Disusun oleh:
Septiani Wulandari
8105133139
Meity Isanti
8105133183
8105133187
Nur Muchoronah
8105133145
Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam Yang Maha Pemberi kesempatan untuk
kami menyelesaikan Makalah Strategi Belajar Mengajar. Laporan ini berisi materi tentang
Konsep Strategi Belajar Mengajar.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Santi Susanti, selaku dosen Strategi
Belajar Mengajar yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan
makalah ini, serta teman teman yang telah membantu kami. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi kami. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang
terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa dan guru. Semua unsur
atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berfungsi
dengan berorientasi pada tujuan. Seperti telah kita ketahui bahwa tugas utama guru ialah
mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu atau
kompetensi. Tujuan atau kompetensi itu telah dirumuskan dalam kurikulum yang
berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran.
Persoalan berikut ini adalah bagaimana melaksanakannya di dalam proses belajar
mengajar atau proses pembelajaran agar tujuan atau kompetensi yang diharapkan
tercapai. Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan pokok ialah bagaimana
memilih dan menentukan strategi pembelajaran atau strategi belajar mengajar (SBM).
Strategi belajar mengajar menentukan jenis interaksi di dalam proses pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang di gunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik,
aktif, kreatif, efektif dan efesien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal.
Pemilihan strategi belajar mengajar sangatlah penting, artinya bagaimana guru dapat
memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan
pengalaman yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran. Namun, yang harus diingat tidak ada satupun strategi
pembelajaran yang paling sesuai untuk semua kondisi dan situasi yang berbeda
walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama.
Dengan demikian, mengingat pentingnya strategi pembelajaran maka penulis ingin
membahas tentang hal-hal yang terkait dengan strategi belajar mengajar agar dapat
memilih strategi yang sesuai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian strategi belajar mengajar?
2. Apa saja klasifikasi strategi belajar mengajar?
3. Bagaimana konsep dasar strategi belajar mengajar?
4. Apakah belajar mengajar merupakan suatu sistem?
2
BAB II
PEMBAHASAN
dijadikan
umpan
balik
buat
penyempumaan
sistem
instruksional
yang
pendekatan yang digunakan terhadap kegiatan belajar mengajar. Belajar menurut Teori
Asosiasi, tidak sama dengan pengertian belajar menurut Teori Problem Solving. Suatu
topik tertentu dipelajari atau dibahas dengan cara menghapal, akan berbeda hasilnya
kalau dipelajari atau dibahas dengan teknik diskusi atau seminar. Juga akan lain hasilnya
andaikata topik yang sama dibahas dengan menggunakan kombinasi berbagai teori.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivikasi
anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk
memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong
dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya
sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda, guru hendaknya
jangan menggunakan teknik penyajian yang sama. Bila beberapa tujuan ingin diperoleh,
maka guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode
atau mengombinasikan beberapa metode yang relevan. Cara penyajian yang satu
mungkin lebih menekankan kepada peranan anak didik, sementara teknik penyajian
yang lain lebih terfokus kepada peranan guru atau alat-alat pengajaran seperti buku, atau
mesin komputer misalnya. Ada pula metode yang lebih berhasil bila dipakai buat anak
didik dalam jumlah yang terbatas, atau cocok untuk mempelajari materi tertentu.
Demikian juga bila kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, di
perpustakaan, di laboratorium, di mesjid, atau di kebun, tentu metode yang diperlukan
agar tujuan tercapai. Untuk masing-masing tempat seperti itu tidak sama. Tujuan
instruksional yang ingin dicapai tidak selalu tunggal, bisa jadi terdiri dari beberapa
tujuan atau sasaran. Untuk itu guru membutuhkan variasi dalam penggunaan teknik
penyajian supaya kegiatan belajar mengajar yang berlangsung tidak membosankan.
Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru
mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana
keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui
keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar
6
mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar
yang lain.
Apa yang harus dinilai, dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk
kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang anak didik dapat dikategorikan
sebagai anak didik yang berhasil, bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi
kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil
ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olahraga, keterampilan, dan
sebagainya. Atau dapat pula dilihat dari gabungan berbagai aspek.
diketahuinya
disposisi
perilaku
siswa
tersebut,
akan
dapat
dipertimbangkan dan dipilih bahan, prosedur, teknik, dan alat bantu belajarmengajar yang sesuai;
3. Dengan membandingkan nilai dari per-test dengan nilai hasil, guru akan
memperoleh indikator petunjuk seberapa jauh atau seberapa banyak perubahan
perilaku itu telah terjadi pada siswa.
Mengingat hakikat perubahan perilaku dalam belajar itu dapat merupakan
penambahan (pengayaan), peningkatan (pendalaman) hal-hal baru (pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan sebagainya) terhadap yang lama yang telah dimilki atau
dikuasai siswa. Maka sekurang-kurangnya ada tiga dimensi dari entering behavior itu
yang perlu diketahui guru, ialah:
1. Batasan-batasan cakupan ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki
dan dikuasai siswa;
2. Tingkatan dan urutan tahapan materi pengetahuan, dan terutama kawasan polapola sambutan atau kemampuan yang telah dicapai dan dikuasai siswa;
3. Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikomotorik, proses-proses kognitif;
pengalaman, mengingat, berfikir, afektif, emosional, motivasi, dan kebiasaan
6. Pola-pola belajar siswa
Robert M.Gagne membedakan pola-pola belajar siswa ke dalam delapan tipe di
mana yang satu merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya.
7. Memilih sistem belajar mengajar
Para ahli teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai cara pendekatan
atau sistem pengajaran atau proses belajar mengajar. Berbagai sistem pengajaran yang
menarik perhatian akhir-akhir ini adalah:
1. Enquiry-Discovery Learning
Belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru
menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi
peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik
pendekatan pemecahan masalah.
2. Expository approach
Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan
secara rapi, sistematik, dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan
mencernanya saja secara tertib dan teratur.
3. Mastery learning
Dari hasil berbagai studi menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa
yang mampu menguasai bahan 90%-100% dari penyajian guru. Sebagian besar
siswa bervariasi antara 50%-80%, malah sebagian lagi ada yang lebih kecil lagi
penguasaannya terhadap bahan yang disajikan guru. Adanya variasi penguasaan
bahan ini mencerminkan adanya variasi kemampuan para siswa.
4. Humanistic education
Dalam kenyataan tidak bisa disangkal bahwa kemampuan dasar kecerdasan
para siswa itu sangat bervariasi secara individual. Oleh karena itu muncul teori
belajar yang menitikberatkan upaya untuk membantu siswa agar sanggup
mencapai perwujudan dirinya atau self realization sesuai dengan kemampuan
dasar dan keunikan yang dimilikinya. Cara pendekatannya masih bersifat enquirydiscovery based approaches. Karakteristik pokok metode ini antara lain bahwa
guru hendaknya jangan membuat jarak terlalu tajam dengan siswanya. Ia harus
menempatkan diri berdampingan dengan siswa sebagai siswa senior yang selalu
10
siap menjadi sumber atau konsultan dan berbicara. Taraf akhir dari proses belajar
mengajar menurut pandangan ini adalah self actualization seoptimal mungkin dari
setiap anak didik.
5. Pengorganisasian Kelompok Belajar
Memperhatikan berbagai cara pendekatan atau sistem belajar mengajar
seperti diuraikan di atas, disarankan pengorganisasian kelompok belajar anak
adalah sebagai berikut : N1 untuk peserta yang hanya seorang, metode yang
diginakan adalah konsep belajar mengajar tutorial, pengajaran berprogram dan
studi individual. N2-20 untuk kelompok kecil sekitar dua sampai dua puluh orang,
meto9de belajarnya bisa diskusi atau seminar. N lebih dari 40 orang, kalau
kelompok belajar melebihi 40 orang, pesertanya digabung, biasanya disebut
audience. Metode belajarnya adalah ceramah atau kuliah.
11
pengertian, dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan suatu kasus, akan
mempengaruhi hasilnya.
3. Memilih dan menetapkan prosedur metode, dan teknik belajar mengajar yang
dianggap tepat dan efektif.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi
anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk
memecahkan masalah, berbeda denga cara atau metode supaya anak didik terdorong
dan mampu berpikir bebas dan cukup memiliki keberanian untuk mengemukakan
pendapatnya sendiri.
4. Menetapkan norma norma dan batas minimal keberhasilan keberhasilan atau kriteria
standar keberhasilan.
Menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai
pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana
keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan tersebut
bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret, yakni tujuan
instruksional khusus dan tujuan instruksional umum, tujuan kurikuler, tujuan
nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir kegiatan belajar
mengajar akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran-antara serta sasarankegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian
yang didambakan. Pada tingkat sasaran atau tujuan yang universal, manusia yang
diidamkan tersebut harus memiliki kualifikasi:
a) pengembangan bakat secara optimal
12
b) hubungan antarmanusia
c) efisiensi ekonomi
d) tanggung jawab selaku warga negara.
Pandangan hidup para guru maupun anak didik akan turut mewamai berkenaan
dengan gambaran karakteristik sasaran manusia idaman. Konsekuensinya akan
mempengaruhi juga kebijakan tentang perencanaan, pengorganisasian, serta penilaian
terhadap kegiatan belajar mengajar.
13
fisis yang secara sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola
sekolah, pegawai administrasi, dan masyarakat pada umumnya. Mereka datang ke
sekolah telah membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan social.
Masing-masing memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan
kemampuan inilah yang harus dikembangkan oleh guru di sekolah.
2. Guru
Guru adalah sebuah profesi. Oleh sebab itu, pelaksanaan tugas guru harus
profesional. Walaupun seorang guru sebagai individu memiliki kebutuhan pribadi dan
memiliki keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru mengemban tugas
mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu, guru harus menguasai
seperangkat kemampuan yang disebut kompetensi guru. Oleh sebab itu, tidak semua
orang bisa menjadi guru yang profesional. Kompetensi guru itu mencakup menguasai
siswa, menguasai tujuan, menguasai metode pembelajaran, menguasai materi,
menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan menguasai
lingkungan belajar.
3. Tujuan
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari
tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum
pembelajaran, sampai tujuan khusus pembelajaran. Proses belajar-mengajar tanpa
tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan secara
keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan disusun berdasarkan ciri karakteristik
anak dan arah yang ingin dicapai.
4. Materi
Materi pembelajaran dalam arti luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket
yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap
aktivitas belajar-mengajar pasti harus ada materinya. Anak yang sedang field-trip di
14
kebun raya menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang
praktikum di laboratorium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi
pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh
anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.
5. Metode
Metode mengajar adalah cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran yang
harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi
pembelajaran, serta karakteristik anak.
6. Sarana atau Alat
Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses
belajar-mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa benda
yang sesungguhnya, imitasi atau tiruan, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan
sebagainya yang dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat elektronik, alat
cetak, dan tiruan. Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaikan
dengan tujuan, anak, materi dan metode pembelajaran.
7. Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun gradasi kemampuan anak didik,
sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi
dilaksanakan secara komprehensif, objektif, kooperatif, dan efektif. Evaluasi
dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran.
8. Lingkungan
Lingkungan pembelajaran merupakan komponen kegiatan belajar mengajar yang
sangat penting demi suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan
fisik, lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waktu
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
15
Semua komponen dalam kegiatan belajar mengajar itu harus dikelola sedemikian
rupa sehingga belajar anak dapat maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal pula
Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon siswa
diumpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah itu dapat disamakan
dengan hasil olahan yang sudah siap digunakan. Di sekolah terjadi proses atau
transformasi, siswa yang belum tahu atau belum dapat di proses menjadi siswa
sudah tau atau sudah dapat. Dalam proses transformasi, siswa disebut sebagai
masukan mentah. Selain siswa, masih ada 2 (dua) masukan lain, yakni: (1) masukan
instrumental, yang terdiri dari guru, materi, metode, sarana, dan evaluasi. (2)
masukan lain, yakni lingkungan. Masukan instrumental berfungsi membantu atau
memperlancar terjadinya proses, sedangkan masukan lain berpengaruh terhadap
terjadinya proses.
Jika dilihat dalam bentuk diagram dapat dilihat sebagai berikut:
GURU
MATERI
METODE
SISWA
SARANA
PROSES
EVALUASI
LULUSAN
Untuk memperkuat konsep bahwa belajar mengajar adalah sebuah sistem, maka dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
LINGKUNGAN
Pendidikan akan terjadi jika ada peserta didik karena peserta didik merupakan subjek
pendidikan. Waktu belajar siswa lebih banyak disekolah sehingga disekolah terjadi
proses belajar mengajar, untuk itu peran guru sangat penting sebagai fasilitator siswa
dalam belajar. Untuk menjalankan peranan guru sebagai fasilitator maka guru harus
mempersiapkan materi atau bahan ajar yang sesuai, kemudian menentukan metode yang
cocok, selanjutnya mempersiapkan alat pembelajaran yang dibutuhkan dan guru harus
mengevaluasi
kegiatan belajar siswa baik dari segi afektif, psikomotorik dan juga
16
kognitif yang nantinya dijadikan sebagai bahan penilaian untuk mengetahui apakah
tujuan dari kegiatan belajar mengajar sudah tercapai atau belum.
Tipe 5, Discrination learning (belajar membedakan). Dalam tipe ini, peserta didik
mengadakan seleksi dan pengujian antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang
diterimanya, kemudian memilih pola-pola respon yang dianggap paling sesuai. Kondisi
utama dalam berlangsungnya proses belajar ini adalah siswa rnempunyai kemahiran
melakukan chaining dan association serta pengalaman (pola S-R).
Tipe 6. Concept Learning (belajar pengertian). Dengan berdasarkan kesamaan ciriciri dari kesimpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau
konsep utama yang diperlukan yaitu menguasai kemahiran diskriminasi dan proses
kognitif fundamental sebelumnya.
Tipe 7, Rule Learning (belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah). Pada
tingkat
ini,
siswa
belajar
mengadakan
kombinasi
berbagai
konsep
dengan
yang
menggambarkan
atau
18
nembangkitkan
situasi
problematik,
mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Menurut John Dewey belajar
memecahkan masalah ini berlangsung sebagai berikut: individu menyadari masalah bila
dia dihadapkan pada situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya
kesulitan.
a. Merumuskan dan menegaskan masalah. Individu melokalisasi letak sumber
kesulitan tersebut untuk memungkinkan mencari jalan pemecahannya. Ia
menandai aspek mana yang mungkin dipecahkan dengan menggunakan prinsip
yang diketahuinya sebagai pegangan.
b. Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis. Individu menghimpun
berbagai informasi yang relevan, termasuk pengalaman orang lain dalam
menghadapi pemecahan masalah yang serupa. Kemudian mengindentifikasi
berbagai alternatif (kemungkinan) pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai
jawaban sementara.
c. Mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan. Setiap alternatif
pemecahan ditimbang dari
dan
pembuktiannya.
Dengan proses pengindentifikasian entering behavior seperti dijelaskan dalam uraian
terdahulu, guru akan dapat mengindentifikasi tahap belajar atau tipe belajar yang telah
19
dijalaninya. Atas dasar itu, guru dapat memilih alternatif strategi pengorganisasian bahan
dan kegiatan belajar mengajar.
F.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi merupakan kegiatan pembelajaran yang di harus dilakukan oleh seorang
guru dalam proses pembelajaran dan disertai oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat
di capai secara efektif dan efesien. Sebab itu kedudukan strategi dalam proses
pendidikan khususnya dalam dunia pendidikan dikatakan sangat penting. Oleh karena itu
SBM merupakan komponen terpenting dalam sistem pembelajaran yaitu suatu kegiatan
yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar untuk memberi pemahaman peserta
didik agar tujuan pembelajaran itu bisa tercapai. Akan tanpa tetapi dalam kegiatan
strategi bila tidak di dampingi oleh komponen-komponen kurikulun seperti pendekatan,
metode, model, tehnik, dan lain sebagainya, proses pembelajaran yang di lakukan oleh
guru terhadap siswanya tidak akan berjalan efektif dan efesian. Oleh karena itu guru
harus dan di wajibkan untuk menguasai hal-hal tersebut.
21
DAFTAR PUSTAKA
Soetopo, Hendyat. 2005. Pendidikan dan Pembelajaran: Teori, Permasalahan, dan Praktek.
Malang: UMM Press.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
http://muhammad-win-afgani.blogspot.co.id/2010/01/proses-belajar-mengajar-sebagaisistem.html
22