Anda di halaman 1dari 8

Penulisan Karya Ilmiah

1. Etika Penulisan
Dalam etika menulis, terdapat dua prinsip yang sangat mendasar, yaitu prinsip
penghormatan (atau kehormatan) dan prinsip pengakuan. Prinsip penghormatan ini
mengandung tuntutan moral bahwa kalau kita menulis karya ilmiah, di dalam batin kita
harus timbul suatu keinginan atau sikap untuk menghormati orang lain, yaitu menghormati
pembaca dan menghormati hak-hak orang lain. Seperti telah disebutkan, suatu prinsip
moral mengandung tuntutan bahwa sikap batin itu dapat terwujud dalam tindakan nyata.
Dari sinilah kita akan masuk ke dalam masalah prinsip-prinsip penata.
Prinsip penata adalah prinsip-prinsip yang menata, menuntun, atau mengatur para pelaku
bagaimana seharusnya berkelakuan. Jadi, dalam hal tulis-menulis, mengatur para penulis
bagaimana seharusnya menulis.
Prinsip pengakuan mengandung tuntutan bahwa kita harus memiliki sifat bersedia
mengakui gagasan yang sudah tertuang dalam suatu publikasi adalah milik si penulis. Hal
ini berimplikasi terhadap prinsip penata dan aspek teknisnya. Untuk dapat mewujudkan
dasar moral ini menjadi tindakan nyata maka masyarakat memaksakan suatu norma yang
wajib dipatuhi, yaitu asas pengutipan.
Prinsip pengutipan adalah asas yang mengatur bagaimana caranya mewujudkan dasar
moral bahwa kita mengakui sekaligus menghormati gagasan milik orang lain (Wiradi, 1996:
1118).

1.2 Teknik Pengutipan


1.2.1 Kutipan Langsung
Kutipan langsung (KL) adalah kutipan yang dilakukan dengan mengangkat kata, katakata, frase, kalimat atau paragraf (sebagian atau seluruhnya), secara tepat sama seperti
yang tertulis dalam teks aslinya ke dalam teks karya sendiri. Tujuan KL ada dua, pertama,
memeperkenalkan sesuatu yang baru. Dapat berupa istilah baru, konsep baru, gagasan
baru, dan sebagainya. Dikarenakan bersifat baru, agar tidak disalahtafsirkan, aslinya dikutip
langsung. Kedua, memberi tekanan (untuk diberi perhatian) pada suatu yang khas dari
urang lain. Walaupun bukan hal yang baru, kalau mengandung cirri khas, kekhasan tersebut
diperkenalkan sesuai dengan aslinya (Wiradi, 1996: 2528).
Tata cara mengutip langsung mencakup syarat-syarat sebagai berikut.
1. Sumbernya harus disebutkan (dengan cara yang dibenarkan)

2. Prinsipnya, apa saja yang dikutip, harus tepat sama dengan teks aslinya, termasuk
segenap tanda bacanya.
3. Apabila ada yang dihilangkan misalnya kata atau anak kalimat, harus diberi tanda
selang ()
4. Apabila ada yang diganti atau ada kosakata sendiri yang ditambahkan, harus diberi
tanda (cetak miring, garis bawah, dll.), untuk membedakan mana yang asli dan mana
yang tambahan atau pengganti dan harus diberi catatan mengenai tanda itu.
Catatannya bias berupa catatan kaki, atau dengan cara lain.
Contoh:
ketika (si A, 1978:32. Garis bawah dari penulis-GWR).
Contoh di atas menandakan bahwa kata ketika adalah asli, tetapi dalam teks aslinya
tidak digarisbawahi. Apabila kata ketika merupakan tambahan daru kita sendiri maka
bunyi catatan menjadi sedikit berbeda
ketika(si A, 1978:32. Kata yang diberi garis bawah, dari penulisGWR).
5. Apabila dalam teks asli ada kata atau kata-kata yang kita yakini salah, tetapi kita
ingin mengutip sesuai dengan aslinya, maka tepat di belakang kata tersebut harus
diberi tanda kurung (persegi). Di dalamnya dimuat keterangan kata sic!
Contoh:
Prinsip penata menyangkut masalah nona-nona [sic!] yang mengatur
kelakuan manusiadst (si A 19 halaman)

Pada contoh tersebut dengan melihat konteksnya, kita yakin bahwa kata nona-nona
itu tentu salah dan kita duga yang dimaksud adalah norma-norma. Namun, untuk tidak
menutup kemungkinan bahwa dugaan itu pun salah, kata tersebut kita biarkan sesuai
dengan aslinya. Tanda [sic!] lebih efisien daripada catatan kaki yang panjang, untuk
menerangkan dan menekankan bahwa kata itu salah. Namun, , sekalipun sudah dipakai
ntanda tersebut, kalau masih diperlukan penjelasan harus disertai cartatan kaki.

