Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

SIMULASI RESERVOIR

Tujuan dari pemodelan reservoir adalah membuat model computer untuk


mengetahui kondisi alami (Initial Codition) reservoir lapangan panasbumi Dieng.
Pemodelan dilakukan dengan menggunakan simulator TOUGH2 dengan pilihan
EOS2.
4.1. Metoda TOUGH2
Model

reservoir

lapangan

panasbumi

Dieng

dibuat

dengan

menggunakan distributed parameter approch yang intinya sistem yang akan


dimodelkan dibagi dengan sejumlah blok atau grid dimana antara grid yang
satu dengan yang lain saling berhubungan. Dengan membagi sistem reservoir
dengan beberapa blok maka penyebaran permeabilitas, porositas, sifat fisik
fluida maupun batuan baik secara vertikal maupun lateral sangat
diperhitungksan.
Simulator Tough2 dapat digunakan untuk menghitung dan untuk
mengetahui initial condition reservoir, potensi dinamik reservoir,melakukan
historycal matching dan untuk merencanakan strategi produksi-injeksi pada
area produksi tersebut. Out put dari Simulator Tough2 berupa tekanan,
temperatur, saturasi, kandungan gas CO2, enthalpy dan massa di tiap-tiap
blok.
Prinsip yang di terapkan pada perhitungkan tersebut adalah prinsip
kesetimbangan panas dan massa. Aliran fluida dinyatakan oleh persamaan
Darcy untuk aliran dalam media pori. Kondisi batas (boundary condition)
dapat dinyatakan dengan tekanan dan temperatur konstan atau dengan laju
alir massa dan panas konstan.
Untuk mendapatkan kondisi awal reservoir maka dilakukan
penghitungan dengan waktu yang lama dengan tujuan reservoir mendapatkan
kesetimbangan, dimana kondisi tekanan dan temperatur pada kondisi

reservoir tidak berubah terhadap waktu. Devalidasi dilakukan dengan


membandingkan hasil perhitungan dengan data hasil pengukuran awal
sebelum sumur diproduksikan. Kalibrasi dilakukan dengan mengubah
parameter porositas dan permeabilitas masing masing batuan yang mewakili
blok tersebut dengan tingkat ketidak pastian yang sangat tinggi.
4.2. Pemodelan Reservoir
Lapangan Dieng yang dimodelkan adalah lapangan blok Sileri
( Gambar 4.1 ) dengan luas 3,364 km x 4,273 km. pembuatan grid dan arah
grid didasarkan pada estimasi rekah dan penyebarannya. Menurut data geologi
arah rekah seperti yang terlihat pada Gambar 4.2. dengan Estimasi :
F1 : arah NW SE (Gunung Prau) dari gravity data.
F2 : arah NW SE (Gunung Sipandu) dari resistivity data.
F3 : arah NW SE (Kawah Sileri) dari resistivity data.
F4 : arah NW SE (Merdada Pond) data pemboran sumur HCE 9A dan
HCE 9B.
F5 : arah WNW ESE (Pad 7) dari struktur batuan.
F6 : arah NW SE (Kawah Sikidang) dari struktur batuan, gravity, dan
resystivity.
F7 : arah WNW ESE (Sikunang) dari struktur batuan dan gravity data.
F8 : arah NE SW (Kepakisan) dari gravity data.
F9 : arah NE SW (Gunung Sipandu) dari gravity data.
F10 : arah NNE SSW (Telaga Panca-Warna) dari gravity data.
F11 : arah NE SW (Kawah Sikidang) dari sumur pemboran (DNG2,
DNG4, DNG12).

Gambar 4.1.9)
Peta Geologi Lapangan Dieng

Gambar 4.2.9)
Estimasi Arah Rekah dan Penyebaran Rekah

Dari gambar peta penyebaran rekah dan arah patahan, nampak arah
rekan mayoritas NW-SE. Dalam pembuatan grid, arah grid sejajar dan tegak
lurus dengan arah patahan atau tegak lurus dengan water recharge. Arah
recharge diperkirakan dari arah NW dan NE, sehingga didalam pembuatan
arah grid searah dengan arah rekah dan tegak lurus dengan arah aliran
recherga.
Didalam pembagian jumlah blok (grid) secara horizontal didasarkan
pada jumlah sumur ,letak sumur dan penyebarannya. Dalam simulasi satu grid
hanya ditempati satu sumur, karena dalam input dack satu grid hanya ada satu
input parameter, sehingga diusahakan dalam pembuatan grid disesuaikan
dengan letak dan arah sumur. Jumlah sumur, letak sumur dan penyebarannya
ditunjukkan oleh Gambar 4.3.

P9

P11

P4

P6

P7

P1
P2

P3

P8

P14

P13

P12

P1 0

Gambar 4.3.

P5

Jumlah Sumur dan Penyebarannya


Sehingga dari data penyebaran sumur dan letak sumu dibuatlah jumlah
grid secara horizontal sebanyak 42 grid, dengan arah perhitungan grid seperti
pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4.
Horizontal Grid Sistem Blok Sileri
Secara menyeluruh gambaran arah pembuatan grid, jumlah grid, luas
lapangan yang dimodelkan arah serta letak sumur dan penyebarannya ditunjukan
oleh Gambar 4.5.

Gambar 4.5.
Replika Pembagian Jumlah Blok
Bagian dari suatu system merupakan system 3-D, secara horizontal
jumlah grid sebanyak 42 grid, secara vertikal dibuat sebanyak 9 grid.
Pembuatan grid secara vertikal sebanyak 9 grid didasarkan pada batuan
yang di tembus sumur P1 dan P5, perkiraan kedalaman reservoir serta
estimasi struktur batuan (rekah, graben). Karena minimnya data, batuan
yang ditembus sumur P1 dan P5 dianggap mewakili seluruh sistem. Jenis
batuan dan kedalaman batuan yang ditembus sumur P1 dan P5 dapat
dilihat pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7. Jenis batuan yang ditembus
sumur P1 dan P5 secara umum terdiri dari 5 batuan, antara lain: tuff, lithic
tuff, tuff breccia, andesit lava dan microdiorite.

Gambar 4.8.9)
Sayatan Melintang Penampang 1-1

Gambar 4. 9.9)
Sayatan Melintang Penampang 2-2

Dari data batuan yang ditembus sumur P1 dan P5 dan data struktur
yang terbentuk pada lapangan Dieng blok Sileri (Gambar 4.2a, 4.2b, dan 4.2c)
terbentuklah konsep model reservoir seperti yang digambarkan pada Gambar
4.8 dan Gambar 4.9 dibawah ini.
Pembagian grid secara vertikal menjadi 9 grid, kondisi atmosfer
diwakili oleh lapisan AA pada elevasi 2500 m dpl, dan sumber panas diwakili
oleh lapisan terbawah (II) dengan kedalaman 1000 m dpl.
Secara 3-D, pembuatan model reservoir digambarkan seperti Gambar
4.10 dibawah ini.

Gambar 4.10
Replika Pembagian Jumlah Grid Vertikal dan Horizontal

4.3. Data Masukan (Input Dack)


Data masukan (input dack) yang dibutuhkan untuk masing-pmasing
blok adalah :
1) Ukuran luas masing-masing blok (m2) dan volume blok (m3)
2) Jarak antara titik pusat blok satu dan yang lainnya secara vertikal dan
horizontal.
3) Data batuan yang meliputi porositas, densitas, permeabilitas, panas
spesifik, konduktifitas panas batuan.
4) Data tekanan dan temperature initial, sumur belum diproduksikan (statik).
5) Jumlah time step dan interval waktu iterasi.
4.3.1. Grid System
Pembuatan arah grid dibuat tegak lurus dengan arah mayoritas
rekah atau dengan kata lain tegak lurus dengan arah recharge, arah
recharge diperkirakan dari arah NW dan NE. Arah mayoritas rekah
menurut data (Gambar 4.2) adalah ke arah NW-SE, sehingga dalam
pembuatan grid (blok) pada simulasi ini sejajar dan tegak lurus dengan
arah mayoritan rekah.
Pembagian grid pada simulasi ini sebanyak 42 grid yang terdiri
dari 7 grid kearah sumbu X, 6 grid kearah sumbu Y dan 9 grid kearah
sumbu Z (lapisan), Gambar 4.5, dan 4.10.
Pengambilan jumlah lapisan sebanyak 9 lapisan didasarkan pada
perkiraan letak kedalaman reservoir, dari penampang sayatan (Gambar 4.6
dan 4.7) di prediksikan letak feed zone pada kedalaman 0 m dpl, sehingga
pembagian lapisan diperapat mulai kedalaman 0 m dpl.
Pengambilan letak sumur dalam simulasi kali ini tidak dibuat
sesuai dengan kondisi lapangan, dikarenakan dalam simulasi satu blok
hanya ada satu input parameter. Lapangan Dieng banyak menggunakan
sistim Kluster dimana satu blok ditempati lebih dari satu sumur. Untuk
dapat menjalankan program dengan mengacu pada letak, dan arah titik
utama sumur, maka diambil letak titik sumur berada pada titik utama

(target utama), dan input masukan diambil sesuai TVD masing-masing


sumur, seperti yang di ilustrasikan pada Gambar 4.11.

P3
P2

P
P1
K LU S TE R

Gambar 4.11.
Ilustrasi Pengambilan Letak Titik Sumur dalam Simulasi.
4.3.2. Lithology
Data masukan yang digunakan dalam simulasi ini berdasarkan
pada data pemboran (Gambar 4.8 dan Gambar 4.9). Karena minimnya
data, kedua data tersebut dianggap mewakili seluruh reservoir blok Sileri,
sehingga data masukan di tiap-tiap blok mengacu pada dua data tersebut.
Data masukan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran (Input
Dack Tough2).
4.3.3. Tekanan dan Temperature
Data masukan tekanan dan temperatur diambil pada kondisi sumur
statik (sumur belum diproduksikan). Penyebaran tekanan dan temperatur

di tiap-tiap blok secara lateral dibuat dengan membuat Peta Kontur Isobar
dan Peta Kontur Isotemperature. Sedang penyebaran besar tekanan dan
temperature secara vertikal didasarkan pada TVD masing-masing sumur
(kuster data) yang dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.3.4. Time Step
Untuk

mendapatkan

kondisi

awal

reservoir

maka

dilakukan

penghitungan dengan waktu yang lama dengan tujuan reservoir mendapatkan


kesetimbangan panas dan massa, dimana kondisi tekanan dan temperatur pada
kondisi reservoir tidak berubah terhadap waktu, dalam simulasi ini run time
yang digunakan 3.154E13 detik yang setara dengan 1.000.000 tahun dan
dimulai pada tahun ke 0 (0.00E00 detik). Devalidasi dilakukan dengan
membandingkan hasil perhitungan dengan data hasil pengukuran awal (kuster)
sebelum sumur diproduksikan. Kalibrasi dilakukan dengan mengubah
parameter porositas dan permeabilitas masing-masing batuan yang mewakili
blok tersebut dengan tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi.
4.4. Initial Condition
Initial condition adalah kondisi mula-mula suatu reservoir sebelum
kesetimbangan panas-massa terganggu, yang didalamnya termasuk kondisi
porositas, permeabilitas, tekanan, temperatur, massa, enthalpy dan saturasi
uap-air. Untuk mengetahui apakah simulasi mendekati initial codition harus
dilakukan devalidasi. Simulasi dikatakan menunjukkan initial codition
bilamana antara hasil uji sumur (kuster tekanan dan temperatur) maching
dengan hasil simulasi.
Dalam simulasi ini data terlengkap ada pada sumur P1 dan P5, sedang
sumur-sumur lain mengikuti dengan menganggap lithology batuan adalah
sama dengan sumur P1 dan P5. Sumur-sumur lain yang ikut dimodelkan
adalah P(2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14).
Dari hasil simulasi devalidasi sumur utama sumur P1 (Gambar 4.12)
dan sumur P5 (Gambar 4.13) sebagai data utama pemodelan reservoir

tampak selaras, keselarasan ini menunjukkan bahwa seluruh sistem yang


dimodelkan sudah dalam kondisi natural state. Setelah dilakukan devalidasi
pada semua sumur yang masuk blok Sileri nampak sumur-sumur tersebut
juga menunjukkan keselarasan.
Dari hasil devalidasi data kuster dan hasil simulasi menunjukkan
bahwa lithology batuan pada sumur P1 (Gambar 4.12) dan P5 (Gambar 4.13)
meawakili seluruh sumur yang masuk dalam blok Sileri.
Pembagian lithology secara umum dalam pembuatan model
konseptual adalah udara (atmosfer), andesit lava, trans, tuff, dan mikrodiorit.
Trans merupakan zona perlapisan dimana terdapat 4 lithology yang berbeda
dengan ketebalam tidak teratur (Gambar 4.6 dan Gambar 4.7), dan tidak
masuk dalam pembagian ketebalan grid. Harga trans merupakan harga ratarata dari 4 lithology yang berbeda. Trans tersusun dari perselingan andesit
lava, tuff breccia, lithic tuff dan tuff.
Harga besaran pada initial condition dapat dilihat di lampiran (input
dack), yang meliputi, porositas, permeabilitas (vertikal, lateral, dan miring)
konduktifitas panas batuan, temperatur dan tekanan.
Lapangan panasbumi Dieng blok Sileri dalam kondisi natural state
pada porositas dan permeabilitas sbb:
Tabel 4.1.
Kondisi Mula-Mula Porositas dan Permeabilitas Lapangan Dieng
Material

Porositas

Name

Fraksi
0.27
0.36
0.01
2.0E-6

ANDES
TRANS
TUFFT
MKROD

Horisontal
m2
mdarcy
2.90E-21
2.90E-6
2.50E-21
2.50E-6
2.00E-21
2.00E-6
2.20E-12
2.20E+3

*) 1 mDarcy = 10.E-12 cm2 = 1.0E-15 m2

Permeabilitas
Vertikal
m2
mdarcy
1.97E-21
1.97E-6
1.30E-19
1.30E-4
1.00E-21
1.00E-6
2.30E-19
2.30E-4

Miring
m2
mdarcy
7.00E-21
7.00E-6
7.00E-21
7.00E-6
3.00E-21
3.00E-6
7.90E-21
7.90E-6

Bila dilihat perlapisan letak reservoir lapangan panasbumi Dieng


pada lapisan HH (-500mdpl) dan II (-750mdpl) seperti yang terlihat pada
Gambar 4.26 sampai Gambar 4.36.

42
41

29
30

28
15

27

26

16

14
13

1
2

17
12

40

31

25

18

11

39

32
24

19

10

38

33

23

20
9

37

34

36

35
22

21
8

K e te ra n g a n
U d a ra
Tra n s
Tu f
A n d e s it
M ik ro d io rit

Gambar 4. 26
Penyebaran Lithology Lapisan AA

42
41

29
30

28
15
16

14
13

1
2

26
17

12
3

39

32

25

18

11
4

40

31

27

24

19

10

38

33

36

35

23

20
9

37

34
22
21

6
7

K e te ra n g a n :
U d a ra
Tra n s
Tu f
A n d e s it
M ik ro d io rit

Gambar 4. 27
Penyebaran Lithology Lapisan BB

42
41

29
30

28
15
16

14
13

1
2

26
17

12
3

39

32

25

18

11
4

40

31

27

24

19

10

38

33

36

35
22

20
9

37

34

21
8

6
7

K e te ra n g a n :
U d a ra
Tra n s
Tu f
A n d e s it
M ik ro d io rit

Gambar 4. 28
Penyebaran Lithology Lapisan CC

37

15
14
1
2

3
6

K e te ra n g a n :
U d a ra
Tra n s
Tu f
A n d e s it
M ik ro d io rit

Gambar 4. 28
Penyebaran Lithology Lapisan DD

17

35

23
10

22
21

8
7

K e te ra n g a n :
U d a ra
Tra n s
Tu f
A n d e s it
M ik ro d io rit

Gambar 4. 29
Penyebaran Lithology Lapisan EE

42
41

40

39

28

38

37

36

1
2

6
7

U d a ra
Tra n s
Tu f
A n d e s it
M ik ro d io rit

Gambar 4. 30
Penyebaran Lithology Lapisan FF

42
41

40

39

38

37

36

1
2

6
7

K e tra n g a n :

Gambar 4. 31
Penyebaran Lithology Lapisan GG

1
2

10
4

6
7

K e tra n g a n :
U d a ra
Tra n s
Tu f
A n d e s it
M ik ro d io rit

Gambar 4. 32
Penyebaran Lithology Lapisan HH

15
1
2

10

K e te ra n g a n :
U d a ra
Tra n s
Tu f
A n d e s it
M ik ro d io rit

Gambar 4. 33
Penyebaran Lithology Lapisan II

42
41

29
30

28
15

27
16

14
13

1
2

26
17

12

39

32

25

18

11
4

40

31

24

19

10

38

33

36

35

23

20

37

34
22
21

6
7

K E TE R A N G A N

Gambar 4. 34
Penyebaran Lithology 3D Blok Sileri Secara Umum

4.5. Potensi Statik Lapangan Panasbumi Dieng Blok Sileri


Potensi statik lapangan Dieng pada tugas akhir kali ini dihitung
dengan menggunkan metode distributed parameter model berdasarkan study
simulasi reservoir dan metode lump parameter sebagai pembanding
penghitungan simulasi.
4.5.1. Metode Volumetrik (Lum Parameter)
Prinsip dasar menggunakan metode dengan lump parameter yaitu
menganggap bahwa geometri reservoir berbentuik kubus yang volumenya
dapat dihitung dengan perkalian luas dan ketebalan serta sifat-sifat
thermodinamika dan fluida dianggap seragam (homogen).
Potensi

listrik

dihitung

dengan

menggunakan

persamaan

OSullivan yaitu berdasarkan penjumlahan energi panas yang terkandung


pada batuan dan fluida untuk kondisi awal dan akhir, sedangkan energi
listrik diperoleh berdasarkan selisih energi panas pada kondisi awal dan
akhir setelah dikalikan recovery factor dan konversi listrik. Dengan
demikian dapat ditentukan potensi listrik secara volumterik berdasarkan
data-data berikut ini.

Tabel 4.2
Data Perhitungan
DATA RESERVOIR
Luas area (A),m2

8.000.000

Tebal lapisan produktif (h),m

500

Kapasistas panas (Cr),KJ/Kg C

1.2

Densitas batuan (r )Kg/m2

2.600

Porositas (),%

2.0 10-6

Kondisi Awal
Temperatur (Ti),oC

350

Kondisi Akhir
Temperatur (Tf),OC

180

Saturasi Air (Sw),%

1.00

Saturasi Uap (Sv),%

693.129

Energi Dalam Uap (Uv),KJ/Kg

Energi dalam Air (Ul),KJ/kg


2

Densitas Air (l),Kg/m


Recovery Factor (Rf),%

740

Densitas Uap (v),Kg/m


42

Konversi Energi (),fraksi

10

Waktu Kontrak (t), tahun

30

2375
4.05

Berdasarkan data diatas maka :


Energi panas yang terkandung dalam batuan dan fuida pada kondusi awal :

Hi A.h 1 r .Cr.Ti l .U l .S l

4.05 E 09 1 2.10 6 2600.(1.20).350 2.0 E 6 693.129 2420 1.00


4.42 E15 KJ
Energi panas yang terkandung pada batuan dan fluida pada kondisi akhir :

Hf A.h. 1 r .C r .T f l .U l .S l

4.05 E 9 1 2.10 6 26001.2 180 2.0 E 6 4.05 23751.00


2.27 E15.KJ

Energi panas maksimum yang dapat dimanfaatkan:


H th Hi Hf
4.42 E15 2.27 E15
2.15 E15 KJ

Energi panas yang dapat dimanfaatkan pada kenyataannya:


H de H th xRF
2.15 E15 x 0.42
9.02 E14 KJ

Energhi listrik yang dapat dihasilkan pada energi panas:


H de .
tx365 x 24 x3600
9.02 E14 x 0.1

30 x 365 24 3600
95363.42 KW
95.36 MWe

H el

4.5.2. Metode Distributed Parameter Model


Perhitungan potensi memerlukan parameter-parameter batuan dan
fluida hasil perhitungan dari simulasi ketika pemodelan menunjukan
kondisi natural state yang ditunjukan dari hasil inisialisasi.
Besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan (cadangan) dan
diubah menjadi energi listrik

(potensi listrik) dapat dihitung dengan

prosedur dibawah ini.


Misal dalam perhitungan potensi lapisan HH yang memiliki data
yang ditunjukan seperti pada Tabel dibawah ini. Berdasar data-data untuk
kondisi awal, maka kandungan energi pada batuan dan fluida adalah
sebagai berikut:

Tabel 4. 3

Data Kondisi Awal Grid-8 lapisan HH


Kondisi (Lap. HH, Grid 8)

Parameter, Satuan
Tebal Lapisan (h), m

Besaran
250

Volume (V),m3

1.29E8

Porositas (), %

2.00E-6

Densitas batuan (r),

2600

1.2

310

kg/m3

Kapasitas panas batuan


(Cr), kJ/kg oC

Temperatur (Ti), oC

Saturasi air (Sw), %

1393

693.129

0.00

2545

0.00

AWAL

(asumsi)

Energi dalam air (Uw),


kJ/kg

Densitas air (w), kg/m


Saturasi uap (Sv), %
(asumsi)

Energi dalam uap (Uv),


kJ/kg

Densitas uap (v), kg/m3

Besar energi yang terkandung dalam batuan dan fluida adalah:


Hi 3 V3 1 r .Cr.Ti l .S l .U l v .S v .U v
1.29 E 8 x
1 2.0 E 6 2600 1.2 310 2.0 E 6 692.1311393 0.0 0.0 2545
1.25E14 kJ

Jumlah total seluruh potensi lapisan HH merupakan penjumlahan


masing-masing grid, sehingga total potensi lapisan HH (secara lengkap
terlampir) sebesar:

Hi

n
j 1

Aef i

1.80 E15 kJ

Kondisi akhir reservoar lapisan HH ditandai dengan S w = 0 dan Sv


= 1, karena diasumsikan bahwa air telah sepenuhnya berubah fasa menjadi
uap, serta temperatur akhir yang masih dapat digunakan untuk
menghasilkan energi listrik adalah 180C.
Tabel 4.4
Data Kondisi Akhir Grid 8, Lapisan HH
Kondisi Lapisan HH (Grid 8)

Akhir

Parameter/Satuan
Porositas (), %
Densitas bantuan (r), kg/m2
Kapasitas panas batuan (Cr), kJ/kgC
Temperatur (Tr)C (asumsi)
Densitas uap (v), kg/m3
Energi dalam uap (Uv),kJ/kg
Saturasi uap (Sv), % (asumsi)

Besaran
2.0E-6
2600
1.2
180

4.05
2375
1

Volume lapisan HH merupakan volume totalseluruh grid, sebesar


61.99 E9 m3. Dengan demikian besarnya energi panas yang terkandung
dalam batuan dan fluida sebesar:
Hf

r .Cr .T f l .S l .U l v .S v .U v

Vj
n

j 1

1 2.0 E 6 2600(1.2)(180) 2.0 E 6 4.05.1 2375 1.99 E 9


1.107 E15

maksimum energi panas yang dapat dimanfaatkan (Hth) sebesar:


Hth Hi Hf
1.8 E15 1.11E15
6.89 E14kJ

Energi panas yang dapat diambil pada kenyataannya (Hde)


diperlukan faktor perolehan (recovery factor) dengan harga tidak
diketahui, dalam perhitungan kali ini menggunakan RF sebesar 0,42 atau
42%.
Hde Hth.RF
6.89 E14 x0.42
2.90 E14 kJ

Jika maksimum kenversi energi sebesar 10% untuk waktu kontrak


(t) 30 tahun maka energi listrik yang didapatkan pada lapisan HH sebesar:
He

Hde.

tx365 x 24 x3600

2.89 E14 x0.1


30 x365 x 24 x3600
30600 KWe
3.06 E 01 MWe ( Selama 30Tahun )

Perhitungan secara menyeluruh terdapat pada lampiran, total


potensi lapangan panasbumi Dieng blok Sileri sebesar 6.68E+1 MWe
selama masa kontrak 30 tahun. Herga 66.8 MWe merupakan penjumlahan
lapisan HH sampai dengan lapisan II yang merupakan reservoir lapangan
Dieng blok Sileri.

Anda mungkin juga menyukai