Anda di halaman 1dari 15

PERTEMUAN 10

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA


PEREFERENSIAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

Bacalah paragraf berikut dan diskusikanlah dengan teman Anda pertanyaan-pertanyaan di


bawah!

Pentingnya kesadaran berliterasi sangat 1. Ketika Anda menulis suatu


mendukung keberhasilan seseorang dalam makalah atau karya tulis ilmiah
menangani berbagai persoalan. Melalui kemampuan yang lain, apakah Anda hanya
literasi, seseorang tidak saja memperoleh ilmu menulis pendapat Anda saja?
pengetahuan, tetapi juga bisa mendokumentasikan Ataukah Anda mengutip
sepenggal pengalaman yang menjadi rujukan di masa pendapat orang lain dari suatu
yang akan datang. Hal ini sejalan dengan sebuah sumber tertentu seperti pada
tulisan di surat kabar Kompas (edisi 1 Juni 2016) contoh di samping?
yang menyinggung baca tulis termasuk kemampuan 2. Apa tujuan mengutip pendapat
strategis yang harus dimiliki bila ingin menjadi orang lain dari suatu sember
bangsa yang maju. tertentu?
Irianto, Putri Oviolanda & Febrianti, Lifia Yola. 3. Bagaimana etika mengutip
(2017). Pentingnya Penguasaan Literasi bagi pendapat orang lain? Apakah ada
Generasi Muda dalam Menghadapi MEA. ELIC: aturannya?
640-647.

Definisi Mengutip
Penulisan karya ilmiah tidak lepas dari aktivitas mengutip atau membuat sitasi. Hal ini
tertulis dalam KBBI V (2016) bahwa “kutipan” dalam bidang linguistik berarti
pengambilalihan satu kalimat atau lebih dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau
memperkokoh argumen dalam tulisan sendiri. Hal tersebut juga dikatakan oleh Nurhadi
(2017) bahwa mengutip adalah mengambil pendapat orang lain untuk mendukung gagasan
penulis. Berdasarkan kedua pendapat tersebut jelas bahwa penulisan karya ilmiah tidak lepas
dari aktivitas mengutip karena pendapat orang lain yang kita kutip berfungsi untuk
memperkuat atau menjadi bukti atas gagasan yang kita tulis.
“Mengutip” tidak sekadar didefinisikan mengambil pendapat orang lain. Kata “orang
lain” lebih dipertegas oleh Andarwulan et al (2019) yang mengatakan bahwa mengutip adalah
kegiatan meminjam atau mengambil pendapat para ahli dari berbagai sumber tertentu. Kita
bisa mengutip secara langsung ataupun tidak langsung dengan tetap mencantumkan sumber
kutipan sesuai aturan pengutipan. Berdasarkan pendapat tersebut, kita bisa mengatakan
bahwa mengutip adalah kegiatan mengambil satu kalimat atau lebih pendapat ahli dari

1
berbagai sumber, baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan memperhatikan aturan
pengutipan.

Teknik Mengutip
Seperti yang dikatakan di awal, pendapat ahli yang kita kutip berfungsi untuk
memperkuat gagasan yang kita tulis. Menurut Andarwulan et al (2019) pendapat para ahli
juga bisa menjadi sumber rujukan sebagai landasan teori. Selain itu, kita juga bisa
membandingkan pendapat beberapa ahli. Semua itu ada tekniknya atau cara penulisannya.
Berikut teknik-teknik mengutip.

1. Menyusun Kutipan dengan Teknik Kolaborasi


Menyusun kutipan dengan teknik ini dilakukan dengan mengambil beberapa sumber
yang saling berkaitan dan saling mendukung untuk memperkuat gagasan penulis atau
menjadikan sumber rujukan sebagai landasan teori. Berikut pola penyusunannya:

Gagasan penulis .............................................................................................................


Hal ini sejalan dengan pendapat A (2017).......................................................................
B (2018) juga berpendapat..............................................................................................
Hal ini pernah ditegaskan oleh C (2018)..........................................................................

