Judul Laporan
No percobaan
:1
Nama Praktikan
: Erijon Sihotang
Nama Partner
: 1. Cyntia Panjaitan
2. David Ardyan Manurung
Kelas
: EL-5E
Kelompok
:3
Nama Instruktur
Tanggal Praktek
: 04 November 2014
Tanggal Penyerahan
: 12 Februari 2015
Nilai
DAFTAR ISI
LEMBAR PENILAIAN ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR I .................................................................................... 1
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
Analisa .......................................................................................................................... 11
6.10
Kesimpulan ................................................................................................................... 15
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
Pertanyaan ..................................................................................................................... 20
2.8.
2.9.
Analisa .......................................................................................................................... 21
2.10.
Kesimpulan ............................................................................................................... 22
ii
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
Analisa .......................................................................................................................... 32
3.10.
Kesimpulan ............................................................................................................... 34
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
Analisa .......................................................................................................................... 42
4.10.
Kesimpulan ............................................................................................................... 44
5.2.
iii
5.3.
5.4.
5.5.
5.6.
5.7.
5.8.
5.9.
Analisa .......................................................................................................................... 51
5.10.
Kesimpulan ............................................................................................................... 52
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
Analisa .......................................................................................................................... 64
6.9
Kesimpulan ................................................................................................................... 66
iv
Menentukan karakteristik torsi, M=f(s), yaitu torsi yang disalurkan sebagai fungsi
dari slip.
2.
Stator : merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat
menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
2.
Celah : merupakan celah udara tempat berpindahnya energi dari stator ke rotor.
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
3.
Rotor : merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari
kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor.
2.
Effisiensi () adalah perbandingan daya output (Pout) dan daya input (Pin).
100%
Daya output (Pout) ditentukan oleh pengukuran putaran rotor (N) dan torsi (M).
2 2
60
= 3
Yang mana P adalah hasil perbandingan trafo arus.
Slip (S) dihitung dari kecepatan putar.
1 2
1
Yang mana n adalah kecepatan sinkron, yaitu untuk motor 4 kutub 1500 rpm pada
frekuensi 50Hz.
R = resistor beban TB 40
Y = Saklar star/delta TO 33
Kabel penghubung.
Kontrol Kecepatan
1. Atur tegangan U pada 176 V (80% dari 220 V)
2. Ulangi pengukuran 2.a-2.d sampai 9.0 Nm seperti percobaan di atas
3. Matikan saklar 220 V DC dan 220/270 V AC
Hasil Pengukuran
Hasil Perhitungan
1.
V
(Volt)
208
T
(Nm)
0
I
(A)
3,6
PIN
(Watt)
175
NR
(rpm)
1502
Pin 3
(Watt)
525
Pout
(Watt)
0,00
(%)
0,00
Slip
(%)
-0,133
2.
208
3,8
425
1483
1275
155,22
12,17
1,13
3.
208
550
1470
1650
307,72
18,65
4.
208
4,5
725
1461
2175
458,75
21,09
2,6
5.
208
4,8
775
1457
2325
609,99
26,23
2,86
6.
208
950
1443
2850
755,17
26,49
3,8
7.
208
5,4
1000
1435
3000
901,18
30,03
4,33
8.
208
5,8
1075
1421
3225
1041,11
32,28
5,26
9.
208
6,4
1225
1415
3675
1184,82
32,24
5,66
10.
208
8,6
6,6
1275
1404
3825
1263,78
33,04
6,4
Hasil Pengukuran
Hasil Perhitungan
1.
V
(Volt)
166,4
T
(Nm)
0
I
(A)
2,4
PIN
(Watt)
100
NR
(rpm)
1502
Pin 3
(Watt)
300
Pout
(Watt)
0,00
(%)
0,00
Slip
(%)
-0,133
2.
166,4
325
1472
975
154,06
15,80
1,86
3.
166,4
3,6
500
1448
1500
303,11
20,20
3,46
4.
166,4
4,4
675
1429
2025
448,7
22,15
4,73
5.
166,4
800
1410
2400
590,32
24,59
6.
166,4
5,7
925
1384
2775
724,29
26,10
7,73
7.
166,4
6,5
1050
1361
3150
854,08
27,11
9,26
8.
166,4
6,3
6,6
1075
1358
3225
895,46
27,76
9,46
Grafik = f (Pout)
35
30
(%)
25
20
15
Vs = 208 Volt
10
Vs = 166,4 Volt
5
0
0
500
1000
1500
Pout (W)
Grafik T = f (S)
T (Nm)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-2
Vs = 208 V
10
Slip (%)
15001500
1500
100%
S=0%
Saat torsi (T) = 0, maka nilai slip (S) akan sangat kecil mendekati 0 dan bahkan
sampai 0. Pada tabel hasil pengukuran 1 dan 2, dapat dilihat bahwa semakin besar nilai
torsi maka akan semakin besar pula nilai slip. Dengan kata lain nilai torsi berbanding
lurus dengan nilai slip.
4. Persentase rata-rata arus tanpa beban terhadap arus beban penuh
VS = 208 V
Persentase I =
Persentase I =
100%
3,6
100%
6,6
Persentase I = 54,54 %
VS = 80% x 220V = 166,4 V
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Persentase I =
Persentase I =
100%
2,4
100%
6,6
Persentase I = 36,36 %
cos =
1263,78
208 6,6
cos = 0,92
VS = 80% x 220V = 166,4 V
cos =
cos =
895,46
166,4 6,6
cos = 0,81
6. Gambar diagram rangkaian untuk saklar Y/
U1
R
V2
U1
V1
W1
M
U2
V2
W2
V1
S
W2
W1
U2
Saklar digunakan untuk menghidupkan motor, dimana motor ini start dengan
hubungan Y dan akan dekerja dengan hubungan . Untuk kondisi normal, saklar berada
pada posisi 0 sehingga semua kontak pada saklar star delta berada pada posisi terbuka
dan belitan motor induksi tidak tersambung dalam hubungan apapun. Dapat dikatakan
motor tidak bekerja.