6. Apabila sesuatu itu sudah menjadi kutipan orang lain maka tidak dibenarkan
mengutipnya begitu saja seolah-olah kita memang membaca sendiri sumber aslinya.
Kita garus memperlakukan karya terakhir yang memang kita baca itulah sebagai
sumber acuan, tapi tetap mencantumkan nama pemilik gagasan asli.
Contoh:
(si A 1970, seperti dikutip si B 1984:15)
Jadi, secara jujur kita harus mengakui bahwa yang dibaca adalah karya si B, 1984,
sekaligus juga mengakui bahwa gagasan yang kita pinjam adalah milik si A.
1.2.2 Kutipan Taklangsung
Biasanya KTL menyajikan gagasan orang lain dengan cara menyatakan kembali
gagasan tersebut dalam kalimat-kalimat yang dirumuskan sendiri. Sumber kutipan tetap
disebutkan, tetapi tidak usah menggunakan tanda kutip bagi isi kutipan tersebut. Terdapat
tiga jenis kitipan tidak langsung, yaitu:
(1) Menyajikan gagasan atau argumentasi orang lain secara utuh, sekalipun itu terdiri
dari alinea panjang, dengan maksud agar komponen, butir-butir pokok, struktur,
dan alur pikiran asli tidak ada yang hilang. Sementara bila menggunakan KL,
dianggap

mengganggu

kelancaran

teks.

Jadi,

di

sini

masalah

keutuhan,

kelengkapan, dan alur gagasan menjadi tekanan. Sebut saja jenis ini KTL utuh.
(2) Memotong-motong gagasan asli, yaitu hanya mengambil butir-butir pokok yang
dianggap penting, dirangkai mengikuti alur asli. Butir-butir pokok yang dipinjam
tetap harus dinyatakan dengan rumusan sendiri. Alur asli dipertahankan, tapi
keutuhan dan kelengkapannya diabaikan. Tujuannya, menghindari KTL yang
panjang. Sebut saja jenis ini dengan KTL potongan.
(3) Menyadur.

Ini

semacam

meringkas,

tetapi

di

sini

dengan

sadar

orang

memasukkan atau mengintegrasikan pikiran sendiri. Jadi, isi gagasan yang dikutip
sudah tidak murni lagi karena telah dirangkai melalui alur dan rumusan kalimat
yang berbeda. Walaupun demikian, menyadur masih tetap dianggap sebagai
kutipan. Dengan demikian, tetap harus dicantumkan sumbernya. Sebut saja jenis
ini KTL saduran (op.cit. 2830).
1.2.3 Membuat Parafase
Pertama-tama perlu dipahami dulu pengertian berikut ini. Merumuskan kembali
pernyataan orang lain dengan kalimat sendiri disebut membuat parafrase. Ternyata,
membuat parafrase itu tidak sederhana. Pembuatan parafrase justru menuntut keterampilan
berbahasa yang sangat luar biasa dan ketekunan serta kesabaran yang sangat luar biasa

pula. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi ketika akan menyusun parafrase, yaitu:
Pertama, harus mengikuti alur pikiran si penulis asli dari sumber yang kita baca: kalimat
demi kalimat, ide demi ide, tetapi dengan kata-kata dan kalimat kita sendiri. Ide sekecil apa
pun harus tercermin, takboleh hilang. Apabila ternyata alurnya terjungkir balik dengan yang
asli, bukanlah parafrase. Demikian juga bila hanya mengganti kata-katanya dengan
sinonimnya, tetapi susunan kalimatnya masih sama, itu juga bukan parafrase. Kedua, kalau
karena satu dan lain hal kita terpaksa takterelakkan menggunakan kata atau frase dari
sumber aslinya maka kata atau frase tersebut harus diberi tanda kutip. Implikasinya, jika
hanya sekadar memindahkan kata-kata atau frase asli agar kelihatan seperti struktur
kalimat baru rumusan sendiri, tetapi kata-kata dan frase asli tersebut tidak diberi tanda
kutip, maka hal ini masih tetap dianggap plagiat. Jadi, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa parafrase itu dianggap benar apabila alurnya asli, tetapi kata-kata dan susunan
kalimatnya berbeda (op.cit. 30).

2. Tata Cara Pengutipan dan Penulisan Kepustakaan di Universitas Padjadjaran


2.1 Tata Cara Penulisan Kutipan
1. Kutipan langsung (bisa dalam bahasa aslinya atau terjemahannya), yang terdiri atas
tidak lebih dari tiga baris, dapat dimasukkan ke dalam teks dengan jarak tetap dua
spasi, diikuti dengan nama penulis, tahun,dan halaman)
2. Kutipan langsung (bisa dalam bahasa aslinya atau terjemahannya), yang terdiri atas
empat baris atau lebih , diketik terpisah dari teks, dengan jarak satu spasi dan
menjorok masuk lima ketukan dari marjin kiri teks, diikuti nama penulis, tahun, dan
halaman.
3. Jarak antarbaris teks dengan kutipan langsung tersebut pada butir (2) di atas, dan
jarak antara baris kutipan langsung itu dengan baris awal teks berikutnya adalah dua
spasi.
4. Penggunaan gagasan atau pemikiran seorang penulis buku, artikel, dan sebagainya,
walaupun disusun dengan menggunakan kata-kata sendiri, harus mencantumkan
namanya (apabila perlu, dapat pula dicantumkan judul karya tulisnya) dan tahun
buku/artikel itu ditulis, sesuai dengan kebiasaan penulis pada setiap disiplin ilmu).
5. Beberapa program studi tidak memperbolehkan dilakukannya pengutipan secara
langsung maupun penggunaan catatan kaki (foot note)
Contoh kutipan:

..tingkah laku agresif yang secara potensial berbahaya atau merugikan, yang
dilakukan untuk tujuan yang dianggap layak oleh kebudayaan (Sears dkk., 1965 : 113),
dalam kendali orang lain (Sears dkk., 1965 : 112). Secara singkat , agresi
atau
Gefland dan Hartmann mengemukakan:
Berdasarkan orientasi belajar sosial, keduanya menyangsikan definisi
definisi

altrulisme

yang

tidak

memasukkan

kemungkinan

penguatan

(reinforcement) dari luar, dan mereka menyarankan untuk menghapus


ciri-ciri yang tidak dapat diobservasi (dalam Eisenberg, 1982 : 168).
atau
Meskipun definisi dan pengertian yang berbeda beda, kebanyakan ahli sepakat
bahwa tingkah laku altruitis pada manusia adalah tindakan sukarela dengan tujuan untuk
kepentingan orang lain, dan lebih merupakan tujuan tingkah laku itu sendiri daripada alat
untuk mendapatkan ganjaran dari luar (Bartal, 1976; Mussen dan Eisenberg Berg, 1977;
Staub, 1979).
2.2 Tata Cara Penulisan Kepustakaan dan Daftar Pustaka
Pencantuman kepustakaan harus benar-benar sempurna karena daftar pustaka
merupakan tanggung jawab sepenuhmya penulis makalah, tugas akhir, atau skripsi. Daftar
pustaka yang baik harus:
-

Memuat semua pustaka yang (hanya) digunakan di dalam manuskrip/naskah karya


ilmiah

Ditulis dengan lengkap dan berurutan alfabetis sehingga pembaca yang ingin
menelusuri pustaka aslinya akan dapat melakukannya dengan mudah;

Mencantumkan hanya pustaka yang telah diterbitkan;

Menggunakan sistem penulisan nama penulis artikel yang berlaku internasional


(nama belakang sebagai entry), terlepas apakah nama penulis artikel merupakan
nama marga atau bukan.
Secara umum pengetikan buku, jurnal, dan artikel yang digunakan sebagai bahan

referensi, dilakukan seperti di bawah ini:


a. Jarak antarspasi yang digunakan untuk pengetikan daftar pustaka adalah satu
spasi.

b. Baris kedua tiap buku (jurnal, artikel lain) referensi diketik menjorok ke dalam lima
ketukan.mesin tik atau 1 tab dengan keyboard komputer.
c. Urutan pengetikan adalah sebagai berikut.
Nama penulis, baik penulis Indonesia maupun bukan Indonesia, dimulai dengan nama
belakang (diketik lengkap), diikuti nama depan (diketik singkatannya), diakhiri dengan tanda
(.);
- Tahun terbit, diakhiri dengan tanda titik (.);
- Judul buku, semua huruf awalnya kapital kecuali kata sambung atau kata depan
ditulis dengan huruf kecil, sedangkan judul artikel dari jurnal hanya huruf awal kata
pertama dan nama diri saja yang dimulai dengan huruf kapital. Beberapa bidang ilmu
mengharuskan judul untuk dicetak miring atau diberi garis bawah, tetapi ada juga
yang tidak menganut penulisan miring atau penggarisbawahan. Penulisan diakhiri
dengan tanda titik(.).
- Kota tempat penerbit atau negara bagian tempat penerbit (yang

didahului

dengan kota tempat penerbit), diakhiri dengan tanda titik dua (:};dan
- Nama penerbit, diakhiri dengan tanda titik (.).
Masing-masing dengan jarak dua ketukan, kecuali kota tempat penerbit berjarak satu
ketukan.
d. Apabila dua referensi atau lebih digunakan, sedangkan nama penulisnya )atau
penulis-penulis) sama, nama penulis pada referensi kedua (dan selanjutnya) tidak
ditulis lagi,. nama penulis diganti dengan garis bawah sebanyak tujuh ketukan.
e. penulisan dua referensi yang nama penulis dan tahunnya sama, digunakan
penanda a, b, c, dan seterusnya.
Contoh:
Rasyid, Abdul. 1999a. Sufi dan Perkembangannya Masa Kini. Bandung:
Bintang Grafika
___________. 1999b. Bagaimana Anda Menjadi Sufi yang Baik? Bandung:
Bintang Grafika
Contoh penulisan pustaka di dalam teks:
-

Dua penulis : Rasyid dan Rahman (2002) atau ( Rasyid dan Rahman), 2002);
Tiga penulis atau lebih : Aldrich, et al. (1997) atau (Aldrich, et al., 1997).

Gunakan et al, untuk pustaka berbahasa asing dan gunakan dkk., untuk pustaka
berbahasa Indonesia. Untuk penulis dua author pengarang gunakan kata and, jika
pustakanya berbahasa asing (agar pembaca tahu bahwa kepustakaan tersebut
berbahasa asing) dan jika berbahasa Indonesia, gunakan kata dan)

Contoh penulisan Daftar Pustaka :


- Buku : Judul buku semua huruf awalnya kapital kecuali kata depan, kata tugas, dan kata
penghubung.
Contoh:
Widagdo, K.S.2004. Sistem Pemerintahan di Indonesia pada Era Reformasi. Bandung:
Grafika Utama Jaya
- Bab dari satu buku/artikel.

Contoh:
Yahya, A.2005. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Marjinal hlm. 124 dalam
Pembangunan Mikro
Ekonomi Masyarakat. Bandung: Pustaka Aghnia
-

Artikel jurnal/majalah: Penyingkatan nama jurnal mengikuti anjuran dari jurnal


yang disitir.

Contoh:
Wahyuningtyas, S. 2002. Sifat-sifat Genetik Tanaman Jagung (Zea mays) asal Sumatera
Barat.
J. Agrikultura 12: 54---60.
Pustaka yang diakses dari internet
a. Versi Elektronik
Contoh:
Delate, K.C.A. Cambardella, and D.I. Karlen. 2002. Transition Strategies for post-CRP
Certified Organic Grain Production. (Online). Crop Management doi: 10:1094/CM
-20020828-01-RS. Available at: http://www.cropmanagementnetwork.org. (diakses
15 Januari 2003).
b. Dari CD-Rom
Contoh:
Agronomy Journal, Volumes 1722, 19251930 [CD-ROM computer file]. ASA
Madison, WI and Natl. Agric.Libr. Madison, WI (Nov.1994)

3. Teknik Pengetikan
3.1 Bahan yang Digunakan

1. Kertas yang digunakan untuk mengetik, misalnya, skripsi adalah kertas HVS 80 gram
ukuran kuarto (21,5 cm x 28 cm) warna putih.
2. Untuk sampul luar (kulit luar) ditetapkan sampul keras (hard cover). Bahan yang
digunakan adalah karton buffalo atau linen, dengan warna dasar sesuai dengan
warna yang ditetapkan oleh fakultas masing-masing.
3. Tiap bab diberi pembatas dengan kertas dorslag (doorslag), dengan warna kuning
muda.
3.2 Lay-out (tata letak)
Tata letak kertas, untuk pengetikan naskah skripsi dengan mesin tik manual, mesin
tik listrik, atau dengan menggunakan word processor (komputer) adalah sebagai berikut.
-

Marjin
Marjin
Marjin
Marjin

atas
kiri
bawah
kanan

: 3 cm dari tepi kertas


: 4 cm dari tepi kertas
: 3 cm dari tepi kertas
: 3 cm dari tepi kertas

3.3 Cara Pengetikan


1. Pengetikan hanya dilakukan pada satu muka kertas, tidak bolak-balik.
2. Pengetikan dapat dilakukan dengan mesin tik manual, mesin tik elektronik, atau
komputer.
3. Jenis huruf yang digunakan adalah jenis huruf standar, yaitu Times New Roman, Arial,
Arial Narrow, Book Antiqua, Tahoma, atau Courier New.
4. Ukuran huruf yang digunakan harus standar, yaitu pica untuk mesin tik, atau ukuran
12 untuk komputer.
5. Pita atau tinta pada komputer, yang digunakan berwarna hitam.
6. Apabila menggunakan komputer, pencetakannya harus dengan kualitas yang baik
(letter quality atau near letter quality)

7. Perbanyakan hasil ketikan, atau print out komputer, dilakukan dengan fotokopi
sejumlah yang ditetapkan fakultas masing-masing. Bahan yang digunakan adalah
fotokopi ukuran kuarto.

Anda mungkin juga menyukai