Menurut A (2017)..............................................................................................................
Sementara itu, B (2018) juga berpendapat.........................................................................
Demikian pula dengan C (2018) yang menyatakan bahwa...............................................
Kesimpulan/gagasan penulis terhadap pendapat A, B,C.............................................................
....................................................................................................................................

2. Menyusun Kutipan dengan Teknik Komparasi/Membandingkan


Menyusun kutipan dengan teknik ini dilakukan dengan membandingkan dua atau lebih
pendapat yang bertentangan untuk menguatkan gagasan yang kontroversial. Namun,
penulis memiliki argumen tersendiri yang mengarah pada salah satu pendapat.

Gagasan penulis.................................................................................................................
A (2017) berpendapat bahwa............................................................................................
Hal ini bertentangan dengan B (2018) yang menyatakan bahwa.....................................
.......................................................................................................................................
Akan tetapi,........................ (gagasan penulis tentang keberpihakan disertai argumen dan data)

2
3. Menyusun Kutipan dengan Interpretasi
Menyusun kutipan dengan teknik ini dilakukan dengan mengkritik, menguraikan, atau
membahas sebuah gagasan untuk diperkuat. Setelah itu, penulis dapat menyimpulkan
hasil uraian atau bahasannya. Kesimpulan inilah yang digunakan untuk menguatkan
gagasan.

Menurut pendapat A (2018)............................................................................................


Hal itu merupakan................................................(uraian, kritik, atau analisis penulis).
Kesimpulan penulis.....................................................................................................................
.....................................................................................................................................

Jenis-Jenis Kutipan
Kutipan Langsung
Ada dua jenis kutipan, yaitu kutipan langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung
adalah kutipan yang bersumber dari rujukan asli tanpa mengalami proses perubahan
sama sekali. Jadi, sebagai pengutip, kita tidak mengubah informasi yang kita kutip.
Seperti yang dikatakan oleh Sumarwati (2015) ketika kita mengutip secara
langsung, kita meminjam pendapat ahli dengan mengambil secara lengkap kata dan
kalimat dari teks aslli. Kutipan jenis ini dilakukan jika (1) tidak mungkin
melakukan parafrasa karena yang diungkapkan pengarang asli sudah cukup jelas.
(2) untuk mengungkapkan teori atau rumus ilmiah. (3) mengungkapkan ayat kitab
suci. (4) akan menimbulkan penafsiran berbeda jika menggunakan bahasa sendiri,
misalnya UU. (5) ingin mengomentari gagasan, ide penulis lain sehingga kita perlu
mengutip secara langsung (Materi Palgiarisme dan Sitasi, Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma).

Kutipan langsung dibagi lagi menjadi kutipan langsung pendek (tidak lebih dari empat
baris) dan kutipan langsung panjang (lebih dari empat baris). Berikut aturan penulisannya:

1. Kutipan Langsung Pendek (Tidak lebih dari empat baris)


- Kutipan ditulis serangkai atau menyatu dengan teks yang mengikutinya.
- Kutipan diapit oleh tanda petik di awal dan di akhir penulisan (“...”).
- Identitas pengarang, tahun terbit, dan halaman dapat diletakkan di awal atau akhir
kutipan.

3
Contoh:
Nama pengarang disebut di awal kutipan
Sucipto (1990:123) menjelaskan “dalam memperlancar proses pembangunan di wilayah
perdesaan diperlukan partisipasi tokoh masyarakat, warga masyarakat, dan aparat
pemerintah desa.”

Nama pengarang disebut di akhir kutipan


Sesuai dengan uraian di atas, dijelaskan “dalam memperlancar proses pembangunan di
wilayah perdesaan diperlukan partisipasi tokoh masyarakat, warga masyarakat, dan aparat
pemerintah desa” (Sucipto, 1990:123).

Di dalam kutipan terdapat tanda kutip


Dalam penjelasannya, Dardjowidjoyo (1992:4) menjelaskan “Kota Leiden di negeri
Belanda merupakan ‘kota suci’ berkembangnya pengajaran bahasa Indonesia untuk
penutur asing.”