Kemudian untuk menghidupkan motor, saklar kita ubah ke hubungan Y sebagai
start awal. Semua kontak yang terhubung dengan terminal Y secara otomatis akan
berubah posisi menjadi tertutup sehingga pada motor terjadi hubungan terminal bintang
(Star) dengan sambungan belitan sebagai berikut :
Selanjutnya, setelah motor bekerja dalam putaran normal, maka saklar digeser ke
symbol D (delta) untuk running. Semua kontak yang terhubung dengan terminal D
secara otomatis akan berubah posisi menjadi tertutup sehingga pada motor terjadi
hubungan terminal segitiga (Delta) dengan belitan sambungan sebagai berikut :
10
6.9 Analisa
Pada percobaan pertama dengan tegangan sumber 208 V, nilai arus yang mengalir
semakin besar yaitu mulai dari 3,6 A pada beban nol hingga batas arus nominal motor
pada beban penuh yaitu sebesar 6,6 A. Torsi yang dihasilkan juga semakin naik dan
berbanding terbalik dengan putaran motor yang semakin turun, yaitu 1502 rpm pada
beban nol menjadi hanya 1404 rpm pada beban penuh. Nilai arus yang semakin besar
mengakibatkan daya yang dihasilkan juga semakin naik berbanding lurus dengan
efisiensi dan slip.
T=0
I = 3,6 A
P = 175 W
NR = 1502 rpm
PIN = 3 x P
POUT =
PIN = 3 x 175 W
POUT =
2.3,14 . 1502
PIN = 525 W
= 0
=
=
100%
100%
525
=%
60
60
1500 1502
100%
1500
100%
= , %
T=4
I = 4,8 A
P = 775 W
NR = 1457 rpm
PIN = 3 x P
POUT =
PIN = 3 x 775 W
POUT =
2.3,14 . 1457
PIN = 2325 W
= 609,99 W
609,99
2325
100%
100%
60
60
1500 1457
1500
100%
100%
11
= , %
= , %
T = 8,6
I = 6,6 A
P = 1275 W
NR = 1404 rpm
PIN = 3 x P
POUT =
PIN = 3 x 1275 W
POUT =
2.3,14 . 1404
PIN = 3825 W
= 1263,78 W
1263,78
100%
3825
100%
= , %
60
60
1500 1404
8,6
100%
1500
100%
= , %
Pada percobaan kedua dengan tegangan sumber 80% x 208V = 166,4 V, nilai arus
yang mengalir semakin besar yaitu mulai dari 2,4 A pada beban nol hingga batas arus
nominal motor pada beban penuh yaitu sebesar 6,6 A. Torsi yang dihasilkan juga
semakin naik dan berbanding terbalik dengan putaran motor yang semakin turun, yaitu
1502 rpm pada beban nol menjadi hanya 1358 rpm pada beban penuh. Nilai arus yang
semakin besar mengakibatkan daya yang dihasilkan juga semakin naik berbanding lurus
dengan efisiensi dan slip.
T=0
I = 2,4 A
P = 100 W
NR = 1502 rpm
PIN = 3 x P
POUT =
PIN = 3 x 1 W
POUT =
2.3,14 . 1502
PIN = 300 W
= 0
100%
60
60
100%
12
0
300
100%
=%
1500 1502
1500
100%
= , %
T=3
I = 4,4 A
P = 675 W
NR = 1429 rpm
PIN = 3 x P
POUT =
PIN = 3 x 675 W
POUT =
2.3,14 . 1429
PIN = 2025 W
= 448,7 W
448,7
1429
60
60
100%
100%
1500 1429
= , %
100%
100%
1500
= , %
T = 6,3
I = 6,6 A
P = 1075 W
NR = 1358 rpm
PIN = 3 x P
POUT =
PIN = 3 x 1075 W
POUT =
2.3,14 . 1358
PIN = 3225 W
= 895,46 W
895,46
3225
100%
100%
= , %
60
60
1500 1358
8,6
100%
1500
100%
= , %
13
panas. Pada percobaan ini, motor yang digunakan masih mampu bekerja pada beban
maksimum (6,6 A) dengan tegangan sumber 166,4 V.
14
6.10. Kesimpulan
15
LEMBAR PENILAIAN
Judul Laporan
No percobaan
:2
Nama Praktikan
: Erijon sihotang
Nama Partner
: 1. Cyntia Panjaitan
2. David Ardyan manurung
Kelas
: EL-5E
Kelompok
:3
Nama Instruktur
Tanggal Praktek
: 04 November 2014
Tanggal Penyerahan
: 12 Februari 2015
Nilai
16
G = Elektrodinamometer MV 100
RB = Tahanan beban TB 40
I1 = Amperemeter 10 A, TI 102
Y = Saklar star/delta TO 33
F = Saklar pembalik TO 32 A
S = Saklar TO 30
Kabel Secukupnya
17
U2
rpm
A
A2
F2
G
F1
TG
A1
S
U1
V2
V1
W2 W1
U2
D
0
Y
R
RB
3 x 0-220V
+ 220 V
- +
0-220 V
18
Atur saklar star/delta pada posisi A dan reversing starter pada posisi Forward (1).
