresikan sehingga energi
psikis tersebut dilepaskan.
5. Menerima masalahnya bila ekspresi perasaan tersebut sempurna dan
memadai.
6. Mengintegrasikan kejadian yang dikenang dalam salah satu nilai sistem,
kepercayaan dan fantasi. Hasil akhir dari telaah pengalaman hidup
adalah untuk melepaskan energi (emosi dan intelektual) sehingga dapat
digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada saat ini.
Jenis Terapi Telaah Pengalaman Hidup
Lehman, Capezuri, & Gillespie (2011) menyeburkan bahwa intervensi
terapi telaah pengalaman hidup dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu bercerita
(Oral dialogue) dan menulis (writing).
1. Bercerita (oral dialoge)
Telaah pengalaman hidup melalui bercerita dapat dijelaskan
sebagai proses mengingat kembali (recalling) dan menceritakan

5
kembali tentang kehidupan seseorag dari masa anak-anak hingga masa
saat ini. Proses telaah pengalaman hidup dengan bercerita ini dapat
dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu pertama pendekatan individual
antara orang yang bercerita dengan terapis sebagai pendengar.
Pendekatan kedua yaitu interaksi dalam kelompok dengan pemimpin
fasilitator kelompok yang terlatih sekaligus sebagai terapis dalam
kelompok. Pendekatan harus secara eksplisit tentang cerita hidup ke
arah identitas diri yang positif meliputi review yang sistematis dari
peristiwa hidup mulai masa anak-anak hingga masa kini. Interaksi
dalam kelompok dapat dilakukan dengan tehnik seperti permainan dan
bergiliran. Interaksi secara kelompok dapat memberikan keuntungan
terapeutik seperti dukungan sosial dari anggota.
2. Menulis (Writing)
Tulisan terapeutik merupakan sebuah terapi ekspresi yang
menggunakan tindakan menulis dan proses menulis kata-kata. Individu
diminta untuk menuliskan tentang emosi atau peristiwa hidup yang
traumatik tanpa berlebih-lebihan atau dibuat-buat untuk menyingkap
suasana perasaan (emosi) individu. Pada cara lain individu diminta
untuk menuliskan hidup mereka secara sistematik, kronologis yang
berisikan emosi (suasana perasaan) dengan sebuah petunjuk untuk
menulis guided autobiography.
Metode
Metode yang digunakan sebagai pemicu trigger memori pada lansia
dalam telaah pengalaman hidup menurut Michell (2009) yaitu:
1. Autibiographical retrieval yaitu dengan menulis

dan

berbagi

autobiografi (riwayat hidup).


2. Structured yaitu terstruktur dari masa anak-anak, dewasa hingga lansia.

6
3. Creative yaitu memecahkan konflik dari masa lalu dan mambuat
keseimbangan

hidup

dengan

menggunakan

cerita,

puisi,

atau

menggambar. Individu diminta untuk menemukan kiasan, gambaran


atau cerita yang mensimbolkan dan representasi subjektifitas arti
terdalam dari hidup mereka.
4. Focused reflection yaitu telaah pengalaman hidup dengan menggunakan
visual gambar dengan kategori tema yang spesifik seperti hari sekolah,
binatang, makanan, liburan, hiburan, dan transportasi.
Terapis
Terapi telaah pengalaman hidup merupakan terapi yang memerlukan
kemampuan khusus pada terapis untuk mengetahui cara mengatasi dan membina
hubungan terapeutik terhadap penyelesaian setiap sesi dalam terapi telaah
pengalaman hidup, karena diperlukan keahlian meahami stressor dan penyelesaian
stressor saat berada dalam sesi terapi. Menurut Stuart (2009) terapi telaah
pengalaman hidup merupakan terapi yang terstruktur dengan menekankan dan
memperhatikan analisa peristiwa hidup, dimana perawat membantu pasien untuk
melihat arti dari pengalaman hidup dan memecahkan konflik dan perasaan tentang
kehidupan untuk mencapai integritas ego dan identitas kebijaksanaan diri sebagai
tujuan dari tahap akhir kehidupan.
Sesi Dalam Terapi Telaah Pengalaman Hidup
Pelaksanaan terapi telaah pengalaman hidup tidak ada yang sama dan
bervariasi dalam pelaksanaannya. Kesamaan adalah pada pelaksanaan terapi
telaah pengalaman hidup meliputi tahapan kehidupan dari Erickson. Menurut
Wheeler (2008) pelaksanaan terapi pengalaman hidup mengacu pada Haight dan
Olson (1989) yang dikenal dengan Haights Life Review and Experiencing Form
dan disarankan untuk terstruktur berdasarkan tahap perkembangan kehidupan
yaitu tahap anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Burnside dan Haight