2. Kutipan Langsung Panjang (Lebih dari empat baris)


- Kutipan ditulis terpisah dari teks yang mengikutinya.
- Kutipan ditulis dengan spasi satu.
- Dimulai setelah ketukan ke-5 dari garis tepi sebelah kiri.
- Identitas pengarang, tahun terbit dan pengarang ditulis sama seperti pada kutipan
langsung yang pendek.
- Untuk nama pengarang, baik dalam kutipan lagsung maupun tidak langsung, nama
pengarang biasanya nama terakhir dari nama pengarang (Satata, 2019).

Contoh:
Brookhart (2010:129) mengatakan:

A particularly interesting kind of creativity occurs when students define problems


in new ways. In popular jargon, this is called “thinking outside the box”. It is
valued in school and in life, and it’s one of the methods by which civilization
advances. Creative problem solving involves identifying a problem with fresh
eyes. The poblem may end up being about something completely different than
originally thought. Solving the “new” problem solves the old one, too.

Ketika mengutip langsung, terkadang kita bertanya-tanya apakah bisa pengutip


menambah garis bawah atau apakah bisa mengoreksi jika ada kesalahan penulisan dalam
pendapat yang dikutip. Berkaitan dengan pertanyaan tersebut, menurut Sumarwati (2015)
ada tiga hal yang harus diperhatikan ketika mengutip langsung, yaitu:
4
a. Jika pengutip ingin melakukan perubahan, pengutip harus memberi keterangan
jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu.
b. Jika pengutip ingin melakukan koreksi, koreksi bisa diletakkan sebagai catatan
kaki. Selain menuliskannya sebagai catatan kaki, pengutip juga bisa
menggunakan tanda [Sic!].
[Sic!]  Seperti Pada Aslinya, digunakan untuk menunjukkan bahwa kesalahan
terdapat pada naskah asli.

Dalam pengutipan langsung, apapun yang terdapat dalam teks harus ditulis apa
adanya, meskipun terdapat kesalahan. Agar tidak terjadi kesalahpahaman,
ditandai dengan kurung siku berisi tulisan sic! Contoh:

- Indonesia berasil [sic!] meraih emas.


- Setiap hari orang itu pergi keperpustakaan [sic!].

c. Jika pengutip ingin menghilangkan atau memotong kutipan, pengutip bisa


menggunakan tiga titik berspasi [...]. Jika unsur yang dihilangkan ada pada akhir
kalimat, ketiga titik berspasi ditambahkan setelah titik yang mengakhiri kalimat.
Jika yang dihilangkan satu atau lebih dari satu paragraf, bukan tiga titik lagi,
melainkan dengan titik-titik berspasi sepanjang satu baris halaman.

Kutipan tidak Langsung


Kebalikan dari kutipan langsung, pada kutipan tidak langsung, kita hanya mengambil
inti sarinya saja. Seperti yang dikatakan oleh Sumarwati (2015) ketika mengutip secara tidak
langsung, pengutip meminjam pendapat ahli dengan cara mengambil inti sarinya saja. Berikut cara
pengutipannya:
- Gagasan yang dikutip diintegrasikan dengan teks.
- Ditulis tanpa tanda kutip.
- Nama pengarang dari sumber kutipan dapat ditulis di awal/di akhir kutipan. Nama
pengarang biasanya nama terakhir yang ditulis (Satata, 2019).
- Nomor halaman kutipan tidak harus disebutkan (Suyitno, 2013).

Contoh:
5
Nama pengarang disebut di awal kutipan
Sarina (1990) mengemukakan bahwa tidak semua pengajar BIPA di Indonesia memiliki
pendidikan dan pengalaman dalam mengajarkan BIPA.

Nama pengarang disebutkan di akhir kutipan


Sejalan dengan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa tidak semua pengajar BIPA di
Malang memiliki pendidikan dan pengalaman dalam mengajarkan BIPA (Sarina, 1990).