Tahan rotor, sehingga motor tidak berputar.
2.
Putar saklar tegangan AC pada posisi ON dan dengan perlahan kurangi tegangan
sehingga arus stator berkurang pada tingkat 1A sampai arus dasar (rating).
Lakukan langkah yang sama pada pencatatan U dan H. Kemudian ubah tegangan
AC sampai mencapai nol.
3.
Plugging
1.
Atur saklar star/delta pada posisi A dan reversing starter pada posisi 0. Hidupkan
saklar tegangan AC dan atur sampai 220 V.
2.
Ubah reversing starter ke posisi Forward (1), sehingga motor berputar. Pada saat
motor mencapai kecepatan penuh, atur saklar star-delta pada posisi -
3.
Hubungkan ke hubungan star. Saklar ke reverse (2) dan perkirakan waktu yang
diperlukan sebelum motor berhenti.
4.
23,5
36,2
49,2
61,6
73,8
86,4
Arus
(A)
1,5
2,5
3,5
8,4
12,3
16,6
21,1
25
28,9
33,2
37,2
41,3
45,2
49,3
Arus
(A)
1,5
2,5
3,5
4,5
5,5
19
2.7. Pertanyaan
1.
2.
Gambar arus asut sebagai fungsi dari tegangan I1=f(V) sumbu (axis) tegangan
harus mencapai 220V, bacalah arus asut untuk tegangan kerja.
3.
Hitung perbandingan arus asut dalam hubungan Y terhadap arus asut dalam .
Berapa harga teroritis perbandingan ini. Buat kesimpulan dari percobaan anda.
2.
Grafik I1 = f(V)
30
25
I (A)
20
15
hubungan bintang
hubungan delta
10
5.5
4.5 56
3.5
2.5 3 4
3 3.5
1.5 2
2.5
1 1 1.5 2
5
0
0
3.
27
Harga perbandingan secara teoritis adalah arus starting delta 3 kali lebih besar
dari arus starting hubungan bintang.
=
20
2.9. Analisa
Motor induksi membutuhkan arus asut atau starting yang begitu besar, bahkan bisa
mencapai 7 kali arus nominal. Hal ini tidak memungkinkan pengukuran arus starting
secara langsung. Arus starting tersebut harus diatasi dengan cara menurunkan tegangan
sumber, dan pada percobaan ini dilakukan dengan pengasutan bintang segitiga. Untuk
mendapatkan arus starting tersebut dilakukan dengan melakukan blok rotor di mana
dalam hal ini putaran rotor ditahan dengan tangan.
Pada percobaan pertama yang kami lakukan, diperoleh arus starting untuk rotor
terhubung bintang nilai tegangannya berbanding lurus dengan nilai arus yang di
berikan. Semakin besar nilai arus, semakin besar pula tegangannya. Ketika nilai arus
yang mengalir sebesar 1 A, tegangannya sebesar 23,5 volt dan pada saat arus mengalir
sebesar 3,5 A, tegangannya sebesar 86,4 volt.
Pada percobaan kedua dengan arus starting untuk rotor terhubung segitiga nilai
tegangannya juga berbanding lurus dengan nilai arus yang di berikan. Semakin besar
nilai arus, semakin besar pula tegangannya. Ketika nilai arus yang mengalir sebesar 1
A, tegangannya sebesar 8,4 volt. Ketika nilai arus yang mengalir sebesar 3,5 A,
tegangannya sebesar 28,9 volt dan pada saat arus mengalir sebesar 6 A, tegangannya
sebesar 49,3 volt.
Berdasarkan data hasil pengukuran ini, untuk rotor yang terhubung bintang
maupun segitiga diperoleh grafik linier seperti yang telah digambarkan pada grafik di
atas. Adapun perbandingannya terlihat pada arus startingnya, untuk arus starting
hubungan bintang sebesar 9A dan arus starting hubungan segitiga sebesar 27A, sesuai
dengan teori di mana arus starting hubungan segitiga 3 kali lebih besar dari arus starting
hubungan bintang.
21
2.10. Kesimpulan
Menurut percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Arus asut motor tak serempak sangat besar sehingga untuk mengukurnya
dibutuhkan pemasangan tegangan-tegangan
mengekstrapolasi lengkung hasil pengukur arus asut pada tegangan kerja dapat
diperoleh untuk menghindari ketidakseragaman pengukuran pada posisi rotor.
2. Arus asut pada hubungan delta lebih besar dibandingkan arus asut pada
terhubung Y. Namun tidak demikian dengan nilai tegangannya. Tegangan saat
motor terhubung bintang lebih besar dibandingkan motor terhubung delta.
22
LEMBAR PENILAIAN
Judul Laporan
No percobaan
:3
Nama Praktikan
: Erijon Sihotang
Nama Partner
: 1. Dini Hidayati
2. Eka Pradevega Sianturi
3. Fina Endang Sari
4. Minar Grace Ayu
5. Roberto Ruben
6. Widya Simarmata
Kelas
: EL-5E
Kelompok
:2
Nama Instruktur
Tanggal Praktek
: 04 November 2014
Tanggal Penyerahan
: 12 Februari 2015
Nilai
23
RB = tahanan beban TB 40
U
I1
23
= switch TO 30
Kabel penghubung
U2 V2 W2
rpm
F2
F1
A2
TG
A1
U1 V1 W1
S
U
T1
I1
Rb
220 v
T2
U
U
PR
I
PR
I
R S T
3 x 0 - 220v~F
24
Torsi meter dihubungkan sebagai generator dan motor induksi dalam hubungan
delta sesuai dengan diagram.