7
(1992) dalam Wheeler (2008) menyarankan untuk menggunakan foto, buku,
autobiografi yang ditulis sendiri ataupun jurnal, kaset atau video dan surat untuk
mendatangkan kembali ingatan.
Berdasarkan Haight dan Olson (1989) dalam Wheeler (2008) pertanyaan
yang dapat diajukan pada terapi telaah pengalaman hidup sesuai tahap
perkembangan hidup yaitu:
1. Sesi 1: menceritakan kembali masa anak-anak dan orang tua di mas
anak-anak.
2. Sesi 2: menceritakan masa remaja, siapa orang yang paling penting
dalam hidup di masa remaja dan mengingat kembali apakah pernah
merasa sendiri.
3. Sesi 3: menceritakan masa dewasa, pekerjaan yang pernah dijalani dan
menilai pekerjaan yang pernah dijalani.
4. Sesi 4: menceritakan masa lansi, menceritakan kejadian yang
menyenangkan dan menyedihkan yang pernah dijalani.
The Hospice dari Suncoat Florida (2000) yang mengadaptasi Form Barbara
Heihgt Life Review membagi menjadi 4 tahapan yaitu:
1. Masa kecil
a. Apa yang anda ingat ketika anda masih kecil?
b. Seperti apakah kehidupan anda saat itu?
c. Siapakah yang merawat anda saat masih kecil?
d. Apa yang anda sukai?
e. Apa anda emiliki saudara atau saudari?
f. Jika anda memiliki saudara atau saudari, seperti pakah masingmasing dari mereka menurut anda?
g. Dimana anda tinggal saat masih kecil?
2. Masa remaja
a. Apa yang anda ingat tentang menjdi seorang remaja?
b. Dimana anda pergi ke sekolah?
c. Apa yang anda sukai di sekolah?
d. Siapakah teman-teman terdekat anda?
e. Apakah ada seseorang yang anda kagumi?
f. Bagaimanakah hubungan anda dengan orang tua anda?
g. Siapakah cinta pertama anda?

8
h. Apa hal yang paling tidak menyenangkan tentang menjadi seorang
remaja?
i. Apa hal terbaik tentang menjadi seorang remaja?
3. Masa dewasa
a. Seperti apakah kehidupan anda di usia 20 dan 30 an?
b. Seperti apakah anda saat itu?
c. Apa yang anda gemari?
d. Apakah anda kuliah?
e. Apakah ada seseorang yng berbagi hidup dengan anda?
f. Bagaimana anda bertemu?
g. Apakah jenis pekerjaan yang anda lakukan?
h. Apakah tantangan yang dihadapi dalam tahun dewasa anda?
i. Siapakah teman-teman terdekat anda?
j. Apakah ada masa dimana anda tidak mampu mengartikan/memaknai
hidup anda?
k. Dimana anda tinggal di masa dewasa anda?
l. Apakah anda memiliki anak?
m. Apa yang nda ingat tentang masing-masing anak anda?
n. Apakah ada kegiatan agama yang pernah anda ikuti?
o. Apakah kegiatan agama itu merupakan bagian penting dari hidup
anda?
p. Apakah ada beberapa peristiwa penting yang anda ingat?
4. Masa lansia
a. Apa prestasi terbesar anda?
b. Jika anda akan menjalani hidup lagi, apa yang anda lakukan secara
berbeda? Apakah sama?
c. Apakah masa yang tidak menyenangkan atau menyedihkan dalam
hidup anda?
d. Apa yang anda pelajari darinya?
e. Apa masa terindah dala hidup anda?
f. Apakah hal yang paling sulit yang ada dalam hidup anda di masa
lansia?
g. Ceritakan tentang pengalaman anda hidup dengan penyakit terminal
dan berdamai atau menerima dengan kematian anda sendiri. Apakah
anda memiliki kata lain kebijaksanaan yang anda ingin sampaikan?
(The Hospice Suncoat Florida, 2000).
Pelaksanaan Terapi Telaah Pengalaman Hidup

9
1. Tehnik Pelaksanaan Terapi Telaah Pengalaman Hidup
Pelaksanaan terapi telaah pengalaman hidup menggunakan 4 sesi yaitu
penggabungan dari Haight dan Olson (1989) dalam Wheeler (2008) dan
Adaptasi Form Barbara Haight Life Review yang digunakan oleh
organisasi The Hospice Suncoat Florida (2000):
a. Sesi 1: Menceritakan masa anak-anak dan mengingat orang tua di
masa anak-anak.
Menceritakan masa anak-anak dan apa yang diingat dan paling
berkesan dari orang tuanya dan saudara-saudaranya saat masih anakanak. Tujuan dari sesi 1 ini adalah agar lansia mampu mengidentifikasi
dan

mengevaluasi

arti

peristiwa

keberhasilan/peristiwa

yang

menyenangkan dan peristiwa yang tidak menyenangkan di masa anakanak yang paling berkesan dan bagaimana orang tua mereka mengasuh
mereka saat masih anak-anak. Metode yang digunakan dalam sesi 1 ini
adalah diskusi, tanya jawab, dan instruksi.
b. Sesi 2: Masa remaja: orang yang paling penting dalam hidup di
masa remaja.
Menceritakan kembali orang yang paling penting dalam hidupnya
di masa masih remaja dan menceritakan perasaan diri saat menjadi
seorang remaja dan menceritakan hal yang paling tidak menyenangkan
tentang menjadi seorang remaja dan hal terbaik tentang menjadi
seorang remaja. Tujuan dari sesi 2 ini adalah lansia mampu
mengidentifikasi

dan

mengevaluasi

arti

peristiwa

keberhasilann/peristiwa yang menyenangkan dan peristiwa yang tidak


menyenangkan di masa remaja. Metode yang digunakan dalam sesi 2
ini yaitu diskusi, tanya jawab, instruksi.

10
c. Sesi 3: Menceritakan masa dewasa: Pengalaman pekerjaan yang
pernah dijalani.
Mengungkapkan kembali masa dewasa mengenai pengalaman
pekerjaan yang pernah dijalani dan masa memulai kehidupan baru
dengan pasangan. Tujuan dari sesi 3 ini adalah lansia mampu
engidentifikasi dan mengevaluasi arti peristiwa yang menyenangkan
dan peristiwa yang tidak menyenangkan di masa dewasa. Metode yang
digunakan dala sesi 3 ini yaitu dengan diskusi, tanya jawab, dan
instruksi.
d. Sesi 4: Menceritakan masa lansia: Menceritakan kejadian yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan yang pernah dijalani.
Mengungkapkan kejadian yang menyenangkan dan peristiwa yang
tidak menyenangkan atau kesedihan di masa lansia dan apa yang dapat
dipelajari dari kejadian tersebut. Tujuan dari sesi 4 ini adalah lansia
mampu

engidentifikasi

dan

mengevaluasi

arti

peristiwa

yang

menyenangkan dan peristiwa yang tidak menyenangkan di masa


dewasa. Metode yang digunakan dala sesi 3 ini yaitu dengan diskusi,
tanya jawab, dan instruksi.
2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Terapi Telaah Pengalaman Hidup
Tempat pelaksanaan terapi pengalaman hidup dapat dilaksanakan pada
ruang khusus seperti wisma panti, ruang tidur lansia, ataupun ruang
kegiatan lainnya yang tersedia dengan suasana yang tenang, nyaman, dan
privacy terjaga. Jumlah sesi dalam terapi telaah pengalaman hidup
sebanyak 4 sesi dan dilaksanakan tergantung pada kemajuan tiap sesi dari
lansia saat mengikuti kegiatan sesi terapi. Setiap pertemuan kembali
mengulang pertemuan sebelumnya untuk mengingatkan kembali lansia

11
setiap sesi terapi dan tujuan kegiatan. Waktu pelaksanaan setiap sesi terapi
dilaksanakan 25-30 menit.

12
Standar Operasional Prosedur Life Review Therapy Pada Lansia
A.
Definisi
Life review therapy adalah mengingat kembali masa-masa yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan atau mengembalikan daya ingat
pada setiap pasien dan membantu meringankan kecemasan serta
ketegangan yang merupakan faktor penyebab beberapa penyakit terutama
skizofrenia.
B.

Tujuan
Untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan
pengalaman hidupnya. Terapi ini tidak hanya bermanfaat bagi lansia, tetapi
juga untuk dewasa muda. Life review therapy bisa dilakukan untuk
individu ataupun kelompok.

C.

Indikasi
Menurut Jones (2008) dalam Setyoadi (2011), life review therapy
merupakan penanganan yang direkomendasikan untuk lansia yang
mengalami defisit kognitif dengan:
1. Depresi
2. Penyakit demensia alzheimer
3. Perawatan saat menjelang ajal
4. Perawatan terminal dan paliatif

D.
1.

Kontraindikasi
Life review therapy dapat lebih menimbulkan efek menyakiti dibandingkan
efek membantu pada lansia yang memiliki peristiwa-peristiwa hidup
negatif. Beberapa lansia mungkin akan menolak melakukan life review
therapy, bukan karena mereka tidak mau, melainkan karena akan menjadi
depresi ketika lansia melakukannya karena perasaan kehilangan yang

2.

mereka alami.
Lansia dengan gangguan memori jangka panjang, dimana akan menjadi
kesulitan untuk melakukan mengingat kejadian masa lalu.

13
E.
1.

Persiapan
Alat: tidak ada alat khusus yang dibutuhkan. Namun demikian, terapis bisa
meminta klien untuk membawa barang-barang yang dapat membangkitkan
memori tentang masa lalu (misalnya artefak, album foto, dll). Memberikan
kesempatan kepada klien untuk bertanya. Beri juga kesempatan kepada

2.

klien jika ingin memenuhi kebutuhan dasarnya (misalnya eliminasi).


Lingkungan: atur agar lingkungan nyaman, tidak ada gangguan dan terjaga

3.

privasinya.
Klien: atur klien dalam posisi duduk. Jika tidak mampu duduk, masa posisi
berbaring setengah duduk (semifowler) juga memungkinkan. Jelaskan

F.
1.

tujuan kegiatan tersebut.


Prosedur
Membina hubungan saling percaya (memperkenalkan diri, jika baru
pertama kali menjumpai klien). Menjelaskan (mengingatkan kembali)

2.
3.

kepada klien urutan kegiatan yang akan dilakukan.


Melakukan kontrak waktu lamanya kegiatan berlangsung.
Memberikan kesempatan/menawarkan pada individu/kelompok untuk

4.

mengungkapkan perihal peristiwa kehidupan yang paling menyenangkan.


Memberi kesempatan pada individu lain untuk merespon dari apa yang
telah

diungkapkan

oleh

individu

yang

sudah

mengungkapkan

5.
6.

peristiwanya.
Mengulangi kegiatan langkah 4 pada individu lain.
Memberikan kesimpulan tentang kegiatan yang sudah dilakukan dan

7.

pengalaman yang sudah diungkapkan.


Memberi reinforcement pada setiap individu yang sudah mengungkapkan

8.

peristiwanya.
Kegiatan bisa diulangi pada pertemuan selanjutnya (dengan pengalaman

1.

yang berbeda).
Penutup
Menanyakan perasaan klien atau anggota kelompok setelah dilakukan

2.

kegiatan tersebut.
Memberitahu klien bahwa kegiatan telah selesai.

G.

14
3.
4.

Memberi reinforcement positif untuk kelompok (tepuk tangan).


Melakukan kontrak waktu dengan klien untuk pertemuan selanjutnya (jika

5.

ada sesi berikutnya, dengan permasalahan yang berbeda).


Mengucapkan terima kasih.

15

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


LIFE REVIEW THERAPY

Topik

Life Review Threpay

Tujuan

Terapi ini membantu seseorang untuk


mengaktifkan ingatkan jangka panjang
dimana akan terjadi mekanisme recall
tentang kejadian pada kehidupan masa lalu
hingga sekarang. Dengan ini lansia akan
ebih mengenal siapa dirinya dan dapat
mempertimbangkan kualitas hidup
menjadi lebih baik dibandingkan
sebelumnya.

Prosedur

Persiapan (alat,
bahan, lingkungan)

Bahan :
Air secukupnya
Gelas

Menyiapkan kondisi lingkungan yang kondusif,


ruangan yang aman dan nyaman.

1. Menggunakan album foto dengan ukuran


halaman yang besar sebagai media untuk
meletakkan semua gambar atau dokumen dalam
berbagai ukuran. Jika lansia mengalami
gangguan penglihatan, maka sebisa mungkin

Prosedur (tahap

gunakan ukuran gambar yang lebih besar agar

pelaksanaan)

terlihat lebih jelas.


o Mengumpulkan album foto dari
berbagai

kehidupan masa lalu lansia

mulai dari kecil, dewasa hingga menua


o Lansia mampu menyebutkan satu
persatu situasi foto yang ditampilkan
o Lansia menjelaskan situasi yang ada

16
pada foto, seperti siapa saja yang ada
didalam foto, dimana tempatnya, kapan
terjadinya, serta apa yang dilakukan atau
situasi yang terjadi pada saat mengambil
foto tersebut.
2. Menjelaskan tentang nama bagian-bagian dari
tingkatan kehidupan yang pernah dijalani
seperti :
o Keluarga inti (informasi kelahiran,
kehidupan, dan kematian mengenai ayah,
ibu, kakek, nenek)
o Tahun awal (kelahiran dari anak yang
paling mudah)
o Riwayat pekerjaan (tugas anak, riwayat
o
o
o
o
o
o

pekrjaan dan pensiun)


Bersikap ramah dan perkawinan
Riwayat pasangan
Pernikahan anak
Keluarga dan teman
Rekreasi, hobi, ketertarikan , dan liburan
Memperingati hari keagamaan

3. Membuat narasi pada masing-masing


kehidupan yang pernah dijalan lansia. Saat
membuat narasi dapat didampingi oleh yang
disayangi agar lebih mudah dikomunikasikan
Evaluasi

Klien dapat merasakan manfaat setelah

melakukan terapi ini.


Kaji respon klien

17
DAFTAR PUSTAKA
Jaime L. Stockslager, Lia Schaeffer. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi:
2. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna, dkk. 1995. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Direktorat Kesehatan Jiwa.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314719-T31769-Pengaruh

terapi.pdf

didownload pada tanggal 28 September 2014 pukul 10.00 WIB.


Kushariadi. Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta:
Salemba Medika
Wheeler, Kathleen. 2008. Psychotherapy For The Psychiatric Nurse Advanced
Practice. St.Louis, Missouri: Mosby Esevier.

Anda mungkin juga menyukai