Berbeda dengan kutipan langsung di mana kita menulis apa adanya dari sumber yang
kita rujuk. Dalam kutipan tidak langsung, kita bisa mengutip dengan cara menyadur (Satata,
2019). Dalam KBBI V (2016), menyadur adalah menyusun kembali cerita secara bebas tanpa
merusak garis besar cerita. Menurut Widjono dalam Satata (2019), menyadur bisa dilakukan
dengan cara meringkas. Meringkas adalah menyajikan karangan atau bagian karangan dalam
bentuk ringkas atau lebih ringkas dari teks asli.
Menurut Andarwulan, et al (2019), membuat kutipan tidak langsung bisa dilakukan
dengan :
1. menggunakan kata sinonim pada semua kata yang tidak umum digunakan dalam
karangan asli.
2. Mengubah struktur kalimat.
3. Mengubah tekanan kalimat dari aktif menjadi pasif atau sebaliknya.
4. Mengurangi anak-anak kalimat yang tidak perlu untuk diuraikan atau dimaknakan
kembali oleh pengutip.
5. Membuat kesimpulan dari teks yang dikutip.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat memilih akan menggunakan kutipan
langsung atau tidak langsung. Jika kita mengutip secara langsung, kita juga harus
memperhatikan panjang kutipan kita. Jika lebih dari empat baris, maka yang kita gunakan
adalah kutipan langsung panjang. Jika kita ingin mengutip secara tidak langsung, kita tidak
menulis ulang dari sumber rujukan. Namun, kita bisa meringkas dari sumber yang kita rujuk,
atau menggunakan kata sinonim, atau mengurangi anak kalimat yang tidak diperlukan, dan
sebagainya. Selain itu, yang tidak boleh terlupakan adalah menulis (1) menulis nama
belakang pengarang atau ahli yang kita kutip kalimatnya, (2) setiap sumber kutipan harus
dicantumkan dalam daftar pustaka, (3) jika pengarang ada dua orang, ditulis semua. Tiga
orang atau lebih bisa disingkat et all atau dkk., (4) kutipan dapat bersumber dari ucapan lisan
asalkan ada pengesahan dari penuturnya, (5) kutipan dapat diperjelas sumber rujukannya
dalam bentuk catatan kaki dan daftar pustaka.

6
Gaya Mengutip
Gaya mengutip berkaitan dengan model yang dipilih untuk menuliskan sumber kutipan.
Ada beberapa gaya mengutip. Dalam Buku Ajar Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia
(Ristekdikti, 2016) dikatakan bahwa gaya mengutip yang umum digunakan secara
internasional adalah gaya mengutip model APA (American Psychological Association) dan
Harvard Reference Style. Begitu juga menurut Andarwulan et al (2019), gaya mengutip yang
umum digunakan adalah APA, Harvard, dan Vancouver. Andarwulan juga menambahkan
adanya gaya selingkung, yaitu gaya yang disepakati oleh selingkungan lembaga atau instansi
tertentu. Gaya selingkung universitas satu dengan yang lain bisa berbeda. Semua tergantung
kesepakatan selingkungan lembaga. Namun, yang umum digunakan adalah APA dan
Harvard. Berikut perbedaan gaya mengutip model APA, Harvard, dan Vancouver.
1. Gaya Mengutip Model APA
Gaya mengutip model APA biasa digunakan di bidang sosial, psikologi, dan
pendidikan. Model ini berformat penulis-tanggal/author-date. Selain APA, model yang
menggunakan format author-date adalah model Harvard. Istiana (2013) memberikan
contoh membuat kutipan dengan model APA.
a. Awal kalimat
Widodo (2006) mengemukakan bahwa pemerintah lokal merupakan pemerintahan
yang didekatkan dengan rakyat.
b. Tengah kalimat
Setelah mencermati keadaan di lapangan, Widodo (2007) menyatakan bahwa
pengelolaan kepentingan publik bisa dilakukan pemerintah dan masyarakat.
c. Akhir kalimat
Stereotype merupakan pandangan umum suatu kelompok tentang kelompok lain
(Iskan, 2007).
d. Jumlah pengarang banyak
- Menurut Noviyanti dan Kusudaryati (2018) sarapan pagi merupakan faktor
yang mempengaruhi konsentrasi belajar anak di sekolah.
- Bahasa Indonesia ragam ilmiah lebih sering dihadapkan dalam kegiatan
penulisan karya ilmiah, seperti artikel, proposal, makalah, skripsi, tesis, dan
disertasi (Andarwulan et al, 2019).
e. Mengutip dari sumber kedua

7
Menurut McClelland (dikutip dalam Thoha, 2005), seseorang dianggap mempunyai
motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan
pekerjaannya dengan lebih baik.

2. Gaya Mengutip Model Harvard


Seperti yang dikatakan di atas bahwa gaya mengutip model Harvard berformat penulis-
tanggal/author-date. Hal tersebut juga dikatakan oleh Andarwulan et al (2019) bahwa
gaya penulisan Harvard merupakan gaya penulisan berdasarkan penulis-
tanggal/author-date style. Jika ada dua nama penulis dalam satu karya, kedua nama
penulis tersebut ditulis semua. Jika lebih dari itu, nama penulis pertama dan diikuti oleh
“et al”.

3. Gaya Mengutip Model Vancouver


Gaya mengutip model Vancouver lebih sering digunakan di jurnal kedokteran
(Andarwulan et al, 2019). Hal ini dikarenakan penulisan model ini tidak terlalu banyak
makan tempat. Penulisannya hanya menggunakan nomor tanpa nama dan tahun.
Berikut contohnya:

Metode pengobatan penyakit ini sebaiknya menggunakan kombinasi bedah dan


medikamentosa.1

→ Nomor ditulis di sebalah kanan koma atau titik. Nomor rujukan dapat ditulis
superscript atau dalam kurung. Nomor rujukan yang ada di dalam karya tulis tersebut
harus sama dengan urutan penulis yang ada dalam daftar pustaka. Tidak perlu
mengurutkan tahun publikasi tulisan dan nama tidak diurutkan berdasarkan alfabetis.

Kita bisa menulis sumber kutipan secara manual pada karya tulis kita sesuai gaya
penulisan yang kita pakai. Namun, kita juga bisa mengunduh software Mendeley atau
menggunakan fitur di Microsoft Word. Meskipun kita bisa menulis sumber kutipan dan daftar
pustaka dengan praktis, ada baiknya kita tetap mengecek ketepatan penulisannya. Berikut
langkah-langkah menulis sumber kutipan melalui fitur di Microsoft Word.
1. Masuk pada Reference.
2. Pilih dan ganti fitur Style sesuai dengan gaya yang diinginkan (APA, Chicago, MLA,
Turabian, dll).

8
3. Pilih fitur Insert Citation, kemudian Add New Source untuk memasukkan data sumber
kutipan.
4. Pilih fitur Type of Source sesuai dengan jenis sumber yang dikutip (buku, jurnal, web
site, dsb.)

5. Isi kolom nama penulis, judul, tahun, penerbit, kota, dan seterusnya, kemudian tekan
ok.
6. Untuk memasukkan sumber kutipan pada daftar pustaka pilih fitur Bibliography, lalu
tekan Bibliography atau Works Cited sesuai dengan data yang telah dimasukkan.

9
7. Jika ada penambahan sitasi dan ingin menambahkan pada daftar pustaka dapat
dilakukan pada update bibliography.

Daftar Pustaka/Bibliografi
Selain cara penulisan kutipan, hal yang harus kita perhatikan adalah penulisan daftar
pustaka. Yang menjadi sumber kutipan akan dituliskan dalam daftar pustaka. Hal tersebut
sesuai definisi daftar pustaka, yaitu daftar yang berisi buku, penelitian, artikel atau bahan
lainnya yang dikutip, baik secara langsung maupun tidak langsung (Suyitno, 2012). Hal-hal
yang harus diperhatikan ketika menulis daftar pustaka, yaitu:
1. Daftar pustaka diletakkan di bagian akhir karya tulis pada halaman tersendiri.
2. Daftar pustaka tidak diberi nomor urut.
3. Nama penulis diurutkan secara alfabetis setelah nama dibalik.
4. Jarak antarsumber bacaan yang satu dengan yang lain ditulis dengan jarak dua spasi.
5. Jarak dalam butir pustaka satu spasi.
6. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap sumber
harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketukan.
7. Urutan: Nama pengarang dibalik. Tahun terbit. Judul. Kota terbit: Penerbit.
8. Penulisannya mengikuti salah satu model tertentu dan konsisten dari awal sampai
akhir dengan model yang sama.

Sama halnya dengan penulisan kutipan, penulisan daftar pustaka juga mengikuti gaya
penulisan model APA/ Harvard/Vancouver, dll. Kita memilih salah satu model sesuai gaya
selingkung lembaga/instansi/universitas tempat kita belajar. Ketika kita mengirimkan karya
tulis ilmiah ke salah satu jurnal ilmiah, kita juga harus mengikuti gaya selingkung yang
digunakan oleh jurnal ilmiah tersebut. Dalam Buku Ajar Mata Kuliah Umum Bahasa
10
Indonesia (Ristekdikti, 2016) dikatakan bahwa model penulisan daftar pustaka yang diikuti
secara internasional pada umumnya adalah APA atau Harvard. Berikut contoh-contoh
penulisan daftar pustaka dengan model APA.

1. Penulisan Daftar Pustaka Model APA


a. Sumber buku
Nama belakang pengarang, nama depan pengarang. (Tahun publikasi). Judul Buku. Kota
terbit: Penerbit.
Contoh satu pengarang:
Munandar, Utami. (1999). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta.

Contoh dua pengarang:


Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. (1986). Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:
Kanisius.

Contoh lebih dari dua pengarang:


Akhadiah, Sabarti., Maidar G. Arjad., & Sakura H. Ridwan. (1999). Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Buku yang tidak diketahui pengarangnya:


The Alternative Medicine Handbook. (1994). New York: Crescent Books.

b. Sumber buku elektronik


Nama belakang pengarang. (tahun). Judul buku. Diakses dari xxx.
Contoh:
Fachruddin, Suaedi. (2015). Penulisan Ilmiah. Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/298787403_Penulisan_Ilmiah

c. Sumber artikel jurnal


Nama belakang pengarang, nama depan pengarang. (Tahun publikasi). Judul Artikel.
Judul Journal, Volume (Nomor), halaman.
Contoh:
Hanafi, A. (1989). Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi. Forum
Penelitian, 1(1): 33-47.

As’ari, A.W., Tjahjoo, E., & Sediono. (2013). Pendekatan Regresi Cox Proporsional
Hazard dalam Penentuan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Lama Studi
Mahasiswa S-1 Matematika di Universitas Airlangga. Jurnal Matematika, 1, 11-18.
11
d. Sumber artikel jurnal online
Nama belakang pengarang. (tahun). Judul artikel. Judul terbitan berkala, nomor volume,
(nomor), nomor halaman. Diakses dari xxx.
Contoh:

Sari, Esti Swatika & Pujiono, Setyawan. (2017). Budaya Literasi di Kalangan Mahasiswa
FBS UNY. LITERA, 16(1), 105-113. Diakses dari
https://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/viewFile/14254/9441

e. Sumber surat kabar/majalah


Nama belakang pengarang, nama depan pengarang. (tahun, tanggal publikasi). Judul
artikel. Judul Surat kabar , nomor halaman xx-xx.
Contoh:
Huda, M. (1991, 13 November). Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos,
hlm.6.

f. Sumber surat kabar/majalah online


Nama belakang pengarang, nama depan pengarang. (tahun, tanggal publikasi). Judul
artikel. Judul Surat kabar. Diakses dari xxx.
Contoh:
Widiarini, Anissa Dea. (2020, 21 Agustus). Ternyata Ini Rahasia Menjaga Kesehatan di
Masa Pandemi. Kompas. Diakses dari
https://lifestyle.kompas.com/read/2020/08/21/182200620/ternyata-ini-rahasia-menjaga-
kesehatan-di-masa-pandemi.

g. Sumber skripsi, tesis, disertasi online


Nama belakang pengarang, nama depan. Judul skripsi/tesis/disertasi.
(Skripsi/Tesis/Disertasi). Sumber akses.
Contoh:
Istiana, P. (2012). Evaluasi Situs Web Perpustakaan Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada. (Tesis). Diakses dari http://etd.ugm.ac.id/.

