PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien
yang berusia di atas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki
daripada
wanita
(3:1).Statistik
menunjukkan
bahwa
tumor
ini
adalah
Istilah
umum
yang
digunakan
untuk
(kandung
kemih). Dinding
vesika
urinaria
dilapisi
olehsel
transisional dan sel skuamosa. Lebih dari 90% kanker vesika urinaria
berasal dari sel transisional dan disebutkarsinoma sel transisional, sisanya
adalah karsinoma sel skuamosa.
Sebagai perawat kita perlu memahami proses terjadinya kanker
kandung kemih ini, sehingga kita bisa memberikan asuhan keperawatan
yang tepat bagi pasien dengan kanker kandung kemih
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana patofisiologi dari kanker kandung kemih?
1.2.2 Bagaimana penatalaksanaan kanker kandung kemih?
1.2.3 Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan kanker kandung
kemih?
1.2.4 Bagaimana mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kanker kandung kemih.?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu memahami patofisiologi kanker kandung kemih.
1.3.2 Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan kanker kandung
kemih
1.3.3 Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan kanker kandung
kemih
1.3.4 Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kanker kandung kemih.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi masyarakat
Masyarakat mengerti tentang kanker kandung kemih. Sehingga
masyarakat dapat melakukan pencegahan agar tidak mengalaminya,
serta bagi pasien yang telah mengidapnya untuk mencegah
kekambuhan.
1.4.2 Manfaat bagi tenaga kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
2.1.1 Anatomi Vesika Urinaria
Vesika urinaria merupakan organ ekstra peritoneal mempunyai
bentuk seperti bagian depan perahu dengan empat sudut dan empat
permukaan masing-masing sudut melekat urachus pada apeks, kanan dan
kiri melekat pada ureter kea rah posteolateral dan uretra pada sudut
inferior atau leher. Fundus vesika urinaria merupakan permukaan atas
dan hanya permukaan ini yang dilapisi peritoneum. Karena organ ini
ekstra peritoneal, perdarahan atau kebocoran urin dari vesika urinaria
setelah bedah atau trauma umumnya tidak masuk ke ruang peritoneum.
(Applegate 2011)
( Linton 2007)
Suplai arteri ke kandung kemih berasal dari arteri vesikalis
superior dan inferior yang merupakan cabang arteri iliaka interna. Aliran
limfatik bersama dengan aliran yang menuju kelenjar getah bening
internal dan eksternal. Persarafan pada vesika urinaria terdiri atas saraf
simpatis dan parasimpatis. Daraf simpatis melalui nervus splanchnicus
minor, nervus splanchnicusimus, dan neervus splanchnicus lumballis L1L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui nervus splancnicus pelvicus
S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik. (Scanlon et all.
2006)
2.1.2 Proses Miksi
Distensi kandung kemih karena terisi oleh urin akan merangsang
stress reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan
jumlah 250 cc akan merangsang terjadinya proses miksi. Hal ini
memicu terjadinya refleks kontraksi dinding kandung kemih, dan pada
saat yang sama akan terjadi sfingter interna, diikuti oleh relaksasi
sfingter
interna
dihantarkan
melalui
serabut-serabut
2.3 Klasifikasi
Kanker kandung kemih ini diklasifikasikan menurut metastasis simpul
tumor (TNM) sistem yang dikembangkan oleh International Union Against
Cancer (UICC) pada tahun 1997.
Tumor atau tahap T diberikan dengan pemeriksaan patologis dari
spesimen tumor diangkat melalui pembedahan. Hal ini mengacu pada
kedalaman penetrasi tumor dari lapisan terdalam ke lapisan lebih dalam dari
kandung kemih. Tahapan T adalah sebagai berikut:
a. Tx - tumor primer tidak dapat dievaluasi
b. T0 - Tidak ada tumor primer
c. Ta - Karsinoma papiler noninvasif (tumor terbatas pada lapisan
terdalam atau epitelium)
d. Tis - Karsinoma in situ (tumor datar)
e. T1 - Tumor menginvasi jaringan ikat di bawah epitel (lapisan
permukaan)
f. T2 - Tumor menginvasi otot kandung kemih
T2a - otot superfisial yang terkena dampak (setengah bagian dalam)
T2b - otot yang terkena Jauh (setengah luar)
g. T3 - Tumor menginvasi perivesical (sekitar kandung kemih) jaringan
lemak
T3a - mikroskopis (hanya terlihat pada pemeriksaan di bawah
mikroskop)
T3b - makroskopik (misalnya, tumor massa terlihat pada jaringan
kandung kemih luar)
h. T4 - Tumor menginvasi salah satu dari berikut: prostat, rahim, vagina,
dinding panggul, atau perut dinding
Node atau tahap N ditentukan oleh keberadaan dan tingkat keterlibatan
kelenjar getah bening di daerah pinggul tubuh di dekat kandung kemih.
Tahapan N adalah sebagai berikut:
a. Nx - kelenjar getah bening regional tidak dapat dievaluasi
b. N0 - Tidak ada metastasis simpul getah bening regional
c. N1 - Metastasis di kelenjar getah bening <2 cm
8
konsumsi
makanan
yang
mengandung
4P
10
11
12
faktor resiko lain yang mempengaruhi proses pertumbuhan sel kanker pada
kandung kemih diantaranya : genetik dan riwayat penyakit kandung kemih
sebelumnya. Secara umum, karsinogenesis dapat terjadi melalui aktivasi
proto-onkogen dan rusaknya gen supresor tumor yang termasuk fosfatase
dan tensin homolog (PTEN) dan p53. Akibat dari mutasi ini terdapat
delesi dari kromosom 9 atau mengaktifkan mutasi dari reseptor faktor
pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR 3) (Ching & Hansel 2010).
Perokok baik aktif maupun pasif dapat menghasilkan metabolisme
karsinogen yang dihasilkan oleh metabolisme tryptophan yang abnormal.
Kebanyakan kanker kandung kemih berasal dari papiloma yang berubah
13
menjadi ganas. Tumor noduler jarang terjadi tetapi dapat juga menginvasi
dinding kandung kemih. Proliferasi sel terdiri atas sel epitelium transisional
(90 %) , squmuosa
menyebar
ke
rectum
,vagina,
jaringan
lunak
dan
struktur
yang buruk.
14
(terlampir)
15
berarti orang tersebut harus buang air kecil lebih sering. Perhatian
utama dengan jenis operasi adalah bahwa kanker kandung kemih masih
bisa kambuh di bagian lain dari dinding kandung kemih. (American
Cancer Society 2013)
b.
Radical Cystectomy
Apabila kanker lebih besar atau lebih dari satu bagian dari
kandung kemih, sebuah sistektomi radikal ini akan dibutuhkan.
Operasi ini menghilangkan seluruh kandung kemih dan kelenjar getah
bening di dekatnya. Pada pria, prostat juga diangkat. Pada wanita,
ovarium, saluran tuba (tabung yang menghubungkan ovarium dan
uterus), uterus (rahim), dan sebagian kecil dari vagina sering diangkat
17
18
dalam pembuluh darah termasuk mual dan muntah sementara, ulkus mulut,
rambut rontok, kehilangan nafsu makan dan kelelahan. (Baughman 2000)
6. Imunoterapi
Imunoterapi dapat digunakan untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. Vaksin anti-tuberkulosis, BCG, disuntikkan di dalam
kandung kemih, telah efektif dalam mengobati kanker kandung kemih
superficial beresiko tinggi. (Baughman 2000)
7. Radioterapi
Terapi radiasi dapat menjadi alternative untuk pembedahan untuk
lokalisasi penyakit. Ini juga dapat digunakan jika pasien memiliki penyakit
lain yang menghalangi operasi. Pengobatan kandung kemih hemat
termasuk penggunaan kombinasi kemoterapi dan radioterapi. Radiasi
melibatkan konsentrasi sinar energy tinggi ke daerah dimana kanker
berada. Efek samping, yang biasanya sementara, termasuk kemerahan
kulit, nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil sedikit-sedikit, dan
kehilangan rambut pada tempat radiasi. (Baughman 2000)
2.11 Komplikasi
Kanker kandung kemih dapat menyebar ke organ terdekat. sel kanker
juga dapat melakukan perjalanan ke kelenjar getah bening panggul dan
menyebar ke hati , paru-paru , dan tulang (Baughman 2000). Selain itu
kanker kandung kemih juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi
berikut:
a.
b.
c.
d.
Anemia
Radang ureter ( hidronefrosis )
Striktur uretra
Inkontinensia urin dan berbagai penyakit lainnya.
2.12 Prognosis
Tingkat rekurensi dari kanker kandung kemih superfisial tergolong
tinggi. Sebanyak 80% dari pasien setidaknya ada 1 rekurensi. Faktor
prognosis yang paling signifikan dari kanker kandung kemih adalah grade,
kedalaman invasi, dan adanya karsinoma in situ. Pada pasien yang menjalani
sistektomi radikal untuk kanker yang invasive pada jaringan otot kandung
kemih, adanya nodul menjadi faktor prognosis yang penting. Sampai saat ini
19
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Biodata /identitas klien
- Usia :
Kanker bladder lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia 50
sampai 70 tahun, usia rata-rata pada saat diagnosis adalah 65 tahun, dan
pada periode tersebut sekitar 75% dari kanker kandung kemih
terlokalisasi pada kandung kemih, 25% telah menyebar ke kelenjar getah
bening regional atau tempat yang jauh (Brunner & Suddarth 2004).
- Jenis Kelamin :
Pria memiliki resiko 3 kali lipat lebih besar dibanding dengan wanita
(Brunner & Suddarth 2004).
- Pekerjaan
benzidin,
betanaphthylamine,
dan
4-aminobiphenyl.
22
b. B2 (blood)
Kulit terlihat pucat
Konjungtiva anemis
Suhu tubuh meningkat
c. B3 (brain)
Nyeri saat berkemih, nyeri pada perut, panggul, dubur atau tulang
d. B4 (bladder)
Hematuria
Retensi Urin
e. B5 (bowel)
Nafsu makan menurun
Berat badan menurun
f. B6 (bone)
Adanya masa yang teraba saat palpasi abdomen
Malaise
3.2 Analisa Data
DATA
DS:
Pasien mengeluh Sakit kepala
ketika bangun, dypnea
DO:
- Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
- Penurunan tekanan udara
per menit
Menggunakan otot pernafasan
tambahan
- Penurunan kapasitas vital
- Respirasi : <11-24 x/menit
DS :
- Pasien mengeluh nyeri pada
daerah perut, panggul, dubur
atau tulang, serta pada saat
berkemih
DO:
- Wajah pasien tampak
ETIOLOGI
MASALAH
KEPERAWATAN
Hematuria
Hb menurun
Sesak nafas
Gangguan pertukaran
gas
Nyeri akut
Inflamasi buli-buli
Mediator inflamasi
23
meringis
- Skala nyeri
-N
- Kaji PQRST
DS:
- Klien atau keluarga klien
mengatakan badan klien
panas
DO:
- Suhu: >37.5C
- Klien tampak lemas
- Akral teraba hangat
Nyeri Akut
Hipertermi
Proses inflamasi
Hipertermi
DS :
- Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
- Pasien merasa mual
DO :
- Kurang nafsu makan
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah
DS:
- Pasien mengeluh tidak
nyaman di area luka
pembedahan
Hidronefrosis
Uremia
BUN meningkat
Mual
BB menurun
Kelainan struktur fungsional
buli-buli
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Resiko gangguan
integritas kulit
Diversi Urin
DO:
24
Stoma
3.3Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan pada jaringan saraf
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah
5. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
3.4 Intervensi
a.
NIC
........
pasien
menunjukkan
dan
peningkatan
oksigenasi
yang
adekuat
2. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal
3. AGD dalam batas normal
1. Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suara nafas,
adanya suara tambahan
3. Atur
intake
catat
untuk
mengoptimalkan keseimbangan
4. Monitor respirasi dan status O2
5. Monitor Suara nafas, seperti
dengkur
6. Monitor pola nafas : bradipnea,
takipnea, kussmaul, hiperventilasi
7. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan/tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
8. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
status mental
9. Auskultasi bunyi jantung, jumlah,
25
b.
NIC
6. Lakukan pengkajian nyeri secara
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ...... pasien tidak mengalami
nyeri, dengan kriteria hasil
komprehensif
termasuk
karakteristik,
durasi,
lokasi,
frekuensi,
pencahayaan
dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
11. Ajarkan tentang teknik
tidur
farmakologi:
relaksasi,
napas
distraksi,
non
dalam,
kompres
hangat/dingin
12. Berikan
analgesik
untuk
mengurangi nyeri
13. Tingkatkan istirahat
c.
NOC
Thermoregulasi
NIC
1. Monitor suhu sesering mungkin
26
Setelah
dilakukan
keperawatan
selama
tindakan
.....
d.
nutrisi
NIC
:
dilakukan
tindakan
mendapatkan
1. Adanya peningkatan BB sesuai
tujuan
2. Tidak
ada
tanda-tanda
malnutrisi
3. Tidak terjadi penurunan BB
nutrisi
dibutuhkan
4. Berikan
informasi
kebutuhan nutrisi
5. Monitor jumlah
yang
tentang
nutrisi
dan
kandungan kalori
yang berarti
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan BB
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
27
NIC
- Status nutrisi
- Perfusi jaringan perifer
Setelah
dilakukan
keperawatan
selama
tindakan
.....
Pressure Management
1. Anjurkan
pasien
untuk
28
BAB IV
STUDI KASUS
4.1 Kasus
Tn F 59 tahun dirawat di ruang Pandan RSDS sejak 28 februari 2015 dengan
diagnosa Ca Buli T3NxM0. Pendidikan SMA, pekerjaan sopir busway. Keluhan utama
klien adalah hematuria. Pengkajian yang didapatkan adalah RR: 28x/menit, vesikuler, alat
bantu napas +, N: 96x/menit, TD: 160/80 mmHg BB:54 kg Akral hangat CRT<2, GCS
456.Konjungtiva anemis. T=37,3C.Riwayat penyakit sekarang kencing darah kurang
lebih 5 hari SMRS.Buang air kecil mulai tidak lancar 1 hari SMRS.Nyeri pada perut
region bawah.Pasien sudah mengetahui didiagnosa Ca Buli sejak 5 bulan yang lalu.Alergi
obat aspirin.Sudah pernah operasi TURB.Riwayat penyakit keluarga tidak ada yang
menderita penyakit yang sama.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
BUN
= 8,5
Albumin = 2,7
SGPT =23
LED =13.000
CRP =55,3
Hb
Kreatinin = 0,8
SGOT = 17
Kalium
Kalsium = 101
= 3,9
Na
=12,5
= 135
Glukosa(-)
Eritrosit(+)lebihdari100/lapangpandang
Leukosit20/lapangpandang
kristal(+).
Asamtrasenamat 3x500 gr
Merop 3x1 gr
Metamizo l3x1 gr
Antrain 3x1 gr
Dulcolax 1x
Diet TKTP ekstra putih telur.
4.2 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
29
Nama klien
: Tn. F
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 59 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Sopir Busway
Suku/bangsa
: Jawa/ Indonesia
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien mengalami hematuria (kencing darah)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengalami kencing darah kurang lebih 5 hari SMRS.Buang air kecil
mulai tidak lancar 1 hari SMRS.Nyeri pada perut region bawah.
Skala nyeri PQRST yaitu :
P (palliative/provocative)
: Sakitnya bertambah berat ketika kurang
minum, kurang beraktivitas (sering duduk ) yang menyebabkan distensi
bladder.
Q (quality/quantity)
Output = 50cc/jam
IWL klien = 15 x BB 15x54 = 810 cc/24 jam
Balance cairan = Intake output
Balance cairan intake = output
1400 = (50x24) + IWL
1400 = 1200 + 810
1400 = 2010
Balance cairan = -610 cc
1) Keluhan kencing : Hematuria (kencing merah).
2) Intake cairan
: oral 1000 cc/ hari, parenteral 400 cc/hari
3) Alat bantu kateter : ada (three way)
e. Sistem Pencernaan (B5 : Bowel)
1) BB MRS : 55 kg (BB SMRS : 68 kg)
TB
: 173 cm
IMT = BB / (TB)2
IMT = 55 / (1,73)2 IMT = 55/2,99 = 18,39 kurus
2) Nafsu makan
: menurun (frekuensi makan 2 kali/hari, porsi makan
tidak habis, hanya habis 1/4 porsi)
3) BAB
: belum BAB selama 4 hari
4) Lain-lain
: mengeluh mual muntah sebelum makan
f. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6 )
Muskulo tidak ada masalah.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan :
BUN
= 8,5
Albumin
= 2,7 g/dl
Kreatinin
= 0,8 mg/dl
Kalium
= 3,9 mEq/L
Kalsium
= 101 mEq/L
CRP
=55,3
SGOT
= 17 U/L
SGPT
= 23 U/L
LED
=13.000
Hb
= 12,5
Na
= 135 mEq/L
b. Pemeriksaan Urine
1) Glukosa
2) Keton
3) Eritrosit
4) Leukosit
5) Kristal
=()
=()
= lebih dari 100/lapang pindah
= 20/lapang pandang
=(+)
c. Pemeriksaan Radiologi :
Invasi urotheal karsinoma hygrade
Tumor infiltrating sampai lapisan muskularis
31
Etiologi
Ca buli
Masalah Keperawatan
Nyeri Kronis
DO :
Nyeri tekan pada kandung
Refluks
kemih Tn. F
P :Sakitnya bertambah berat
Hidronephrosis
MK : Nyeri Kronis
yang
dirasakan
bersifat tumpul
R : Terdapat pada bagian
pelvis
S : Skala nyeri 7 (1-10)
T : Nyeri dirasakan pada saat
berkemih
TTV:
a. RR: 28x/menit,
b. N: 96x/menit,
c. TD: 160/80 mmHg,
d. T: 37,3C
DS :
Ca Buli
Hematuria
DO :
RR = 28x/menit,
Hb menurun
Pengangkutan O2 ke seluruh
tubuh kurang
32
Hb = 8,8
Pasokan O2 tidak adekuat
Sesak nafas
MK : Gangguan pertukaran
gas
Ca Buli
DS :
Klien mengeluh tidak nafsu
makan, porsi makan tidak
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Hipermetabolik
Mual muntah
Mual +, muntah +.
Tidah nafsu makan
DO :
BB
sekarang:
55
kg(BB
BB turun
SMRS= 68 kg)
Albumin = 2,7
MK : Ketidakseimbangan
IMT= 18,39
DS :
Tn.
PK : Perdarahan
mengatakan
Bermetastasis
kateter
Invasi
urotheal
three
berkemih
way,
karsinoma
Tumor tertekan
Terjadi perdarahan
Hb 8,8
MK : PK perdarahan
33
DS :
Ca Buli
Resiko Infeksi
Bermetastasis
nyeri
tekan
Invasi
pada
kandung kemih.
Retensi urine
Pemasangan alat bantu
kateter three way
Higiene kurang
MK : Resiko Infeksi
NIC
Pain control
Manajemen Nyeri
Kriteria hasil :
2.
ketidaknyamanan
Gunakan
teknik
komunikasi
terapeutik
mengetahui
untuk
dapat
mempengaruhi nyeri
4. Kurangi faktor presipitasi nyeri
5. Tingkatkan istirahat
6. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
7. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgetic Administration
1. Cek instruksi dokter tentang jenis,
dosis dan frekuensi obat
2. Cek riwayat alergi
3. Pilih analgetik yang diperlukan
tergantung tipe dan beratnya nyeri
4. Tentukan rute pemberian analgetik
(IV/IM)
5. Monitoring
TTV
sebelum
dan
NIC
1. Posisikan
dan
distress
pernafasan
3. Tidak ada sianosis dan dyspneu
4. Menunujukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan
dalan rentang normal)
5. TTV dalam rentang normal
6. AGD dalam batas normal
7. Status neurologi dalam batas normal
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan/tidak adanya ventilisasi
dan suara nafas tambahan
3. Monitor respirasi dan status o2
4. Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan,
tambahan,
penggunaan
retraksi
otot
otot
35
status mental
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker
NOC :
NIC :
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
2. Tidak terjadi penurunan BB yang
berarti
jumlah
nutrisi
kandungan kalori
4. Monitoring
pembatasan
dan
intake
NIC
Pencegahan Sirkulasi
Kriteria hasil :
1. Lakukan
tentang sirkulasi
2. Lakukan perawatan luka dengan hati-
penilaian
menyeluruh
NIC
Pengendalian Infeksi
36
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda atau gejala infeksi
2. Menunjukkan hygiene diri adekuat
terapi
antibiotic
(bila
diperlukan)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang
berusia di atas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita
(3:1).Statistik menunjukkan bahwa tumor ini menyebabkan hampir 1 dari 25 kasus
kanker yang terdiagnosis di Amerika Serikat. Ada dua bentuk kanker kandung kemih,
yaitu: bentuk superfisial (yang cenderung kambuhan) dan bentuk invasif.
Kanker kandung kemih adalah lesi ganas dari epitel kandung kemih.
(Wong,2006). Kanker kandung kemih merupakan penyakit ganas yang terutama
mengenai pria lanjut usia. Ada hubungan yang jelas antara tumor jinak dan polip,
yang juga disebut adenoma, dan kanker. Faktor-faktor penyebab jelas memainkan
peranan pada terjadinya karsinoma kandung kemih. Merokok adalah salah satu faktor
terpenting; konon pada tiga puluh sampai empat puluh persen penderita kanker
kandung kemih, merokok merupakan faktor penyebab terpenting.
37
5.2
Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi
perawat, sehingga dalam memberikan perawatan kepada pasien dengan kanker
kandung kemih dapat dilakukan secara maksimal sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.
2014.
Bladder
Cancer.
http://emedicine.medscape.com/article/438262-
2014.
Kanker
Kandung
Kemih.
Grace, A Pierce dan Borley, R Neil. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta:
Penerbit Erlangga
http://m.asiancancer.com/index.php?s=Catalog/851 diakses pada hari Kamis, 5 Maret 2015
pukul 21.00 WIB
http://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Conditions/Pages/bladdercancer.aspx diakses pada hari Kamis, 5 Maret 2015 pukul 20.00 WIB
Johnson, Joyce Young. (2005). Prosedur Perawatan di Rumah : Pedoman Untuk
Perawat. Jakarta : EGC
Jong, De Wim. 2005. Kanker, Apakah Itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan
Keluarga. Jakarta: Arcan
Linton. 2007. Introduction to Medical-Surgical Nursing 5th Edition. USA : Elsevier
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika
Perry & Potter.2006.Fundamental Keperawatan Konsep,Proses, dan Praktik edisi 4 vol
2.Alih Bahasa : Anita Komalasari,S.Kp dkk.Jakarta:EGC
Rasjidi, Imam. 2008. Manual Histerektomi. Jakarta : EGC
S, David. 2007. Bladder Cancer. Merck Manual Home Health Handbook.
Scanlon, Valerie C dan Sanders Tina. 2006. Buku Ajar Anatomi & Fisiologi. Jakarta : EGC
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M.,Ahern, Nancy R. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:
EGC.
39