edu/8993035/Makalah_kel_1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keracunan adalah salah satu kasus darurat yang paling sering terjadi pada anak-anak di
bawah usia 5 tahun dan hampir selalu terjadi di rumah. Bagian terbesar dari kasus ini adalah
menelan racun. Untungnya kasus ini sudah menurun dengan adanya kemasan produk yang
baik dan banyaknya pusat-pusat pengendali keracuna (National Safety Council, 2006)).
Menurunnya kasus keracunan juga disebabkan karena adanya Poison Prevention Packaging
Act tahun 1970 yang mengatur bahwa beberapa obat berbahaya dan produk rumah tangga
tertentu harus dijual dalam wadah yang sulit dibuka oleh anak-anak. Akan tetapi, masalah
keracunan masih menjadi kekhawatiran bermakna dalam bidang kesehatan (Wong, 2008).
Banyak produk yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari di rumah seperti
membersihkan rumah, sebagai obat, merawat kebun, dapat menjadi etiologi dari keracunan
pada anak. Pada umumnya, bahan-bahan beracun yang paling berbahaya bagi anak-anak
adalah obat-obatan, produk pembersih, pestisida, minuman beralkohol, dan produk minyak
bumi misalnya bensin (National Safety Council, 2006). Karakteristik perkembangan anak
dapat menjadi faktor predisposisi keracunan. Bayi dan toddler mengeksplorasi lingkungan
mereka melalui percobaan oral. Selain itu, anak juga mengalami perkembangan autonomi dan
inisiatif yang meningkatkan rasa keingintahuan mereka tentang sesuatu dan meningkatnya
tingkah laku tidak patuh (Wong, 2008). Benda-benda yang menarik bagi mereka akan dilihat
dan menjelajahinya. Kecelakaan keracunan pada anak sering terjadi ketika anak ditinggal
seorang diri dan apabila bahan beracun lupa disimpan dengan benar.
Kasus keracunan masih menjadi alasan utama dari perawatan darurat di rumah sakit.
Hal itu dikarenakan adanya angka kematian anak usia di bawah 5 tahun akibat keracunan.
Angka kematian tersebut berkisar 80.000-90.000 anak yang menerima perawatan darurat dan
20.000 yang perlu dirawat di rumah sakit. dari kasus keracunan tersebut berhasil ditangani
dengan baik (National Safety Council, 2006).
Penanganan keracunan perlu dirujuk ke rumah sakit karena untuk mengantisipasi
komplikasi yang memburuk dari keracunan terutama pernapasan dan sirkulasi. Penanganan
keracunan pra-hospital juga sangat dianjurkan bagi setiap orang tua melalui penyuluhan atau
1
Untuk menjelaskan tentang konsep keracunan pada anak (definisi, etologi, manifestasi
klinis).
Untuk memaparkan macam-macam keracunan pada anak dan penanganannya masing-
masing.
Untuk menjelaskan asuhan keperawatan keracunan pada anak meliputi pengkajian,
diagnose dan perencanaan).
C. Manfaat Penulisan
1 Bagi Pembaca
a Dapat menambah
b
2
wawasan
pembaca
mengenai
kercunan
pada
anak
dan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Keracunan
2
Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap kedalam kulit (misalnya, dari
tanaman) atau tersuntikkan (misalnya dari serangan serangga) bias menyebabkan penyakit,
kerusakan dan kadang-kadang kematian.
Keracunan adalah salah satu kasus darurat yang paling sering terjadi pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun. Bagian terbesar dari kasus ini adalah menelan racun.
Keracunan merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam tubuh baik
melalaui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan timbul gejala klinis. Anak dapat mengalami keracunan oleh beberapa hal,
seperti produk-produk pembersih, vitamin, obat-obatan, alcohol, cat dan tanaman. Keracunan
merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan anak meninggal dunia. Dari data
statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia secara umum
adalah akibat paparan pestisida, obat-obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif, alcohol dan
beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan beberapa
tanaman beracun lainnya. Kematian karena keracunan pada anak telah menurun secara
dramatis pada dua decade terakhir, terutama untuk anak yang berumur kurang dari 5 tahun.
Zat yang dapat menimbulkan keracunan dapat berbentuk :
1. Padat, misalnya obat-obatan, makanan
2. Gas, misalnya CO
3. Cair, misalnya alcohol, bensin, minyak tanah, zat kimia
Seseorang dapat mengalami keracunan dengan cara :
1. Tertelan melalui mulut, keracunan makanan, minuman
2. Terhisap melalui hidung, misalnya keracunan gas CO
3. Terserap melalui kulit/mata, misalnya keracunan zat kimia
B. Etiologi Keracunan
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum (Chemical toxicants) yang terdiri dari berbagai golongan seperti
pestisida (organoklorin, organofosfat, karbamat), golongan gas (nitrogen, metana, karbon
monoksida, klor), golongan logam (timbal, posfor, air raksa, arsen), golongan bahan
organik (akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol), dan alcohol.
2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup (Biological toxicants) mis : sengatan serangga,
gigitan ular berbisa , anjing dll.
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri (Bacterial toxicants) mis : Bacillus cereus,
Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll.
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan (Botanical toxicants) mis : jamur amnita,
jamur psilosibin, oleander, kecubung dll.
C. Tanda dan Gejala Keracunan
Banyak sekali gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau tanda
dari suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang yang telah mengalami
keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala keracunan. Gejala-gejala keracunan
tersebut secara umum dapat berupa gejala non-spesifik dan spesifik, namun kadang kadang
sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya dengan melihat gejala gejala saja. Perlu
dilakukan tindakan untuk memastikan telah terjadi keracunan dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan periodik
urin, tinja, darah, kuku, rambut dan lain-lain.
Pada umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada anak saat keracunan adalah sebagai
berikut:
a) Anak Anda merasa ingin muntah, dimana anak muntah tanpa sebab yang jelas.
b) Ada luka bakar di bibir atau mulut anak Anda.
c) Anak Anda susah untuk dibangunkan.
d) Anak mengalami kesulitan pernafasan.
e) Anak mengalami sakit perut.
f) Anak menalami serangan sakit yang mendadak.
D. Patofisiologi Keracunan
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu
faktor bahan kimia, mikroba, toksin, dan lain-lain. Dari penyebab tersebut
dapat mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan fungsifungsi organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan
mual, muntah, diare, perut kembung, gangguan pernapasan, gangguan
sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan
bahan kimia). Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai
dengan jalur masuk racun ke dalam tubuh. Bila masuk melalui saluran
pencernaan,
maka
gangguan
utama
akan
terjadi
pada
saluran
pencernaan. Bila masuk melalui jalan nafas maka yang terganggu adalah
pernafasannya dan bila melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih
4
dahulu. Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat zat
racun tersebut terhadap tubuh. Mual dan muntah terjadi disebabkan
karena adanya iritasi pada lambung sehingga asam lambung meningkat.
Makanan
yang
mengandung
bahan
kimia
beracun
(IFO)
dapat
akan
menimbulkan
efek
muskarinik,
nikotinik,
dan
SSP
Pengobatan
Pemberian cairan secara oral atau intravena dapat diberikan secara intravena
pembawa
kuman.
Kuman
yang
masuk
kedalammakanan
cepat
o Gejala timbul 3-24 jam setelah makan makanan yang tercemar kuman terdiri dari
mual muntah, diare, sakit perut, disertai pusing dan lemas.
o Pengobatan
Diberi cairan cukup secara oral atau intravena. Jika perlu penderita dapat
diberikan pengobatan tambahan terhadap sakit perutnya dengan analgesia atau
sedatif dan jka muntah terus-menerus suntikkan anti emetik. Bilamana demam
dapat dianjurkan pemberian antibiotik.
3. Keracunan Obat Obatan
a. Salisilat
Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak. Faktorfaktor yang mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah:
o Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik dengan rasa yang
disukai anak-anak ditambah dengan gencarnya usaha promosi melalui media
massa.
o Penggunaan obatt-obatan yang mengandung salisilat secara berlebihan oleh orang
tua yang tidak mengetahui bahaya salisilat.
o Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga yang murah.
b. Asetaminofen
Manifestasi klinis, terjadi dalam empat tahap:
o Periode awal (2 4 jam setelah tertelan) : mual, muntah, berkeringat, pucat.
o Periode laten (24 36 jam) : pasien membaik.
o Keterlibatan hepatik (dapat berakhir sampai 7 hari dan permanen): nyeri di
kuadran kanan atas, ikterik, konfusi, stupor, abnormalitas koagulasi.
o Pasien tidak meninggal pada tahap hepatik dan akan membaik secara bertahap.
c. Aspirin
Manifestasi klinis :
o Keracunan akut : mual, disorientasi, muntah, dehidrasi, diaforesis, hiperpnea,
hiperpireksia, oliguria, tinitus, koma, kejang.
o Keracunan kronis : sama dengan diatas tetapi awaitan samar (sering dikaburkan
dengan penyakit yang sedang diobati), dehidrasi, koma, dan kejang dapat lebih
hebat, kecenderungan perdarahan.
7
menelan.
Untuk
menghindarkan
kejadian
ini
maka
pada
keracunan
tidak mudahkarena bahan kimia yang dipergunakan oleh tiap produsen tidak sama.
o Gejala : yang sensitif ialah sistem saraf pusat sehingga terdapat:
Tremor
Kejang
Koma
Paralisis
Tindakan
Bilas lambung untuk mengeluarkan racun yang belum diserap
Beri luminal atau diazepam
Kirim secepatnya ke rumah sakit untuk dimonitor dan pengobatan selanjutnya
3.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KERACUNAN PADA ANAK
1
Pengkajian
a Pengkajian riwayat yang terperinci (agen yang tertelan, dosis, waktu kejadian, masalah
anak yang mendasari, usia dan berat badan anak, tanda dan gejala yang ditimbulkan,
b
Setelah anak stabil/selama kunjungan anak sehat sekitar usia 6 bulan, kaji data keadaan
rumah anak.
Diagnosa
a Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi Ansietas
b Risiko kekurangan volume cairan
c Ansietas b/d pemajanan toksik
3 Intervensi
No.
Diagnosa
Keperawatan
1 Ketidakefektifan pola
asuhan
Batasan Karakteristik:
keperawatan
Kesadaran compos
mentis
nafas pasien
Usia: 5 tahun
TD: 80/50mmHg
N: 120x/menit
P : 25x/menit
Adanya penggunaan
teratur
KH :
1
2
3
dan oksigenasi
Auskultasi suara napas
Berikan posisi nyaman
untuk memaksimalkan
20 x/menit)
Tidak
aktual/potensial jalan
menggunakan otot
3
potensial ventilasi
Berikan bantuan napas
Intervensi keperawatan
bantu pernapasan
Tidak ada retraksi
dada
napas
Vital Signs
Respiratory monitoring, Vital
signs monitoring
1
bernapas
Monitor pola napas :
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, pernapasan
11
2 Kekurangan volume
Tujuan : setelah
dilakukan asuhan
keperawatan
aktif
Batasan Karakteristik:
terjadi
Pasien tampak
kekurangan
volume cairan
lemah, kehausan
Penurunan
turgor
kulit/lidah
Membran
mukosa
/kulit kering
Peningkatan
denyut nadi
Penurunan
tekanan darah
Temperatur
tubuh
meningkat
Kehilangan
Monitor keabnormalan
level elektrolit
Monitor tanda dan gejala
retensi cairan
Berikan cairan jika
4
5
6
diperlukan
Monitor tanda vital
Pasang infus intravena
Pertahankan
keseimbangan input dan
cairan seimbang
BB kembali sesuai
sebelumnya
Turgor kulit dan
elastisitas kulit
4
baik
Membrane mukosa
lembab
TTV normal (TD
95/57 mmhg, nadi
seketika.
asuhan
Batasan Karakteristik
keperawatan
output cairan
Monitor hasil lab untuk
keseimbangan cairan (ht,
dengan BB
berat badan
urin)
Fluid monitory
1
Monitor membran
mukosa dan turgor
2
3
dan output
Environmental risk protection
1
1x24 jam
Perilaku :
ansietas pasien
gelisah
- Affektive: ketakutan,
- Fisiologis:
suara
gemetar
- Respirasi meningkat,
KH :
36,5 C)
kussmaul, apneu.
Fluid/electrolite management
teratasi
KH :
nadi meningkat,
Pasien tampak
tenang
Pasien tidak
gelisah
TTV normal (TD
tekanan darah
meningkat
pasien
Beritahu keluarga untuk
bersama pasien
Jauhkan peralatan dari
pandangan pasien
Indentifikasi level
kecemasan
Control stimuli yang
menyebabkan ansietas
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi dan dalam jika
bisa (berikan emosional
7
support)
Kaji tanda kecemasan
pasien baik verbal
pada pasien
Jelaskan semua prosedure
tindakan dan prognosis
penyakit pada keluarga
pasien
13
(Berman, 2009)
Discharge Planning:
a
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Keracunan merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam tubuh baik
melalaui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan timbul gejala klinis. Anak dapat mengalami keracunan oleh beberapa hal,
seperti produk-produk pembersih, vitamin, obat-obatan, alcohol, cat dan tanaman.
Keracunan merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan anak meninggal dunia.
Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia
secara umum adalah akibat paparan pestisida, obat-obatan, hidrokarbon, bahan kimia
korosif, alcohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam
jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya.
Kematian karena keracunan pada anak telah menurun secara dramatis pada dua
decade terakhir, terutama untuk anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Meski demikian
penanganan yang baik akan mencegah perburukan dari keracunan, sehingga perawat perlu
untuk member asuhan keperawatan secara tepat dan hati-hati.
15
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga pembaca bisa memvalidasi dengan referensi yang tersedia
untuk mendapatka teori yang lebih benar. Kritik dan saran penulis
harapkan
demi
perbaikan
makalah
yang
memuat
keracunan
ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Audrey. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawtan Klinis Kozier & Erb. Jakarta:EGC
Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta:EGC
Hidayat, Alimul Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2 cetakan 3
jilid 2. Jakarta : Salemba Medika.
Kisanti, Annia. 2012. Panduan Lengkap Pertolongan Pertama pada Darurat
Klinis. Yogyakarta :Araska.
Katzung, BG. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salwmba Medika.
National Safety Council. 2006. Pertolongna Pertama dan RJP pada Anak. Jakarta:Arcan.
Pudjiadi, Solihin. 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Ed.4. Jakarta. Gaya Baru.
Sartono. 2002. Racun dan Keracunan cetakan 1. Jakarta : Widya Medika.
Smeltzer, Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah volume 3.
Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta:EGC.
17