Anda di halaman 1dari 17

https://www.academia.

edu/8993035/Makalah_kel_1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keracunan adalah salah satu kasus darurat yang paling sering terjadi pada anak-anak di
bawah usia 5 tahun dan hampir selalu terjadi di rumah. Bagian terbesar dari kasus ini adalah
menelan racun. Untungnya kasus ini sudah menurun dengan adanya kemasan produk yang
baik dan banyaknya pusat-pusat pengendali keracuna (National Safety Council, 2006)).
Menurunnya kasus keracunan juga disebabkan karena adanya Poison Prevention Packaging
Act tahun 1970 yang mengatur bahwa beberapa obat berbahaya dan produk rumah tangga
tertentu harus dijual dalam wadah yang sulit dibuka oleh anak-anak. Akan tetapi, masalah
keracunan masih menjadi kekhawatiran bermakna dalam bidang kesehatan (Wong, 2008).
Banyak produk yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari di rumah seperti
membersihkan rumah, sebagai obat, merawat kebun, dapat menjadi etiologi dari keracunan
pada anak. Pada umumnya, bahan-bahan beracun yang paling berbahaya bagi anak-anak
adalah obat-obatan, produk pembersih, pestisida, minuman beralkohol, dan produk minyak
bumi misalnya bensin (National Safety Council, 2006). Karakteristik perkembangan anak
dapat menjadi faktor predisposisi keracunan. Bayi dan toddler mengeksplorasi lingkungan
mereka melalui percobaan oral. Selain itu, anak juga mengalami perkembangan autonomi dan
inisiatif yang meningkatkan rasa keingintahuan mereka tentang sesuatu dan meningkatnya
tingkah laku tidak patuh (Wong, 2008). Benda-benda yang menarik bagi mereka akan dilihat
dan menjelajahinya. Kecelakaan keracunan pada anak sering terjadi ketika anak ditinggal
seorang diri dan apabila bahan beracun lupa disimpan dengan benar.
Kasus keracunan masih menjadi alasan utama dari perawatan darurat di rumah sakit.
Hal itu dikarenakan adanya angka kematian anak usia di bawah 5 tahun akibat keracunan.
Angka kematian tersebut berkisar 80.000-90.000 anak yang menerima perawatan darurat dan
20.000 yang perlu dirawat di rumah sakit. dari kasus keracunan tersebut berhasil ditangani
dengan baik (National Safety Council, 2006).
Penanganan keracunan perlu dirujuk ke rumah sakit karena untuk mengantisipasi
komplikasi yang memburuk dari keracunan terutama pernapasan dan sirkulasi. Penanganan
keracunan pra-hospital juga sangat dianjurkan bagi setiap orang tua melalui penyuluhan atau
1

prerencanaan pemulangan pasien (discharge planning). Penanganan dan perawatan pasien


anak dengan keracunan akan dilakukan oleh dokter, perawat serta disiplin ilmu lainnya yang
berhubungan dengan kegawatan keracunan pada anak. Dalam hal ini, perawat memegang
peranan penting dalam perawatan pasien di ruang kegawatan serta penyuluhan ketika
discharge planning pasien.
Oleh karena itu, penyusun ingin membuat makalah tentang asuhan keperawatan
keracunan pada anak yang akan membahas poin-poin terkait keracunan pada anak.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1

Untuk menjelaskan tentang konsep keracunan pada anak (definisi, etologi, manifestasi

klinis).
Untuk memaparkan macam-macam keracunan pada anak dan penanganannya masing-

masing.
Untuk menjelaskan asuhan keperawatan keracunan pada anak meliputi pengkajian,
diagnose dan perencanaan).

C. Manfaat Penulisan
1 Bagi Pembaca
a Dapat menambah
b
2

wawasan

pembaca

mengenai

kercunan

pada

anak

dan

penanganannya (baik pre-hospital maupun hospital).


Dapat menjadikan referensi untuk makalah pembaca selanjutnya dengan adanya kritik

dan saran untuk penulisan.


Bagi Penyusun
a Dapat berbagi informasi dan menambah wawasan penyusun tentang keracunan pada
b

anak serta penanganannya.


Daoat dijadikan sumber tambahan referensi dalam penyusunan makalah selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Keracunan
2

Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap kedalam kulit (misalnya, dari
tanaman) atau tersuntikkan (misalnya dari serangan serangga) bias menyebabkan penyakit,
kerusakan dan kadang-kadang kematian.
Keracunan adalah salah satu kasus darurat yang paling sering terjadi pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun. Bagian terbesar dari kasus ini adalah menelan racun.
Keracunan merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam tubuh baik
melalaui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan timbul gejala klinis. Anak dapat mengalami keracunan oleh beberapa hal,
seperti produk-produk pembersih, vitamin, obat-obatan, alcohol, cat dan tanaman. Keracunan
merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan anak meninggal dunia. Dari data
statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia secara umum
adalah akibat paparan pestisida, obat-obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif, alcohol dan
beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan beberapa
tanaman beracun lainnya. Kematian karena keracunan pada anak telah menurun secara
dramatis pada dua decade terakhir, terutama untuk anak yang berumur kurang dari 5 tahun.
Zat yang dapat menimbulkan keracunan dapat berbentuk :
1. Padat, misalnya obat-obatan, makanan
2. Gas, misalnya CO
3. Cair, misalnya alcohol, bensin, minyak tanah, zat kimia
Seseorang dapat mengalami keracunan dengan cara :
1. Tertelan melalui mulut, keracunan makanan, minuman
2. Terhisap melalui hidung, misalnya keracunan gas CO
3. Terserap melalui kulit/mata, misalnya keracunan zat kimia

B. Etiologi Keracunan
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum (Chemical toxicants) yang terdiri dari berbagai golongan seperti
pestisida (organoklorin, organofosfat, karbamat), golongan gas (nitrogen, metana, karbon
monoksida, klor), golongan logam (timbal, posfor, air raksa, arsen), golongan bahan
organik (akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol), dan alcohol.

2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup (Biological toxicants) mis : sengatan serangga,
gigitan ular berbisa , anjing dll.
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri (Bacterial toxicants) mis : Bacillus cereus,
Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll.
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan (Botanical toxicants) mis : jamur amnita,
jamur psilosibin, oleander, kecubung dll.
C. Tanda dan Gejala Keracunan
Banyak sekali gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau tanda
dari suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang yang telah mengalami
keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala keracunan. Gejala-gejala keracunan
tersebut secara umum dapat berupa gejala non-spesifik dan spesifik, namun kadang kadang
sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya dengan melihat gejala gejala saja. Perlu
dilakukan tindakan untuk memastikan telah terjadi keracunan dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan periodik
urin, tinja, darah, kuku, rambut dan lain-lain.
Pada umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada anak saat keracunan adalah sebagai
berikut:
a) Anak Anda merasa ingin muntah, dimana anak muntah tanpa sebab yang jelas.
b) Ada luka bakar di bibir atau mulut anak Anda.
c) Anak Anda susah untuk dibangunkan.
d) Anak mengalami kesulitan pernafasan.
e) Anak mengalami sakit perut.
f) Anak menalami serangan sakit yang mendadak.
D. Patofisiologi Keracunan
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu
faktor bahan kimia, mikroba, toksin, dan lain-lain. Dari penyebab tersebut
dapat mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan fungsifungsi organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan
mual, muntah, diare, perut kembung, gangguan pernapasan, gangguan
sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan
bahan kimia). Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai
dengan jalur masuk racun ke dalam tubuh. Bila masuk melalui saluran
pencernaan,

maka

gangguan

utama

akan

terjadi

pada

saluran

pencernaan. Bila masuk melalui jalan nafas maka yang terganggu adalah
pernafasannya dan bila melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih
4

dahulu. Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat zat
racun tersebut terhadap tubuh. Mual dan muntah terjadi disebabkan
karena adanya iritasi pada lambung sehingga asam lambung meningkat.
Makanan

yang

mengandung

bahan

kimia

beracun

(IFO)

dapat

menghambat atau menginaktivasi enzim tubuh yaitu kolinesterase (KhE).


Dalam keadaan normal, KhE ini bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid
(Akh) dengan jalan mengikat Akh-KhE yang bersifat inaktivasi. Bila
konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi,
maka akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat-tempat tertentu,
sehingga timbul gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan dan pada
akhirnya

akan

menimbulkan

efek

muskarinik,

nikotinik,

dan

SSP

(menimbulkan stimulasi dan kemudian depresi SSP).


E. Macam Macam Keracunan
1. Keracunan Hidrokarbon
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak
tanah,bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api. Gejala klinik : terutama
terjadi sebagai akibat dari iritasi pulmonal dan depressi susunan saraf pusat.
o Irritasi pulmonal : Batuk, sesak, retraksi, tachipneu, cyanosis, batuk darah dan udema
paru. Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua
lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.
o Depressi CNS : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari patis sampai koma,kadangkadang disertai kejang.
o Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare.
2. Keracunan Makanan
a. Keracunan Jamur
Keracunan setelah macam jamur yang disebut belakangan ini dapat saja terjadi. Ada
jamur yang mengandung racun amanitin dan muskarin.
- Racun tersebut bekerja sangat cepat dan menyebabkan:
o Rasa mual
o Muntah
o Sakit perut
o Mengeluarkan banyak ludah dan keringat
o Miosis
o Diplopia
o Bradikardi sampai konvulsif
o Manitin dapat menyebabkan disfungsi hepatoseluler dan ginjal
5

Pengobatan
Pemberian cairan secara oral atau intravena dapat diberikan secara intravena

antropin sebanyak 0,02 mg/kg.


b. Keracunan Makanan Kaleng
Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum yang sering terdapat dalam makanan
kaleng yang rusak atau tercemar kuman tersebut.
Gejala klinik:
o Mata kabur,refleks cahaya menurun atau negatif,midriasis dan kelumpuhan
otot-otot mata
o Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik
o Dysphagia, dysarthria
o Kelumpuhan ( general paralyse )
c. Keracunan Jengkol
Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam jengkolat di tubuli,ureter
dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan jengkol.
Gejala klinik:
o Sakit pinggang,nyeri perut,muntah,kencing sedikit-sedikit dan terasa sakit
o Hematuria,oliguria sampai anuria dan kencing bau jengkol
o Dapat terjadi gagal ginjal akut
d. Keracunan Ketela Pohon
Dapat terjadi karena ketela pohon yang mengandung cyanogenic unamarine
(mengandung HCN).
Gejala klinis:
o Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat menyebabkan
kematian dengan cepat
o Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak
o Pernafasan cepat dengan bau khas (bitter almond)
o Kejang, lemas, berkeringat,mata menonjol dan midriasis
o Mulut berbusa bercampur darah
o Warna kulit merah bata (pada orang kulit putih) dan sianosis
e. Keracunan Makanan yang Terkontaminasi
Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang tercemar oleh kuman,
parasit, virus, maupun bahan kimia. Kuman-kuman yang dapat menyebabkan
keracunan bahan makanan ialah Staphilococcus, Salmonella, Clostridium Botulinum,
E. Coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, dll. Tercemarnya makanan biasanya
melalui lalat, udara, kotoran rumah tangga, dan terutama melalui juru masak yang
menjadi

pembawa

kuman.

Kuman

yang

masuk

kedalammakanan

cepat

memperbanyak diri dan memproduksi toksin. Akibat keracunan tergantung dari


virulensi, banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidak tahan panas.
6

