Anda di halaman 1dari 19

POTENSIAL OSMOTIK CAIRAN SEL BERDASARKAN METODE

CHARDAKOV (Fisiologi Tumbuhan)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kelangsungan hidup sel tumbuhan bergantung pada kemampuannya untuk menyeimbangkan
pengambilan dan pengeluaran air. Pengambilan atau pengeluaran air oleh suatu sel terjadi
melalui osmosis, yaitu transpor pasif air melewati membran semipermeabel. Dalam kasus sel
hewan, sudah cukup bagi kita jika kita tahu apakah larutan ekstraseluler itu hipotonik atau
hipertonik terhadap cairan sel; air akan bergerak akibat osmosis dari arah hipotik ke hipertonik.
Akan tetapi dalam kasus sel tumbuhan, kehadiran dinding sel menjadi faktor kedua yang
mempengaruhi osmosis tersebut.
Pengaruh gabungan dari kedua faktor ini konsentrasi zat terlarut dan tekanan disebut
potensial air, disingkat dengan PA atau dengan huruf Yunani (psi). Hal yang paling penting
yang harus dipelajari mengenai bahwa air akan bergerak melewati membran dari larutan dengan
PA yang lebih tinggi ke larutan dengan PA lebih rendah. Komponen potensial dalam potensial air
mengacu pada energi potensial, yaitu kepasitas untuk melakukan kerja ketika air bergerak dari
daerah dengan PA lebih tinggi ke daerah dengan PA lebih rendah (Ismail, 2006).
Peranan air sebagai pelarut ini penting sekali artinya bagi kehidupan tumbuhan. Struktur molekul
protein dan asam nukleat dapat berlangsung karena adanya air di sekitarnya.

Potensial osmotic suatu larutan lebih menyatakan status larutan yang dinyatakan dalam satuan
konsentrasi, satuan tekanan atau satuan energi. Potensial osmotic air murni memiliki nilai = 0,
sehingga kalau digunakan satuan tekanan maka nilainya menjadi 0 atm atau 0 bar. Potensial
osmotik cairan sel dapat diukur dengan mudah bila nilai potensial tekanan cairan sel sama
dengan nol, yaitu pada saat sel mengalami plasmolisis. Pada proses plasmolisis dikenal istilah
plasmolisis insipien yaitu kondisi dimana protoplasma hampir terlepas dari dinding sel. Volume
sel yang mengalami plasmolisis sama dengan palsmolisis yang mengalami plasmolisis insipien.
Plasmolisis insipien dapat ditentukan dengan melihat jumlah sel yang terplasmolisis dari
populasi sel yang teramati.
Penentuan nilai osmotik cairan sel dapat pula dilakukan dengan metode cardakov, cara ini
relative lebih mudah, akurat dan mudah diterapkan dilapangan. Perhitungan nilai potensial
osmotik cairan sel dengan metode chardacov ini didasarkan pada perubahan konsentrasi larutan
akibat adanya penyerapan larutan oleh jaringan yang direndam didalam larutan. Dalam metode
chardacov, gerakan partikel partikel zat terlarut ked an dari jaringan/ larutan diabaikan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
a. Menentukan potensial osmotic cairan sel dalam jaringan tumbuhan berdasarkan metode
chardacov.
b. Mengetahui hubungan antara larutan dengan konsentrasi yang berbeda dengan potensial
osmotik.

BAB II
BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan


Pada praktikum potensial osmotic cairan sel ini menggunakan alat dan bahan yang digunakan
agar lancarnya praktikum. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kentang
(Solanum tuberosum), larutan mytelen blue 0 ,10 M; 0,20 M; 0,30 M. Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah mortal, pinset, petridish/ tabung reaksi dan silet.

1.
2.
3.

4.

2.2 Cara Kerja


2.2.1 Penentuan Potensial Osmotic Berdasarkan Metode Chardakov
Menyiapkan dua set tabung reaksi, setiap set terdiri dari lima tabung dan tandai secra berurutan
sebagai berikut :0 ,10 M; 0,20 M; 0,30 M.
Memasukkan kedalam tabung reaksi larutan mytelen blue dengan konsentrasi yang tertera pada
tabung.
Membuat irisan kentang dengan bentuk persegi panjang dengan panjang 5 cm dan lebarnya 0,5
cm dengan menggunakan silet dan penggaris. Kemudian meletakkan irisan kentang segera
setelah dibuat pada tempat tertutup untuk menghindari penguapan.
Rendam tiga potong kentang dalam masing masing larutan mytelen blue. Hanya satu set yang
digunakan untuk merendam potongan kentang sedangkan yang satu set lainnya digunakan untuk
control dan diwarnai

5. Melakukan pengamatan yang sama dengan lama perendaman 30 menit.Setelah 30 menit


tuangkan larutan mytelen blue yang digunakkan untuk merendam kedalam tabung lain yang telah
disiapkan dan ditandai.
6. Dengan hati hati teteskan secra perlahan larutan mytelen blue yang telah diwarnai kedalam
larutan mytelen blue bekas rendaman potongan kentang, gunakan larutan mytelen blue yang
diberi warna dengan konsentrasi yang sama dengan yang akan ditetesi.
7. Tentukan larutan isotonic berdasarkan gerakan tetesan larutan mytelen blue berwarna.
8. Hitung potensial osmotik cairan dengan menggunkan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
M = konsentrasi sukrosa yang mengakibatkan 50% populasi sel teramati mengalami plasmolisis
T = suhu mutlak ( 0 K)
9. Hasil perhitungan hasil pengamatan tersebut dicatat dalam table.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan terhadap kentang (Solanum tuberosum) yang direndam dengan larutan
mytelen blue
Objek

Konsentrasi Mytelen Blue


0,1 M

0,2 M

0,3 M

Kontrol

Sama

Eksperimen

Sama

Lebih
Pekat
Kurang
Pekat

Lebih
Pekat
Kurang
Pekat

3.2 Pembahasan
Dari pengamatan data diatas, hasil perendaman mytelen blue selama 30 menit. Dalam tiap
tabung dengan konsentrasi berbeda tiap larutannya dengan besar potongan kentang yang sama
terjadi perbedaan yang terjadi dalam larutan mytelen blue, pada konsentrasi 0,1 M pada tabung
eksperimen dan control memiliki kepekatan dan warna larutan yang sama tidak ada perbedaan,
kemudian pada larutan mytelen blue dengan konsentrasi 0,20 M didapat larutan pada tabung
eksperimen kurang pekat dibandingkan dengan tabung yang menjadi control, kemudian pada
tabung ketiga dari hasil pengamatan terlihat bahwa pada tabung eksperimen menghasilkan
larutan yang kurang pekat dibandingkan dengan larutan pada tabung control.

Dengan demikin dapat kita hitung besar potensial osmotiknya . dari data yang diperoleh maka
yang dihitung adalah larutan yang memiliki konsentrasi sebesar 0,10 M dan dapat dihitung
potensial cairan dalam selnya dengan menggunkan rumus:
Dari perhitungan ini berarti besar potensial
dengan konsentrasi 0,10 M adalah -2,24 bar.

osmotik

pada

larutan mytelen

blue

Pada praktikum ini menggunakan kentang yang direndam maka akan terjadi perubahan
kepekatan antara konsentrasi larutan antara tabung reaksi control dan eksperimen.
Hal ini didasarkan pada perubahan konsentrasi larutan akibat adanya penyerapan larutan oleh
jaringan yang direndam didalam larutan. Dalam metode chardacov, gerakan partikel partikel
zat terlarut ke dan dari jaringan/ larutan diabaikan.
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhanadapat dikatakan bahwa
osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat
berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi
molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula
tekanan osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti
jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh
perbedaan konsentrasi.

BAB IV
KESIMPULAN

Dari hasil potensial osmotik didalam cairan sel, yang dilakukan dilaboratorium biologi, dapat
diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Penentuan nilai osmotik cairan sel dapat dilakukan dengan metode cardakov, cara ini relative
lebih mudah, akurat dan mudah diterapkan.
2. Osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat
berkonsentrasi tinggi ke tempatberkonsentrasi rendah.
3. Pada praktikum ini menggunakan kentang yang direndam maka akan terjadi perubahan
kepekatan antara konsentrasi larutan antara tabung reaksi control dan eksperimen.
4. Perbedaan larutan akibat adanya penyerapan larutan oleh jaringan yang direndam didalam
larutan.
5. Dalam metode chardacov, gerakan partikel partikel zat terlarut ke dan dari jaringan/ larutan
diabaikan.
http://nisa-biopendidikan.blogspot.com/2011/06/potensial-osmotik-cairan-sel.html

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air
dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai
potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu
potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992).
Potensial osmotic suatu larutan lebih menyatakan status larutan yang dinyatakan dalam
satuan konsentrasi, satuan tekanan atau satuan energi. Potensial osmotic air murni memiliki nilai
= 0, sehingga kalau digunakan satuan tekanan maka nilainya menjadi 0 atm atau 0 bar. Potensial
osmotik cairan sel dapat diukur dengan mudah bila nilai potensial tekanan cairan sel sama
dengan nol, yaitu pada saat sel mengalami plasmolisis. Pada proses plasmolisis dikenal istilah
plasmolisis insipien yaitu kondisi dimana protoplasma hampir terlepas dari dinding sel. Volume
sel yang mengalami plasmolisis sama dengan palsmolisis yang mengalami plasmolisis insipien.
Plasmolisis insipien dapat ditentukan dengan melihat jumlah sel yang terplasmolisis dari
populasi sel yang teramati. Suatu jaringan dalam keadaan plasmolisis insipien bila 50% dari
populasi sel yang teramati mengalami plasmolisis.

Penentuan nilai osmotic cairan sel dapat pula dilakukan dengan metode
Chardakov. Penentuan nilai osmotik ini sudah sejak lama dikenal oleh V.S Chardakov yang
berasal dari Rusia. Cara ini relative lebih mudah, akurat, dan mudah diterapkan dilapangan.
Perhitungan nilai potensial osmotic cairan sel dengan metode Chardakov ini didasarkan pada
perubahan konsentrasi larutan akibat adanya penyerapan larutan oleh jaringan yang direndam
atau adanya pengeluaran cairan dari jaringan yang direndam di dalam larutan. Dalam metode
Chardakov, gerakan partikel-partikel zat terlarut ked an dari dalam jaringan/larutan diabaikan.
B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini untuk menentukan potensial osmotik
cairan sel berdasarkan plasmolisis insipien dan untuk menentukan potensial osmosis cairan sel
berdasarkan metode chardakov.
BAB II. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu diadakan pada:
Hari/tanggal : Senin/ Mei 2010
Waktu : Pukul 9.00 s.d selesai
Tempat : Laboratorium Tadris Biologi lantai II Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung.
B. Bahan dan Alat
Dalam praktikum potensial osmotik cairan sel ini menggunakan bahan berupa umbi
bawang, kentang, larutan sukrosa dan alat-alat berupa pipet tetes, petridish/tabung reaksi,
mikroskop, tissue, objek glass, cover glass, dan pipet.
C. Cara Kerja
Praktikum ke-1 : Penentuan potensial osmotik berdasarkan plasmolisis insipien
1. Siapkan satu seri larutan sukrosa yang terdiri dari 5 konsentrasi yaitu : 0,14; 0,16; 0,18;

0,20; 0,22 kemudian masukkan ke dalam tabung/petrhdish yang telah disiapkan.


2. Buat irisan tipis lapisan epidermis umbi bawang, kemudian rendam selama 15 menit ke

dalam larutan sukrosa yang telah disediakan di atas, setelah itu ambil jaringan epidermir
dari larutan sukrosa dan amati di bawah mikroskop.
3. Catat jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada setiap hasil perendaman.

4. Tentukan larutan sukrosa mana yang mengakibatkan 50% dari populasi sel yang diamati

mengalami plasmolisis.
5. Lakukan pengamatan yang sama dengan lama perendaman 30 menit.
6. Hitung potensial osmotik cairan sel dengan rumus sebagai berikut :
=

Keterangan :
= potensial osmotic

M= konsentrasi sukrosa yang menyebabkan 50% populasi sel yang teramati mengalami
Plasmolisis.
T= suhu mutlak (273 C).
7. Hitung perhitungan tersebut dicatat pada tabel.

Praktikum ke-2 : Penentuan potensial osmosis berdasarkan metode chardakov


1. Siapkan dua set tabung reaksi, setiap sel terdiri dari 3 tabung dan tandai secara berurutan

sebagai berikut : 0,15; 0,20; 0,25.


2. Masukkan kedalam tabung reaksi larutan sukrosa dengan konsentrasi yang tertera pada

tabung.
3. Buat irisan kentang dengan bentuk silinder dengan diameter 4-5 mm dan panjang 40 mm

menggunakan pengebor gabus dan silet. Taruhlah irisan kentang segera setelah dibuat
pada tempat tertutup untuk menghindari penguapan. Rendam 3 potongan kentang dalam
masing-masing larutan sukrosa. Hanya satu set yang digunakan untuk merendam
potongan kentang, satu set lainnya digunakan untuk kontrol dan diwarnai.
4. Lakukan perendaman selama 30 menit. Setelah 30 menit tuangkan larutan sukrosa yang

digunakan untuk merendam kedalam tabung lain yang telah disiapkan dan ditandai.
5. Dengan hati-hati teteskan secara perlahan larutan sukrosa yang telah diwarnai kedalam

larutan sukrosa bekas rendaman potongan kentang. Gunakan larutan sukrosa yang diberi
warna dengan konsentrasi yang sama dengan yang akan ditetesi.
6. Tentukan larutan isotonik berdasarkan gerakan tetesan larutan sukrosa berwarna.

7. Hitung potensial osmotik cairan sel umbi kentang dengan menggunakan rumus seperti di

atas.
http://amintabin.blogspot.com/2010/07/laporan-praktikum-potensial-osmotik.html

air sebagai komponen tumbuhan


April 12, 2011
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses fisika difusi (dengan osmosis sebagai bagian khususnya) mempunyai peranan yang sangat
penting pada fisiologi tumbuhan, sehingga pengertian yang jelas mengenai proses ini perlu sekali
untuk diketahui dan juga agar mudah dimengerti beberapa sifat umum materi harus diperhatikan.
Telah diketahui bahwa semua zat baik unsur maupun senyawa pada hakikatnya tersusun atas partikelpartikel kecil yang memiliki dua sifat umum yang penting yaitu kemampuan untuk bergerak bebas dan
kecenderungan bagi partikel yang sama untuk tarik menarik. Kemampuan untuk bergerak bebas
cenderung untuk memisahkan partikel penyusun suatu zat, sedangkan gaya tarik-menarik cenderung
untuk mempersatukan partikel-partikel itu (Loveles,1991).
Jika partikel suatu zat dapat bergerak bebas tanpa terhambat oleh gaya tarik, maka dalam jangka
waktu tertentu partikel-partikel itu akan tersebar merata dalam ruang yang ada sampai distribusi
merata, seperti itu terjadi akan terdapat lebih banyak partikel yang bergerak dari daerah tempat
partikel pada arah tertentu disebut difusi. Semakin besar perbedaan konsentrasi antara dua daerah
yaitu semakin tajam gradiasi konsentrasinya, semakin besar kecepatan difusinya. Jika keseimbangan
telah tercapai maka partikel terus bergerak seperti semula tetapi tidak terjadi lagi difusi. Hal ini
disebabkan oleh partikel-partikel suatu zat tetap bergerak, maka kemampuan difusi itu merupakan
sifat semua gas. Difusi gas dapat diperlihatkan bila sebuah kran gas dibuka di salah satu sudut
ruangan dan bau gas di buka di salah satu ruangan itu (Fetter,1998).
Dalam fisiologi tumbuhan adalah hal biasa untuk menunjukan energi bebas yang dikandung air dalam
bentuk potensial air. Deviasi (turunan) potensial air dari prinsip-prinsip termodinamika dapat dijumpai
dalam Slatyer (1967), akan tetapi untuk saat ini cukuplah untuk mendefinisikan potensial air sebagai
energy bebas per unit volume air dengan menganggap bahwa potensial air murni adalah nol pada
kondisi standar (menggunakan suhu udara dan tekanan atmosfer). Karena energi unit volume
mempunyai dimensi sama dengan tekanan potensial air tanah dan tanaman dinyatakan dalam unit
tekanan, baik dalam bar atau pascal (Fetter,1998).
Kemampuan air dapat dibedakan atas potensial tekanan dan osmotik. Potensial tekanan timbul karena
adanya tambahan tekanan sama dengan tekanan nyata dari bagian system tertentu. Dan potensial
osmotik (potensial zat terlarut) terjadi karena adanya unsure terlarut (Salisbury and Ross,1991).
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan
epidermis, untuk mengukur tekanan osmotik cairan sel dan untuk mengetahui cara mengukur
potensial air dengan metode chardakov.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Difusi adalah penyebaran molekul zat dari konsentrasi (kerapatan) tinggi ke konsentrasi rendah tanpa
menggunakan energi secara spontan, molekul zat dapat terdifusi hingga dicapai kerapatan yang sama

dalam suatu ruangan. Sebagai contoh, setetes parfum akan menyebar ke seluruh ruangan (difusi gas
didalam medium udara), molekul dari sesendok gula akan menyebar keseluruh volume air digelas
meskipun tanpa diaduk (difusi zat padat didalam medium air), hingga kerapatan zat tersebut merata
(Syamsuri,2004).
Sedangkan menurut Salisbury (1991) difusi adalah pergerakan netto dari suatu tempat ke tempat lain
akibat aktivitas kinetic acak dan gerak normal dari molekul termal atau ion. Difusi bukanlah suatu
kejadian yang mudah dilihat karena difusi zat cair yang menempuh jarak makroskopik itu berlangsung
lambat dan aliran massa gas dan zat cair sangatlah lazim. Walaupun demikian sebenarnya difusi
mudah diamati (Lakitan,1993).
Difusi sering terjadi akibat adanya perbedaan konsentrasi bahan dari satu titik dengan titik lain.
Perbedaan konsentrasi sangatlah lazim terjadi, terutama di dalam sel hidup dan dalam organism pada
umumnya. Contohnya, ketika senyawa organik tertentu dalam sitosol masuk ke dalam sel dan di
metabolismekan oleh mitokondria dipertahankan lebih rendah daripada konsentrasinya didekat
kloroplas yang berfotosintesis (penghasil gula) didalam sel yang sama. Ditingkat sel,difusi bermacam
bahan termasuk air terjadi terus menerus dan dimana-mana (Salisbury and Ross,1991) .
Salah satu penyerapan secara difusi adalah penyerapan unsur hara jika konsentrasi beberapa ion di
dalam sitosol dipertahankan untuk tetap rendah karena ion-ion tersebut masuk dalam sitosol akan
segera dikonversi ke bentuk lain. Misalnya, Nitrit segera direduksi menjadi nitrat yang selanjutnya
digunakan dalam sintesis asam amino dan protein. Dengan demikian konsentrasi 3 anion ini dalam
sitosol cenderung untuk tetap rendah dan menyebabkan proses difusi terus berlangsung
(Lakitan,1993).
Difusi merupakan salah satu contoh dari transfor pasif perpindahan molekul atau ion melewati
membran. Contohnya, transfor pasif lainnya adalah osmosis. Osmosis adalah perpindahan ion/molekul
air dari kerapatan tinggi ke kerapatan rendah dengan melewati suatu membran. Osmosis dapat juga
didefinisikan sebagai difusi lewat membran (Syamsuri,2004).
Dinding sel dan membran sel berbeda, membran memungkinkan molekul air melintas lebih cepat
daripada unsur terlarut. Dinding sel primer biasanya sangat permeable terhadap keduanya, memang
membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegak itulah
yang menimbulkan tekanan. Sel hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila timbul tekanan
didalamnya sel sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah merah dimasukan ke dalam air. Sel
yang turgid banyak berperan dalam menegakkan bagian tumbuhan yang tidak berkayu (Salisbury dan
Ross,1991) .
Alat ukur osmosis adalah osmometer. Umumnya osmometer adalah peralatan laboratorium, tapi sel
hidup dapat pula dianggap system osmotic. Pada keduanya, biasanya terdapat dua hal yang penting.
Pertama, dua larutan atau lebih atau air murni dipisahkan satu sama lain oleh membran yang lebih
membatasi pergerakan unsure terlarut daripada molekul satu pelarut. Kedua, biasanya terdapat
sarana untuk membangun tekanan, setidaknya pada salah satu bagian volumenya. Pada osmometer
laboratorium, biasanya tekanan timbul secara hidrostatik dengan cara menaikkan larutan dalam
tabung melawan gravitasi. Namun, saran lain dapat digunakan misalnya alat gerak volume (berkas
cahaya dan fosfor) yang dapat menaikkan tekanan di dalam system segera setelah volume cairan
mulai membesar akibat sedikit air yang ditambahkan. Pada sel dinding yang tegaklah yang
menyebabkan naiknya tekanan (Salisbury dan Ross,1991).
Zat-zat yang selalu bergerak sepanjang radiasi energy bebasnya, setiap kehilangan energy terjadi
gerakan dan akan timbul jika suatu larutan tertentu dipisahkan dari pelarut murni oleh selaput
semipermeabel atau karena dalam keseimbangan tekanan larutan seimbang dengan air yang
cenderung memasuki larutan, maka tekanan osmosis dapat dinyatakan sebagai tekanan luar yang
harus diberikan kepada larutan untuk menghalangi terjadinya osmosis, jika larutan itu dipisahkan dari
pelarut murni oleh selaput-selaput semipermeabel (Loveles,1991).
Besarnya tekanan osmosis yang diamati juga bergantung pada konsentrasi larutan dalam osmometer,
sebab nilai larutan akan menurun jika konsentrasi bahan terlarut meningkat. Osmosis merupakan

contoh dari apa yang disebut suatu system osmosis terbuka, sebab ada sebuah tabung tegak yang
didalamnya larutan akan naik jika lebih banyak air yang masuk (Loveles,1991).
Air yang mengalir kebawah dilereng bukit dapat memutarkan roda-roda air yang menghasilkan tenaga
yang berguna. Air pada dasar suatu lereng dapat kehilangan sebagian kapasitasnya untuk kerja dan
mempunyai suatu kecenderungan bebas yang lebih rendah daripada air dipuncaknya. Jadi mempunyai
suatu aliran air yang tenaga pergerakannya adalah perbedaan dalam energy bebas diantara puncak
(Agustina,1990).
Salisbury dan Ross (1991) menyatakan jika difusi partikel zat terlarut lebih terbatas daripada difusi
molekul pelarut, akan timbul gradient potensial air. Jika air murni berada dari satu sisi membran dan
sisi lainnya (khususnya dalam osmometer laboratorium atau dalam sel), maka potensial air larutan
akan lebih rendah daripada potensial air murni. Potensial air murni pada tekanan atmosfer dan pada
suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu larutan air pada
tekanan atmosfer akan bernilai negative (kurang dari nol). Oleh karena itu molekul air akan berdifusi
dari potensial air lebih tinggi ke potensial air yang lebih rendah dalam larutan sel. Artinya air akan
berdifusi menuruni gradien potensial air ke dalam larutan. Akibatnya tekanan di dalam system
membesar yang menyebabkan naiknya aliran dalam tabung osmometer laboratorium atau naiknya
tekanan pada dinding sel. Meningkatnya tekanan akan menaikkan potensial air, sehingga potensial air
dalam system osmotic akan menuju nol (Williens,1989).

III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu,tanggal 04 Maret 2009 dilaboratorium Fisiologi Tumbuhan,
jurusan Biologi Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis yaitu
mikroskop, kaca objek dan cover, pisau silet, dan pipet tetes sedangkan untuk menentukan tekanan
osmosis cairan sel yaitu pisau silet, tabung reaksi pinset, gelas objek, dan mikroskop. Dan alat yang
digunakan pada percobaan mengukur potensial air dengan metoda chardakov yaitu enam buah pipet
berkapasitas 10 ml, tabung vial enam buah, alat pengeboran gabus, mikropipet atau srynge enam
buah.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah daun Rhoe discolor yang masih segar, umbi Alium
cepa, Daucus carota, larutan sukrosa dan NaCl.
3.3 Cara Kerja
Untuk melihat peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis, terlebih dahulu kulit
luar bawang merah yang kering dikupas, kemudian lapisan dalamnya yang berwarna merah
keungguan diiris/dipotong dengan pisau. Dibuat irisan membujur yang sangat tipis sejajar dengan
epidermis berukuran 1-3 cm2, lalu potongan tersebut diletakan pada gelas penutup (cover glass),
amati dibawah mikroskop dengan perbesaran rendah. Sel-sel berwarna didekat tepi irisan diamati
antara lain adanya sel-sel yang tidak berpigmen. Adanya nucleus dan partikel subsel lainnya didalam
sel kemudian tambahkan 2 atau 3 tetes sukrosa 2M (NaCl 1M) diantara gelas preparat dan kaca
penutup melalui salah satu sisinya. Air yang berlebihan diserap dengan kertas tissue ditepi kaca
penutup yang berlawanan, amati penurunan volume protoplas dan perhatikan benang-benang
sitoplasmik tak berpigmen tetap melekat pada dinding sel. Gambarkan 2sel yang terplasmolisis, lalu
letakkan sehelai kertas tisuue untuk menyerap keluar larutan sukrosa (NaCl) dan tambahkan lagi
beberapa tetes air disisi kaca yang berlawanan. Amati proses deplasmolisis dan catat waktu yang
diperlukan untuk berlangsungnya proses tersebut pada satu sel.
Untuk menentukan tekanan osmotic cairan sel disiapkan 6 buah tabung reaksi dan kemudian diisi
larutan sukrosa ke dalam masing-masing tabung kira 1/3 bagian, satu tabung reaksi untuk satu
konsentrasi (0,16;0,18;0,20;0,22;0,24;0,26)M. disayat lapisan epidermis yang berwarna dari tanaman

dengan menggunakan pisau silet, disayat hanya selapis saja. Diperiksa dibawah mikroskop sayatan
tersebut, apabila sudah representatif dimasukkan sayatan ke dalam tabung reaksi dan dicatat waktu
mulai perendaman. Dibiarkan sayatan dalam larutan selama 30 menit. Setelah itu, diperiksa sayatan
epidermis tadi dibawah mikroskop dengan reagen larutan sukrosa dimana sayatan tadi disimpan.
Dicari konsentrasi sukrosa dimana 50% dari jumlah sel epidermis tadi telah terplasmolisis, keadaan ini
disebut insipient plasmolisis. Sel pada keadaan insipient plasmolisis memiliki potensial osmotic sel
pada insipien plasmolisis.
Untuk mengukur potensial air pada jaringan umbi tanaman siapkan 6 buah tabung reaksi masingmasing diisi 10 ml larutan sukrosa. Dibuat silinder umbi dengan corc borer yang bergaris tengah 1 cm,
masing-masing dengan panjang 2 cm. dipotong jaringan tersebut menjadi 10 irisan tipis dengan tebal
2 mm. selanjutnya masukkan irisan kedalan tabung yang berisi larutan sukrosa, 10 irisan untuk
masing-masing tabung. Direndam selama 2 jam, setiap 20 menit tabung reaksi digoyang perlahan
untuk mempercepat keseimbangan. Setelah 80 menit, keluarkan potongan daun dari tabung vial
dengan menggunakan pinset atau jarum bertangkai, selanjutnya larutan sisa dites dengan larutan asal
yang konsentrasinya sama dan telah diwarnai dengan metilen blue. Dengan menggunakan pipet,
diteteskan larutan pengetes diatas sisa larutan tadi secara perlahan-lahan, diamati gerakan larutan
pengetes tadi. Apabila larutan pengetes dipantulkan lagi keatas berarti larutan sisa telah menjadi
pekat dari semula. Dicari larutan sisa yang mana larutan pengetes tadi tidak jatuh ke dasar maupun
dipantulkan lagi keatas tetapi melayang pada larutan sisa perendaman. Tentukan potensial osmotik sel
dengan melihat tabel tekanan osmotik pada larutan sukrosa pada suhu 20oC.
3.4 Pengamatan
Dari pengamatan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Percobaan 1: Melihat peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis.
Percobaan 2: Menentukan tekanan osmosis cairan sel.
Percobaan 3: Mengukur potensial air dengan metode chardakov.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Peristiwa Plasmolisis dan Deplasmolisis
2. Tekanan Osmosis Cairan Sel
Tabel 1. Nilai sel yang mengalami plasmolisis pada berbagai konsentrasi
Larutan sukrosa.
konsentrasi (M) sel awal sel akhir % Potensial osmotik
0,14 92 80 13,04 -3,490
0,16 128 101 21,09 -3,988
0,18 45 31 31,11 -4,487
0,20 73 42 42,46 -4,986
0,22 51 23 54,9 -5,485
0,24 148 115 22,3 -5,983
0,26 81 40 50,62 -6,482
% Tekanan osmosis = Sel awal Sel akhir x 100%
Sel awal
-(Potensial osmotic) = M x I x R x T
3. Mengukur Potensial Air dengan Metoda Chardakov
Tabel 2. Potensial Air Jaringan pada tumbuhan (umbi Daucus carota).
konsentrasi (M) Pengamatan

0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6

melayang
tenggelam
tenggelam
tenggelam
tenggelam
tenggelam

4.2 Pembahasan
1. Plasmolisis dan Deplasmolisis Pada Jaringan Epidermis
Gambar sel yang mengalami plasmolisis dan deplasmolisis:
Waktu yang diperlukan untuk terjadinyaa plasmolisis adalah 2 menit dan waktu yang dibutuhkan untuk
deplasmolisis adalah 4 menit. Sedangkan perubahan warna yang terjadi adalah warna sel sebelum
plasmolisis adalah ungu tetapi setelah plasmolisis warnanya berubah menjadi transparan atau warna
ungu hilang, tetapi setelah deplasmolisis warnanya kembali ungu.
Terjadinya perubahan warna ataupun bentuk dari sel disebabkan oleh beberapa factor antara lain,
keadaan dari tumbuhan tersebut, keseimbangan air. Aliran air bisa mengakibatkan perubahan tekanan
sehingga dapat menembus dinding sel. Keadaan tumbuhan sangat mempengaruhi kecepatan
terjadinya plasmolisis.
Syamsuri (2004) menyatakan, bahwa pada sel tumbuhan keluarnya air dari sitoplasma keluar sel
menyebabkan volume sitoplasma mengecil. Akibatnya membrane plasma akan terlepas dari dinding
sel inilah yang disebut plasmolisis.
Seluruh tabunn reaksi memiliki konsentrasi sukrosa yang lebih besar daripada konsentrasi cairan sel
jaringan, sehingga sel jaringan mengalami plasmolisis. Perbedaan hanya terletak pada nilai
konsentrasi yang berbeda. Dwidjo (1985) menyatakan nilai osmotic cairan sel pada tanaman bersifat
relative. Bagian yang terkena sinar matahari, tekanan osmosis cairan selnya lebih besar daripada yang
tidak terkena sinar matahari. Jika (Defisit Tekanan Difusi) didalam suatu sel lebih rendah daripada DTD
larutan yang ada di sekitar sel, maka air akan meninggalkan sel sampai DTD di dalam sel dan DTD
larutan di luar sel sama besar. Akibatnya, protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan
akhirnya dapat terlepas dari dinding sel, pada keadaan ini terjadinya plasmolisis.
2. Tekanan Osmosis Cairan Sel
Dari tabel 1 tersebut dan dapat dilihat bahwa jumlah sel utuh pada tiap sayatan berbeda, bahkan ada
yang jumlah selnya berbeda jauh. Hal ini mungkin disebabkan oleh teknis menyayat dan ketebalan
sayatan yang tidak sama.
Pada percobaan digunakan larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi yang digunakan adalah 0,16;
0,18; 0,20; 0,22; 0,24; 0,26 M. Semakin lama suatu sel mengalami osmosis, maka akan terjadi
plasmolisis pada keseluruhan sel. Hal ini seiring dengan yang dikemukakan oleh Syamsuri (2004),
bahwa pada sel tumbuhan keluarnya air dari sitoplasma keluar sel menyebabkan volume sitoplasma
mengecil. Akibatnya, membrane plasma akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa lepasnya membrane
plasma dari dinding sel inilah yang disebut plasmolisis.
Persentase sel terplasmolisis terbesar terletak pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,18; 0,20;
0,22; 0,26 M. Angka yang tidak beraturan ini sesuai dengan yang dijelaskan diatas. Kesalahan dan
kurang ketelitian praktikan didalam penggunaan waktu percobaan. Waktu perendaman yang hanya 30
menit, karena terkendala dalam pembuatan sayatan paradermal daun Rhoe discolor yang akan
digunakan.
Dalam prosedur percobaan yang dikemukakan pada penuntun praktikum, bahwa dapat menentukan
konsentrasi sukrosa dimana 50% dari jumlah sel epidermis tadi telah terplasmolisis. Keadaan ini
disebut insipien plasmolisis. Dari data yang diperoleh, larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,26 M
dengan persentase sel terplasmolisisnya 50,62 %, dengan nilai potensial osmotiknya -6,439Bar.

Pengertian insipien plasmolisis yang dijelaskan didalam penuntun praktikum memiliki perbedaan yang
dikemukan oleh Loveles (1987), insipient plasmolisis adalah keadaan yang pengerutannya hanya
dapat diamati dari satu atau beberapa buah titik sekitar sel sampai plasmolisis sempurna yang
protoplasmanya telah seluruhnya terlepas dari dinding sel.
Percobaan yang menentukan tekanan osmosis cairan sel ini sama dengan mekanisme plasmolisis yang
dikemukakan oleh Loveles (1987). Jika sel diletakkan dalam air murni dan dalam larutan yang berisi
bahan terlarut dalam berbagai konsentrasi yang tidak beracun bagi protoplasma dan yang tidak
mudah melewati selaput membran. Misalkan, sel itu mula-mula dicelupkan ke dalam larutan sukrosa
yang lebih pekat daripada cairan vakuolanya. Sekiranya sitoplasma sama sekali tidak permeable
terhadap bahan terlarut, baik yang ada di dalam maupun di luar sel. Tekanan osmosis larutan vakuola
akan lebih besar dari pada larutan luar. Sehingga air akan berdifusi keluar, sebagai akibat dari aliran
air keluar, vakuola tengah akan mengerut bersama vakuola. Jika penurunan volume vakuola itu besar
sekali, protoplasma akan terlepas dari dinding sel. Waktu mengerut itulah, protoplasma akan
mengalami serangkaian bentuk yang tidak beraturan, akhirnya membentuk bulat yang dianggap
terpengaruh oleh gaya permukaan. Jika telah lepas dari pengaruh tegangan, dinding sel tidak lagi
mengerut bersama protoplasma, sebab dinding sel lebih kaku sifatnya. Ruang yang terbentuk antara
dinding sel dan protoplasma yang mengerut akan terisi oleh larutan luar, yang masuk dengan bebas
melalui dinding yang permeabel. Gejala pengerutan inilah yang dikenal dengan istilah plasmolisis dan
sebuah sel yang protoplasmanya memperlihatkan suatu derajat pengerutan dinding sel disebut
sedang plasmolisis.
3. Mengukur Potensial Air Dengan Metode Chardakov
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setelah larutan sisa dites dengan larutan awal maka dapat dilihat
bahwa konsentrasi 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6 M, larutan pengetes tenggelam sedangkan pada konsentrasi
0,1 M, larutan pengetes melayang. Larutan pengetes melayang berarti, potensial osmotic larutan lebih
kecil dari jaringan. Dan pada larutan pengetes tenggelam berarti sel jaringan umbi telah mengalami
perubahan (adanya gerakan air ke system). Larutan pengetes melayang berarti tidak mengalami
perubahan atau dalam keadaan seimbang.
Dari praktikum yang telah dilakukan, pada umumnya bersifat tenggelam. Hal ini menyatakan, bahwa
adanya gerakan air ke dalam system dan potensial air larutan lebih kecil daripada potensial air
jaringan. Percobaan ini melibatkan atau melihat apakah volume akan bertambah pekat, encer atau
berdifusi langsung setelah perendaman umbi yang digunakan maka larutan uji pengetes yaitu metilen
blue.
Larutan yang lebih pekat memiliki potensial air yang lebih rendah (lebih negatif). Jadi air akan berdifusi
ke daerahnya atau larutan lain sampai tekanannya naik ke atas suatu titik yaitu sampai potensial air
larutan yang kurang pekat. Larutannya pekat maka potongan jaringan tenggelam dan akan melayang,
jika potensial air jaringan sama dengan potensial larutan. Sedangkan potongan jaringan akan
mengapung, jika potensial jaringan lebih besar atau encer dibandingkan dengan potensial air larutan
(Salisbury dan Ross,1995).
Nilai potensial osmotik pada pengetesan larutan sisa yang melayang bernilai negatif yaitu sebesar
-2,48 Bar. Dimana dikatakan bahwa potensial air negatif apabila potensial kimia air dalam system lebih
rendah daripada potensial kimia air murni acuan dan acuan apabila potensial kimia dalam air tersebut
lebih besar dari potensial air murni acuan. Semakin besar konsentrasinya maka nilai osmotiknya
semakin kecil, begitupun sebaliknya (Salisbury dan Ross,1995).
V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Plasmolisis insipien terjadi pada larutan yang berkonsentrasi 0,18M.

2. Larutan pengetes yang melayang terjadi pada larutan dengan konsentrasi 0,1 M,sedangkan larutan
pengetes yang tenggelam 0,2 ;0,3 ;0,4;0,5 ;0,6 M ini terjadi pada perlakuan Daucus carota.
3. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka larutan sisa akan semakin lebih pekat dan sebaliknya
semakin rendah larutan sisa lebih encer.
5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan, disarankan kepada praktikan agar lebih teliti dan disiplin dalam
melaksanakan praktikum serta dapat memanfaatkan waktu seefisien mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Liliek.1995. Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta: Jakarta.
Bidwell, RGS.1974. Plant Physiology Second Edition. Mac Milan Publishing: New York.
Dwidjo, Seputro.1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia: Jakarta
Fetter, A.H.1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Fetter,A.H.1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Lakitan, Benyamin.1993. Dasar - Dasar Fisiologi Tumbuhan. Radja Grafindo Persada.
Loveles, A.R.1987. Prinsip - Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
Salisbury, F.B dan Cleon, W.Ross.1991. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1.ITB: Bandung.
Syamsuri, Istamar, Dkk.2004. Biologi SMA Kelas XI. Erlangga: Jakarta.
Tim Fisiologi Tumbuhan.2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. University Andalas:
Padang.
Williens, M.B.1989. Fisiologi Tumbuhan Jilid II. Bina Aksara: Jakarta.
LAMPIRAN
1. Dik : Konsentrasi = 0,14 M
Sel awal = 92
Sel akhir = 80
I=1
R = 0,0831
T ruang = 27OC
= (27OC + 273OC)
= 300OC
% Tekanan osmosis = Sel awal Sel akhir x 100%
Sel awal
= 92 80 x 100%
92
= 0,134 x 100%
= 13,4%
-(Potensial osmotic) = M x I x R x T
= 0,14 x 1 x 0,0831 x 300
= 3,490
= -3,490 Bar
2. Dik : Konsentrasi = 0,16 M
Sel awal = 128
Sel akhir = 101
I=1

R = 0,0831
T ruang = 27OC
= (27OC + 273OC)
= 300OC
% Tekanan osmosis = Sel awal Sel akhir x 100%
Sel awal
= 128 101 x 100%
128
= 0,2109 x 100%
= 21,09%
-(Potensial osmotic) = M x I x R x T
= 0,16 x 1 x 0,0831 x 300
= 3,988
= -3,988 Bar
3. Dik : Konsentrasi = 0,18 M
Sel awal = 45
Sel akhir = 31
I=1
R = 0,0831
T ruang = 27OC
= (27OC + 273OC)
= 300OC
% Tekanan osmosis = Sel awal Sel akhir x 100%
Sel awal
= 45 31 x 100%
45
= 0,3111x 100%
= 31,11%
-(Potensial osmotic) = M x I x R x T
= 0,18 x 1 x 0,0831 x 300
= 4,487
= -4,487 Bar
4. Dik : Konsentrasi = 0,20 M
Sel awal = 73
Sel akhir = 42
I=1
R = 0,0831
T ruang = 27OC
= (27OC + 273OC)
= 300OC
% Tekanan osmosis = Sel awal Sel akhir x 100%
Sel awal
= 73 - 42 x 100%
73
= 0,4246x 100%
= 42,46%

-(Potensial osmotic) = M x I x R x T
= 0,20x 1 x 0,0831 x 300
= 4,986
= -4,986 Bar
5. Dik : Konsentrasi = 0,22 M
Sel awal = 51
Sel akhir = 23
I=1
R = 0,0831
T ruang = 27OC
= (27OC + 273OC)
= 300OC
% Tekanan osmosis = Sel awal Sel akhir x 100%
Sel awal
= 51 23 x 100%
51
= 0,549 x 100%
= 54,9%
-(Potensial osmotic) = M x I x R x T
= 0,22 x 1 x 0,0831 x 300
= 5,485
= -5,485 Bar
6. Dik : Konsentrasi = 0,24 M
Sel awal = 148
Sel akhir = 115
I=1
R = 0,0831
T ruang = 27OC
= (27OC + 273OC)
= 300OC
% Tekanan osmosis = Sel awal Sel akhir x 100%
Sel awal
= 148 115 x 100%
148
= 0,223 x 100%
= 22,3%
-(Potensial osmotic) = M x I x R x T
= 0,24 x 1 x 0,0831 x 300
= 5,983
= -5,983 Bar
7. Dik : Konsentrasi = 0,26 M
Sel awal = 81
Sel akhir = 40
I=1
R = 0,0831

T ruang = 27OC
= (27OC + 273OC)
= 300OC
% Tekanan osmosis = Sel awal Sel akhir x 100%
Sel awal
= 81 40 x 100%
81
= 0,5062x 100%
= 50,62%
-(Potensial osmotic) = M x I x R x T
= 0,26 x 1 x 0,0831 x 300
= 6,482
= -6,482 Bar

http://jheje.blogdetik.com/

Anda mungkin juga menyukai