Luasnya peramalan yang akan dilakukan oleh analis merupakan pilihan analis. Setelah
analis membuat peramalan, langkah berikutnya yang dilakukan analis adalah mempertimbangkan
seperangkat asumsi tentang perusahaan yang akan dipakai sebagai basis peramalan. Kunci untuk
dapat melakukan peramalan adalah asumsi yang didasarkan pada realitas bisnis perusahaan yang
akan diramalkan. Analisis strategi memberikan pemahaman yang kritis mengenai dari proporsi
perusahaan dan apakah kinerja perusahaan saat ini dapat bertahan (sustainable) di masa yang
akan datang. Analisis akuntansi dan analisis rasio dapat memberikan pemahaman yang
mendalam terkait dengan kinerja perusahaan dan apakah rasio yang dihasilkan dari laporan
keuangan perusahaan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai kinerja perusahaan
saat ini.
Implementasi penilaian ini melibatkan pemahaman dalam jangka panjang oleh karena itu,
tidaklah praktis bagi analis untuk membuat peramalan dari seperangkat lengkap laporan
keuangan. Sebaliknya analis harus fokus terhadap elemen-elemen kunci dari kinerja perusahaan.
Dalam buku ini akan dibahas secara khusus mengenai peramalan laporan laba-rugi TJX, neraca,
dan free cashflow untuk jangka panjang pada tahun fiskal 2011. Dalam melakukan peramalan
ini, akan digunakan asumsi peramalan dan perkiraan keuangan yang sama yang ada dalam tabel
8-1 dan 8-2 sebagai titik awal dalam melakukan penilaian TJX.
Making Performance Forecast for Valuing TJX
Seperti yang dijelaskan dalam bab 7, perkiraan kunci yang diperlukan untuk merubah perkiraan
keuangan menjadi estimasi nilai ekuitas adalah:
-
Perkiraan mengenai abnormal earnings: yang diperoleh dari net income dikurangi ekuitas
shareholders awal tahun dikalikan dengan rate of required return (Cost of Equity)
Abnormal ROE: Abnormal ROE diperoleh dari perbedaan antara ROE dan Cost of Equity
yang disesuaikan untuk melihat pertumbuhan dalam nilai buku ekuitas atau
Free cashflow to equity: yang diperoleh dari nilai net oncome dikurangi dengan semua
kenaikan dalam operaring working capital dan net long term asset ditambah dengan
kenaikan dalam net debt.
Untuk dapat menghasilkan perkiraan abnormal earnings atau abnormal ROE perlu ditetapkan
lebih dahulu mengenai biaya ekuitas untuk perusahaan. Untuk tujuan diskusi dalam bab akan
digunakan biaya ekuitas TJX sebesar 8.8%.
Untuk dapat memperoleh cashflow pada tahun 2020, perlu dibuat asumsi mengenai
tingkat pertumbuhan penjualan dan rasio neraca pada tahun 2021. Perkiraan cashflow yang
ditunjukan pada tabel 8-3 didasarkan pada asumsi bahwa pertumbuhan penjualan dan rasio
neraca awal pada tahun 2021 yang jumlahnya sama dengan tahun 2020. Proyeksi abnormal ROE
TJX terus menurun dari 42.1% menjadi 13.0% sesuai dengan keadaan bisnis saat ini yang sangat
kuat dalam persaingan. Hal ini juga menyebabkan menurunnya nilai abnormal earnings selama
periode yang diramalkan.
Terminal Values
Terminal Year merupakan periode akhir peramalan dinamakan sebagai terminal years.
Sedangkan untuk terminal value didefinisikan sebagai nilai sekarang dari baik abnormal earnings
atau free cashflow yang terjadi setelah terminal years. Karena peramalan ini melibatkan
penilaian selama waktu hidup perusahaan, maka analis harus mempunyai asumsi-asumsi tertentu
yang digunakan untuk menyederhanakan proses peramalan. Pertanyaan selanjutnya yang harus
diperhatikan adalah apakah asumsi-asumsi yang digunakan oleh analis masuk akal untuk dapat
mengasumsikan kinerja perusahaan setelah terminal year yang telah ditetapkan.
Jika analis mengasumsikan bahwa pertumbuhan penjualan (sales growth) akan
bertumbuh lebih besar dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi makro maka jelas asumsi
ini tidaklah rasional dalam peramalan jangka panjang. Tingkat pertumbuhan penjualan tersebut
akan melebihi tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan nyata dalam ekonomi secara keseluruhan.
Atau bisa dikatakan bahwa ukuran perusahaan selanjutnya akan melibihi dari ukuran perusahaan
ukuran perusahaan-perusahaan sejenis yang ada dalam sebuah negara. Kemudian, sebenarnya
asumsi masuk akal apakah yang dapat digunakan dalam melakukan peramalan jangka panjang
ini? Haruskah seroang analis menetapkan tingkat pertumbuhan perusahaan yang sama dengan
tingkat inflasi dalam suatu negara? Atau haruskah digunakan ukuran lain seperti GDP? Dan
pertanyaan selanjutnya yang ada adalah apakah perusahaan yang menghasilkan abnormal profits
akan terus bisa menghasilkan abnormal profits dengan cara mempertahankan margin laba dengan
dasar pertumbuhan penjualan di masa yang akan datang atau dengan dasar penjualan saat
ini?.Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, maka seorang analis harus mempertimbangkan
menganai seberapa lama tingkat pertumbuhan penjualan (rate of sales growth) dapat melampaui
keseluruhan pertumbuhan ekonomi suatu negara dan berapa lama sebenarnya mempertahankan
competitive advantage-nya? Berikut akan disajikan beberapa pendekatan yang bisa digunakan
dalam melakukan peramalan terminal value.
Terminal Values with Competitive Equilibrium Assumption
Untungnya dalam banyak situasi, pertanyaan mengenai lama pertumbuhan penjualan
tidaklah menjadi masalah sama sekali. Kenyataannya dibawah asumsi ekonomi tidak ada
gunanya untuk mempertimbangkan tingkat pertumbuhan diatas terminal years yang telah
ditetapkan. Informasi mengenai pertumbuhan tersebut merupakan hal yang irrelevant selama
analis memperhatikan mengenai nilai ekuitas perusahaan dengan mendalam.
Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa lama analis dapat mengabaikan mengenai asumsi
pertumbuhan penjualan tersebut?. Untuk dapat menjawab hal tersebut, analis harus
memperhatikan mengenai faktor kompetisi. Hal ini disebabkan karena dampak dari kompetisi
akan cenderung membatasi kemampuan perusahaan dalam mengidentifikasi dalam dasar yang
konsisten (on a consistent basis) kesempatan bertumbuh yang dapat menghasilkan laba
supernormal. Hal ini karena kompetisi akan cenderung mempengaruhi laba yang diperoleh
perusahaan. Selanjutnya analis akan mengasumsikan bahwa perusahaan akan memperoleh laba
yang tinggi untuk menarik banyak para pesaing untuk masuk dalam pasar hal ini dilakukan untuk
mengurangi margin perusahaan, dan dengan demikian return akan bergerak ke tingkatan normal.
Pada poin ini, perusahaan akan menghasilkan Cost of capital degan tidak ad abnormal return atau
nilai terminal (terminal values).
Pada titik ini perusahaan mungkin saja akan memilih strategi untuk mempertahankan
competitive advantage nya yang akan menghasilkan return diatas dari nilai cost of equity-nya.
Ketika competitive advantage tersebut dilindungi dengan nama brand yang bagus perusahaan
bisa saja mempunyai competitive advantage yang bisa bertahan sampai bertahun-tahun.
waktu yang dibutuhkan ike perusahaan dalam proyek investasi tambahan untuk mencapai
keseimbangan dengan isu mempertahankan keuntungan kompetitif perusahaan.
Computing Equity Value
Pada Tabel 8-6 menunjukkan estimasi nilai dari ekuitas TJX menggunakan tiga metode
berbeda yang didiskusikan dalam chapter 7 (abnormal earnig, abnormal ROE, dan free cash
flow pada ekuitas). Untuk menghitung nilai tersebut, Biaya Ekuitas dari TJX sebanyak 8.8 persen
digunakan untuk diskon Permalan kinerja pada tabel 8-3 dan peramalan terminal value
menggunakan empat scenario yang diperkenalkan diatas pada tabel 8-4. Peramalan diskon ini
kemudian ditambahkan bersama dengan nilai buku awal (kecuali arus kas bebas pada
perhitungan ekuitas, yang mana tidak dapat dilakukan bergantung pada nilai buku awal) untuk
mencapai pada total perkiraan nilai dari ekuitas TJX dengan berbagai scenario yang telah
didiskusikan. Tergantung pada asumsi yang mana dari perilaku atas laba TJX dalam jangka
panjang pengujian kami, kita dapat melihat bahwa perkiraan dari kisaran harga saham TJX
berkisar dari $29.78 hingga $61.36.
Sebagaimana
yang
telah
didiskusikan
dalam
chapter
7,
metode
abnormal
return ,abnormal ROE, dan free cash flow menghasilkan nilai ekuitas yang sama. Perlu Dicatat
juga bahwaS terminal value TJX mewakili sebagian besar dari nilai total ekuitas dalam metode
free cash flow dibandingkan metode lainnya. Sebagaimana yang telah didiskusikan dalam
chapter 7, Hal ini dikarenakan metode ROE dan abnormal earning bergantung pada nilai buku
ekuitas perusahaan, jadi perkiraan terminal value untuk penambahan nilai atas nilai buku.
Sebaliknya, Pendekatan free cash flow mengabaikan nilai buku, menyatakan bahwa terminal
value permalan mewakili nilai total pada periode ini.
Sebagai catatan akhir, perhitungan utama dalam perkiraan diatas memperlakukan semua
arus seakan-akan mucul pada akhir periode. Pada kenyataannya mereka akan secara khusus
mencapai seluruh tahun. Jika kita memilih berasumsi secara sederhana bahwa arus kas muncul
pada pertengahan tahun, dan kemudian kita harus menyesuaiakan kenaikan estimasi nilai kita
dengan [1+(R/2], dimana R adalah rata-rata diskon. Hal ini akan meningkatkan perkiraan nilai
ekuitas untuk kisaran dari $31.09 ke $64.06.
Perkiraan nilai versus nilai pasar
Analisis sensitivitas
Berbagai perkiraan dari estimasi nilai ekuitas ditunjukkan dalam tabel 8-6 diatas
mendemonstrasikan bahwa perubahan dalam asumsi dapat berdampak signifikan pada penilaian
analis ekuitas untuk sebuah perusahaan. Sebagai catatan diatas, penilaian pasar dari TJX pada
awal 2011 berdekatan untuk scenario 2 pada penilaian kami, mengindikasikan bahwa perkiraan
pasar TJX agar bisa dilanjutkan untuk menghasilkan abnormal return melebihi perkiraan masa
datang. Namun, dalam chapter 6, kami mengungkapkan bahwa masa depan perusahaan dapat
dilakuakan menggunakan berbagai cara.
Some Practical Issues in Valuation
Diskusi di atas memberikan sebuah catatam untuk melakukan penilaian: Dalam prakteknya,
analis harus berurusan dengan sejumlah isu lain yang memiliki pengaruh penting pada tugas
penilaian. Kita akan membahas tiga komplikasi yang paling sering ditemui - distorsi akuntansi,
nilai buku negatif, dan kelebihan uang tunai.
Penting untuk mengakui bahwa kedua penilaian berbasis akuntansi dan penilaian
discounted cash flow mengasumsikan pembayaran dividen yang berpotensi dapat bervariasi dari
waktu ke waktu. Asumsi kebijakan dividen ini diperlukan selama satu keinginan untuk
mengasumsikan tingkat konstan leverage keuangan dan risiko ekuitas stabil yang digunakan
untuk menghitung biaya ekuitas dalam perhitungan penilaian. Perusahaan jarang memiliki
kebijakan dividen variabel dalam praktek.Namun, hal ini sendiri tidak membuat pendekatan
penilaian tidak valid, asalkan kebijakan dividen perusahaan tidak memengaruhi nilainya.
Sebuah kebijakan dividen perusahaan dapat memengaruhi nilai jika manajer tidak
menginvestasikan free cash flow perusahaan secara optimal. Misalnya, jika manajer sebuah
perusahaan cenderung menggunakan kelebihan uang tunai untuk melakukan akuisisi valuedestroying, maka pendekatan kami melebih-lebihkan nilai perusahaan.Perusahaan yang
menbiarkan seperti biaya 'agen' cenderung memiliki tata kelola perusahaan yang tidak
efektif.Salah satu pendekatan yang analis dapat digunakan untuk mencerminkan jenis-jenis
perhatian menjadi penilaian adalah pertama memperkirakan nilai perusahaan sesuai dengan
pendekatan yang dijelaskan sebelumnya dan kemudian menyesuaikan nilai estimasi untuk biaya
agen apapun manajer perusahaan dapat memaksakan pada investor.