Plagiarisme dalam Penulisan Karya Ilmiah


Perihal penulisan kutipan dan daftar pustaka penting untuk dipelajari agar kita
terhindar dari plagiarisme. Dalam KBBI V (2016), plagiarisme adalah penjiplakan yang
melanggar hak cipta. Sedangkan plagiat adalah pengambilan karangan (pendapat dan
sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan sendiri. Orang yang

12
melakukan plagiat adalah plagiator. Lindsey (dalam Soelistyo, 2011) juga megemukakan
bahwa plagiarisme adalah tindakan menjiplak ide, gagasan, atau karya orang lain untuk
diakui sebagai karyanya sendiri. Berdasarkan pendapat tersebut, kita dapat mengatakan
bahwa plagiarisme adalah proses mengambil ide atau gagasan atau bagian lain dari karya
orang lain tanpa mencantumkan nama penulis asli sehingga ide atau gagasan tersebut seolah-
olah hasil pemikirannya. Hal tersebut tidak boleh dilakukan karena hasil karya orang lain
perlu kita hargai. Oleh karena itu, kita harus mencantumkan sumber kutipan.
Menurut Soelistyo (2011) ada empat jenis plagiarisme, yaitu:
1. Plagiarisme ide (plagiarism of ideas)
Sesuai dengan namanya, dalam plagiarisme jenis ini penulis menjiplak ide dari suatu karya
tulis. Menurut Sastroasmoro (dalam Materi Plagiarisme dan Sitasi, Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma) plagiarisme jenis ini dikaitkan dengan hasil penelitian
replikatif. Penelitian replikatif merupakan penelitian yang secara garis besar mengulang
penelitian orang lain. Tidak hanya mengulang, tetapi menguji apakah hasil yang
ditemukan berlaku untuk populasi lain. Tindakan yang tidak dibenarkan adalah jika
peneliti tidak menyebutkan secara terus terang bahwa penelitian yang dilakukan tersebut
diilhami atau mengulang penelitian sebelumnya.
2. Plagiarisme kata (word for word plagiarism)
Pada plagiarisme jenis ini, penulis menjiplak kata per kata dari penulis asli. Kata-kata
yang ada dalam suatu karya tulis dipakai sama persis tanpa ada keterangan nama penulis
asli.
3. Plagiarisme sumber (plagiarism of source)
Pada plagiarisme jenis ini, penulis tidak pernah menyebutkan referensi atau sumber secara
lengkap. Jadi, seolah-olah gagasan tersebut adalah hasil pemikirannya sendiri.
4. Plagiarisme kepengarangan (plagiarism of authorship)
Pada jenis ini, plagiarisme terjadi pada keseluruhan karya.
Selain keempat jenis tersebut, ada juga self plagiarism. Plagiarisme ini terjadi jika penulis
menggunakan karya tulisnya untuk dipublikasikan pada lebih dari satu redaksi publikasi.
Artikel ilmiah yang kita publikasikan haruslah artikel ilmiah baru yang belum pernah
diterbitkan.
Apakah ada tindakan-tindakan yang tidak termasuk plagiarisme? Menurut Istiana
(2013) ada empat tindakan yang tidak termasuk plagiarisme, yaitu:

13
1. Menggunakan pengetahuan yang sudah menjadi fakta umum di masyarakat, misalnya
tanggal-tanggal bersejarah, ibu kota suatu negara.
2. Menggunakan peribahasa yang sudah umum dikenal.
3. Memparafrasa kalimat orang lain dengan tetap menyebutkan sumbernya secara jelas.
4. Melakukan kutipan sehingga jelas bagian karya yang dikutip dari karya orang lain dengan
tetap menyebutkan sumbernya secara jelas.
Plagiarisme bisa terjadi karena beberapa hal, yaitu ketidaktahuan penulis tentang
cara menulis kutipan, ketidaktahuan cara menulis daftar pustaka, rasa malas membaca
sehingga ide yang dimiliki seakan terbatas, dan ketidaktahuan sanksi akibat tindakan
plagiarisme. Istiana (2013) juga menambahkan plagiarisme terjadi karena menipisnya
semangat untuk berproses dan lebih berorientasi pada hasil. Padahal sanksi untuk seseorang
yang melakukan plagiarisme cukup berat. Sesuai Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010
(dalam Istiana, 2013) jika seorang mahasiswa terbukti melakukan plagiat, maka mahasiswa
tersebut memperoleh sanksi:
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian sebagai hak mahasiswa
4. Pembatalan nilai
5. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa.
6. Pemberhentian tidak hormat dari status sebagai mahasiswa.
7. Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan.
Saat ini sudah ada beberapa sofware yang bisa mendeteksi apakah ada unsur
plagiarisme dalam suatu karya. Software tersebut adalah Turnitin, Wcopyfind, Viper, dan
Article Checker. Tindakan plagiarisme juga bisa ditanggulangi dengan belajar cara menulis
kutipan dan daftar pustaka.

Pertanyaan refleksi

1. Jika karya Anda dikutip oleh orang lain tanpa mencantumkan nama Anda,
bagaimana perasaan Anda?
2. Selain belajar menulis kutipan dan daftar pustaka, usaha apa yang akan Anda
lakukan untuk menanggulangi plagiarisme?

Daftar Pustaka
Andarwulan, T., et al. (2019). Kreatif Berbahasa Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
14
Brookhart, S. M. (2010). How to Assess Higher-Order Thinking Skills in Your Classroom.
USA: ASCD.
E, Kuntarto. (2017). Penulisan Rujukan Berdasarkan Ketentuan APA Versi 6. Diakses dari
https://repository.unja.ac.id/5905/1/Modul%20MK%20Penelitian%20Kualitatif
%20Penulisan%20Rujukan%20Berdasarkan%20Pedoman%20APA.pdf

Irianto, Putri Oviolanda & Febrianti, Lifia Yola. (2017). Pentingnya Penguasaan Literasi bagi
Generasi Muda dalam Menghadapi MEA. ELIC: 640-647. Diakses dari
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ELIC/article/download/1282/989
Istiana, P. (2013). Membuat Sitasi dan Daftar Pustaka. Workshop Literasi Informasi bagi
Pustakawan (pp. 1-8). Diakses dari
www.researchgate.net/publication/270050381_Membuat_Sitasi_dan_Daftar_Pustaka
Istiana, P. (2013). Perpustakaan dan Plagiarisme. Workshop Literasi Informasi bagi
Pustakawan (pp. 1-15). Diakses dari
www.researchgate.net/publication/270050381_Membuat_Sitasi_dan_Daftar_Pustaka
Nurhadi. (2017). Handbook of Writing: Panduan Lengkap Menulis. Jakarta: Bumi Aksara.

Perbukuan, B. P. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia V (Daring). Jakarta: Kemendikbud.

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma. Materi Plagiarisme dan Sitasi. Yogyakarta:


Universitas Sanata Dharma.

Ristekdikti. (2016). Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri
dan Akademik. Jakarta: Kemenristek Dikti.
Satata, S. (2019). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Mata Kuliah Wajib
Universitas). Jakarta: Mitra Wacana Media.

Soelistyo, H. (2011). Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika. Yogyakarta: Kanisius.

Sumarwati. (2015). Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.

Suyitno, H. I. (2013). Menulis Makalah dan Artikel. Bandung: PT. Refika Aditama.

15

Anda mungkin juga menyukai