Anda di halaman 1dari 34

MAKASSAR, 05 MARET

2015

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN


SISTEM REPRODUKSI

DISUSUN OLEH :
Nusrini Rahma Nasir (110 213 0014)
Andi Nurdindayanti B (110 213 0015)
Ayuni Warhamni M (110 213 0054)
Devi Indah PermatasarI (110 213 0055)
Siti Nurhandayani (110 213 0124)
Nur Azizah (110 213 0125)
Irmayanti (110 213 0150)
Fadhlan Auliah Budiamin (110 213 0151)
PEMBIMBING :
Dr. dr. H. Nasrudin A M, Sp.OG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESUA
MAKASSAR
2016

BAB I
LAPORAN KASUS

A. GAMBARAN UMUM
Lokasi
: RS. Khadijah 1. Makassar (Jalan Kartini)
Pembimbing
: Dr.dr. H. Nasrudin AM, SpOG
Kelompok
: Tujuh (VII)

Jadwal Observasi

: 04-05 Maret 2016

B. LAPORAN KASUS
1. ANTENATAL CARE
I.
Pengkajian Data
Hari/tanggal
: 4 Maret 2016
Jam
: 08.00- selesai
Tempat
: RSIA Khadijah 1
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama
: ny. Murniati
Umur
: 26 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : jl. Rajawali Lr. 1313 no. 7
2. Keluhan Utama
Pasien merasakan tidak ada gerakan bayi sejak 1 minggu
terakhir, keputihan sejak awal kehamilan.
HPHT
: 13 Juni 2015
Perkiraan Kelahiran: 20 Maret 2016

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun,
dan penyakit menular.
4. Riwayat Kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit asma, DM,
hipertensi, TBC, dan lain-lain.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menurun dan
meular dalam keluarga.
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
I.
2007 Abortus
II.
2008 PPN
III.
2009 Abortus
IV.
2016 Hamil (sekarang)
7. Riwayat kehamilan sekarang
Pasien mengatakan telah melakukan ANC > 4 kali di poliklinik,
dan ada riwayat injeksi TT sebanyak 2 kali.
8. Riwayat KB
Pasien mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi
9. Riwayat Konsumsi obat

Pasien mengatakan tidak ada riwayat konsumsi obat/ jamu


B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
KU
: Baik
Kesadaran: composmentis
TTV
TD
: 100/70 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Suhu : 360C
RR
: 20 kali/menit
TB
: LILA : 2. Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus uteri : 31 cm
Lingkar perut
: 92 cm
Posisi janin
: obliq
HIS
: (-)
DJJ
: (-)
TBJ
: 2852 gram
Leopold I

2-3 jari di bawah

processus xypoideus dan TFU 31cm,


teraba bulat, lunak, tidak melintang, LP
92

cm,

dan

2852gram
Leopold II

taksiran

berat

janin

: teraba panjang, keras

dibagian kiri perut ibu (PUKI)


Leopold III
: Bagian bawah
teraba keras, bulat, dan belum masuk
PAP.
Leopold IV
: Konvergen
3. Pemeriksaan Dalam Vagina
V/V
: TAK/TAK
Portio
: Lunak tebal
Diameter Portio
: (-)
Pelepasan
: lendir (-), darah (-)

4. Pemeriksaan USG
Tampak gambaran Halo sign, serta terlihat spalding sign pada
kepala janin
Jantung janin tidak terlihat berdenyut saat pemeriksaan.
C. Assesment
G3P1A2 UK 32 minggu
KJDR (Kematian Janin dalam Rahim)
D. Tindakan
Kuretase
B. INTRA NATAL CARE
PENGKAJIAN DATA
Hari/tanggal
: Jumat, 4 Maret 2016
Pukul
: 10.00 WITA
Tempat
: Rumah Sakit Ibu dan Anak Khadijah I
Data subyektif
1. Biodata
No. RM : XX-XX-XX
Nama : Ny. K
Nama suami : Tn. R
Tanggal Lahir : 10 Februari 1981
Umur : 35 thn
Riwayat Obstetrik : G4P3A0
2. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut berulang hilang timbul.
3. Riwayat menstruasi
Menarche 14 tahun, lama haid 7 hari, teratur
HPHT ?-6-2016. Perkiraan partus ?-3-2016
4. Riwayat perkawinan
Menikah
5. Riwayat obstetrik :
2002 G1 PPN , laki-laki, 2,6 kg
2006 G2 PPN , perempuan, 3,5 kg
2012 G3 PPN , perempuan, 2,5 kg
2016 G4
6. Riwayat Ante Natal Care 3 kali di puskesmas, tidak ada riwayat TT,
tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma maupun alergi.
Data obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

Tekanan Darah : 110/80 mmHg


Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,60C
Pernapasan : 20 x/permenit
2. Pemeriksaan Fisik
Mata : baik
Leher : baik
Sistem Kardio : baik
Dada dan Axilla : baik
Punggung : baik
Ekstremitas Atas : baik
Ekstremitas Bawah : baik
3. Pemeriksaan Khusus
Abdomen
Inspeksi: membesar dengan arah memanjang, linea nigra, tidak ada
luka bekas operasi
Palpasi : Leupold : I ; II Punggung kanan; III Kepala; IV ; Tinggi
Fundus Uteri 31 cm, Lingkar perut 84,2 cm, Tafsiran Berat Janin
2609 gr
Auskultasi : DJJ 148 x/menit, teratur
His
: frekuensi 1x/10 menit lamanya 5-10 detik, kualitas His lemah
4. Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus: 31 cm
Posisi punggung : kanan
Bagian paling depan : kepala
DJJ : 148 permenit
Gemelli / tunggal : tunggal
Gerakan anak : aktif
TBJ : 2604 gr
Proses Persalinan
Kala I :
-

Terjadi sejak pukul 07.15 hingga 10.00 (hingga pembukaan lengkap)


Rincian :
08.00 WITA
Subyektif : Ibu merasa ingin mengedan.
Objektif : His : 3x/10menit (30-35 detik)
DJJ : 142x/menit
Pemeriksaan dalam vagina :
v/v : tak/tak
Portio : lunak sedang
Diameter ; 5 cm
Ketuban : positif
Penurunan kepala : H I

Pelepasan lender (+) darah (+) air (+)


Assesment : G4P3A0, inpartu fase aktif
09.45 WITA
Subyektif : ibu ingin meneran
Obyektif : His 4x/10 menit (40-45 detik)
DJJ 141x/menit
Pemeriksaan dalam vagina :
v/v : tak/tak
Portio : melesap
Diameter : lengkap
Ketuban : positif
Bagian terdepan : kepala
Penurunan kepala : H IV
Panggul dalam kesan cukup
Pelepasan lender (+) darah (+) ketuban
(+)
Assesment : G4P3A0, aterm inpartu kala II
Kala II :
- Terjadi pada pukul 10.00 WITA
- ibu ingin meneran kuat
- His adekuat
- Dengan his yang adekuat dan dibantu tenaga ibu mengedan maka
-

lahirlah anak bayi, jenis kelamin perempuan.


Pimpinan dan terapi : pimpin, sokong, jepit dan potong tali pusat,
suntik oxytocin

Kala III :
- Terjadi pada pukul 10.15
- Terjadi jam
- Placenta sulit terlepas (Retensio Placenta)
- Perdarahan : 50 cc, sebab: plasenta
- Tali pusat : panjang, putih, terpilin
- Pimpinan dan terapi : Peregangan Tali Pusat Terkendali, Massase Injeksi
oksitosin 10 IU/IM dilakukan sebanyak 2 kali hingga akhirnya dilakukan
-

drips intravena.
10.50 WITA dilakukan manual placenta.
Placenta lahir kesan tidak lengkap, tali pusat putih, licin, terpilin,

panjang 51 cm. perineum rupture tingkat I.


Tejadi rupture perineum tingkat I

Pimpinan dan terapi : IVFD RL tambah oxytocin 20 IU 40 tpm, manual


placenta, massase fundus, cek robekan jalan lahir, jahit perineum.

Kala IV :
- Kontraksi uterus baik
- Tinggi fundus setinggi umbilicus
- Masih terdapat perdarahan pervaginam
- Placenta lahir kesan tidak lengkap.
- Tekanan darah 110/70 mmHg
- Nadi 80 kali permenit
Pimpinan dan terapi : IVD cetotaxim, drips metronidazole, asam mefenamat,
intrion.

3. POSTNATAL CARE
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Nur Rakhmah
Umur
: 27 tahun
Tanggal lahir
: 19 Oktober 1988
No. RM
: 05 27 17
Diagnosa : Partus aterm
Ruptur Perineum tingkat II
2. TABEL MASA NIFAS
Nama
: Ny. N
Tgl/bln/tahun lahir
: 04 Maret 2016
Pukul
: 12.45
BBL
: 3000 gram
PBL
: 48 cm
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jl. Dg. Tata, Kompleks Hartaco Indah
Nama Ibu
: Ny. N
Nama Ayah
: Tn. A
Nama dokter
: Dr.dr. H. Nasrudin AM, SpOG
No. RM
: 05 27 17

Tanggal 03 Maret 2016


Masalah Selama Nifas
a. Nyeri pada luka perineum karena terputusnya continuitas jaringan
b. Nyeri pada perut bagian bawah karena proses involusi
Tindakan Selama Perawatan
a. Tindakan keperawatan
1. Mengobservasi TTV setiap pagi dan sore
2. Menganjurkan untuk menjaga personal hygiene
3. Menganjurkan untuk mobilisasi bertahap
4. Menganjurkan untuk memberi ASI eksklusif pada bayi
5. Kolaborasi pemberian obat-obatan
b. Tindakan Medis
1. Massase uterus
2. Cek TFU
3. Kompres kasa-bethadine pada daerah perineum
Jam 12.45, 04 maret 2016

pasca persalinan normal :


