Dokumen - Tips - 05 Risiko Dan Tingkat Pengembalian
Dokumen - Tips - 05 Risiko Dan Tingkat Pengembalian
Return on equity atau imbal hasil atas ekuitas merupakan pendapatan bersih dibagi
ekuitas pemegang saham.
Return of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas yang tidak
kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang
diinvestasikan dan bukan distribusi deviden. Investor mengurangi biaya investasi dengan
jumlah pembayaran.
Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi pendapatan
sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angka yang mencerminkan
hubungan antara investasi dan laba.
Return on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi merupakan pendapatan
bersih dan pengeluaran bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi perusahaan.
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi.
Return on network atau imbal hasil atas kekayaan bersih merupakan pemegang saham
yang dapat menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba bersih setelah pajak
dengan kekayaan bersihnya.
Return on sales atau imbal hasil atas penjualannya merupakan untuk menentukan
efisiensi operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan presentase penjualan
bersihnya yang mencerminkan laba sebelun pajak terhadap variable yang sama dari
periode sebelumnya.
Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di
masa mendatang.
Total return merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode
tertentu.
Return realisasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasi
masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut.
Return ekspektasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return
ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.
Menurut Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld, bahwa pada kenyataanya, seorang investor
yang netral terhadap risiko cenderung mengambil posisi agresif maksimum. Ia akan membeli
sebanyak mungkin aset yang menjanjikan hasil tinggi dan menjual sebanyak mungkin aset yang
hasilnya lebih rendah. Perilaku inilah yang menciptakan kondisi paritas suku bunga. Adapun
karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Takut pada risiko (RISK AVOIDER)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang
diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya
mengindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Karakter pebisnis yang
melakukan tindakan seperti ini disebut dengan safety player.
2. Hati-hati pada risiko (RISK INDIFFERENCE)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung
terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan diaplikasikan. Bagi kalangan
bisnis, mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini secara ekstrem disebut sebagai
tipe peragu.
3. Suka pada risiko (RISK SEEKER atau RISK LOVER)
Karakteristik ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa dengan
spekulasi dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu saja ingin menjadi
pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker adalah mental
yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar. Karakter ini yang paling
mendominasi jika dilihat dari kedekatannya pada risiko.
Utility
Risk Avoider
Risk Indefference
Risk Seeker
Monetary Outcome
Keterangan : Dari gambar di atas, kita bisa memperhatikan bagaimana perubahan dan
pergerakan kurva pada tiga karakteristik dalam mengambil keputusan. Di mana terlihat risk
seeker akan terus naik ke atas, sementara risk avoider akan terus bergerak turun ke bawah.
2. Tipe-tipe Risiko
3
RISK
PURE
STATIC
OBJECTIV
E
SPECULATI
VE
DYNAMIC
SUBJECTI
VE
STATIC
OBJECTIV
E
DYNAMIC
SUBJECTI
VE
OBJECTIV
E
Keterangan :
Pure Risk (Risiko Murni) : suatu ketidakpastian terjadi, maka kejadian tersebut pasti
menimbulkan kerugian. Risiko murni dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe risiko, yaitu:
1. Risiko aset fisik: risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset fisik suatu
perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus,
dll.
2. Risiko Karyawan: risiko yang disebabkan karena apa yang dialami oleh karyawan
yang bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Contoh : kecelakaan kerja yang
menyebabkan terganggunya aktivitas perusahaan.
3. Risiko Legal : risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak
berjalan sesuai dengan rencana. Contoh : perselisihan dengan perusahaan lain sehingga
adanya persoalan seperti penggantian kerugian.
Speculative Risk (Risiko Spekulatif) : suatu ketidakpastian akan terjadinya untung atau
rugi. Risiko ini dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe yaitu:
1. Risiko Pasar: risiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar. Contoh: harga saham
mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
2. Risiko kredit: risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya
kepada perusahaan. Contoh : timbulnya kredit macet, persentase piutang meningkat.
3. Risiko likuiditas: risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contoh:
kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat,
menyebabkan perusahaan harus menjual aset yang dimilikinya.
4. Risiko operasional: risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak
berjalan lancar. Contoh: terjadi kerusakan pada komputer karena berbagai hal
termasuk terkena virus.
Static Risk (Risiko Statis) : mungkin sifatnya murni atau spekulatif asalnya dari
masyarakat yang tidak berubah yang berada dalam keseimbangan stabil. Contoh :
ketidakpastian terjadinya sambaran petir.
4
Dynamic Risk (Risiko Dinamis) : mungkin sifatnya murni atau spekulatif timbul dari
perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Contoh : urbanisasi, perkembangan teknologi.
Subjective Risk (Risiko Subyektif) : berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang
mengalami keragu-raguan dan kecemasan akan terjadinya kejadian tertentu.
Objective Risk (Risiko Obyektif) : probabilitas penyimpangan aktual dari yang
diharapkan sesuai dengan pengalaman.
3. Sumber-sumber Risiko
Menurut Eduardus Tandelilin, sumber-sumber risiko adalah :
Risiko suku bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan akan mempengaruhi keputusan
publik dalam menetapkan keputusannya. Jika suku bunga naik maka publik akan
menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito, namun jika turun maka publik
akan menggunakan dananya untuk membeli saham.
Risiko pasar. Kondisi risiko pasar dapat dilihat pada saat fluktuasi pasar, krisis moneter,
dan resesi ekonomi.
Risiko Inflasi. Saat inflasi daya beli masyarakat turun, sedangkan saat normal daya beli
masyarakat naik.
Risiko Bisnis.
Risiko Finansial.
Risiko Likuiditas.
Risiko Nilai tukar mata uang
Risiko Negara. Berkaitan dengan keadaan politik.
4. Risiko Sistematis, tidak sistematis dan Total
a. Systematic Risk (Resiko sistematis)
Resiko sistematis disebut juga dengan market risk atau resiko umum.
Resiko sistematis adalah resiko yang bisa didiversifikasikan atau resiko yang sifatnya
mempengaruhi secara menyeluruh. Contohnya krisis moneter pada tahun 1997 di
Indonesia yang telah menyebabkan banyak sekali perusahaan yang bangkrut dan
meningkatnya angka pengangguran. Selain itu terjadi pula pada tahun 2008 yaitu saat
dunia dilanda krisis finansial yang salah satunya disebabkan oleh kredit subrime
mortgage di Amerika Serikat (tahun 2008) yang sudah terlalu tinggi, dan ternyata tidak
bisa diatasi lagi.
b. Unsystematic Risk (Risiko tidak sistematis)
Unsystematic Risk disebut juga dengan resiko spesifik atau resiko yang dapat
didiversifikasikan.
Resiko yang tidak sistematis yaitu hanya membawa dampak pada perusahaan yang
terkait saja. Jika suatu perusahaan mengalami Unsystematic Risk maka kemampuan
untuk mengatasinya masih akan bisa dilakukan, karena perusahaan bisa menerapkan
5
berbagai strategi untuk mengatasinya. Contohnya jika harga sekuritas perusahaan jatuh,
maka perusahaan menerapkan berbagai strategi investasi.
c. Total Risk
Total Risk adalah gabungan atau penjumlahan antara Systematic Risk dan Unsystematic
Risk.
Rumus menghitung total resiko:
Risk (%)
6. Mengelola Resiko
Dalam aktivitas yang namanya resiko adalah pasti terjadi dan sulit untuk dihindari
sehingga bagi sebuah lembaga bisnis seperti perbankan sangat penting untuk memikirkan
bagaimana mengelola resiko tersebut. Dalam mengelola resiko pada dasarnya ada 4 cara yaitu :
Memperkecil resiko, dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang mengandung
resiko tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisirnya agar resiko tersebut tidak
menambah menjadi besar dan diluar kontrol manajemen perusahaan.
Mengalihkan resiko, dengan cara mengalihkan resiko yang kita terima tersebut ketempat
lain seperti mengasurasikan bisnis guna menghindari terjadinya resiko yang sifatnya tidak
tentu waktunya
Mengontrol resiko, dengan cara melakukan kebijakan mengantisipasi terhadap timbulnya
resiko sebelum terjadi, seperti memasang alarm terhadap mobil, menempatkan satpam pada
siang atau malam hari
Pendanaan resiko, dengan cara menyediakan dana cadangan (reserve) guna mengantispasi
timbulnya resiko dikemudian hari, seperti perubahan terhadap nilai tukar dolar dipasaran
maka kebijakan sebuah bank adalah harus memiliki dana cadangan dalam bentuk dolar
7. Perhitungan Risiko
Sekedar informasi bahwa risiko yang terkecil itu adalah obligasi (bond) yang dijual oleh
pemerintah. Sedangkan risiko yang tertinggi adalah saham yang dijual oleh perusahaan. Ada
model perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan khususnya dalam investasi, yaitu
secara standar deviasi dan varian. Untuk melengkapi perhitungan ini agar lebih komprehensif,
terutama jika timbul suatu persoalan seperti penyebaran return yang diharapkan sangat besar,
maka dipergunakan perhitungan tambahan dengan menggunakan coefficient of variation atau
risiko relatif.
Standar deviasi atau simpangan baku adalah suatu estimasi probabilitas perbedaan return
nyata dari return yang diharapkan.
Varian (nilai kuadrat dari standar deviasi) adalah :
Dalam statistik, varian adalah ukuran penyerapan dari penyebaran probabilitas.
Hal ini merupakan pangkat dua deviasi standar. Misalnya, bila standar deviasinya
20, maka variannya adalah 400.
Selisih pendapatan, biaya, dan keuntungan terhadap jumlah yang direncanakan.
Varian dihitung pada pusat pertanggungjawaban, penganalisisan. Dan varian yang
tidak menguntungkan, diselidiki untuk mencari kemungkinan perbaikan.
Coefficient of variation adalah ukuran penyebaran relatif atau risiko relatif.
=[ RiE ( R ) ] pri
7
coef. of variation = E( R)
E ( R )= Ri( pri)
2
varians return
standar deviasi
pri=
Contoh soal :
Tabel : Perhitungan Varians dan Standar Deviasi pada Salah Satu Jenis Sekuritas
Return
Ri
0,11
0,09
0,12
0,05
0,06
Probabiitas
pri
0,3
0,2
0,1
0,2
0,1
E ( R )= Ri( pri)
Ri (pri)
0,033
0,018
0,012
0,010
0,006
Ri - E( R )
0,031
0,011
0,041
-0,029
-0,019
= 0,079
=[ RiE ( R ) ] pri
= 0,0006849
= 2= 0,0006849
0,026
2,61
coef. of variation = E ( R )
0,0261 0,079
8
[Ri - E( R )]
0,000961
0,000121
0,001681
0,000841
0,000361
[Ri - E( R )] pri
0,0002883
0,0000242
0,0001681
0,0001682
0,0000361
0,33
8. Perhitungan Return
A. PERHITUNGAN EXPECTED RETURN PADA SUATU SEKURITAS
Untuk menghitung return yang diharapkan dari suatu sekuritas yang harus dipahami oleh seorang
investor adalah dengan memahami probabilitas dari kejadian yang akan terjadi.
Rumusnya:
n
E ( R )= R1 P ri
i=1
Keterangan:
E (R) = Expected Return atau return yang diharapkan dari suatu sekuritas
Ri
Pri
Contoh:
Ri
32%
14%
0%
-10%
Pri
0,06
0,66
0,14
0,07
= 0,1046
B. PERHITUNGAN EXPECTED RETURN PADA PORTOFOLIO
= 10,46%
Apabila seorang investor memiliki
dana sebesar Rp.2 milyar dan melakukan keputusan
investasi pada portofolio A dan B.
SAHAM
JUMLAH
A
Rp. 800.000.000
B
Rp.1.200.000.000
Maka kita dapat menggunakan rumus:
E (R)
10%
7%
Persentasenya
164.000 .000
E (RP)% =
x100%
2.000 .000 .000
= 8,2%
Maka hasil hitungan dengan persentase akan memperlihatkan tingkat keuntungan untuk
portofolio 8,2% dari modal yang dimiliki oleh investor sebesar Rp.2 milyar.