2.
3.
2.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti motor induksi, harus dilepaskan dari
torsi motor.
3.
4.
5.
Pengukuran Tahanan
1.
Untuk mengukur rugi rugi pada b, maka tahanan dan belitan stator diukur
terlebih dahulu.
2.
3.
Pengukuran Langsung
1. Sebagai perbandingan efisiensi akan diukur secara langsung. Hubungkan motor
induksi pada torsimeter dan cek apakah hubungan telah sesuai dengan diagram.
2. Masukkan saklar tegangan AC dan tegangan diatur sampai 220 V.
3. Periksa apakah posisi saklar dalam posisi OFF. Atur rheostat dari torsimeter
sehingga arus eksitasi minimum dan kemudian masukkan sklar tegangan DC.
4. Atur tegangan U sampai 220 V dan jaga tetap konstan selama percobaan. Bebani
motor induksi dengan mengatur skurt reostat dari torsimeter dan tahanan beban
sampai 9,5 Nm.
24
Beban Lebih
Sesuai dengan standart motor induksi dapat mencapai torsi sebesar 1,6 torsi
nominalnya selama 15 detik tanpa menghentikan motor ataupun mengubah
kecepatannya.
1. Hitung dan buat catatan torsi yang akan diinginkan pada motor induksi, sesuai
dengan rumus.
M = 1,6. = 1,6
2. Bebani motor dengan torsi yang telah dihitung diatas selama 15 detik.
Buat catatan apakah motor tahan ditest apa tidak.
Hasil Pengukuran
Hasil Perhitungan
PR
PT
POM
(V)
(A)
(W)
(W)
(W)
213
3,8
-350
500
150
Tan
Cos
-9.81
0.101
PO
(W)
717.44
Keterangan:
= +
tan = 3 . R T
P +P
= 0
P P
R
Hasil Pengukuran
Hasil Perhitungan
R1
R2
R3
RMEAN
R75
PCuO
P1CuN
P2CuN
()
()
()
()
()
(W)
(W)
(W)
3,6
3,6
3,6
5,3
6,382
90,324
159,61
88,98
Keterangan:
310
75 =
0 = 3.
235+20
.
()2
3
25
1 = 3. 75 .
2 =
( )2
3
Pengukuran Langsung
Hasil Pengukuran
Hasil Perhitungan
I1
PR
PT
PIN
POUT
(V)
(A)
(W)
(W)
(Nm)
(rpm)
(W)
(W)
213
6,6
650
1375
1400
2208,57
1318,8
Tan
Cos
35,08
-0,62
0,84
Keterangan:
= 3 . . . Cos
100%
100%
+ + + + 2
P P
tan = 3 . PR +PT
R
26
= 3.
()2
3
pengukuran 2
4. Hitung rugi rugi beban nol yang sebenarnya.
310
235 + 20
= 3 75
( )2
3
8. Hitung harga rugi-rugi stray pada inti besi dan conductor dengan menggunakan
rumus:
= 0,01 .
9. Hitung effisiensi motor pada beban penuh:
=
+ + 1 + + 2
10. Pada pengukuran 4, hitung effisiensi dan power factor dari motor.
11. Apakah keuntungan dan kerugian metode langsung.
12. Mengapa power factor dari motor induksi rendah pada keadaan beban penuh?
27
= 3
350 500
350 + 500
= 3
850
150
1472,243
150
= 9,814
= (9,814)
= 84,18
= 0,101
2. Harga rata rata tahanan ketiga fasa :
1
2
=
+ 2
1
2 2
=
3
1
2
=
3
=
3
2
3 3,5
2
= 5,25
Berdasarkan hasil percobaan, Req yang diperoleh adalah 5,3 .
28
3. PCu0 = 3R U
(I)2
3
PCu0 = 3 3,5
PCu0 =
(3,86)2
3
156,445
3
PCu0 = 90,324 W
4.
5.
310
75 = 235+20 5,25
75 = 6,382
2
3
1 = 3 . 6,382 .
(3,8)2
3
1 = 159,61
7. Rugi rugi tahanan motor
=
1500 1415
1500
= 0,056
2 =
.
1
2 =
0,056
. 1500
1 0,056
29
2 =
0,056
. 1500
0,944
2 = 0,059 . 1500
2 = 88,98
8. Rugi rugi stray pada inti besi dan konduktor adalah
= 0,01
= 0,01 1500
= 15
9. Effisiensi motor pada beban penuh
=
=
=
+ +
100%
+ + 2
1500
1500 +59,676+159,61 + 15 + 88,98
1500
1823,266
100%
100%
= 0,8226 100%
= 82,26 %
10. Effisiensi dan power factor dari motor pada beban penuh
=
100%
1318,8
100%
2208,57
= 59,712 %
tan = 3
tan = 3
650 1375
650 + 1375
tan = 3
725
2025
30
tan = 0,62
= 1 0,62
= 31,80
cos = 0,84
Kerugian :
12.Saat dalam keadaan berbeban, arus yang mengalir pada motor mencapai arus
nominal. Sementara arus yang mengalir pada saat beban nol tidak mencapai arus
nominal. Sehingga pada saat dalam keadaan berbeban, nilai PR dan PT akan
semakin besar. Berbeda dengan saat tanpa beban, PR dan PT lebih kecil. Sehingga
jika dibuat perbandingan nilai cos , maka cos saat tanpa beban akan lebih
besar dibandingkan saat berbeban.
31
3.9. Analisa
Pada praktikum kali ini ada tiga percobaan yang dilakukan. Percobaan pertama adalah
percobaan beban nol percobaan kedua adalah percobaan pengukuran tahanan, dan
percobaan ketiga merupakan percobaan pengukuran langsung.
Percobaan beban nol dilakukan untuk mendapat hasil yang lebih teliti sehingga motor
induksi harus dilepaskan dari torsi motor terlebih dahulu.
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data:
V
= 213 V
= 3,8 A
PR = 350 W
PT = 500 W
Data-data diatas kemudian dapat kita gunakan untuk menghitung nilai POM, tan , cos
dan nilai P0. Maka melalui perhitungan dengan menggunakan rumus yang ada pada
teori diperoleh data:
POM = 850 W
tan = 0,305
cos = 0,956
P0 = 771,13 W
Selanjutnya percobaan pengukuran tahanan. Kabel yang menempel pada stator harus
dilepaskan terlebih dahulu, namun hubungan tetap dalam delta.
Dari percobaan kedua ini diperoleh data:
R1 = R2 = R3 = 3,6
RMEAN = 5,4
Nilai RMEAN lebih besar bila dibandingkan dengan nilai R1, R2 dan R3, hal ini
dikarenakan RMEAN merupakan tahanan gabungan peda belitan yang terhubung delta.
32
Data-data diatas kemudian dapat kita gunakan untuk menghitung nilai R75, P1Cu0,
P1CuN dan nilai P2CuN. Maka melalui perhitungan dengan menggunakan rumus yang ada
pada teori diperoleh data:
R75
= 6,564
P1Cu0
= 80,810 W
P1CuN
= 495,24 W
P2CuN
= 89,07 W
= 213 V
= 6,6 A
PR = 650 W
PT = 1375 W
M = 9 Nm
N
= 1400 rpm
Data-data diatas kemudian dapat kita gunakan untuk menghitung nilai PIN, POUT, ,
tan dan nilai cos . Maka melalui perhitungan dengan menggunakan rumus yang ada
pada teori diperoleh data:
PIN
= 2067,24 W
POUT
= 1332,93 W
= 26,75 %
tan
= 0,62
cos
= 0,849
33
3.10. Kesimpulan
Menurut percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Percobaan pengukuran langsung dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih
detail dari efisiensi motor.
Dalam pengukuran beban lebih, motor mampu dibebani hingga 1,6 kali torsi
nominalnya selama 15 detik tanpa menghentikan motor atau mengubah
kecepatannya.
Percobaan beban nol dilakukan untuk mengetahui besarnya rugi-rugi daya pada
inti besi, gesekan dan ventilasi.
Percobaan pengukuran tahanan dilakukan untuk mengetahui besarnya rugi-rugi
daya pada tembaga kumparan.
34
LEMBAR PENILAIAN
Judul Laporan
No percobaan
:4
Nama Praktikan
: Erijon Sihotang
Nama Partner
Kelas
: EL-5E
Kelompok
:2
Nama Instruktur
Tanggal Praktek
: 03 Februari 2015
Tanggal Penyerahan
: 12 Februari 2015
Nilai
35
= kecepatan sinkron
P12
1
36
M =
I1
amperemeter 12 A MV 1923
U2
V2
W2
MV 123
TG
U1 V1 W1
OYD
+ -
220 V
P
RB
V
A
37
Hasil Perhitungan
R1
P1Cu
P12
MSt
(A)
(V)
(W)
()
(W)
(W)
(Nm)
3,8
49,65
125
5,1
220,932
154,068
0,98
Hubungan Delta
Hasil Pengukuran
Hasil Perhitungan
R1
P1Cu
P12
MSt
(A)
(V)
(W)
()
(W)
(W)
(Nm)
6,6
28,29
150
5,1
666,468
154,068
0,98
38
12
1
dimana 1 =
2 . . 1500
60
133
= . (
)
1 2
)
3
5. Hitung 1 = 3. 1 . (
39
12
1
154,068
2 1500/60
= 0,98
Saat terhubung
=
12
1
216,468
2 1500/60
= 1,37
4. Torsi starting saat tegangan penuh adalah
133 2
= (
)
133 2
= 0,98 (
)
49,65
= 7,032
1 = 3 1 ( )
3
1 = 3 5,1 (
6,6 2
)
3
1 = 222,156
6. Torsi start pada hubungan delta adalah
12 = 3(1 ) 1
12 = 3(150) 666,468
12 = 216,468 W
40
12
12
2
60
216,468
2 1500
60
= 1,37
7. Ratio torsi start pada hubungan bintang dan delta adalah
0,98
=
1,37
= 1 1,4
41
4.9. Analisa
Pada praktikum kali ini dilakukan dua kali percobaan, percobaan pertama yaitu
pengukuran terhadap rangkaian percobaan yang terhubung bintang dan percobaan
kedua yaitu pengukuran terhadap rangkaian percobaan yang terhubung delta.
Percobaan motor induksi rotor sangkar kali ini bertujuan untuk menentukan torsi start
saat tegangan dihubungkan ke stator.
Hubungan Bintang
Pada percobaan pertama dengan rangkaian percobaan yang terhubung bintang,
melalui praktikum diperoleh data sebagai berikut:
I = 3,8 A
V = 49,65 V
P = 125 W
R1 = 5,1
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus diperoleh hasil berikut ini:
Rugi tembaga pada lilitan primer (P1Cu)
P1cu = 3 R1 I1 2
P1cu = 3 5,1 (3,8)2
P1cu = 220,932 W
Daya dari stator ke rotor (P12)
P12 = 3(P1 ) P1cu
P12 = 3(125) 220,932
P12 = 154,068 W
Besar torsi start (MST)
MSt =
P12
MSt =
P12
2 Ns
60
42
MSt =
154,068
2 1500
60
MST = 0,98 Nm
Hubungan Delta
Pada percobaan kedua dengan rangkaian percobaan yang terhubung delta, melalui
praktikum diperoleh data sebagai berikut:
I = 6,6 A
V = 28,29 V
P = 150 W
R1 = 5,1
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus diperoleh hasil berikut ini:
Rugi tembaga pada lilitan primer (P1Cu)
P1Cu = 666,468 W
Daya dari stator ke rotor (P12)
P12 = 154,068 W
Besar torsi start (MST)
MST = 0,98 Nm
43
4.10. Kesimpulan
Menurut percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Nilai rugi tembaga pada lilitan primer (P1Cu) pada rangkaian yang terhubung delta
( ) memiliki nilai yang lebih besar daripada nilai rugi tembaga pada lilitan
primer (P1Cu) pada rangkaian yang terhubung bintang ( Y ).
Perbandingan torsi start pada hubungan bintang dan pada hubungan delta Mst-Y :
Mst- yaitu sebesar 1 1,4
44
LEMBAR PENILAIAN
Judul Laporan
No percobaan
:5
Nama Praktikan
: Erijon Sihotang
Nama Partner
Kelas
: EL-5E
Kelompok
:2
Nama Instruktur
Tanggal Praktek
: 03 Februari 2015
Tanggal Penyerahan
: 12 Februari 2015
Nilai
46
M =
RB =
saklar MV 1500
powerpack MV 1300
torsimeter MV 1036
47
U2
F2
A2
G
G
V2
W2
TG
A1
F1
U1
V2 V1
W2 W1
U2
0
RB
Voltmeter
0-220 V
V 300
3 x 0-220 V
48
T (Nm)
N (rpm)
1.
0,5
1200
2.
1180
3.
1,5
1180
4.
1150
5.
2,5
1150
6.
1100
7.
3,5
1080
8.
1050
T100 = 4 Nm
T230 = 21.16 Nm
49
230 2
|
= 100 |
100
230
Torsi T (Nm)
T = f(n)
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1000
1050
1100
1150
1200
1250
Putaran n (rpm)
Dari grafik dapat dilihat bahwa besarnya nilai torsi (T) berbanding terbalik dengan
besarnya kecepatan putaran (N). Sehingga apabila nilai torsi (T) semakin tinggi,
maka besarnya nilai kecepatan putaran (N) justru akan semakin rendah.
3.
Nilai torsi maksimum dari motor pada saat V=230 volt adalah 21,16 Nm.
Tmax 230
230 2
= Tmax100 |
|
100
Tmax 230
230 2
= 4|
|
100
50
5.9. Analisa
Percobaan kali ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan torsi maksimum. Torsi
maksimum disini maksudnya adalah saat dimana nilai torsi tidak akan bertambah
lagi, walaupun nilai beban ditambah terus.
Nilai torsi maksimum lebih besar daripada nilai torsi beban lebih.
Percobaan dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap rangkaian percobaan
dengan hubungan delta dengan tegangan sumber sebesar 100 V. Pada percobaan ini,
saat motor pertama kali dihidupkan, akan ada penginduksian pada stator yang
memutar rotor yang menyebabkan timbulnya torsi walaupun dengan nilai yang kecil.
Untuk itu, saat motor dengan keadaan belum berbeban, torsi awal sudah diperoleh
yaitu sebesar 0,5 Nm dengan kecepatan putaran rotor 1200 rpm.
Selanjutnya pada percobaan dengan menggunakan beban (nilai tegangan sumber
tetap konstan 100 V), torsi motor naik menjadi 1 Nm dengan kecepatan putaran rotor
sebesar 1180 rpm.
Torsi motor dinaikkan lagi menjadi 1,5 Nm, maka kecepatan putaran rotor adalah
1180 rpm. Selanjutnya motor bekerja dengan nilai torsi sebesar 2 Nm, dan besarnya
nilai kecepatan putaran adalah 1150 rpm. Motor akan terus bekerja hingga mencapai
nilai torsi maksimum yaitu sebesar 4 Nm dengan kecepatan putaran rotor sebesar
1050 rpm. Dari sini dapat kita ketahui bahwa semakin besar nilai torsi maka
kecepatan putaran rotor akan semakin kecil.
Sesuai dengan perhitungan, apabila motor bekerja dengan diberikan tegangan sumber
sebesar 230 V, maka besarnya torsi adalah sebesar 21,16 Nm. Sesuai dengan
perhitungan dibawah ini:
M100 = 4 Nm
Tmax 230 = Tmax100 |
Tmax 230 = 4 |
230 2
|
100
230 2
|
100
51
5.10. Kesimpulan
Menurut percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Besarnya nilai torsi (T) berbanding terbalik dengan besarnya kecepatan putaran
(N). Apabila nilai torsi semakin tinggi, maka besarnya nilai kecepatan putaran
justru akan semakin rendah.
Untuk mendapatkan nilai torsi yang lebih baik, maka harga If dinaikkan dan
mengatur beban. Semakin besar If dan tahanan maka torsi akan semakin besar.
52
LEMBAR PENILAIAN
Judul Laporan
: Generator Sinkron
No percobaan
:6
Nama Praktikan
: Erijon Sihotang
Nama Partner
Kelas
: EL-5E
Kelompok
:2
Nama Instruktur
Tanggal Praktek
: 03 Februari 2015
Tanggal Penyerahan
: 12 Februari 2015
Nilai
53
GENERATOR SINKRON
6.1
Tujuan Percobaan
6.2
Dasar Teori
Pengukuran karakteristik pada percobaan generator kali ini adalah karakteristik tanpa
beban, karakteristik
percobaan ini sebagai penggerak adalah motor. Untuk mengoperasikan motor hal yang
dilakukan adalah memberikan arus medan maka jangkar pada belitan motor akan timbul
arus maka rotor pada motor akan berputar dimana sebagi penggerak mula pada rotor
generator.
Generator ini belum dapat menghasilkan ggl sebelum diberi arus medan, dimana arus
medan diperoleh dari tegangan DC yang tetap. Arus medan yang dihasilkan akan
mengalirkan aus pada belitan dikutub, sehingga akan menimbulkan fluxi, dan fluxi
fluxi ini akan dipotong konduktor jangkar sehingga timbul ggl (EMF).
Pada praktikum juga melakukan percobaan dengan beberapa kondisi yang
mempengaruhi tegangan keluaran, mulai dari tanpa beban sampai dengan memberi
beban R, L dan C. Pada analisa ini akan dibahas nilai tegangan keluaran pada berbagai
kondisi yang diujikan.
a.
data yang diperoleh terdapat perubahan parameter dari motor hingga arus eksitasi. Ketika
arus eksitasi di motor dc dinaikan akan mempengaruhi kecepatan dari motor tersebut.
Semakin besar arus eksitasi di motor semakin meningkat kecepatan pada motor
penggerak. Dan semakin tinggi kecepatan akan meningkatkan tegangan keluaran pada
terminal generator sinkron. Karena tidak ada beban terpasang dalam rangkaian tersebut
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
54
tidak mengalir arus. Selain eksitasi di sisi motor DC, peningkatan arus eksitasi dalam
generator pun mempengaruhi tegangan keluaran. Ketika arus penguatan dibesarkan maka
tegangan terminal juga akan meningkat. Hal ini disebabkan semakin tinggi arus
penguatan maka akan semakin besar fluks magnet dihasilakan, semakin banyak
fluksmagnet yang memotong kumuparan berputar dalam generator semakin besar gaya
putar yang membangkitkan tegangan generator.
Karena tidak ada beban yang terpasang maka tidak ada factor dari luar yang
mempengaruhi tegangan keluaran generator. Sehingga dapat diketahui bahwa pada
kondisi tak berbeban yang mempengaruhi tegangan keluaran dari generator sinkron yaitu
eksitasi motor penggerak, kecepatan motor serta eksitasi dalam generator sinkron yang
dapat diatur sesuai dengan tegangan keluaran yang diinginkan dan sesuai dengan
besarnya eksitasi yang dapat dibangkitkan.
b. Kondisi berbeban
Beban yang diujikan dalam praktikum ini terdapat 3 macam yaitu beban resistif ,
induktif serta beban kapasitif. Analisa data akan mencangkup masing masing beban
seperti dibawah ini:
Beban resistif
Pada saat dilakukan pengukuran pada terminal keluaran generator diperoleh besar
tegangan yang sama dengan tegangan pada beban. Hal ini disebabkan sifat beban
yang resistif saja. Karena sifat dari beban resistif murni menghasilkan nilai factor
daya mendekati 1. Sehingga jika ingin menjaga tegangan keluaran pada generator
yang mensuplai beban resistif, cukup dengan menjaga besarnya arus eksitasi (fluks
magnet konstan) dan juga menjaga putaran dari penggerak utama agar tetap. Ketika
beban resistif diperkecil maka akan mengalir kan arus yang semakin besar sesuai
dengan I = V/ R. pada kondisi ini akan menurunkan kecepatan dari penggerak utama
( motor dc) sehingga menurunkan tegangan
55
Beban induktif yaitu beban yang terdiri dai kumparan kawat yang dililitkan pada inti
seperti pada coil. Beban ini menyebabkan pergeseran fasa pada arus yang
menyebabkan arus bersifat lagging. Hal ini memyebabkan energy tersimpan berupa
medang magnetis yang mengakibatkan arus fasa bergeser menjadi tertinggal
terhadap tegangan. Karena penyimpanan energy ini menyebabkan tegangan pada
beban akan lebih kecil jika dibandingkan dengan beban resistif. Supaya nilai
tegangan yang diinginkan dapat memvariasi arus pengauatan yang mempengaruhi
fluks magnet yang dihasilkan, maka tegangan keluaran dari generator akan
meningkat sehingga saat tegangan sampai pada beban induktif dengan tegangan
yang diinginkan.
Beban kapasitif
Beban kapasitif yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau
kemampuan menyimpan energy yang berasal dari pengisian elektrik pada suatu
sirkuit. Komponen ini dapat menyebabkan arus leading terhadap tegangan. Apabila
ingin mendapatkan nilai tegangan pada beban kapasitif yang besarnya sama dengan
beban induktif dapat dilakukan dengan mengurangi arus penguatan dari generator
serta menurunkan kecepatan dari penggerak utama (motor DC).
6.3
Rmy
Im
Ia
Ampere Meter 6A
Saklar
RB
Tahanan Beban
Power Factor
XL
Induktor Beban
XC
Kapasitor Beban
56
6.4
Rangkaian Percobaan
rp
m
F
2
V
2
U
2
W
2
Im
F
2
F
3
A
A 2
M
F
1
A
1
T
G
U1
U
V
1
W
1
IG
Rmy
S
220 0-220 V
V
0-220 V
Rb
6.5
Prosedur Percobaan
57
6. Aturlah shunt rheostat pada torsi meter sehingga kecepatan tetap > 1500 rpm.
Kecepatan itu harus dipertahankan selama percobaan.