Bersihkan jalan napas
Cek TFU
Injeksi oxitocyn 1 ampul
Jepit, putus dan lepaskan tali pusat
Peregangan tali pusat
Lahirkan plasenta
Massage fundus
Cek robekan jalan lahir
Jahit perineum
Jam 14.50,
Pemberian obat :
Cefadroxil
Asam mefenama
Intrion
Jam 17.00,
S : Nyeri pada luka perineum berkurang
O : Keluhan utama baik
Tanda vital : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Suhu 36, 5 derajat Celcius
Pernapasan : 20 kali per menit
TFU dalam batas normal
Ibu tampak meringis bila bergerak
Ibu tampak mobilisasi bertahap
A : nyeri teratasi
P : Pertahankan intervensi
Resume Postnatal Care
Seorang Ibu umur 27 tahun, G2P1A0 MRS tanggal 03 Maret 2016 jam 11.00,
dengan nyeri perut tembus belakang (+), pembukaan lengkap (+), darah
(+), dan HIS (-). Partus pukul 12.45 pada tanggal 04 Maret 2016. Sekitar
pukul 17.00, 04 Maret 2016 pasien dipindahkan ke ruang perawatan dengan
keluhan nyeri pada luka di perineum. Setelah evaluasi, keadaan umum Ibu
baik, kesadaran compos mentis. Tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg,
Nadi 80/menit, pernapasan 20 /menit, suhu 36,5 C, lokia kurenta (+), ASI
(+), TFU 2-3 jari dibawah umbilikus. Terdapat luka perineum tampak baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin
Kehamilan (graviditas) adalah masa yang dimulai dengan

konsepsi (perbuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan


Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai jalan lahir,
lama hamil normal adalh 280 hari atau 9 bulan 7 hari, yang

dihitung dari HPHT


2. Klasifikasi kehamilan
a.
Trimester I, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan
b.
Trimester II, dari bulan ke-4 sampai 6 bulan
c.
Trimester III, dari bulan ke-7 sampai 9 bulan
3. Penyebab terjadinya kehamilan
Kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek, sebagai berikut :
a. Ovum (Sel Telur)
Suatu sel dengan diameter 0.1 mm yang terdiri dari suatu nucleus
yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari zona pellusida atau
korona radiate.
b. Spermatogoza
Berbentuk seperti kecebong , terdiri dari kepala berbentuk lonjong
agak gepeng berisi inti (nucleus) , leher yang menghubungkan
kepala dan bagian ekor yang dapat bergerak sehingga sperma
dapat bergerak dengan cepat.
c. Konsepsi
Suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba fallopi,
hanya satu sperma yang dapat melintasi zona pellusida dan masuk
ke vitelus ovum
d. Nidasi

Masuknya

atau

tertanamnya

hasil

konsepsi

ke

endometrium

lamanya kehamilan dimulai dari konsepsi sampai pasrtu adalah kira


kira 280 hari (40 minggu) dan lebih dari 300 hari (42 minggu).
Kehamilan 37-42 minggu disebut aterm, bila lebih dari 42 minggu
disebut

postmature,

sedangkan

kehamilan

28-36

minggu

(premature)
4. Tanda dan gejala kehamilan
a. Tanpa diduga hamil
Amenorhea
Mual(nausea) dan muntah (emesis)
Ngidam
Sinkope/Pingsan
Payudara tegang
Miksi
Konstipasi/Obtsipasi
Pigmentasi Kulit
Epulis
Penampakan pembuluh darah vena
b. Tanda tidak pasti
Rahim membesar sesuai UK
Pada pemeriksaan dalam ditemukan :
- Tanda hegar
: perlunakan ismush
- Tanda goodel
: perlunakan serviks
- Tanda Chadwick : warna keunguan
- Tanda piscasek : pembesaran perut yang asimetris
- Braxton hick
: kontraksi karena peningkatan
-

actomysin pada usia kehamilan 8 minggu


Tanda Ballotemen
Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif,

sebagian

kemungkinan positif atau palsu


c. Tanda pasti
Gerakan janin dalam rahim
Denyut jantung janin
- Didengar dengan stetoskop mekanik, atau kardiotograf dan
-

Doppler
Dilihat dengan ultrasonografi
Pemeriksaan dengan alat canggih yaitu rontgen untuk

melihat kerangka janin


5. Batasan Usia kehamilan

a.

Kehamilan sampai 22 minggu dengan berat jenis 500 gr disebut

abortus
b.
Kehamilan berumur 22-28 minggu dengan berat janin 500-1000
gr disebut imatur
c.
Kehamilan berumur

28-37 minggu dengan berat janin 1000-

2500 gr disebut premature


d.
Kehamilan berumur 37-42 minggu dengan berat janin lebih dari
2500 gr disebut aterm
e.
Kehamilan berumur lebih dari 42 minggu disebut kehamilan
lewat waktu atau post date atau serotinus
6. Perubahan fisiologis pada kehamilan
a. Sistem Reproduksi
Uterus
Uterus bertambah besar dari semula yang beratnya 30 gr
menjadi 1000 gr. Pembesaran ini disebabkan oleh hipertrofi
dari

otot-otot

rahim,

estrogen

dan

progestrogen

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan maupun

fungsi uterus
Serviks
Serviks menjadi

lunak

kurang

lebih

minggu

karena

meningkatnya vaskularisasi , oedema, hiperplasi dan kelenjar


serviks. Pada akhir

kehamilan memproduksi mucus dengan

sedikit darah (blood show)

Ovarium
Sebelum kehamilan, ovarium tidak memproduksi sl telur,
korpus luteum tetap memproduksi hormon(kehamilan 10-12

minggu)
Vagina
Estrogen menyebabkan mukosa vagina lebih gelap, sekresi
vagina berlebihan, karena darah ke vagina berlebiha maka

disebut Chadwick sign


Payudara
Adanya peningkatan estrogen dan progesterone sehingga
payudara
kehitaman,

membesar
putting

siap
lebih

untuk
kencang,

laktas,
aerola

timbul

tanda

lebih

besar

diameternya menjadi 5-6 cm, folikel Montgomery melebar dan


timbul striae, kolostrum keluar pada bulan bulan kedua

keempat.
Sistem pernafasan
Secara umum perubahan

pernafasan

pada

ibu

hamil

disebabkan oleh efek mekanik dari unsure yang membesar,


meningkatnya kebutuhan O2 total dan efek rangsangan oleh
progesterone. Konsumsi kebutuhan O2 meningkat +/- 15-20%
volume udara pernafasan meningkat sampai 30-40x/menit.
b. System gastrointestinal
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat
menyebabkan :
Pengeluaran air liur berlebih
Daerah lambung tersa panas
Terjadi sakit kepala terutama pada pagi hari
Muntah berlebih
Gerakan usus berkurang
c. System urinaria
Disebabkan oleh faktor nominal dan mekanis. Perubahan ini
menimbulkan permasalahn urinaria. Meskipun aliran darah ke ginjal
meningkat, urine bertambah tidak diproduksi karena terjadinya
peningkatan retensi Na dan air.
d. System integument
Kelenjar hipofise anterior yang diransang oleh kadar estrogen yang
tinggi akan meningkatkan sekresi msit yang akibatnya bervariasi
menurut warna kulit alami wanita tersebut.
e. System skleton dan persendian
Berat uterus dan isinya menyebabkan perubahan terhadap titik
pusat daya tarik bumi dan garis bentuk tubuh.
f. System metabolism
Laju metabolism basal pada wanita dalam paruh kedua kehamilan
meningkat 15-25% daripada nilai normal sehingga masukkan diet
harus cukup untuk mengatasi aktivitas fisiologis tambahan ini
g. System kardiovaskuler

Volume darah selama kehamilan akan meningkat sebanyak 40-50%


untuk memenuhi kebutuhan bagi sirkulasi plasenta. Peningkatan
curah

jantung

akibat

peningkatan

volume

darah

dan

daya

pembekuan mengalami sedikit peningkatan.


2.2 KONSEP DASAR ANC
a. Definisi
Dalam beberapa literature, antenatal care ini disebut juga prenatal
care.

Iksaruddin

(2009)

mendifinisikan

antenatal

care

adalah

pelayanan oleh tenaga medis kepada ibu hamil selama masa


kehamilan yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penangan
medis pada ibu hamil untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan. Jadi, antenatal care adalah
pelayanan

kesehatan

yang

diterima

oleh

ibu

hamil

selama

kehamilannya dengan maksud untuk menjamin kesehatan baik bagi


sang ibu maupun bayinya.
b. Tujuan
Menurut Andriaanz (2008) tujuan dari antenatal care adalah :
- Membangun rasa saling percaya antara ibu hamil dan petugas
-

kesehatan
Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang

dikandungnya
Memperoleh informasi

kehamilannya
Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga

kualitas kehamilan
Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan

dasar

keselamatan

tentang

ibu

kesehatan

hamil

dan

ibu

bayi

dan

yang

dikandungnya.
Jadi tujuan dari antenatal care adalah untuk meyakinkan bahwa
kehamilan ibu tidak berkomplikasi sehingga dapat melahirkan bayi
yang hidup dan dengan keadaan sehat. Jika ternyata ditemukan risiko-

risiko yang dapat membahayakan baik ibu maupun janinnya, maka


harus segera ditindaklanjuti.
c. Standar minimal ANC
1. Timbang dan TB
2. Ukuran tekanan darah
3. Ukuran TFU
4. Imunisasi TT
5. Pemberian tablet FE
6. Test PMS
7. Temu wicara
d. Standart minimal kunjungan ANC
Antenatal care harus dimulai sedini mungkin sejak diagnosis
kemahilan ditegakkan. Antenatal care yang dianjurkan oleh DEPKES RI
adalah minimal sebanyak 4 kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu
dan anak, setiap kunjungan antenatal ini diberi kode huruf K yang
merupakan singkatan dari kunjungan. Kunjungan pertama atau K1
dilaukan saat trimester pertama, K2 pada saat trimester 2, dan K3 dan
K4 dilakukan pada usia kehamilan memasuki trimester ketiga.
Hingga usia 28 minggu, kunjungan antenatal care dilakukan
setiap empat minggu. Untuk usia kehamilan 28-36 minggu, kunjungan
untuk antenatal care dilakukan setiap dua minggu. Pada usia
kehamilan 36 minggu atau lebih, kunjungan antenatal dilakukan setiap
seminggu sekali.
Selama melakukan kunjungan antenatal care, ibu hamil akan
mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya
memastikan ada tidaknya kehamilan dan deteksi dini berbagai
kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama
kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran
kehamilan
- Kunjungan (k) pertama dalam antenatal care
Kunjungan pertama antenatal care ini harus dilakukan sedini
mungkin setelah diagnosis kehamilan ditegakkan. Tujuan dari
kunjungan pertama adalah untuk melihat status kesehatan dari ibu
dan janin, estimasi usia kehamilan, dan untuk perencanaan dari
kunjungan antenatal care berikutnya.

Kunjungan kedua dan selanjutnya dalam antenatal care


Kunjungan yang telah disebutkan di atas, kunjungan antenatal care
minimal dilakukan sebanyak 4 kali menurut ajaran DEPKES RI,
dimana kunjungan kedua dilakukan pada trimester kedua dan
kunjungan ketiga maupun keempat

dilakukan pada trimester

ketiga. Pada kunjungan selanjutnya, pemeriksaan yang tetap


dilakukan adalah kenaikan berat badan ibu, tekanan darah,
pemeriksaan Leopold, dan pemeriksaan denyut jantung janin. Hasil
dari pemeriksaan dikaji ulang dan dibandingkan dengan hasil
pemeriksaan yang sebelumnya.
e. Pemeriksaan ANC
1. Anamnesis
Anamnesis antenatal care meliputi data umum pribadi, keluhan
saat ini, riwayan menstruasi guna mengetahui usia kehamilan,
riwayat kehamilan, dan persalinan, riwayat kehamilan saat ini,
riwayat penyakit pada keluarga, riwayat penyakit pada ibu, riwayat
pemakaian

alat

kontrasepsi,

riwayat

imunisasi,

dan

riwayat

menyusui. Anamnesis yang dilakukan harus terarah dan dilakukan


dengan tujuan untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor resiko
yang dimiliki olehnya sehingga dapat dilakukan intervensi sedini
mungkin
2. Pemeriksaan fisik dan obsetri
Pemeriksaan fisik dan obsetri meliputi pemeriksaan keadaan
umum,

pemeriksaan

abdomen,

pemeriksaan

dalam

dan

pemeriksaan panggul. Pemeriksaan fisik disini juga merupakan


pemeriksaan tanda vital, dimana pemeriksaan tekanan darah
sangat penting untuk screening pre-eclampsia
Pemeriksaan panggul sendiri baru dilakukan pada saat usia
kehamilan mamasuki 36 minggu karena pada saat itu jaringan lunak
pada

rongga

panggul

menjadi

lebih

lunak,

menimbulkan rasa sakit pada saat pemeriksaan.


3. Pemeriksaan penunjang

sehingga

tidak

Pemeriksaan penunjang pada antenatal care adalah pemeriksaan


laboratorium dan pemeriksaan ultrasonografi. Pada pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan yang penting untuk dilakukan adalah
pemeriksaan Hb, yaitu untuk menentukan kadar anemia. World
health organization Europe merekomendasikan pemeriksaan rhesus
guna mendeteksi apakah terdapat inkompabilitas antara rhesus ibu
dan janinnya. Pemeriksaan darah pada trimester pertama juga
merupakan screening yang akurat untuk mengetahui adanya
trisonomi pada kromosom 21
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan atas beberapa
indikasi, seperti untuk mengkonfirmasi usia kehamilan, evaluasi
pertumbahan janin, evaluasi letak janin dan keadaan plasenta,
kemungkinan kehamilan ektopik dan sebagaainya. Pemeriksaan
ultrasonografi juga digunakan untuk menegakkan diagnosis mati
janin.
Pada

trimester

pertama,

yang

perlu

diperhatikan

dalam

pemeriksaan ultrasonografi adalah letak kehamilan, estimasi usia


kehamilan, jumlah janin, kantung gestasi, dan evaluasi uterus dan
organ sekitarnya.
Pada trimester kedua dan ketiga, pemeriksaan ultrasonografi
dilakukan untuk memantau pertumbuhan janin, presentasi janin,
letak dan kondisi plasenta, pulsasi jantung janin, dan anatomi dari
janin tersebut. Usia kehamilan 20 minggu merupakan waktu yang
paling sering dilakukan pemeriksaan ultrasonografi dengan tujuan
untuk melihat adanya kelainan anomaly pada janin dan untuk
melihat jenis kelamin janin
4. Komunikasi,edukasi, informasi pada ibu hamil
KIE pada ibu hamil merupakan hal yang penting untuk mencegah
morbiditas baik pada ibu maupun pada janin. Selain itu, KIE juga
penting untuk mempersiapkan fisik dalam menghadapi kehamilan,
persalinan, dan nifas.
Hal-hal yang perlu di edukasikan kepada ibu hamil antara lain :

Koitus
Kebersihan dan pakaian
Diet dan pengawasan berat badan
Perawatan gigi geligi
Imunisasi
Merokok dan alcohol

2.3 KONSEP DASAR INC


A. Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi hidup dari
dalam uterus vagina ke dunia luar atau proses pengeluaran hasil
konsepsi yang telah cukup bulan.
B. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan
Belum diketahui secara benar apa yang menyebabkan persalinan
tetapi ada teori-teori kompleks yang menjelaskannya antara lain :
Teori penurunan hormone
Teori plasenta menjadi tua
Teori distensi rahim
Teori iritasi mekanik
Teori prostaglandin
Induksi partus
C. Tanda-tanda permulaan persalinan
Memberikan tanda sebagai berikut :
Ligtening atau segitiga atau droping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada

multigravida tidak begitu kentara.


Perut kelihatan lebih tebal, fundus uteri turun
Perasaan sering kencing atau susah kencing karena kandung

kencing tertekan oleh bagian bawah janin


Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah dari uterus.


Serviks menjadi lembek, mulai

mendtar

dan

seksresinya

bertambah bisa bercampur darah


D. Tanda-tanda inpartu
Gejala persalinan sebagai berikut :
1. Kekuatan his makin lama makin sering terjadi dan teratur dengan
jarak kontraksi yang semakin pendek

2. Dapat terjadi pengeluaran lendir, lender campur darah, dan dapat


disertai ketuban pecah
3. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perlunakan serviks, pendataran
serviks, dan pembukaan serviks
E. Faktor-faktor penting dalam persalinan
1. Power : His, Kontraksi otot dinding, kontraksi diafragma pada pelvis
atau kekuatan mengejan, ketegangan dan kontraksi ligamentum
rotundum
2. Passanger : Janin dan placenta
3. Passage : Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang
4. Penolong
F. Kala persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :
a. Kala I (Pembukaan) : waktu untuk pembukaan

serviks

untuk

pembukaan lengkap.
Terbagi menjadi dua fase yaitu :
- Fase laten : pembukaan serviks, berlangsung lambat, sampai
pembukaan 3 cm berlangsung 7-8 jam
- Fase Aktif : berlangsung selama 6 jam
b. Kala II(Kala pengeluaran janin)
Pada kala II his menjadi kuat dan lebih cepat, kira kira 2-3 menit sekali,
karena biasanya dala hal ini kepala jani sudah masuk ruang panggul,
maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul.
Kemudian perineum terasa menonjol, labia membuka, kepala janin
tampak pada vulva waktu his. Bila dasar panggul sudah berelaksasi,
kepala janin tidak masuk lagi diluar his dan

kekuatan maksimal

mengedan kepala janin dilahirkan dengan suboksipito di bawah


sympisis dan

dahi , muka, dan dagu melawati perineum, setelah

istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkn badan dan


anggota bayi.
c. Kala III (kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus teraba
keras, fundus setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal
dua kali. Kemudian ada his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam
waktu 5-15 menit seluruh placenta terlepas, terdorong ke dalam
vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas

simfisis

atau

fundus

uteri.

Seluruh

placenta

disertai

dengan

pengeluaran darah, kira kira 20 cc


d. Kala IV (mulai lahirnya uri sampai observasi)
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
postpartum.
2.4 KONSEP NIFAS (POST NATAL CARE)
1. Definisi Nifas
Nifas adalah masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira kira enam mingggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru
pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu tiga bulan.
Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
2. Tujuan Masa Nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Asuhan masa nifas diperlukan pada peiode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan tejadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjasi 24
jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua
pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60%
kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan

pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat
mencegah kematian beberapa ini.
3.

4.

Tahapan Masa Nifas


Tahapan masa nifas dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Early puerperium (masa jam pertama setelah melahirkan)
b.

Intermediate puerperium (masa 1 sampai 7 hari setelah persalinan).

c.

Late puerperium (masa 7 hari sampai 40 hari setelah persalinan)

Program dan Kebijakan Teknis


Menurut Saifuddin,2006:123 program dan kebijakan tekhnis dalam

asuhan masa nifas, diantaranya :


a.
Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan:

rujuk

bila

perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah (hipotermia.
b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan perhatikan tanda- tanda
penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari - hari.
c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan perhatikan tanda- tanda
penyulit.

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari- hari.
d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
1. Menanyakan pada ibu tenyang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
e. Proses laktasi dan menyusui
1. Fisiologi laktasi
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar
estrogen yang tinggi. Pada hari ke dua atau ke tiga pasca persalinan,
kadar estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh
prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.
Dengan menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan putting susu,
terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar.
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu
reflex prolaktin dan reflex aliran timbul akibat perangsangan putting susu
oleh hisapan bayi.
a. Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada
putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent
dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior
untuk mengeluarkan hormone prolaktin ke dalam darah. Melalui
sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air
susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi
berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan
lamanya bayi menghisap.
b. Refleks Aliran (Let down refleks)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh

bayi

saat

menyusu

selain

mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga


mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone okcytocin.
Dimana setelah ocytocin dilepas ke dalam darah akan mengacu otototot

polos

yang

mengelilingi

alveoli

dan

duktulus

berkontraksi

sehingga menguras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju

putting susu. Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu


selain

mempengaruhi

prolaktin

juga

hipofise

anterior

mengeluarkan

mempengaruhi

hipofise

posterior

hormone

mengeluarkan

hormone okcytocin. Dimana setelah ocytocin dilepas ke dalam darah


akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus
berkontraksi sehingga menguras air susu dari alveoli, duktulus, dan
sinus menuju putting susu.
2. Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI
Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml
setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa factor
sebagai berikut:
a. Makanan
Produksi ASI sangan dipengaruhi oleh makanan yang dimakan
ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi
yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar
pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan
yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu
harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta
mineral yang cukup. Selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak 812 gelas/hari.
Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui :

Yang merangsang, seperti : cabe, merica, jahe, kopi alkohol.


Yang membuat kembung, seperti : Ubi, singkong, kol, sawi, dan daun

bawang.
Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.
b. Ketenangan Jiwa Dan Fikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh factor kejiwaan, ibu yang
selalu berada dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri
dalam berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan
volume

ASI

bahkan

tidak

akan

terjadi

produksi

memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.

ASI.

Untuk

c. Penggunaan Alat Kontrasepsi


Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi
hendaknya diperhatikan kerena pemakaian kontrasepsi yang tidak
tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.
d. Faktor Istirahat
Bila

kurang

menjalankan

istirahat

fungsinya,

akan

dengan

mengalami

kelemahan

demikian

pembentukan

dalam
dan

pengeluaran ASI berkurang.


e. Perawatan Payudara
Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hipofise
untuk mengeluarkan hormone progesterone dan estrogen lebih banyak
lagi dan hormone oksitosin.
f. Anatomis Buah Dada
Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobules pun
berkurang, dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena selsel acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan
berkurang.
g. Fisiologis Buah Dada
Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormone terutama prolaktin,
ini merupakan hormone laktogenik yang menentukan dalam hal
pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu.
h. Faktor Isapan Anak
Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar
maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI
berkurang.
i. Faktor Obat-Obatan
Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormone prolaktin
dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran
ASI.

Apabila

hormone

ini

terganggu

dengan

mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.


3. Tanda Bayi Cukup ASI

sendirinya

akan

a.
b.
c.
d.
e.
f.

BAK > 6 kali/hari


Warna air seni biasanya tidak berwarna kuning tapi pucat
Bayi sering BAB berwarna kuning berbiji
Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam
Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui
Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI detiap kali mulai

menyusui
g. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan
ASI
h. Bayi bertambah berat badannya.
4. ASI Ekslusif
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan,
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air the dan
air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur
susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai
diberikan makanan tambahan pendamping ASI ( MP ASI ). ASI dapat
diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.

Pengenalan makanan tambahan dimulai usia 6 bulan dan bukan 4


bulan, hal ini dikarenakan :
a. Dari hasil penelitian jumlah posisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar
sampai bayi berumur 6 bulan. Namun pada kenyataannya, 60 % bayi
belum berumur 4 bulan sudah mendapatkan tambahan susu sapi.
b. Bayi saat berumur 6 bulan system pencernaannya mulai matur.
Jaringan pada usus halus bayi pada umunya seperti saringan pasir.
Pori-porinya

berongga

sehingga

memungkinkan

bentuk

protein

ataupun kuman akan langsung masuk dalam system peredaran darah


dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan
tertutup rapat setelah bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian usus
bayi setelah berumur 6 bulan mampu menolak factor alergi ataupun
kuman yang masuk.

5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Menurut Varney, perubahan fisiologis masa nifas, yaitu :
a. Uterus
Segera setelah pelahiran bayi, plasenta, dan selaput janin,
beratnya sekitar 1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram
pada akhir minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang
biasanya pada saat tidak hamil yaitu 70 gram pada minggu kedelapan
pascapartum.
b. Tinggi fundus uteri
Penurunan ukuran

yang

cepat

ini

direfleksikan

dengan

perubahan lokasi uterus, yaitu uterus turun dari abdomen dan kembai
menjadi organ panggul. Segera setelah pelahiran, tinggi fundus uteri
(TFU) terletak sekitar dua per tiga hingga tiga per empat bagian atas
antara simfisis pubis dan umbilikus. Letak TFU kemudian naik, sejajar
dengan umbilikus dalam beberapa jam. TFU tetap terletak kira-kira
sejajar (atau satu ruas jari di bawah) umbilikus selama satu / atau dua
hari dan secara bertahap turun ke dalam panggil sehingga tidak dapat
dipalpasi lagi di atas simfisis pubis setelah hari kesepuluh pasca
partum
TFU dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi

TFU

Bayi Lahir

Setinggi Pusat
2 jari bawah

Placenta Lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
c. Serviks

pusat
Pertengahan
pusat simfisis
Tidak teraba di
atas simfisis
Bertambah kecil
Normal

Berat
Uterus
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram

Segera setelah pelahiran, serviks sangat lunak, kendur, dan


terkulai. Serviks mungkin memar dan edema, terutama di anterior jika
terdapat tahanan anterior saat persalinan. Serviks tampak mengalami
kongesti,

menunjukkan

banyaknya

vaskularitas

serviks.

Serviks

terbuka sehingga mudah dimasukkan dua hingga tiga jari. Serviks


kembali ke bentuk semula pada hari pertama dan kelunakan menjadi
berkurang.
d. Lochea
Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar
melalui vagina selama puerperium. Karena perubahan warnanya,
nama deskriptif lokia berubah: lokia rubra, serosa, atau alba.

Perubahan Lochea

Lokia
Rubra

Waktu Warna
1-3 hari Merah

Ciri-ciri
Terdiri dari sel

kehitama

desidua,

verniks
caseosa,
rambut
lanugo,

sisa

mekoneum
Sanguinol

3-7 hari Merah

dan sisa darah


Darah
dan

enta

kekuning

lendir

Serosa

7-14

an
Kekuning

Lebih

sedikit

hari

an/

darah

dan

kecoklata

lebih

banyak

serum,

juga

terdiri

dari

leukosit

dan

robekan
laserasi
Alba

>14

Putih

hari

plasenta
Mengandung
leukosit,
selaput lendir
serviks

dan

serabut
jaringan yang
mati.
e. Vagina dan perineum
Vagina dan Perineum Segera setelah pelahiran, vagina tetap
terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan
memar, dan celah pada introitus. Setelah satu hingga dua hari
pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak
lebar

dan

vagina

tidak

lagi

edema. Sekarang vagina

menjadi

berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan umumnya longgar.


Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu
ketiga pascapartum.
f. Payudara
Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi
penampilan dan integritas puting susu, memar atau iritasi jaringan
payudara.karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah
payudara terisi air susu, dan adanya sumbatan duktus, kongesti, dan
tanda-tanda mastitis potensial.
g. Tanda-tanda vital
1. Tekanan Darah Segera
setelah

melahirkan, banyak wanita

mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan

diastolik, yang kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum


hamil selama beberapa hari.
2. Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat
selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama
pascapartum.Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir,
kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum.
Hemoragia, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau
persisten dapat memengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi di
atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin
menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
h. Sistem pernafasan
Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama
jam pertama pascapartum. Napas pendek, cepat, atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan,
eksaserbasi asma, dan embolus paru.
i. Traktus Urinarius
Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan berakhir hingga
hari kelima pascapartum. Haluaran urine mungkin lebih dari 3000 ml
per hari. Diuresis adalah rute utama tubuh untuk membuang kelebihan
cairan interstisial dan kelebihan volume darah. Hal ini merupakan,
penjelasan terhadap perspirasi yang cukup banyak yang dapat terjadi
selama hari-hari pertama pascapartum.
j. Gastrointestinal
Perubahan Gastrointestinal Wanita mungkin kelaparan dan mulai
makan satu atau dua jam setelah melahirkan.Konstipasi mungkin
menjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya makanan
padat selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi
Penurunan Berat Badan Wanita mengalami penurunan berat badan
rata-rata 12 pon (4,5 kg) pada waktu melahirkan. Penurunan ini
mewakili gabungan berat bayi, plasenta, dan cairan amnion.
k. Peritoneum dan dinding abdomen
Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendur dibanding
kondisi saat tidak hamil, dan ligamen ligamen ini memerlukan waktu

lama untuk pulih dari pengamatan dan pengenduran yang berlangsung


selama kehamilan. Dinding Abdomen Striae abdomen tidak dapat
dihilangkan secara sempuma, tetapi dapat berubah menjadi garis
putih-keperakan yang halus setelah periode beberapa bulan.Dinding
abdomen lunak setelah pelahiran karena dinding ini meregang selama
kehamilan. Semua wanita puerpera mengalami beberapa derajat
diastasis rekti pemisahan otot rektus abdomen.
l. Perubahan psikologis masa nifas
Perubahan mendadak dan dramatis pada status hormonal
menyebabkan ibu yang dalam masa nifas menjadi sensitive terhadap
faktor-faktor yang keadaan normal mampu diatasinya. Disamping
perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh
tuntutan kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur, lingkungan
yang asing baginya dan oleh kecemasannya akan bayi, suami atau
anak-anaknya yang lain.

6. Kebutuhan dasar masa nifas


a. Kebersihan diri
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
2. Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan

sabun

dan

air.

Pastikan

bahwa

ia

mengerti

untuk

membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dan depan


ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali
selesai buang air kecil atau besar.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah

dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau


disetrika.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, disarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
b. Istirahat
1. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
2. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat
selagi bayi tidur.
3. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
a. Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri

c. Latihan
Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu, seperti :

Tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut


selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke
dada : tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak

10 kali.
Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan

Kegel)
Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat
dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi
latihan sebanyak 5 kali

Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.


Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada
minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap

gerakan sebanyak 30 kali.


d. Gizi
Ibu menyusui harus :
a. Mengkonsumsi tambahan 300 kalori tiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui).
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya
e. Seksual
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti
dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
2. Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari
atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
f. Kontrasepsi
1. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
2. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu :
a. Bagaimana metode ini dapat
b.
c.
d.
e.

mencegah

efektivitasnya.
Kelebihan/keuntungannya
Kekurangannya
Efek samping
Bagaimana menggunakan metode itu

kehamilan

dan

f. Kapan

metode

itu

dapat

mulai

digunakan

untuk

wanita

pascasalin yang menyusui.

BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, 2005. Panduan Belajar Keperawat Ibu Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berecana unutk Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai