Pembimbing :
drg. Hengky B. Ardhiyanto, M.D.Sc.
Disusun oleh :
Kelompok Tutorial 2
Ketua
: Alvin Ananda S.
(131610101066)
Scibber Meja
: Farah Adibah
(131610101014)
Scribber Papan
: Roni Handika
(131610101068)
Anggota :
1. Catur Putri Kinasih
(131610101005)
2. Ni Putu Yogi W.
(131610101008)
3. Eni Ilmiatin H.
(131610101010)
4. Tita Sistyaningrum
(131610101011)
(131610101022)
6. Adriano Joshua
(131610101065)
7. Safira Niza U.
(131610101087)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario 6 Blok Kuratif
dan Rehabilitatif Kedokteran Gigi III dengan baik serta tepat waktu.
Laporan tutorial ini disusun untuk melengkapi tugas tutorial dengan
didukung oleh referensi-referensi yang bisa dipertanggungjawabkan. Laporan ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas dari materi tutorial.
Penulis menyusun laporan tutorial ini melalui berbagai tahap baik dari
pencarian bahan, pembahasan, belajar mandiri, dan lain-lain. Laporan ini tidak
mungkin terwujud tanpa adanya kerjasama yang baik dengan pihak-pihak yang
terlibat. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. drg. Hengky B. Ardhiyanto, M.D.Sc. sebagai tutor yang telah banyak
membantu dalam proses tutorial.
2. Teman-teman anggota tutorial 2.
Semoga laporan tutorial ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Tiada gading yang tak retak, apabila ada yang kurang sempurna
dalam laporan ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca guna
perbaikan lebih lanjut pada masa yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Herpes simpleks adalah infeksi akut suatu lesi akut berupa vesikel
berkelompok di atas derah yang eritema, dapat satu atau beberapa kelompok
terutama pada atau dekat sambungan mukokutan. Herpes simpleks disebabkan
oleh Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe I atau tipr II yang dapat berlangsung
primer maupun rekurens. Herpes simpleks disebut juga fever blister, cold sore,
herpes febrilis, herpes labialis, herpes genitalis. Herpes simpleks merupakan
infeksi virus yang ditandai dengan lesi primer terlokalisir, laten dan adanya
kecendurangan untuk kambuh kembali.
Virus herpes simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi
akut pada kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas
kulit yang sembab. Ada dua tipe virus herpes simpleks yang sering
menginfeksi yaitu HSV tipe 1 yang menginfeksi daerah mulut dan waajah dan
HSV tipe 2 yang menginfeksi daerah genital dan sekitar anus.
Hampir 50%-90% orang dewasa memiliki antibodi terhadap HSV 1.
Infeksi awal HSV 1 biasanya terjadi sebelum usia 5 tahun, namun saat ini
banyak infeksi primer ditemukan terjadi pada orang dewasa. Infeksi HSV 2
biasanya dimulai karena aktivitas seksual dan jarang terjadi sebelum
menginjak dewasa, kecuali kalau terjadi pelecehan seksual pada anak-anak.
Antibodi HSV 2 ditemukan sekitar 20%-30% pada orang Amerika dewasa.
Prevalensi antibodi HSV 2 meningkat (lebih dari 60%) pada kelompok sosial
ekonomi rendah dan pada orang-orang yang berganti-ganti pasangan.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa perbedaan HSV-1 dan HSV-2 ?
2) Bagaimana gejala klinis, patogenesis, dan penatalaksanaan dari HSV-1
tipe primer ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Herpes simpleks
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes
simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel
yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah
dekat mukokutan. Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan
menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda.
Infeksi primer oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I biasa pada usia anakanak, sedangkan infeksi HSV tipe II biasa terjadi pada dekade II atau III dan
berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual. Infeksi genital yang
berulang 6 kali lebih sering daripada infeksi berulang pada oral-labial; infeksi
HSV tipe II pada daerah genital lebih sering kambuh daripada infeksi HSV
tipe I di daerah genital; dan infeksi HSV tipe I pada oral-labial lebih sering
kambuh daripada infeksi HSV tipe II di daerah oral. Walaupun begitu infeksi
dapat terjadi di mana saja pada kulit dan infeksi pada satu area tidak menutup
kemungkinan bahwa infeksi dapat menyebar ke bagian lain.
2.2 Virus herpes simpleks
Famili : Herpesviridae
Subfamili : Alphaherpesvirinae
Genus : Simpleksvirus
Spesies : Virus Herpes Simpleks Tipe 1 dan Virus Herpes Simpleks Tipe 2
Virus herpes simpleks atau HSV tergolong virus herpes golongan herpesvirinae yang cenderung memiliki karakteristik seperti
perkembangbiakannya yang cepat, efek sitolitik yang tinggi, dan dapat
menyebabkan infeksi laten. HSV memiliki DNA-doublestranded yang
menyebabkan virus ini lebih infeksius karena dapat lebih aktif dan progresif
dalam menyebabkan mutasi pada susunan kode genetik pada sel host.
Susunan kode genetik yang berubah akan menyebabkan ekspresi gen seperti
protein penyusun sel host akan berubah sehingga akan terjadi perubahan
fungsi dan dapat juga menyebabkan rusaknya sel terseut. Ada dua jenis virus
herpes yang sering menimbulkan penyakit pada rongga mulut, terutama di
mukosa, yaitu HSV tipe 1 dan tipe 2.
a. HSV Tipe 1
Virus ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit infeksi pada
mukosa oral berupa gingivostomatitis (lesi primer) dan herpes labialis
(apabila infeksi ini terjadi lebih dari sekali atau recurrent). Virus ini
memiliki struktur yang sama dengan virus jenis lain, namun ada struktur
yang sedikit berbeda yaitu adanya envelope (selubung) yang dapat
membantu terjadinya fusi dengan membran plasma. Berikut beberapa
penyakit yang disebabkan oleh HSV tipe 2 :
1. Gingivostomatitis herpetik akut
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan
terdiri atas lesi-lesi vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir
mulut, demam, lekas marah dan limfadenopati lokal. Masa inkubasi
pendek (sekitar 3-5 hari) dan lesi-lesi menyembuh dalam 2-3 minggu.
2. Keratojungtivitis
Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat
mengakibatkan kebutaan.
3. Herpes Labialis
Merupakan gejala infeksi sekunder (recurrent) berupa pengelompokan
vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan mukokutan bibir.
Vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan
menyembuh tanpa jaringan parut.
b. HSV tipe 2
HSV tipe II merupakan virus herpes yang sering dihubungkan dengan
infeksi genital. Berikut beberapa penyakit yang disebabkan oleh HSV tipe
2 antara lain :
1. Herpes Genetalis
Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis
pria atau serviks, vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa
sangat nyeri dan diikuti dengan demam, malaise, disuria, dan
limfadenopati inguinal. Infeksi herpes genetalis dapat mengalami
kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan bersifat asimtomatik.
komponen DNA dan kapsid terbentuk, virus akan menembus nucleus dengan
bantuan glikoprotein yang dibentuk di reticulum endoplasma yang disebut
eksositosis. Setelah keluar dari nucleus, virus mendapatkan selubung dari
komponen protein dalam sel inang lalu keluar dengan menembus membran
plasma dan menginfeksi sel lainnya.
Selain menyerang secara langsung, virus ternyata bisa bersifat dormant
terlebih dahulu sebelum mulai replikasi. Dalam keadaan ini masa inkubasi
virus kira-kira selama beberapa hari sampai dengan dua minggu. Apabila ada
faktor yang mereaktivasi maka virus yang awalnya dorman itu akan aktif dan
memulai replikasinya.
Ketika virus berhasil menginfeksi sel-sel epitel, akan terbentuk suatu
lesi primer yang nantinya akan terbentuk vesikel di sana. Sebelum terbentuk
vesikel, seseorang akan merasakan sensasi terbakar, sakit, perih, panas dan
tidak nyaman pada suatu daerah tertentu di rongga mulutnya. Sensasi itu
disebut gejala prodromal, yang terjadi pada saat virus sedang bereplikasi
secara maksimal dan system pertahanan tubuh kita berusaha melawan antigen
dari virus tersebut. Biasanya, tidak lama setelah gejala prodromal muncul,
pada daerah yang terasa sakit tadi akan muncul suatu vesikel yang awalnya
berupa makula atau suatu ruam pada permukaan mukosa yang tidak menonjol
atau rata. Makula ini kemudian akan menjadi papula atau vesikel yang
menonjol, yang menunjukkan bahwa jaringan epitel telah mengalami
kerusakan sampai subepitel. Tonjolan ini cenderung berisi cairan eksudat, selsel leukosit dan virus yang sudah mati maupun masih aktif. Setelah 1-2 hari
setelah terbentuk, papula tadi akan pecah dan membentuk ulcer (kerusakan
pada epitel) yang terasa sangat sakit, yang akan sembuh tanpa meninggalkan
bekas luka selama kurang lebih 10 hari.
Selain dengan sel-sel leukosit seperti PMN, ternyata antigen virus juga
langsung dipresentasikan oleh APC (ex: makrofag) dan dibawa ke lymph
node. Di sana, antigen itu akan dikenali oleh sel T, dan sel Th akan membantu
mengingat antigen itu agar sel B dapat berdiferensiasi menjadi sel plasma dan
membentuk antibody untuk antigen virus ini. Jika infeksi virus yang terjadi
sangat kuat, maka lymph node akan bekerja maksimal sehingga dapat
Uji PCR dapat digunakan untuk mendeteksi virus dan bersifat sensitif serta
spesifik. PCR assay akan mencari potongan-potongan kecil DNA virus
dan kemudian mereplikasi mereka jutaan kali hingga virus terdeteksi. PCR
mampu mengamplifikasi daerah tertentu pada virus yang merupakan ciri
khas virus sehingga dapat dilakukan identifikasi virus.
c. Serologi
Tes serologi (darah) dapat mengidentifikasi antibodi yang spesifik
terhadap virus dan jenis virus. Salah satunya adalah degan menggunakan
Mikroskop Elektro Imun. Apabila terdeteksi adanya IgM maka dapat
dikatakan bahwa ada infeksi virus. IgM bisa muncul bersamaan dengan
IgG atau sebelum IgG muncul.
BAB III
ISI
3.1 STEP I
1. Vesikula
infeksi yang berulang ini terbatas pada daerah di kulit dan membran
mukosa. Herpes yang berulang tidak merupakan infeksi tetapi virus yang
aktif kembali dari masa laten di jaringan saraf. Herpes simplex dikultur
dari trigeminal ganglion dari cadavers manusia, dan lesi herpes yang
berulang biasanya tampak setelah pembedahan ganglion. Herpes recurrent
mungkin dapat diaktifkan oleh trauma bibir, demam, sunburn, imunosuresi
dan menstruasi. Perjalanan virus menginfeksi sel epitel, penyebarannya
dari sel ke sel untuk menyebabkan sebuah lesi.
3. Tidak ada hubungan karena obat yang diberikan adalah obat penurun
demam, sedangkan demaam yang ditimbulkan merupaakan gejala klinis
dari herpes labialis yang merupakan HSV-1 tipe sekunder. Jadi ketika obat
demam tidak diberikan maka demam akan kambuh kembali dan tidak
menyembuhkan penyaakit yang diderita pasien.
4. Alasan beberapa obat antivirus telah terbukti efektif melawan infeksi HSV.
Semua obat tersebut menghambat sintesis DNA virus. Obat-obat ini dapat
menghambat perkembangbiakan herpesvirus. Walaupun demikian, HSV
tetap bersifat laten di ganglia sensorik, dan angka kekambuhannya tidak
jauh berbeda pada orang yang diobati dengan yang tidak diobati.
Salah satu obat yang efektif untuk infeksi Herpes Simpleks Virus adalah
Asiklofir dalam bentuk topikal, intravena, dan oral yang kesemuanya
berguna untuk mengatasi infeksi primer. Asiklovir (zovirax) digunakan
secara oral, intravena atau topical untuk mengurangi menyebarnya virus,
mengurangi rasa sakit dan mempercepat waktu penyembuhan pada infeksi
genital primer dan infeksi herpes berulang, rectal herpes dan
herpeticwhitrow (lesi pada sudut mulut bernanah). Preparat oral paling
nyaman digunakan dan mungkin sangat bermanfaat bagi pasien dengan
infeksi ekstensif berulang. Namun, telah dilaporkan adanya mutasi strain
virus herpes yang resosten terhadap acyclovir. Valacyclovir dan
famciclovir baru-baru ini diberi lisensi untuk beredar sebagai pasangan
acyclovir dengan efikasi yang sama. Pemberian profilaksis harian obat
tersebut dapat menurunkan frekuensi infeksi HSV berulang pada orang
dewasa. Infeksi neonatal seharusnya diobati dengan acyclovir intravena.
HSV - 1
primer
Gejala klinis
HSV - 2
sekunder
Patogenesis
Penatalaksanaan
3.5 STEP V
1) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perbedaan HSV-1 dan
HSV-2
2) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai gejala klinis,
patogenesis, dan penatalaksanaan dari HSV-1 tipe primer
3) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai gejala klinis,
patogenesis, dan penatalaksanaan dari HSV-1 tipe sekunder
3.6 STEP VI
3.7 STEP VII
3.7.1 Perbedaan HSV-1 dan HSV-2
1. Herpes berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti merayap, di mana
virus penyebab penyakit ini akan merayap pada sel-sel saraf dan akhirnya
berhenti pada ganglion dalam masa latennya. Herpes Simplex Virus
terbagi menjadi dua tipe yakni :
a. Herpes Simplex Virus Tipe 1
Jenis virus ini dapat menyebabkan penyakit infeksi yang biasa disebut
dengan cold sores. Cara penularannya melalui sentuhan langsung
atau droplet yang mengandung virus. Beberapa penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus ini adalah :
- Herpes Gingivostomatitis Herpetika Akut
Penyakit ini merupakan penyakit infeksi fase primer yang
biasa terjadi pada anak-anak berumur 5 bulan 6 tahun. Gejala
yang dialami biasanya asimpptomatik, sehingga keberadaan
penyakit ini jarang disadari oleh anak atau orang tua. Virus dapat
memasuki tubuh anak melalui jaringan epitel dan memulai masa
inkubasi selama 2-10 hari. Setelah itu timbul gejala prodormal
berupa kelelahan, sakit otot, sakit tenggorok, demam, sakit kepala,
dan terjadi pembesaran kelenjar limfe di servikal. 1-2 hari
selanjutnya akan timbul gejala klinis berupa vesikula-vesikula
kecil berdinding tipis dengan dasar eritematus yang kemudian
pecah menjadi ulser dan akhirnya menjadi krusta.
-
Herpes Labialis
Penyakit ini merupakan penyakit infeksi rekuren yang biasa
terjadi pada anak-anak atau pun dewasa. Gejala awal yang dapat
dirasakan oleh penderita adalah demam, iritasi, sakit kepala, nyeri,
dan sakit waktu menelan. Kemudian beberapa hari setelahnya akan
timbul peradangan gingiva, bibir, palatum, mukosa bukal, lidah dan
tonsil. Bentukan khas dari penyakit ini adalah berupa ulser yang
berkelompok dengan tidak ada halo (lingkaran) pada palatum
Herpes Keratokonjungtivitis
Penyakit ini dapat berupa penyakit infeksi primer maupun
rekuren yang ditandai dengan gangguan pada kornea hingga terjadi
kebutaan.
Herpes Neonatal
Penyakit ini terjadi pada bayi yang baru lahir dari seorang ibu yang
terinfeksi herpes simplex virus tipe 2. Transmisi biasa terjadi pada
saat antenatal, intrapartum, atau postnatal. Tertularnya bayi saat
antenatal adalah melalui plasenta. Mortalitas pada bayi tidak jarang
terjadi (60% meninggal dan setengah dari yang hidup mengalami
gangguan syaraf pusat dan mata), biasanya saat ibu mengalami
infeksi primer pada saat hamil trimester awal, janin akan abortus.
Apabila penularan terjadi pada trimester ke 2, bayi akan lahir
prematur. Sedangkan infeksi postpartum adalah penularan melalui
sentuhan bayi dengan lesi pada genital ibu saat melewati jalan lahir
juga sering terjadi.
