Makalah Sejarah Keperawatan
Makalah Sejarah Keperawatan
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lalu Suhaeri W
(010111a066)
Risti Nurhidayati
(010111a098)
Rizal Marzuki
(010111a099)
Rizki Yulaeni (010111a100)
Saiman Jayadi
(010111a101)
Sri Wahyuningsih (010111a109)
Wahyu Rindiantika (010111a123)
PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................... 1
BAB II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan
professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari
orientasi
banyaknya
besar
untuk kehidupan
perawat
Ia
keperwatan yang baik untuk menjamin mutu dan sekaligus tersedia alat
evaluasi keperawatan tersebut.
8. Sejak Tahun 1950
Dalam mengacu proses profesionalisme, perlu pengembangan
pendidikan keperawatan. Sebenarnya pendidikan keperawatan di tingkat
universitas sudah ada sejak tahun 1909 di Universitas Minesota Amerika.
Namun, pengakuan perawat sebagai profesi, baru terjadi tahun 1950,
inipun baru pengakuan saja, belum memnuhi karakteristik profesi.
Pendidikan perawat pada tingkat Bachelor dimulai tahun 1919.
Pada tahun 1977 telah terdapat 3830 orang lulusan master di bidang
keperawatan dan pada tahun 1972 terdapat 9 institusi yang melaksanakan
program Doktor di bidang keperawatan. Di Thailand pendidikan
keperawatan pada tingkat Bachelor dimulai tahun 1966, dan pada
tingkat Master dimulai tahun 1986.
Proses keperawatan yang dimulai tahun 1950 dianggap sebagai
stadium embrio. Pada saat itu proses keperawatan belum dipahami dan
juga belum bisa diterima, tetapi sudah dilakukan sehari-hari. Baru pada
tahun 1955 Lydia Hall memberikan presentasinya tentang Perawatan
adalah suatu proses. Pada hakikatnya keperawatan menyangkut empat hal
pokok yaitu :
a. Nursing at the patient
b. Nursing to the patient
c. Nursing for the patient
d. Nursing with the patient
Fase dalam proses keperawatn diidentifikasi oleh para dosen
keperawatan Universitas Katolik Amerika pada tahun 1967 meliputi :
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Pengertian keperawatan menurut International Council of Nurses
(ICN) pada tahun 1973 adalah, Fungsi yang unik dari perawat adalah
menolong sesorang yang sakit atau sehat dalam usaha-usaha menjaga
kesehatan atau penyembuhan atau untuk menghadapi sakaratul maut
dengan tenang, yaitu usaha yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri
apabila dia cukup kuat, berkemampuan atau sadar dan melakukannya
sedemikian rupa sehingga si pasien dalam waktu singkat dapat mandiri.
Untuk memperoleh pengakuan sebagai suatu profesi, menurut Taylor C, et
al. (1997) keperawatan harus memiliki:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
tentara
keperawatan.
Sebaliknya,
belanda,
maka
Gubernur
Jenderal
tidak
diikuti
Inggris,
perkembangan
Raffless,
sangat
menyebabkan
perkembangan
keperawatan
mengalami
kemunduran karena pekerja perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah
dikerjakan oleh perawat yang telah dididik, maka pada masa Jepang tugas
perawat dilakukan oleh mereka yang tidak dididik untuk menjadi perawat.
2. Masa Setelah Kemerdekaan
a. Periode tahun 1945-1962
Tahun 1945-1950 merupakan periode awal kemerdekaan dan
merupakan masa transisi Pemerintah Republik Indonesia sehingga
dapat dimaklumi jika masa ini boleh dikatakan tidak ada
perkembangan. Demikian pula tenaga perawat yang digunakan diunitunit pelayanan keperawatan adalah tenaga yang ada, pendidikan tenaga
keperawatan masih meneruskan sistem pendidikan yang telah ada
(lulusan pendidikan Perawat Pemerintah Belanda).
Pendidikan keperawatan dari awal kemerdekaan sampai tahun
1953 masih berpola pada pendidikan yang dilaksanakan oleh
pemerintah Hindia Belanda. Sebagai contoh, sampai dengan tahun
1950 pendidikan tenaga keperawatan yang ada adalah pendidikan
tenaga keperawatan dengan dasar pendidikan umum Mulo +3 tahun
untuk mendapatkan ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk
perawat jiwa. Ada juga pendidikan perawat dengan dasar sekolah
rakyat +4 tahun pendidikan yang lulusannya disebut mantri juru rawat.
Baru pada tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan
untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang lebih berkualitas.
Namun, pendidikan dasar umum tetap SMP yang setara dengan Mulo
dengan lama pendidikan tiga tahun. Pendidikan ini dibuka di tiga
tempat (yaitu di Jakarta, di Bandung dan di Surabaya), kecuali
pendidikan perawat di Bandung, keduanya berada dalam institusi
rumah sakit.
ditambah
pengembangannya
pendidikan
satu
sampai
dengan
tahun.
tahun
Ditinjau
1955
dari
ini
aspek
tampak
mendasar
dalam
10
pandangan
tentang
pendidikan
diberlakukan
Keperawatan.
Dari sinilah
kurikulum
awal
nasional
pengembangan
untuk
profesi
Diploma
III
keperawatan
Universitas
Indonesia
Keperawatan.
11
berubah
menjadi
Fakultas
DIII
Keperwatan
selesai
diperbaharui
dan
mulai
PENDIDIKAN KEPERAWATAN
Selaras dengan perkembangan ilmu dan teknologi, pendidikan keperawatan tahap
demi tahap
12
13
14
15
Kesehatan
dan
Kesejahteraan
Sosial.
Program
yang
dapat
16
yang
menyatakan
tentang
Pendidikan
Tinggi.
Penyelenggaraan ini juga sesuai dengan hasil salah satu lokakarya nasional,
yaitu di bulan Januari 1983 yang menghasilkan consensus nasional tentang
perawat sebagai profesi, sehingga tenaga keperawatan harus disiapkan melalui
pendidikan tinggi.
Program Strata 1 atau Sarjana Keperawatan mulai diselenggarakan pada tahun
1985 oleh Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, yang sejak tahun 1995 menjadi Fakultas Ilmu
Keperawatan (FIK UI) berdasarkan SK Mendikbud RI No. 0332/0/1995 (FIKUI, 2005). Karena kebutuhan tenaga keperawatan dari lulusan pendidikan
tinggi
yang
mendesak,
kemudian
program
S1
Keperawatan
juga
sebagai
metode
pembelajaran.
Tidak
lama
kemudian
17
dan
mutu
asuhan
keperawatan
kepada
masyarakat,
maka
baru
dan
memodifikasi
perilaku
dan
pemahaman
harus
senantiasa
mempertahankan
18
dan
meningkatkan
19
kebutuhan
setempat
(provinsi/daerah),
nasional
dan
nternasional.
c. Kesempatan untuk mengikuti pelatihan/pendidikan semakin meningkat
secara umum, namun tidak semua perawat dapat mengakses kesempatan
ini karena berbagai faktor antara lain persyaratan administratif, cara
pengusulan, batasan usia dan pembatasan jumlah peserta yang dapat
diterima serta keterbatasan dana dan komitmen dengan keluarga.
d. Keterbatasan tenaga pengajar dan fasilitas klinik. Jumlah doktor dan
master keperawatan masih sangat terbatas untuk kebutuhan pengajaran
program sarjana keperawatan. Di pengajaran jenjang diploma, penyediaan
jumlah tenaga pengajar dengan kualifikasi master (S2) dan sarjana
keperawatan belum memadai. Hal ini juga terjadi di jenjang pendidikan
SPK. Selain keterbatasan tenaga pengajar, sumber fasilitas pendidikan
belum juga memadai seperti lahan praktik, peralatan laboratorium, dan
buku-buku keperawatan dan akses mahasiswa dalam menggunakan sarana
elektronik (mis., jurnal-jurnal keperawatan).
20
21
yaitu
keperawatan
psikodinamik
situasi
yang
kemudian
bersama-sama
mengenali,
22
Fase ini fokusnya memilih bantuan profesional yang sesuai. Pada fase ini
pasien merespon secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi
kebutuhannya, setiap pasien mempunyai respons berbeda-beda pada fase
ini. Respons pasien terhadap keperawatan adalah :
1) Berpartisipasi dan interdependen dengan perawat,
2) Otonomi dan independen dari perawat,
3) Pasif dan dependen pada perawat.
c. Fase ekploitasi
Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan profesional untuk
alternatif pemecahan masalah. Pelayanan yang diberikan berdasarkan
minat dan kebutuhan dari pasien, pasien mulai merasa sebagai bagian
integral dari lingkungan pelayanan. Pada fase ini pasien mulai menerima
informasi-informasi yang diberikan padanya tentang penyembuhannya,
mungkin berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
perawat,
mendengarkan
penjelasan-penjelasan
dari
perawat,
manipulasi
lingkungan
eksternal.
Manusia
mempunyai
23
tubuh
yang
24
25
26
yang
dinamis
sebagai
dampak
dari
keberhasilan
27
dari
individu.
Model
keperawatan
yang
dikembangkannya
28
29
b. Pencegahan penyakit
Aktivitas pencegahan penyakit secara objektif untuk mengurangi risiko
penyakit, untuk meningkatkan kebiasaan kesehatan yang baik dan untuk
mempertahankan fungsi individu secara optimal.
c. Pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance)
Kegiatan keperawatan dalam pemeliharaan kesehatan adalah kegiatan
yang membantu klien memelihara status kesehatan mereka. Perawat
melakukan aktivitas untuk membantu masyarakat mempertahankan status
kesehatannya.
d. Pemulihan kesehatan (Health Restoration)
Pemulihan kesehatan berarti perawat membantu pasien meningkatkan
kesehatan setelah pasien memiliki masalah kesehatan atau penyakit.
e. Perawatan pasien menjelang ajal
Area praktik keperawatan ini mencakup perawat memberikan rasa
nyaman dan merawat orang dalam keadaan menjelang ajal. Kegiatan dapat
dilakukan di rumah sakit, rumah, dan fasilitas kesehatan lainnya.
30
32
33
menandatangai
persetujuan
setelah
diberikan
informasi
(Informed Consent).
3. Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan
kesehatan dirumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan
haknya dalam menerima pelayanan.
membuat
perencanaan,
dan
melaksanakan
tindakan
35
SEGI PELAYANAN
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-soiso-spiritual yang
komprehensif, di tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan
keperawatan yang di berikan berupa bantuan karena adaya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
36
c. Jaminan (assurance)
Mencangkup kemampuan, pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki pada karyawan, bebas dari bahaya, resiko, keraguraguan, memiliki kompetensi, percaya diri dan menimbulkan keyakinan
kebenaran (obyektif).
d. Empati atau kepedulian (emphaty)
Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik
dan memahami kebutuhan konsumen yang terwujud dalam penuh
perhatian terhadap setiap konsumen, melayani konsumen dengan ramah
dan menarik, memahami aspirasi konsumen, berkomunikasi yang baik dan
benar serta bersikap dengan penuh simpati.
e. Bukti langsung atau berujud (tangibles)
Meliputi fasilitas fisik, peralatan pegawai, kebersihan (kesehatan), ruangan
baik teratur rapi, berpakaian rapi dan harmonis, penampilan karyawan atau
peralatannya dan alat komunikasi.
Sedangkan menurut Depkes RI (dalam Onny, 1985) telah menetapkan
bahwa pelayanan perawatan dikatakan berkualitas baik apabila perawat dalam
memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar
perawatan. Aspek dasar tersebut meliputi aspek penerimaan, perhatian,
37
c. Aspek komunikasi
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi
yang baik dengan pasien, dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang
saling berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan
yang baik dengan keluarga pasien.
d. Aspek kerjasama
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama
yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.
e. Aspek tanggung jawab
38
Aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu
mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta
tepat dalam bertindak.
Joewono (2003) menyebutkan adanya delapan aspek yang perlu diperhatikan
dalam pelayanan yaitu:
a. Kepedulian, seberapa jauh perusahaan memperhatikan emosi atau
perasaan konsumen.
b. Lingkungan fisik, aspek ini menunjukkan tingkat kebersihan dari
lingkungan yang akan dinikmati konsumen, ketika mereka menggunakan
produk.
c. Cepat tanggap, aspek yang menunjukkan kecepatan perusahaan dalam
menanggapi kebutuhan konsumen.
d. Kemudahan bertransaksi, seberapa mudah konsumen melakukan transaksi
dengan pemberi servis.
e. Kemudahan memperoleh informasi, seberapa besar perhatian perusahaan
untuk menyajikan informasi siap saji.
f. Kemudahan mengakses, seberapa mudah konsumen dapat mengakses
penyedia servis pada saat konsumen memerlukannya.
g. Prosedur, seberapa baik prosedur yang harus dijalankan oleh konsumen
saat berurusan dengan perusahaan.
h. Harga, aspek yang menentukan nilai pengalaman servis yang dirasakan
oleh konsumen saat berinteraksi dengan perusahaan.
Sedangkan Soegiarto (1999) menyebutkan lima aspek yang harus dimiliki
Industri jasa pelayanan, yaitu :
39
a. Cepat, waktu yang digunakan dalam melayani tamu minimal sama dengan
batas waktu standar. Merupakan batas waktu kunjung dirumah sakit yang
sudah ditentukan waktunya.
b. Tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan
konsumen. Bagaimana perawat dalam memberikan pelayanan kepada
pasien yaitu tepat memberikan bantuan dengan keluhan-keluhan dari
pasien.
c. Aman, rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama
pengkonsumsian suatu poduk atau. Dalam memberikan pelayanan jasa
yaitu memperhatikan keamanan pasien dan memberikan keyakinan dan
kepercayaan kepada pasien sehingga memberikan rasa aman kepada
pasien.
d. Ramah tamah, menghargai dan menghormati konsumen, bahkan pada saat
pelanggan menyampaikan keluhan. Perawat selalu ramah dalam menerima
keluhan tanpa emosi yang tinggi sehingga pasien akan merasa senang dan
menyukai pelayanan dari perawat.
e. Nyaman, rasa nyaman timbul jika seseorang merasa diterima apa adanya.
Pasien yang membutuhkan kenyaman baik dari ruang rawat inap maupun
situasi dan kondisi yang nyaman sehingga pasien akan merasakan
kenyamanan dalam proses penyembuhannya.
Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aspekaspek kualitas pelayanan keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu
tersenyum, menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap
orang lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar
belakang sosial ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat
melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki
minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas.
40
41
42
PERJALANAN KEPERAWATAN
Dalam perjalanan
keperawatan sulit tercapai bila pendidikan vocational lebih banyak dari pada
pendidikan yang bersifat profesionalisme, dalam hal ini pendidikan tinggi
keperawatan. Oleh karena itu, diperlukan adanya standarisasi kebijakan tentang
pendidikan keperawatan yang minimal berbasis S1 Keperawatan.
Terkait hal tersebut, Direktorat Pendidikan Tinggi mengeluarkan SK No 427/
dikti/ kep/ 1999, tentang landasan dibentuknya pendidikan keperawatan di
Indonesia berbasis S1 Keperawatan. SK ini didasarkan karena keperawatan yang
memiliki body of knowladge yang jelas, dapat dikembangkan setinggitingginya karena memilki dasar pendidikan yang kuat. Selain itu, jika ditelaah
lagi, penerbitan SK itu sendiri tentu ada pihak-pihak yang terkait yang
merekomendasikannya, dalam hal ini yakni Departemen Kesehatan ( DepKes) dan
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jika dilihat dari hal ini, maka dapat
disimpulkan adanya kolaborasi yang baik antara Depkes dan PPNI dalam rangka
memajukan dunia keperawatan di Indonesia.
Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Banyak sekali kebijakankebijakan yang dikeluarkan oleh Depkes yang sangat merugikan dunia
keperawatan, termasuk kebijakan mengenai dibentuknya pendidikan keperawatan
DIV di Politeknik-politeknik kesehatan (Poltekes), yang disetarakan dengan S1
Keperawatan, dan bisa langsung melanjutkan ke pendidikan strata dua (S2) dan
juga. Padahal beberapa tahun lalu telah ada beberapa Program Studi Ilmu
Keperawatan di negeri ini seperti PSIK Univesitas Sumatera Utara dan PSIK
Universitas Diponegoro yang telah membubarkan dan menutup pendidikan DIV
Keperawatan
karena
sangat
jelas
menghambat
perkembangan
profesi
keperawatan.
Selain itu masih beraktivitasnya poltekes-poltekes yang ada di Indonesia
sekarang ini yang sebetulnya melanggar hukum Sistem Pendidikan Nasional yang
ada tentang pendirian Poltekes, yakni Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
43
itu
akhir-akhir
ini
Depkes
telah
membuat
kebijakan
yang
Pertama, Perawat masih dijadikan warga kelas dua dinegeri sendiri dengan bukti
masih banyaknya tenaga perawat yang menjalani tenaga Honorer atau tenaga
kontrak (PKWT).cobalah anda Check sendiri fakta ini di rumah-rumah sakit,
poliklinik, tambang-tambang, pengeboran minyak, puskesmas dan sarana-sarana
Agency penyedia jasa tenaga kerja ( outsourching ) yang nota bene penyalur
perawat di berbagai kota besar di Indonesia.masih saja menjalani praktek
44
praktek tak senonoh berbentuk perbudakan moden ( modern slavery ) ini jelas
melanggar konstitusi kita, amanat UU No.13 tahun 2003 dan KepMenakerTrans
No.100 tahun 2004 melarang untuk melakukan tindakan kontrak/honor atau
bahkan PHL ( Pekerja Harian Lepas ). Tenaga kontrak sesungguhnya hanya
diperuntukkan bagi buruh yang melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan
produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan
atau penjajakan itu pun hanya berlaku 2 tahun plus satu tahun sedangkan tenaga
harian lepas untuk pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam waktu dan volume
pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran. Praktek-praktek ini masih
banyak menimpa para perawat Indonesia karena lemahnya posisi tawar
(bargaining position ) perlu diketahui bahwa perawat haram hukumnya untuk
dikontrak
terlebih
menggunakan
pihak
ketiga,
perawat
secara
tupoksi
Kedua, Harga diri perawat kian hari kian diinjak-injak tanpa pengakuan sama
sekali, perawat bekerja secara terus-menerus 24 Jam dengan 2-3 Shift dengan
segala resiko yang mengancam, norma-norma kesehatan dan keselamatan kerja
( UU 13/2003 pasal 85/86 ) tidak dijalankan oleh pemerintah melalui instansiinstansi yang mempekerjakan perawat hal ini diperparah lagi dengan sistem
jaminan sosial yang tidak pernah merata, antara resiko dan pendapatan tidak
berimbang, penghasilan/financial perawat dari dahulu hingga kini tak banyak
45
46
itu
standart
kompetensi
melalui
pengesahan
UU
praktik
itu
ayo
bangkit
dan
lawan
ketidak
adilan
ini.
47
kasus baik di dalam maupun diluar negri yang tak terungkap akibat sikap
kelalaian pemerintah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan
pelayanan kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat.Keperawatan
ternyata sudah ada sejak manusia ada dan hingga saat ini profesi keperawatan
berkembang dengan pesat.Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia
tidak hanya berlangsung di tatanan praktik,dalam hal ini layanan
keperawatan,tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan.Tidak asing lagi
pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas
layanan
keperawatan.Karenanya,perawat
harus
terus
meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan
pelayanan kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat.Keperawatan
ternyata sudah ada sejak manusia ada dan hingga saat ini profesi keperawatan
berkembang dengan pesat.Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia
tidak hanya berlangsung di tatanan praktik,dalam hal ini layanan
keperawatan,tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan.Tidak asing lagi
pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas
layanan
keperawatan.Karenanya,perawat
harus
terus
meningkatkan
65
D. Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai calon perawat atau
perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya.Salah satunya melalui
pendidikan keperawatan yang berkelanjutan,sehingga kita tidak mengalami
ketertinggalan dari keperawatan internasional.
DAFTAR PUSTAKA
66