Kerusakan bahan pangan disebabkan oleh pematangan alamiah pada buah dan
sayuran. Penyebabnya adalah respirasi sel yang terus berlangsung, meskipun buah
atau sayuran sudah kita petik. Proses itu akan terus berlangsung sampai bahan
pangan menjadi layu dan tidak dapat dimakan lagi. Bahan makanan akan terus
berespirasi dengan menyerap oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Proses
pematangan buah dan sayur berlangsung ketika sel-selnya bernafas. Oleh sebab
itu, kita harus mengurangi kadar oksigen untuk memperlambat proses pematangan.
Penyebab lain kerusakan makanan adalah mikroorganisme, seperti bakteri, ragi dan
jamur. Mikroorganisme akan menyerang makanan dan menyebabkan busuk. Proses
ini terjadi pada bahan makanan nabati (buah dan sayur) maupun terhadap bahan
makanan hewani (daging, telur dll). Kerusakan bahan makanan dapat juga
disebabkan oleh serangan serangga, binatang pengerat, metabolisme oleh enzim,
perubahan otolistik pada daging atau ikan dan berkecambahnya biji-bijian.
Manusia tentunya menginginkan agar setiap bahan makanan dapat bertahan lama.
Oleh sebab itu, kita banyak mengembangkan sejumlah cara pengawetan bahan
makanan. Tujuannya adalah menunda atau mencegah proses kerusakan bahan
pangan. Keberhasilan metode pengawetan turut meningkatkan ketersediaan
ataupun penjualan bahan makanan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Dunia industri tentu menginginkan agar bahan makanan dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama. Pembusukan atau kerusakan makanan akan
mendatangkan kerugian secara ekonomis. Konsumen juga tentu tidak
menginginkan mengalami gangguan kesehatan akibat mengonsumsi makanan
rusak.Contohnya keberadaan bakteri Salmonella pada daging, unggas dan telur.
Bakteri tersebut dalam waktu 6-48 jam setelah dikonsumsi dapat menyebabkan
orang keracunan, demam, kram perut serta diare.
2. Metode Pengawetan
Pengawetan bahan makanan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan
teknologi pengawetan dan menggunakan bahan pengawet. Teknologi pengawetan
dengan banyak metode.
Berikut ini adalah beberapa metode pengawetan yang sudah banyak digunakan :
Jika kita pergi ke supermarket kita akan banyak menemukan makanan beku. Produk
makanan beku yang dapat kita temukan diantaranya daging. Penyimpanan suhu
rendah dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
Produk pengawetan dengan proses termal diantaranya adalah susu, jus buah, cider,
minuman dan makanan kaleng. Proses ternal dapat kita bedakan menjadi beberapa
metode berikut ini :
b. Sterilisasi adalah pemanasan pada suhu 121 C selama jangka waktu tertentu.
Tujuannya adalah membunuh semua mikroorganisme patogen dan mikroorganisme
pembusuk.
Makanan akan cepat membusuk akibat pertumbuhan mikroba, aktivitas enzim pada
makanan dan reaksi kimia/fisika. Oleh karena itu, kita harus mengawetkannya untuk
memperpanjang masa simpannya. Upaya pengawetan dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya diasinkan, dimaniskan, dikeringkan, diasapi dll. Hasilnya
adalah terciptanya berbagai jenis makanan yang tahan lama mulai dari manisan,
dodol, keripik dan sale. Salah satu jenis makanan yang cepat membusuk adalah
jenis buah-buahan. Upaya pengawetan buah dapat dilakukan dengan membuatnya
menjadi manisan.
Manisan buah adalah upaya pengawetan buah dengan gula. Pemberian gula
dengan kadar yang tinggi, bertujuan untuk memberikan rasa manis dan mencegah
tumbuhnya mikroorganisme (jamur,kapang). Pada prosesnya, digunakan juga air
garam dan air kapur untuk mempertahankan bentuk (tekstur) serta menghilangkan
rasa gatal atau getir pada buah. Ada dua macam bentuk olahan manisan buah,
yaitu manisan basah dan manisan kering. Perbedaannya terletak pada cara
pembuatan, daya awet dan kenampakannya. Khusus pada pertemuan ini, kita
hanya akan membicarakan pembuatan manisan buah.
buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan basah adalah jenis buah
yang cukup keras, seperti pala, mangga, kedondong, kolang kaling dan lainnya.
Hasil samping dari proses pembuatan manisan buah ini ialah sirup dari larutan
perendamannya.
Indonesia merupakan negara tropis yang menghasilkan berbagai jenis buahbuahan. Oleh sebab itu, usaha pembuatan produk manisan buah basah sangat
potensial untuk dikembangkan. Atas dasar itu, kita harus menghargai, mengagumi
dan menilai berbagai produk manisan buah basah yang ada di sekitar kita. Upaya
ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi kita maupun orang lain dalam
mengembangkan produk manisan buah basah.
Buah-buahan dikenal sebagai bahan pangan sumber vitamin dan makanan yang
mempunyai cita rasa yang enak. Oleh sebab itu, proses pembuatan manisan buah
basah harus tetap memperhatikan kedua aspek tersebut. Namun untuk cita rasa,
tentunya antara cita rasa manisan buah dengan buahnya tentu akan mengalami
perbedaan. Apalagi buah yang dipakai untuk membuat manisan adalah buahbuahan segar setengah matang. Hal itu tentu akan memberikan cita rasa yang
khas. Penambahan gula, garam ataupun cabai akan membuat rasa manisan
menjadi semakin enak dan khas.
Indonesia memiliki begitu banyak jenis buah-buahan. Hal itu tentunya harus kita
syukuri. Salah satu cara mensyukurinya adalah dengan memanfaatkan sebaikbaiknya. Kita dapat membuka usaha dalam bidang manisan buah-buahan. Apalagi
perkembangan zaman, telah mengubah buah sebagai pelengkap hidangan menjadi
"menu yang wajib ada" pada setiap jam makan. Buah memiliki kandungan vitamin
dan sumber serat yang sangat diperlukan untuk kelancaran metabolisme tubuh.
Oleh karena itu, peluang ini harus kita bidik sebagai lapangan usaha.
Bisnis manisan buah merupakan bisnis yang menggiurkan. Untuk mendirikan bisnis
ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
e. Aspek dampak lingkungan yang meliputi, baik lingkungan fisik maupun nonfisik