58
3. Masukkan saklar beban, beban diatur secara bertahap sampai dijangkau arus
nominal.
4. Untuk setiap tahap catat nilai Ia dan V.
5. Ulangi langkah pada beban L dan C.
6. Gambarkan grafik untuk pengukuran ini.
59
6.6
Tabel Evaluasi
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
45
87
135
175
210
238
V
(Volt)
0,5
1,5
2,5
3,5
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,42
0,8
1,2
1,6
2,5
2,64
213
204
190
168
138
70
14
IF
(A)
Percobaan Berbeban
Beban R
IA
(A)
V
(Volt)
Beban L
I
(A)
0.14
V
( volt )
208
0.28
198
0.42
189
0.53
181
0.65
172
0.74
165
0.84
157
60
0.92
150
144
10
1.06
139
11
1.13
133
Beban C
C
I
( mA )
V
( volt )
242
0.001
270
0.002
300
0.003
312
0.004
338
0.005
361
0.006
380
61
6.7
V = f (If)
250
Tegangan ( V)
200
150
100
50
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
IF
(A)
Ia ( A )
Ia = f (IF)
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
If ( A )
62
V = f (Ia)
400
350
Tegangan ( V )
300
250
Beban R
200
Beban L
150
Beban C
100
50
0
0
0.5
1.5
2.5
Ia ( A )
63
6.8
Analisa
Pada percobaan generator sinkron ini dilakukan tiga jenis percobaan, yaitu percobaan
beban nol (tanpa beban), percobaan hubung singkat dan percobaan dengan
pembebanan. Dimana percobaan pembebanan menggunakan tiga jenis beban yang
berbeda, yaitu beban resistif (R), beban induktif (L) dan beban kapasitif (C).
Percobaan Beban Nol
Pada percobaan beban nol, saat generator berputar arus medan generator diubahubah untuk setiap tahapan.
Imedan = Ifield = IF
Pada data hasil percobaan dapat dilihat bahwa saat arus medan IF yang mengalir
sebesar 0,1 A, besarnya tegangan sebesar 45 V. Hingga pada saat arus medan IF yang
mengalir sebesar 0,6 A, besarnya tegangan mencapai 238 V. Dari data ini tampak
bahwa nilai arus medan IF sebanding dengan nilai tegangannya.
Percobaan Hubung Singkat
Percobaan hubung singkat ini dilakukan untuk menentukan konstanta generator.
Pada data hasil percobaan dapat dilihat bahwa saat arus IA yang mengalir sebesar 0,5
A, nilai arus medan IF sebesar 0,1 A. Hingga pada saat arus IA yang mengalir sebesar
3,5 A, nilai arus medan IF mencapai 0,7 A. Dari data ini tampak bahwa nilai arus IA
sebanding dengan nilai arus medan IF.
Percobaan Pembebanan
Pada percobaan pembebanan ini, generator siap dibebani saat sudah diberikan
tegangan (medan). Tegangan langsung diberikan senilai 220 V, bukan bertahap-tahap.
Percobaan Pembebanan R
Pada data hasil percobaan dapat dilihat bahwa saat arus IA yang mengalir sebesar
0,42 A, nilai tegangan sebesar 213 V. Hingga pada saat nilai arus IA yang mengalir
sebesar 2,64 A, nilai tegangannya turun hingga 14 V. Dari data ini tampak bahwa
nilai arus IA berbanding terbalik dengan nilai tegangannya.
64
Eo
IL x Z
IL x X L
IL
VL I L x Ra
Percobaan Pembebanan L
Pada data hasil percobaan dapat dilihat bahwa saat arus IA yang mengalir sebesar
0,14 A, nilai tegangan sebesar 208 V. Hingga pada saat nilai arus IA yang mengalir
sebesar 1,13 A, nilai tegangannya turun hingga 133 V. Dari data ini tampak bahwa
nilai arus IA berbanding terbalik dengan nilai tegangannya.
Percobaan Pembebanan C
Pada data hasil percobaan dapat dilihat bahwa saat arus IA yang mengalir sebesar 0
mA, nilai tegangan sebesar 242 V. Hingga pada saat nilai arus IA yang mengalir
sebesar 0,006 mA, nilai tegangannya mencapai 380 V. Dari data ini tampak bahwa
nilai arus IA sebanding dengan nilai tegangannya.
Pada percobaan beban C ini, nilai tegangannya semakin bertambah karena
fluksinya saling menguatkan. Penambahan beban justru akan membuat tegangan
generator semakin meningkat.
65
6.9
Kesimpulan
Menurut percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Pada beban R dan L, semakin besar nilai arus IA yang mengalir, nilai tegangan
pada generator justru akan semakin kecil.
Pada beban C, semakin besar nilai arus IA yang mengalir maka nilai tegangan
pada generator juga akan semakin besar.
Pada beban R dan L, fluksi utama dan fluksi jangkar saling bertabrakan
sehingga nilai tegangannya turun.
Pada beban C, fluksi utama dan fluksi jangkar saling menguatkan sehingga nilai
tegangannya naik.
Pada kondisi beban nol, semakin besar nilai arus medan IF yang mengalir maka
nilai tegangan pada generator juga akan semakin besar.
Pada saat hubung singkat, semakin besar nilai arus IA yang mengalir maka akan
semakin besar pula nilai arus medan IF.
Erijon Sihotang
NIM. 1205032122
66