C. MENGHITUNG EXPECTED RETURN DARI SAHAM
Rumusnya:
D P Po
r= 1 + 1
Po
Po
Keterangan:
r = keuntungan yang diharapkan dari saham
D1= Dividen tahun 1
PO = harga beli
P1 = harga jual
Seorang manajer keuangan melakukan analisa keuangan pada perusahaannya. Deviden
tahun 1 yang diperoleh sebesar Rp.5000 dengan harga beli dan harga jual masing-masing
adalah sebesar Rp.250 dan Rp.270. maka kita dapat menghitung keuntungan yang
diharapkan dari saham tersebut adalah:
D 1 P1Po
+
Po
Po
5000 270250
r=
+
250
250
r=20+ 0,80
r=20,80
sehingga kita memperoleh hasil keuntungan yang diharapkan dari saham tersebut adalah
Rp.20,8,r=
CAPM menjelaskan hubungan antara return dengan beta (). Beta menunjukkan
hubungan (gerakan) antara saham dan pasarnya (saham secara keseluruhan)4. Besarnya
risiko perusahaan ditentukan oleh beta.
>1 menunjukkan harga saham perusahaan lebih mudah berubah dibandingkan
indeks pasar. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi saham menjadi lebih berisiko,
artinya jika saat terjadi perubahan pasar 1% maka pada saham X akan mengalami
perubahan lebih besar dari 1%.
<1 menunjukkan tidak terjadinya kondisi yang mudah berubah berdasarkan kondisi
pasar.
=1 menunjukkan bahwa kondisinya sama dengan indeks pasar.
Rumus CAPM yaitu:
R i = i + i R m + ei
Keterangan:
Ri = Return saham i
= Alpha saham i
i = beta saham i
Rm = Return pasar
ei = random error
10. Pengambilan Keputusan Dalam Berbagai Kondisi
4 Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi,2009,TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS
INVESTASI:Teori dan soal jawab,Alfabeta, Bandung, hal.140. Lihat juga Said Kelana Asnawi
dan Chandra Wijaya,2005, Riset Manajemen Keuangan, Gramedia, Jakarta, hal.36.
11
Tindak lanjut dalam bidang investasi yang terpenting adalah pengambilan keputusan
(decision making). Ada berbagai kondisi yang sering muncul dalam pengambilan keputusan
namun secara umum dapat dibagi menjadi tiga saja, yaitu:
a. Kondisi pasti
Dalam kondisi pasti proses pengambilan keputusan yang dilakukan adalah berlangsung
tanpa ada banyak alternatif, keputusan yang diambil sudah jelas pada fokus yang dituju.
Ada beberapa teknik yang bisa dipergunakan sebagai penyelesaian pengambilan
keputusan dalam kondisi pasti ini, yaitu menggunakan program linier atau secara aljabar
linier, dan analisis jaringan kerja.
b. Kondisi Tidak Pasti
Pada kondisi seperti ini proses lahirnya keputusan lebih sulit atau lebih kompleks dalam
artian keputusan yang dibuat belum diketahui nilai probabilitas atau hasil yang mungkin
diperoleh. Situasi seperti ini dimungkinkan sekali terjadi dikarenakan minimnya
informasi yang diperoleh baik informasi yang sifatnya hasil penelitian maupun
rekomendasi lisan yang bisa dipercaya. Untuk menghindari timbulnya masalah dalam
situasi yang tidak pasti seperti ini adalah sebaiknya melakukan riset terlebih dahulu,
mencari informasi sebanyak mungkin dan mempergunakan beberapa metode
pengambilan keputusan yang paling sesuai dengan setiap kondisi masalah yang mungkin
timbul. Hal ini dapat menggunakan:
metode laplace proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa
probabilitas terjadinya berbagai kondisi adalah sama besarnya.
Metode maximax proses pengambilan keputusan dengan hanya mengutamakan
hasil yang paling optimistik dan mengabaikan sisi lain yang mungkin terjadi.
12