Tipe virus
infeksi primer
Infeksi rekuren
HSV-1
Gingivostomatitis
Herpes labialis
Keratokonjunctivitis
Keratokonjuntivitis
HSV-2
Gingivostomatitis
Gingivostomatitis
Keratokonjunctivitis
Aseptic meningitis
Aseptic meningitis
HSV-1
HSV-2
152 kb pair
154 kb pair
Tempat
latency
ganglion
Tempat
latency
ganglion
mukosa oral
Vesikel berdinding tipis dan dikelilingi daerah inflamasi
Vesikel ruptur dengan cepat dan meninggalkan ulser bulat
Apabila
penyakit
progesif,
beberapa
lesi
mungkin
menyatu
Penyebab HSV 1
Herpes Gingivostomatitis
gingiva, hanya
b. Penatalaksanaan
Terapi paliatif
Merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarganya dalam menghadap masalah yang berkaitan dengan
penyakit yang mengancam jiwanya, termasuk kegiatan preventif dan relief
of pain
Identifikasi awal
Penilaian sempurna
Pengobatan nyeri dan masalah lain yang meliputi fisik, psikis
maupun spiritual
Pemberian topikal anestesi, analgesik dan antipiretik rinsing yang
mengandung lidokain viscous 2% sebelum makan secara efektif
dapat mengurangi nyeri selama makan
Mencegah dehidrasi
Terapi supportif :
hidrasi,
makan makanan lunak,
antipiretik berupa ibuprofen (hindari golongan aspirin).
Terapi kausatif :
acyclovir tablet 15 mg/kg BB 5 kali sehari (untuk anak-anak)
Memberikan antiseptik topikal povidon iodine 10 % dan
triamnisolone 0.1 %
Menganjurkan anak untuk berkumur dengan chlorhexidine 3 x
sehari, mengonsumsi multivitamin sirup 1 x 1 sendok teh, dan
meminum susu yang mengandung protein/ kalori tinggi.
3.7.3 Gejala Klinis, Patogenesis dan Penatalaksanaan HSV-1 tipe Sekunder
a.
Gejala Klinis
Herpes Labialis:
atau
perubahan
dalam
mediator
inflamasi
yang
Ganti pakaian satu hari minimal 2 kali sehabis mandi agar tubuh
tetap terjaga kebersihannya.
Cucilah seprai, handuk dan pakaian yang dipakai dengan air yang
bersih dan menggunakan deterjen [6].
b) Sanitasi lingkungan
BAB IV
KESIMPULAN
Herpes Simples merupakan penyakit yang disebabkan olrh Virus Herpes
Simpleks, sering terdapat pada rongga mulut dan memiliki dua tipe yaitu virus
Herpes tipe 1 dan Virus Herpes tipe II. Lesi Herpes Simpleks di rongga mulut
banyak disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I.
Tanda infeksi di rongga mulut adalah terbentuknya vesikel kecil yang
berkelompok timbul di mukosa mulut, bibir, dan bagian wajah. Beberapa hari
kemudian vesikel pecah dan membentuk ulkus. Infeksi ini diikuti oleh gejala
prodormal berupa demam, sakit kepala, malaise, limfadenophaty, rasa tidak
nyaman di mulut dan berlangsung selama beberapa hari. Lesi berdiameter
beberapa milimeter sampai 1 cm dan lesi akan sembuh dalam waktu 10 hari.
Infeksi primer Herpes Simpleks Virus bersifat sementara, tetapi jika ada
faktor pencetus maka virus akan mengalami reaktivasi setelah infeksi primer dari
sisa virus yang tidak aktif pada fase laten di ganglion dorsalis pada penderita yang
terinfeksi sebelumnya sehingga terjadi infeksi rekuren.
Perawatan Herpes Simpleks terdiri dari perawatan sistemik yang mencakup
antivirus dan antibiotik, topikal (lokal) dan suportif. Sebenarnya tidak ada obat
yang dapat menghilangkan Virus Herpes Simpleks, tetapi beberapa obat antivirus
berfumgsi mempercepat waktu penyembuhan dan mengurangi gejala. Obat
antivirus yang digunakan yaitu acyclovir, valacyclovir, dan famcyclovir.
DAFTAR PUSTAKA
Greenberg, Martin S., Glick, Michael., Ship, Jonathan A. 2008. Burkets Oral
Medicine 11th edition. Hamilton : BC Decker Inc
Sardjito R. 2003. Herpesviridae dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta : Binarupa Aksara.
Stoopler Eric T. CDA Journal Vol. 4 No. 4. 2013 Topical and Systemic Therapies
for Oral and Perioral Herpes Simplex Virus Infections. University of
Pennsylvania.
Prof.dr.ir. J.H. van Bemme1. 2002. Pathogenesis of Herpes Simplex Virus
Infections of the Cornea. Erasmus Universiteit Rotterdam.
Sangkar Vidya. 2010. Herpetic Infections : Etiology, Epidemiology, Clinical
Manifestations, Diagnosis & Treatment.