o Gejala timbul 3-24 jam setelah makan makanan yang tercemar kuman terdiri dari
mual muntah, diare, sakit perut, disertai pusing dan lemas.
o Pengobatan
Diberi cairan cukup secara oral atau intravena. Jika perlu penderita dapat
diberikan pengobatan tambahan terhadap sakit perutnya dengan analgesia atau
sedatif dan jka muntah terus-menerus suntikkan anti emetik. Bilamana demam
dapat dianjurkan pemberian antibiotik.
3. Keracunan Obat Obatan
a. Salisilat
Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak. Faktorfaktor yang mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah:
o Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik dengan rasa yang
disukai anak-anak ditambah dengan gencarnya usaha promosi melalui media
massa.
o Penggunaan obatt-obatan yang mengandung salisilat secara berlebihan oleh orang
tua yang tidak mengetahui bahaya salisilat.
o Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga yang murah.
b. Asetaminofen
Manifestasi klinis, terjadi dalam empat tahap:
o Periode awal (2 4 jam setelah tertelan) : mual, muntah, berkeringat, pucat.
o Periode laten (24 36 jam) : pasien membaik.
o Keterlibatan hepatik (dapat berakhir sampai 7 hari dan permanen): nyeri di
kuadran kanan atas, ikterik, konfusi, stupor, abnormalitas koagulasi.
o Pasien tidak meninggal pada tahap hepatik dan akan membaik secara bertahap.
c. Aspirin
Manifestasi klinis :
o Keracunan akut : mual, disorientasi, muntah, dehidrasi, diaforesis, hiperpnea,
hiperpireksia, oliguria, tinitus, koma, kejang.
o Keracunan kronis : sama dengan diatas tetapi awaitan samar (sering dikaburkan
dengan penyakit yang sedang diobati), dehidrasi, koma, dan kejang dapat lebih
hebat, kecenderungan perdarahan.
7

4. Keracunan Bahan Kimia


a. Keracunan Arsen
Lebih dari 20 abad yang lalu arsen digunakan baik oleh orang yunani maupun roma
untuk pengobatan maupun sebagai racun. Pada saat ini tidak banyak obat
mengandung arsen, akan tetapi kadang-kadang dipakai pada pembuatan beberapa
herbisida dan peptisida. Arsen dapat juga ditemukan sebagai hasil sampingan dari
peleburan timah, seng, dan logam lainnya.
o Gejala klinis keracunan akut:
Dalam 1 jam setelah menelan arsen sudah timbul:
Rasa tidak enak dalam perut
Bibir terasa terbakar
Sukar menelan
Kemudian disusul dengan:
Sakit lambung dengan muntah-muntah dan diare berat
Adakalanya terdapat pula: oliguria sampai anuria, kejang otot dan rasa haus
o Gejala klinis keracunan kronis:
Otot-otot lemah
Gatal-gatal
Pigmentasi
Keratosis kulit dan edema
o Pengobatan:
Mencegah berlanjutnya masukan dan penyerapan arsen
Infus cairan jika ada tanda-tanda renajatan hipovolemik
Pemberian antidotum seperti dimercarpol (3mg/kg i.m setiap 4 jam sampai
sakit perut hilang dan fesesnya hitam karena norit)
b. Keracunan Asam Basa
Zat asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan zat basa kuat seperti KOH,
NaOH banyak dipakai sebagai bahan kimia untuk keperluan rumah tangga, seperti
pembersih porselen, bahan anti sumbat saluran air, pembasmi serangga, maupun
unutk memasak seperti cuka bibit.
o Gejala : zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa dan disebut
bahan korosif. Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian tubuh yang terkena,
seperti kulit dan mata jika tersiram, saluran pernafasan jika terhirup , saluran
pencernaan seperti kulit mukosa mulut, esofagus, lambung jika terminum.
o Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk jaringan granulasi yang
akan menyebabkan stiktura dan stenosis, sehingga menimbulkan kesukaran

menelan.

Untuk

menghindarkan

kejadian

ini

maka

pada

keracunan

demikiantindakan cepat dan tepat sangat penting.


5. Keracunan Intektisida
Walaupun tujuan pemakaian insektisida itu untuk membasmi berbagai macam serangga
seperti kecoa dan sebagainya. Bahan-bahan demikian dapat pula membunuh manusia.
Dengan demikian jika barang tersebut tidak disimpan di tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak-anak, maka kejadian keracuan baik melalui kontak maupun inhalasi dan
minum tidak dapat dihindarkan. Untuk menanggulangi kejadian keracunan insektisida

tidak mudahkarena bahan kimia yang dipergunakan oleh tiap produsen tidak sama.
o Gejala : yang sensitif ialah sistem saraf pusat sehingga terdapat:
Tremor
Kejang
Koma
Paralisis
Tindakan
Bilas lambung untuk mengeluarkan racun yang belum diserap
Beri luminal atau diazepam
Kirim secepatnya ke rumah sakit untuk dimonitor dan pengobatan selanjutnya

F. Penatalaksanaan secara Umum


1. Mencegah / menghentikan penyerapan racun
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu dan norit.
Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara
dimuntahkan dan bilas lambung.
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
Pakaian yang terkena racun dilepas.
Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam
cuka / bicnat encer).
Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap,
jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal
masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit.
Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im.
Beri kompres dingin di tempat suntikan.
2. Mengeluarkan racun yang telah diserap
9

3.

Diuretic : lasix, manitol


Dialisa
Transfusi exchange
Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala
Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP.
Gangguan sistem susunan saraf pusat:
Kejang : beri diazepam atau fenobarbital

Odem otak : beri manitol atau dexametason.


G. Komplikasi
1. Henti nafas
2. Henti jantung
3. Korosi esophagus/trakea jika substansi penyebabnya teringesti
4. Syok, sindrom gawat pernafasan akut
5. Edema serebral, konvulsi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KERACUNAN PADA ANAK
1

Pengkajian
a Pengkajian riwayat yang terperinci (agen yang tertelan, dosis, waktu kejadian, masalah
anak yang mendasari, usia dan berat badan anak, tanda dan gejala yang ditimbulkan,
b

pertolongan pertama yang telah diberikan).


Pengkajian lengkap semua system.
10

Setelah anak stabil/selama kunjungan anak sehat sekitar usia 6 bulan, kaji data keadaan
rumah anak.

Diagnosa
a Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi Ansietas
b Risiko kekurangan volume cairan
c Ansietas b/d pemajanan toksik
3 Intervensi
No.

Diagnosa

Keperawatan
1 Ketidakefektifan pola

Tujuan dan Kriteria


Hasil
Tujuan : setelah dilakukan

nafas b/d hiperventilasi

asuhan

Batasan Karakteristik:

keperawatan

Kesadaran compos

1x24 jam pola

mentis

nafas pasien

Usia: 5 tahun
TD: 80/50mmHg
N: 120x/menit
P : 25x/menit
Adanya penggunaan

teratur
KH :
1

otot bantu pernapasan


- Adanya retraksi dada

Respiratory Status Ventilation


Airway Management
1

Monitor status respirasi

2
3

dan oksigenasi
Auskultasi suara napas
Berikan posisi nyaman
untuk memaksimalkan

oksigenasi (nasal kanul,

95/57 mmhg, nadi

face mask), jika diperlukan


Indentifikasi kebutuhan

pasien untuk insersi

20 x/menit)
Tidak

aktual/potensial jalan

menggunakan otot
3

potensial ventilasi
Berikan bantuan napas

TTV normal (TD


100 x/menit, napas

Intervensi keperawatan

bantu pernapasan
Tidak ada retraksi
dada

napas
Vital Signs
Respiratory monitoring, Vital
signs monitoring
1

Monitor rata-rata, ritme,


kedalaman, dan usaha

bernapas
Monitor pola napas :
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, pernapasan
11

2 Kekurangan volume

Tujuan : setelah

cairan b/d kehilangan

dilakukan asuhan

voume cairan secara

keperawatan

aktif

1x24 jam tidak

Batasan Karakteristik:

terjadi

Pasien tampak

kekurangan
volume cairan

lemah, kehausan
Penurunan
turgor

kulit/lidah
Membran

mukosa
/kulit kering
Peningkatan

denyut nadi
Penurunan

tekanan darah
Temperatur
tubuh

meningkat
Kehilangan

Monitor keabnormalan

level elektrolit
Monitor tanda dan gejala

retensi cairan
Berikan cairan jika

4
5
6

diperlukan
Monitor tanda vital
Pasang infus intravena
Pertahankan
keseimbangan input dan

Input dan output

cairan seimbang
BB kembali sesuai

BUN, albumin, total

sebelumnya
Turgor kulit dan

protein, serum osmolality,


dan penurunan jumlah

elastisitas kulit
4

baik
Membrane mukosa

lembab
TTV normal (TD
95/57 mmhg, nadi

seketika.

100 x/menit, suhu

3 Ansietas b/d pemajanan Tujuan : setelah dilakukan


toksik

asuhan

Batasan Karakteristik

keperawatan

output cairan
Monitor hasil lab untuk
keseimbangan cairan (ht,

dengan BB

berat badan

urin)
Fluid monitory
1

Monitor membran
mukosa dan turgor

2
3

kulit, serta rasa haus


Monitor berat badan
Catat secara akurat intake

dan output
Environmental risk protection
1

Ciptakan lingkungan yang


nyaman untuk pasien

1x24 jam

Perilaku :

ansietas pasien

gelisah
- Affektive: ketakutan,
- Fisiologis:
suara
gemetar
- Respirasi meningkat,

KH :

36,5 C)

kussmaul, apneu.
Fluid/electrolite management

teratasi

Anxiety Reduction Calming


Technique
1

KH :

Tetap bersama pasien


untuk promosi kesehatan
12

nadi meningkat,

Pasien tampak

tenang
Pasien tidak

gelisah
TTV normal (TD

tekanan darah
meningkat

dan mengurangi ketakutan


2

pasien
Beritahu keluarga untuk

bersama pasien
Jauhkan peralatan dari

pandangan pasien
Indentifikasi level

kecemasan
Control stimuli yang

menyebabkan ansietas
Instruksikan pasien

95/57 mmhg, nadi


100 x/menit, napas
20 x/menit)

menggunakan teknik
relaksasi dan dalam jika
bisa (berikan emosional
7

support)
Kaji tanda kecemasan
pasien baik verbal

maupun non verbal


Ciptakan lingkungan yang
tidak menyebabkan
ansietas atau ketakutan

pada pasien
Jelaskan semua prosedure
tindakan dan prognosis
penyakit pada keluarga
pasien

13

(Berman, 2009)

Discharge Planning:
a

Berikan penkes perencanaan pulang dan perawatan di rumah.


Pastikan bahwa semua zat beracun (termasuk tanaman beracun) dan obat masih berada
di tempatnya semula, pasang penutup yang tidak dapat dibuka oleh anak, dan letakkan
di luar jangkauan anak (National Safety Council, 2006).
Pastikan rumah tidak mengandung cat yang mengandung timah timah (National
b
c

Safety Council, 2006).


Sediakan sebotol sirup ipekak sesuai dengan instruksi.
Tempelkan nomor telepon pusat pengendalian keracunan di tempat telepon (National
Safety Council, 2006).

(National Safety Council, 2006)


14

BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Keracunan merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam tubuh baik
melalaui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan timbul gejala klinis. Anak dapat mengalami keracunan oleh beberapa hal,
seperti produk-produk pembersih, vitamin, obat-obatan, alcohol, cat dan tanaman.
Keracunan merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan anak meninggal dunia.
Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia
secara umum adalah akibat paparan pestisida, obat-obatan, hidrokarbon, bahan kimia
korosif, alcohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam
jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya.
Kematian karena keracunan pada anak telah menurun secara dramatis pada dua
decade terakhir, terutama untuk anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Meski demikian
penanganan yang baik akan mencegah perburukan dari keracunan, sehingga perawat perlu
untuk member asuhan keperawatan secara tepat dan hati-hati.
15

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga pembaca bisa memvalidasi dengan referensi yang tersedia
untuk mendapatka teori yang lebih benar. Kritik dan saran penulis
harapkan

demi

perbaikan

makalah

yang

memuat

keracunan

ini.

16

DAFTAR PUSTAKA
Berman, Audrey. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawtan Klinis Kozier & Erb. Jakarta:EGC
Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta:EGC
Hidayat, Alimul Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2 cetakan 3
jilid 2. Jakarta : Salemba Medika.
Kisanti, Annia. 2012. Panduan Lengkap Pertolongan Pertama pada Darurat
Klinis. Yogyakarta :Araska.
Katzung, BG. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salwmba Medika.
National Safety Council. 2006. Pertolongna Pertama dan RJP pada Anak. Jakarta:Arcan.
Pudjiadi, Solihin. 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Ed.4. Jakarta. Gaya Baru.
Sartono. 2002. Racun dan Keracunan cetakan 1. Jakarta : Widya Medika.
Smeltzer, Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah volume 3.
Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta:EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai